SASTRA PERBANDINGAN
OLEH :
KELAS B ( NONREGULER )
SEMESTER IV ( EMPAT )
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cerita rakyat adalah seni sastra yang hidup di tengah masyarakat. Biasanya
cerita rakyat dituturkan secara lisan dari satu orang ke orang lain. Bahkan cerita
dapat dituturkan oleh orang yang bisa membaca maupun yang tidak bisa
membaca. Cerita seperti ini diturunkan terus menerus dari generasi ke generasi
(Fang, 2011:1). Beberapa contoh cerita rakyat yang terkenal di Indonesia adalah
legenda Kesultanan Deli, Kisah Danau Toba dari Sumatera Utara. Oleh karena itu,
cerita Asal Muasal Desa Mata Pao dan Mariam Puntung menjadi menarik untuk
dikaji dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan.
Hal yang menarik dari kajian ini adalah bahwa masyarakat Serdang Bedagai
lebih mengenal cerita Asal Muasal Desa Mata Pao. Demikian juga masyarakat
Medan yang hanya mengenal cerita Mariam Puntung. Tidak banyak yang
memahami bahwa dua cerita ini memiliki isi yang sama meskipun ceritanya
berbeda karena memang berasal dari daerah yang berbeda.
Stallnecht dan Frenz menyatakan bahwa sastra bandingan adalah studi luar
batasan suatu negara dan studi tentang relasi-relasi antara kesusastraan di satu
pihak serta seni-seni dan ilmu-ilmu lain seperti seni rupa, musik, lukis, dan
filsafat. Intinya sastra bandingan adalah kajian perbandingan antara satu
kesusastraan dengan kesusastraan yang lain, atau membandingan sastra dengan
kesusastraan yang lain (Rahman, 2018).
Endraswara mengemukakan empat tahap dalam analisis sastra bandingan
yaitu 1) mencermati karya sastra yang satu dengan yang lainnya; 2) mengkaji
tema karya sastra; 3) menganalisis gerakan atau kecenderungan yang menandai
peradaban, dan; 4) analisis bandingan antara genre yang satu dan genre yang
lainnya (Endraswara, 2011: 178—179).Rahman menjelaskan bahwa kita tidak
dapat mengatakan suatu karya sastra disebabkan oleh karya sastra lain. Bisa jadi
karya sastra itu tumbuh dari budaya rakyat tersebut (Rahman, 2018).
1
Sastra bandingan atau yang sering disebut dengan comparative literature
merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak
hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya
sastra itu sendiri. Bahkan sastra bandingan juga bisa menggunakan teori lain
sebagai alat pembandingnya. Sapardi Djoko Damono (2005:2) menyatakan bahwa
sastra bandingan merupakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak
menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apapun dapat digunakan
dalam penelitian sastra bandingan. Dalam hal ini berkaitan dengan pendapat pakar
tersebut, maka teori yang digunakan sebagai alat pembandingnya adalah teori
struktural.
Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini
bagaimana perbandingan struktur cerita rakyat Asal Muasal Desa Mata Pao dan
cerita rakyat Mariam Puntung jika ditinjau dari segi tokoh dan penokohan, alur,
latar dan amanat. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan struktur cerita Asal
Muasal Desa Mata Paodan Mariam Puntung bila ditinjau dari strukturnya, seperti
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik
perbandingan sastra dan analisis isi. Teknik kajian ini digunakan untuk
pemahaman pesan-pesan simbolik dari wacana atau teks. Analisis isi adalah
merupakan teknik penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik simpulan dari sebuah buku atau dokumen (Mayring, 2000).
