Anda di halaman 1dari 13

Tema dalam Resepsi Sastra pada Naskah Drama Fragmen-

fragmen Sunyi Karya Iswadi Pratama

Dwi Anggraini S (1513041019)


Dwi Rizki Anggraini (1513041017)
Nurhandayani (1513041047)
Septiana Triwahyuni (1513041007)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan tanggapan atau penerimaan aspek


pembaca naskah drama Fragmen-fragmen Sunyi pada http://nteater.blogspot.
co.id/2011/10/fragmen-fragmen-sunyi-karya-iswadi.html, yang diakses pada 30
Maret 2017 pukul 21.20 WIB. Penelitian ini berupa penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Subjek penelitian ini adalah naskah drama Fragmen-fragmen
Sunyi karya Iswadi Pratama. Objek penelitian dalam jurnal ini hasil resepsi
kelompok dengan menyandingkan hasil resepsi 5 orang responden pembaca
naskah drama Fragmen-fragmen Sunyi. Pengumpulan data dilakukan dengan
membagi naskah kepada 5 responden pembaca untuk dibaca lalu responden
diwawancara. naskah drama Fragmen-fragmen Sunyi dan dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti. Selanjutnya, dianalisis melalui metode konten analisis.
Hasil analisis resepsi sastra naskah drama Fragmen-fragmen Sunyi karya Iswadi
Pratama pada http://nteater.blogspot. co.id/2011/10/fragmen-fragmen-sunyi-
karya-iswadi.html yaitu resepsi terhadap tema a) keinginan sepihak (analisis
kelompok dan 2 responden) b) cinta tak terbalas (1 orang responden) c) terlupakan
(1 orang responden), d) cinta dan keinginan sepihak (1 orang responden).