Di sisi lain, Moleong (2013) menyatakan penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
dan lisan tentang sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang dapat
diamati. Sumber data penelitian berupa cerita Asal Mula Nama Desa Mata Pao
dan Meriam Puntung yang di peroleh dari wawancara dengan narasumber dan
artikel jurnal. Data yang telah diperoleh kemudian dibaca dan dikaji menggunakan
teknik perbandingan sastra.Setelah perbandingan selesai, peneliti mengkaji unsur-
unsur intrinsik yang terkandung dalam kedua cerita tersebut. Setelah
perbandingan dan analisis unsur intrinsik dilakukan, peneliti menarik
2
simpulan.Sesuai dengan namanya teori struktural memandang dan memahami
karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri.
Menurut Mukarovsky (Tuloli, 2000:43), struktur adalah satuan yang terdiri
atas bagian-bagian yang bersifat dinamis dan energenetik. Masing-masing bagian
(unsur) mempunyai fungsi khas yang berhubungan dengan keseluruhan
strukturnya. Menurut teori strukturalisme sastra, karya sastra merupakan
“artefak”, maka relasi-relasi struktural sebuah karya sastra hanya dapat dipahami
dalam keseluruhan relasi unsur-unsur artefak itu sendiri (Taum, 1997:39). Dengan
demikian, melalui analisis struktural akan didapatkan makna keseluruhan dari
karya sastra itu sendiri.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
seketika Ramli merasa dirinya telah sembuh, sebagai ungkapan terima kasihnya
kepada Si Putih, dipeluknya kepala si Putih sembari mencium Si Putih sambil
menangis haru. Tanpa mereka sadari kuman penyebab penyakit flu ramli
berpindah kepada si putih, akibatnya badan putih panas dingin, hidungnya
mengeluarkan lendir, pertanda ia tertular penyakit ramli, melihat itu, ramli tidak
jadi memandikan putih dan kembali memasukannya kembali ke kandang.
Sore harinya ketika Datuk Pao mau melakukan kegiatan berjalan keliling
kampung, dia menyuruh ramli mengeluarkan putih. Ramli ke kandang dan
mengeluarkan putih dan membawanya ke Datuk Pao. «Hei, budak celaka, kenapa
si Putih?», jawabnya dengan suara kasar. Ramli menjawab dengan ketakutan, «si
Putih, si Putih sakit datok.» «Sakit? Kenapa dia sakit, apa tak kau urus?» sergahan
kasar, sambil mendekati Ramli dan melayangkan tangannya yang besar ke pipi
ramli.Ramli pingsan, melihat itu Datuk Pao meninggalkannya, kemudian dia
membawa si Putih ke tabib hewan yang ada di kampung mengkudu. Entah berapa
lama Ramli pingsan, ketika dia sadar, dia telah terbaring di sebuah dipan kayu
beralaskan kain putih di pondok beratap nipah di tepi muara sungai yang banyak
tumbuh pohon nipah. Ramli berteriak minta ampun,« ampun hamba Datuk, hamba
bersalah, sebab kesalahan hamba si Putih sakit, ampunkan hamba
Datuk». Mendengar teriakan itu seorang tua bertubuh tinggi semampai memiliki
wajah lembut putih bersih penuh kasih sayang, berpakaian jubah putih keluar dari
dapur membawa tempurung air.
Dengan suara lembut penuh kasih sayang orang tua bijak itu
berkata, «sudahlah anakku, engkau aman disini, sekarang minumlah air putih
ini, baru engkau bercerita apa sebabnya engkau sampai seperti ini». Sebelum
minum air putih pemberian orang tua bijak itu, Ramli mengucapkan terima kasih
terlebih dahulu, kemudian dia membaca bismillah barulah dia minum air itu
sampai habis. Suatu hari di perjalanan, ketika mereka kembali dari menyiarkan
ajaran Rasulullah, samar-samar diujung jalan mereka melihat seorang gemuk
berkaca mata hitam, di pinggangnya tergantung pedang panjang mengendarai
kuda putih dengan kecepatan luar biasa hingga menyebabkan banyak debu
beterbangan di udara. Dari jauh Datuk menatap heran pada dua orang berpakaian
5
Putih yang tidak mau menepi, dengan marah dia memacu kudanya ke arah kedua
orang berbaju putih itu untuk menabraknya.
Di Saat akan terjadi benturan, tiba-tiba si Putih yang tidak pernah melupakan
Ramli memutar arah 180 derajat ke belakang, mengakibatkan kaca mata Datuk
Pao tercampak jatuh dan pecah mengenai batu. Menerima keadaan itu Datuk Pao
marah, ia melompat dari punggung si Putih sembari mencabut pedang dan
melepaskannya ke arah leher Ramli, untuk menghindarkan Ramli dari sabetan
pedang Datuk Pao, si Putih mengangkat kedua kaki depannya dan menerkam
Datuk Pao. Pedang Datuk Pao mengoyak perut si Putih, hingga mengakibatkan si
Putih tewas dan Datuk Pao meninggal dengan kepala pecah terkena terjangan si
Putih. Melihat kejadian itu ramli melompat memeluk tubuh si Putih dan menangis
sekuat-kuatnya.
Orang yang tadinya menjauh, berdatangan dengan wajah sedih dan penuh
simpati kepada si Putih. Setelah Tuan Syekh Maulana Maghribi memberikan
wejangan, Ramli memohon izin padanya untuk membuka jubah putihnya sebagai
pembalut tubuh kuda putih yang kaku. Kemudian Ramli, orang tua bijak itu dan
masyarakat yang menyaksikan kejadian itu menggali lubang untuk tempat
peristirahatan si Putih di tepi jalan dekat kejadian tragis itu. Selesai mengubur si
Putih mereka beramai-ramai membawa mayat Datuk Pao untuk diserahkan kepada
keluarganya di Istana duka tahu membalas budi itu, sampai sekarang terawat
bersih yang dinamakan masyarakat sekitar dengan sebutan Keramat Kuda.Saat
sekarang ini masyarakat setempat masih mengenang kuda putih tersebut, dengan
memperbaiki dan membesarkan area keramat kuda tersebut.
6
Sinopsis Cerita “Meriam Puntung”
Kerajaan haru, sebuah kerajaan melayu yang berjaya hingga tahun 1600-
an, ternyata banyak meninggalkan mitos dan legenda. Salah satunya adalah
legenda meriam puntung, yakni meriam yang telah putus menjadi dua
bagian. Meriam puntung dimitoskan adalah jelmaan Paduka Baginda Mambang
Khayali, adik bungsu Putri Hijau, permaisuri Kerajaan Haru yang dikenalcantik
jelita. Bahkan dalam cerita di tengah masyarakat disebut penyebab meriam itu
menjadi puntungadalah karena menembak terus menerus ketika Kerajaan Aceh
menyerang Kerajaan Haru untuk merebut Putri Hijau.
Sampai kini meriam puntung masih dianggap bertuah. Bagian pangkalnya
disimpan di dalam sebuah rumah kecil berarsitektur etnis Karo, salah satu etnis di
Indonesia, di depan bekas Istana Maimun, pusatKesultanan Melayu Deli, di
Medan. Sedangkan bagianujungnya dan sebuah pelurunya disimpan di desa
Sukanalu, Tanah Karo, sebuah daerah wisata berhawa sejuk sejauh 80 kilometer
dari Medan, yang juga disebut sebagai daerah asal orang tua meriam itu.
7
Dalam kisah-kisah, meriam ini disebut mempunyai dua kakak. Yang paling
sulung bernama Paduka Baginda Mambang Diazid, sedang yang tengah Putri Siti
Qadariah yang karena kecantikannya yang menawan disebut Putri Hijau.Setelah
orangtuanya mangkat , mereka pindah ke hilir. Putri Hijau kemudian menikah
dengan Sultan dari Kerajaan Haru yang berpusat di Deli Tua, sekitar 20 kilometer
dari Medan. Rupanya kecantikan Putri Hijau yang digambarkan kehijau-hijauan
lantaran cantiknya menjadi malapetaka bagi Kerajaan Haru. Raja Kerajaan Aceh
dikabarkan berminat mempersunting Putri Hijau. Alkisah mengatakan, kedua
saudara Putri Hijau tidak rela saudaranya diperisteri Raja Aceh, sehingga
Kerajaan Aceh menyerang Kerajaan Haru.
Lantaran kesaktiannya, untuk menyamar melawan Kerajaan Aceh, Mambang
Diazid berubah menjadi seekor ular naga, sedang Mambang Khayali menjelma
menjadi meriam. Meriam Sakti terus menerus menembak sehingga menjadi
panas, merah dan terputus menjadi dua bagian. Sampai kini meriam puntung
masih ramai didatangi para pelancong. Ada yang sekedar melihat-lihat benda yang
penuh legenda itu. Namun ada pula yang datang untuk berubat dan mohon
keberkatan.Potongan ujung meriam dan sebuah pelurunya itu di Sukanalu, juga
tak kalah dihormati. Masyarakat di sana bahkan memanggilnya Nini
Meriam. Bagi penduduk Sukanalu, meriam itu adalah makhluk sakti yang sampai
sekarang dikeramatkan. Meriam itu selalu dimandikandengan air limau dan diberi
sesajian seperti limau, rokok, sirih dan dupa.Mereka yakin meriam itu berasal dari
manusia yang sakti. Banyak cerita menarik sekitar meriam ini di sana. Tentara
Belanda yang pernah menjajah Indonesia, dikabarkan pernah beberapa kali
inginmengambil meriam, tapi tidak pernah berhasil. Meriam ini pernah dibuang
ke jurang oleh dua orang pemuda tanpa tujuan yang jelas.
8
bisa membuat suatu tindakan sampai timbul suatu peristiwa dalam cerita.
Penokohan merupakan penciptaan citra di dalam karya sastra(Sudjiman (ed),
1986: 58). Dalam proses penciptaan citra tersebut, watak tokoh bisa diungkapkan
melalui, tindakannya, ujarannya, pikirannya, dan penampilannya.
a) Perbandingan Tokoh
Perbandingan tokoh pada kedua cerita memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut
ada pada nama tokoh dan jumlah tokoh yang terlibat. Dalam cerita Asal Mula
Nama Desa Mata Pao, tokoh-tokoh yang ada dalam cerita antara lain, Datuk Pao,
Ramli, Siputih(kuda milik Datuk Pao), dan Tuan Syekh Maulana Maghribi.
Sedangkan dalam cerita Meriam Puntung tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
antara lain, Putri Hijau(Siti Qadariyah), Mambang Khayali(adik Putri Hijau
diduga sebagai si Meriam Puntung), Mambang Diazid dan Raja Aceh.
9
ia sedang bersama si putih, bagaimana ia menunjukkan sikap menyayangi
siputih dengan memeluknya ketika kuda itu sakit.
Perbandingan Alur
Alur merupakan konstruksi yang bisa dibuat pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan dialami
oleh pelaku (Luxemburg, 1984: 149). Sebenarnya alur dari kedua cerita ini, sama-
sama menggunakan alur maju yakni kedua cerita itu diceritakan secara runtut dari
10
awal sampai akhir tanpa ada cerita yang mem-flash back kejadian yang telah lalu.
Alur pada cerita Asal Muasal Desa Mata Pao menggunakan alur maju, ini bisa di
lihat dari Datok Pao yang awalnya menyerahkan si putih kuda kesayangannya
unutuk dirawat oleh Ramli, namun kemudian hari si putih sakit dan si Datok
sangat marah kepada Ramli sehingga Ramli mendapatkan tamparan dari Si Datok.
Kemudian si Datok membawa si putih ke tabib setelah itu ia menghampiri Ramli
dan hendak menebas lehernya menggunakan pedang, tetapi si putih mengahalangi
dengan mengangkat dan menyerang si Datok, akhirnya si putih tewas akibat di
tebas kakinya olehDatok, Datok pun tewas akibat di terjang oleh si putih.
Sedangkan kisah putri yang bisa mengeluarkan cahaya berwarna hijau dari
tubuhnya ini memiliki alur cerita maju atau progresif. Ceritanya bermula dari
Sultan Mukhayat Syah yang melihat cahaya hijau indah dari kejauhan kemudian
membuatnya jatuh cinta pada Putri Hijau. Ia pun kemudian berniat menikahi sang
putri, tapi ditolak. Konflik mulai terjadi ketika sang sultan marah dan menyerang
Kerajaan Deli Tua. Dengan kelicikannya, ia berhasil menang dan menangkap
Putri Hijau. Pada akhirnya sang putri berasal diselamatkan oleh kakak sulungnya,
Mambang Jazid.
Perbandingan Latar
Latar merupakan sesuatu yang menjadi tempat terjadinya peristiwa dalam
suatu karya sastra. Latar terbagi menjadi latar tempat, latar waktu serta latar
suasana.
a) . Latar Tempat
Latar tempat dalam cerita “Asal Mula Nama Desa Mata pao” adalah dari
kampung Mengkudu Hal ini tergambar pada saat pertama kali berawal dari
kampung mengkudu tinggal seorang anak bernama Ramli, yang sejak kecil
sudah menjadi yatim piatu, ia terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sebagai pengurus kuda juragan kaya Datuk Pao namanya.
Sedangkan latar tempat dalam cerita “Meriam Puntung” adalah di Medan
Deli, tepatnya di istana Maimum. Hal itu tergambar pada awal berdirinya
sebuah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Kerajaan ternama yang bernama
Kerajaan Deli. Kerajaan ini berdiri megah di pusat kota yang kita kenal
11
sekarang sebagai Kota Medan. Kerajaan Deli ini dipimpin oleh Raja
Sulaiman yang memiliki tiga orang anak. Anak pertama bernama Mambang
Jazid, anak kedua bernama Puteri Hijau, dan anak bungsu bernama Mambang
Khayali. Selain di kerajann deli ada beberapa latar lokasi yang disebutkan
dalam kisah ini. Di antaranya adalah Istana Gasip yang berbatasan dengan
Teluk Aru dan Sungai Rokan, Kerajaan Deli Tua di tepi pantai Selat Malaka,
dan taman istana tempat sang putri berjalan-jalan. Kemudian ada juga
Kerajaan Aceh dan Tanjung Jambu Air tempat kapal Sultan Mukhayat Syah
dihancurkan oleh naga jelmaan Mambang Jazid.
b) Latar Suasana
Latar suasana dalam cerita “Asal Mula Desa Mata Pao” adalah
menyedihkan dan menegangkan yang di alami seorang anak yatim piatu yang
bernama Ramli dan pembatu dari Datok Pao sering bersedih dan tak tahan
dengan caci maki Datok Pao. Selain itu, certia ini memiliki latar sosial adalah
dalam cerita Keramat Kuda adalah keadaan sosial secara keseluruhan yang
ada di dalam cerita. Latar sosial mengarah kepada hal – hal yang berkaitan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks
yaitu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, spiritual, dan lain
sebagainya. Dalam cerita ini Datok Pao dianggap sebagai orang kaya yang
memiliki banyak kuda atau disebut sebagai juragan kuda dan memiliki
istananya sendiri, dalam hal ini gelar Datok juga tersemat pada namanya yang
bila ditinjau dari segi kemasyarakatannya akan adanya sikap masyarakat
melayu terhadap datuk. Dengan adanya gelar dan kelas sosial yang berbeda
ini jelas dapat terlihat bahwa kelas sosial Datok Pao dengan masyarakat jauh
berbeda. Sedangkan latar suasana dalam cerita “Mariam Puntung” yaitu
mengharukan dan juga menegangkan, paras kecantikan Putri Hijau adalah
malapetaka dari peperangan antara kerajaan Aceh dengan kerajaan Haru.
12
Perbandingan Mitos
Mitos dari “Asal Mula Desa Mata Pao” yang konon katanya sampai saat ini
Keramat Kuda tersebut telah direnovasi sebanyak lima kali, kebanyakan orang-
orang yang merenovasi keramat kuda tersebut adalah orang-orang yang memohon
doa di Keramat Kuda tersebut, dan secara kebetulan atau tidak doa orang-orang
tersebut terkabulkan, bukan hanya merenovasi Keramat Kuda itu saja, orang-
orang yang doanya terkabul sering bernajar akan menyembelih kambing dan sapi
untuk dibagi-bagi kan kepada masyarakat di lingkungan keramat kuda.
Tidak hanya itu saja ritual yang dilakukan, ada pula ritual lempar koin yang
masih sering dilakukan oleh pengemudi motor maupun mobil yang melintas di
depan Keramat Kuda, tujuannya adalah agar sang pengemudi diberi keselamatan
dan di jauhkan dari segala bahaya dalam perjalanannya.
Sedangkan mitos dari “Mariam Puntung” yang Konon Meriam
Puntung adalah jelmaan adik dari Putri Hijau, penguasa Kerajaan Haru. Salah satu
hal yang membuat para warga sekitar percaya pada cerita legenda Putri Hijau ini
adalah keberadaan meriam puntung yang terdapat di Desa Suka Nalu, Kecamatan
Barus Jahe, Kabupaten Karo. Kabarnya, meriam tersebut merupakan perwujudan
Mambang Khayali yang terpisah. Berdasarkan penuturan seorang juru kunci,
pecahan meriam tersebut merupakan bagian dari meriam di halaman Istana
Maimun, yang dipercaya sebagai Kerajaan Deli Tua dalam cerita legenda Putri
Hijau. Bagian moncongnya yang terbang ternyata terbawa hingga ke Desa
Sukanalu.
Kini, tempat penyimpanan meriam puntung tersebut menjadi sebuah
tempat wisata. Para pengunjung yang datang biasanya diminta untuk mengangkat
meriam tersebut. Konon katanya, hanya orang berhati tulus saja yang bisa
mengangkatnya.
Perbandingan Amanat
Amanat yang terkandung dalam “Asal Mula Desa Mata Pao” yaitu dalam
cerita Keramat Kuda ini, rasa patuh akan nasehat orang yang lebih tua ditunjukkan
13
oleh Ramli kepada Gurunya Tuan Syekh Maulana Maghribi. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan cerita berikut :
14
Selain itu, ketika kamu mengalami kegagalan, jangan putus asa. Lakukan usaha
sebaik mungkin untuk mendapatkan kesuksesan atau sesuatu yang kamu inginkan.
Sama seperti ketika Sultan Aceh dikalahkan oleh pasukan Kerajaaan Deli. Ia pun
berusaha mencari cara untuk bisa mengalahkan Kerajaan Deli. Meskipun cara
yang ia lakukan itu termasuk licik dan tidak benar, tapi setidaknya ia tidak
langsung menyerah begitu saja.
Selain intrinsik, dari cerita legenda Putri Hijau ini juga memiliki unsur
ekstrinsik. Seperti nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang sesuai dengan
lingkungan sekitar.
15
BAB III
PENTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, Dalam cerita Asal Mula Nama
Desa Mata Pao, tokoh-tokoh yang ada dalam cerita antara lain, Datuk Pao, Ramli,
Siputih(kuda milik Datuk Pao), dan Tuan Syekh Maulana Maghribi. Sedangkan
dalam cerita Meriam Puntung tokoh-tokoh yang ada dalam cerita antara lain, Putri
Hijau(Siti Qadariyah), Mambang Khayali(adik Putri Hijau diduga sebagai si
Meriam Puntung), Mambang Diazid dan Raja Aceh. Alur dari kedua cerita ini,
sama-sama menggunakan alur maju yakni kedua cerita itu diceritakan secara
runtut dari awal sampai akhir tanpa ada cerita yang mem-flash back kejadian yang
telah lalu.
Latar tempat dalam cerita “Asal Mula Nama Desa Mata pao” adalah dari
kampung Mengkudu. Sedangkan dalam cerita meriam punting ada beberapa latar
lokasi yang disebutkan dalam kisah ini. Di antaranya adalah Istana Gasip yang
berbatasan dengan Teluk Aru dan Sungai Rokan, Kerajaan Deli Tua di tepi pantai
Selat Malaka, dan taman istana tempat sang putri berjalan-jalan. Kemudian ada
juga Kerajaan Aceh dan Tanjung Jambu Air tempat kapal Sultan Mukhayat Syah
dihancurkan oleh naga jelmaan Mambang Jazid.
Latar suasana dalam cerita “Asal Mula Desa Mata Pao” adalah
menyedihkan dan menegangkan yang di alami seorang anak yatim piatu yang
bernama Ramli dan pembatu dari Datok Pao sering bersedih dan tak tahan dengan
caci maki Datok Pao. Sedangkan latar suasana dalam cerita “Mariam Puntung”
yaitu mengharukan dan juga menegangkan, paras kecantikan Putri Hijau adalah
malapetaka dari peperangan antara kerajaan Aceh dengan kerajaan Haru.
Yang konon katanya sampai saat ini Keramat Kuda tersebut telah direnovasi
sebanyak lima kali, kebanyakan orang-orang yang merenovasi keramat kuda
tersebut adalah orang-orang yang memohon doa di Keramat Kuda tersebut, dan
secara kebetulan atau tidak doa orang-orang tersebut terkabulkan dan sampai
sekarang masih banyak orang yang lewat meleparkan koin ke patung kuda.
16
Sedangkan Kini, tempat penyimpanan meriam puntung tersebut menjadi sebuah
tempat wisata. Para pengunjung yang datang biasanya diminta untuk mengangkat
meriam tersebut. Konon katanya, hanya orang berhati tulus saja yang bisa
mengangkatnya.
Amanat yang dapat di ambil dari kedua cerita tersebut ialah jangan sombong
karaena kita punya segalanya dan jangan langsung menghakimi orang lain itu
pada cerita asal muasal Desa Mata Pao sedangkan pada cerita “Mariam Puntung”
yaitu yang pertama adalah jangan terlalu mudah atau cepat dalam mengambil
keputusan. Hal tersebut bisa merugikan diri sendiri. Seperti yang dilakukan oleh
Sultah Aceh yang langsung marah ketika ditolak. Ia beranggapan kalau Kerajaan
Deli telah mengajaknya berperang dan mengutus ratusan prajurit untuk
menyerang kerajaan tersebut. Namun, pada akhirnya justru pasukannya sendiri
yang kalah.
Selain itu, ketika kamu mengalami kegagalan, jangan putus asa. Lakukan
usaha sebaik mungkin untuk mendapatkan kesuksesan atau sesuatu yang kamu
inginkan. Sama seperti ketika Sultan Aceh dikalahkan oleh pasukan Kerajaaan
Deli. Ia pun berusaha mencari cara untuk bisa mengalahkan Kerajaan Deli.
Meskipun cara yang ia lakukan itu termasuk licik dan tidak benar, tapi setidaknya
ia tidak langsung menyerah begitu saja.
Saran
Karena kedua cerita rakyat yang melegenda di Sumatera Utara, maka
seharusnya cerita ini di perkenalkan oleh genersi selanjutnya. Untuk tempat di
Desa Mata Pao sebaiknya lebih dirawat lagi dan di meriam puntung seharusnya
disediakan buku di dalam ruangan meriam punting tersebut.
17