Kata Kunci: resepsi sastra, analisis tema, naskah drama Fragmen-fragmen Sunyi
PENDAHULUAN dibacanya, sehingga dapat
memberikan reaksi atau tanggapan
Melalui dunia seni, sastra lisan
terhadapnya.
maupun tulis berkembang sampai
saat ini. Terbukti dari banyaknya Mempertanyakan makna sebuah
karya sastra yang telah tercipta, karya sastra, sebenarnya juga berarti
tentunya karya tersebut memiliki mempertanyakan tema. Semua karya
karakter dalam segi bahasa dan fiksi, termasuk naskah drama
tulisan yang digunakan. Begitupula tentulah menawarkan tema, namun
Iswandi Pratama, salah satu penulis isi tema itu sendiri tidak mudah
yang sudah melahirkan beberapa ditunjukkan. Tema haruslah
karya, terutama dalam bentuk naskah dipahami melalui cerita dan
drama. data/unsur pembangun cerita
merupakan kegiatan yang tidak
Seorang pembaca dapat mengetahui
mudah dilakukan. Oleh karena itu,
suatu karya sastra itu memiliki nilai
resepsi sastra dapat membantu
estetika atau tidak karena adanya
menjawab sebuah tema pada sebuah
penilaian terhadap karya tersebut.
karya fiksi.
Untuk itu dibutuhkan peran pembaca
dalam menilai dan menanggapi suatu METODE PENELITIAN
karya sastra. Sebuah karya dapat
Jenis penelitian ini merupakan
dikatakan sastra apabila
penelitian kualitatif yang bersifat
menimbulkan ketertarikan pembaca
deskriptif. Subjek penelitian ini
sehingga pembaca dapat berekspresi
adalah naskah drama Fragmen-
dan menginterpretasikan secara
fragmen Sunyi Karya Iswadi
individu. Dalam penelitian ini
Pratama. Azwar (2013: 34)
peneliti juga berposisi sebagai
mengungkapkan bahwa, subjek
pembaca atau penikmat karya sastra.
adalah sumber utama data penelitian,
Resepsi sastra adalah salah satu yaitu yang memiliki data mengenai
pendekatan, yang yang bertujuan variabel-variabel yang diteliti.
untuk mengetahui bagaimana Objek penelitian dalam jurnal ini
‘pembaca’ memberikan makna memfokuskan pada hasil resepsi
terhadap karya sastra yang kelompok yang disandingkan dengan
hasil wawancara 5 orang responden (Inggris), yang diartikan sebagai
pembaca naskah drama Fragmen- penerimaan atau penyambutan
fragmen Sunyi. Data dikumpulkan pembaca. Arti secara luas, resepsi
dengan wawancara langsung 5 diartikan sebagai pengolahan teks,
orang responden pembaca naskah cara-cara pemberian makna terhadap
drama Fragmen-fragmen Sunyi dan karya sehingga dapat memberikan
langsung disandingkan dengan data respon terhadapnya. Respon yang
yang dibuat kelompok penyaji. dimaksudkan tidak dilakukan antara
Teknik keabsahan data dalam karya dengan seorang pembaca,
penelitian ini menggunakan teknik melainkan pembaca sebagai proses
triangulasi. Menurut Moleong sejarah, pembaca dalam periode
(2010: 330) teknik triangulasi adalah tertentu (Ratna 2009: 165).
teknik pemeriksaan keabsahan data
Dengan kata lain, resepsi sastra
yang memanfaatkan sesuatu yang
merupakan aliran sastra yang
lain di luar data itu untuk keperluan
meneliti teks sastra dengan
pengecekan atau sebagai
mempertimbangkan pembaca selaku
pembanding terhadap data itu.
pemberi sambutan atau tanggapan.
Arikunto (2010: 185) berpendapat
Dalam memberikan sambutan dan
bahwa instrumen adalah alat bantu
tanggapan tentunya dipengaruhi oleh
yang digunakan dalam pengumpulan
faktor ruang, waktu, dan golongan
data. Instrumen yang digunakan
sosial.
dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara, serta buku- buku yang Penelitian resepsi sastra pada
relefan. Selanjutnya dilakukan penerapannya mengacu pada proses
analisis data dari hasil kelompok pengolahan tanggapan pembaca atas
peneliti dan resepsi 5 orang karya sastra yang dibacanya. Metode
responden dengan menggunakan resepsi sastra mendasarkan diri pada
prinsip analisis deskripsi. teori bahwa karya sastra itu sejak
terbit selalu mendapatkan tanggapan
KAJIAN TEORI
dari pembacanya. Menurut Jauss
Secara definitif resepsi sastra berasal (dalam Pradopo 2007: 209) apresiasi
dari kata recipere (Latin), reception pembaca pertama akan dilanjutkan
dan diperkaya melalui tanggapan teknik wawancara maupun teknik
yang lebih lanjut dari generasi ke kuasioner. Oleh karena itu,
generasi. penelitian resepsi sinkronis ini
dapat digolongkan menjadi
Tugas resepsi adalah meneliti
penelitian eksperimental.
tanggapan pembaca yang berbentuk
interpretasi, konkretisasi, maupun Penelitian resepsi sinkronis ini
kritik atas karya sastra yang dibaca. jarang dilakukan oleh peneliti
Tanggapan-tanggapan pembaca atas karena sukar dalam pelaksanaan
karya sastra yang dibacanya, dapat penelitiannya. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana diungkapkan oleh
antara lain latar belakang sosial Abdullah (dalam Mustikatyas,
budaya, tingkat pendidikan pembaca, 2015: 89) bahwa penelitian yang
tingkat pengalaman, dan usia tergolong eksperimental dapat
pembaca. mengalami beberapa kendala saat
pelaksananya di lapangan.
Penerapan teori resepsi dibagi
Penelitian eksperimental dinilai
menjadi dua metode resepsi sinkronis
sangat rumit, khususnya dalam
dan resepsi diakronik.
pemilihan responden, pemilihan
1. Penerapan Metode Resepsi teks sastra, dan penentuan teori.
Sinkronis
Penelitian resepsi sastra
Penelitian resepsi dengan metode menggunakan metode sinkronis
sinkronis adalah penelitian ini pernah dilakukan oleh Dini
resepsi sastra yang menggunakan Eka Rahmawati, mahasiswa
tanggapan pembaca sezaman, program studi Sastra Jawa
artinya pembaca yang digunakan Unnes, yang meneliti resepsi
sebagai responden berada dalam masyarakat atas cerita rakyat
satu periode waktu. Penelitian Bledhug Kuwu dalam skripsinya
resepsi dengan metode ini dapat yang berjudul Resepsi Cerita
dilakukan dengan cara Rakyat Bledhug Kuwu, (Dikutip
menganalisis tanggapan pembaca dari
sezaman dengan menggunakan uap.unnes.ac.id/skripsi/abstrak/d
oc/resepsi_cerita_rakyat_bledhug disebabkan karena beberapa
__2102404020.doc). faktor yang menjadi penghambat
dalam pelaksanaan penelitian
Dalam penelitiannya, Rahmawati
resepsi sinkronis.
menggunakan pendekatan
reseptif dengan metode penelitian 2. Penerapan Metode Resepsi
sinkronis. Artinya penelitian Diakronis
resepsi sastra yang dilakukan atas
Penelitian resepsi sastra dengan
cerita Bledhug Kuwu dilakukan
metode diakronis merupakan
pada tanggapan pembaca yang
penelitian resepsi sastra yang
berada pada satu zaman.
dilakukan terhadap tanggapan-
Penelitian yang dilakukan
tanggapan pembaca dalam
Rahmawati menganalisis hasil
beberapa periode. Tetapi periode
konkretisasi masyarakat Bledhug
waktu yang dimaksud masih
Kuwu di Kabupaten Grobogan.
berada dalam satu rentang waktu.
Hasil penceritaan ulang dianalisis
struktur cerita dengan Penelitian resepsi diakronis ini
perbandingan atas sebuah teks dilakukan atas tanggapan-
cerita yang diterbitkan Dinas tanggapan pembaca dalam
Pariwisata Kabupaten Grobogan. beberapa periode yang berupa
Pembaca yang menjadi kritik sastra atas karya sastra
responden dalam penelitian yang dibacanya, maupun dari
tersebut merupakan masyarakat teks-teks yang muncul setelah
Bledhug Kuwu yang berada karya sastra yang dimaksud.
dalam satu periode. Sehingga Umumnya penelitian resepsi
dapat dikatakan penelitian diakronis dilakukan atas
Rahmawati termasuk penelitian tanggapan pembaca yang berupa
resepsi sinkronis. kritik sastra, baik yang termuat
dalam media massa maupun
Masih jarang penelitian resepsi
dalam jurnal ilmiah.
sinkronis yang dilakukan oleh
ilmuwan sastra maupun para Penelitian resepsi diakronis yang
mahasiswa sastra. Hal ini dapat melihat bentuk fisik teks yang
muncul sesudahnya dapat mengungkapkannya ke dalam bentuk
dilakukan melalui hasil inter- karya.
tekstual, penyalinan, penyaduran,
Tema dalam sebuah karya sastra,
maupun penerjemahan. Inter-
fiksi, hanyalah merupakan salah satu
tekstual merupakan fenomena
dari sejumlah unsur pembangun
resepsi pengarang dengan
cerita yang lain, yang secara bersama
melibatkan teks yang pernah
membentuk sebuah kemenyuluruhan.
dibacanya dalam karya sastranya.
Bahkan sebenarnya eksistensi tema
Hasil intertekstual, penyalinan,
itu sendiri amat bergantung dari
penyaduran, maupun penerjema-
berbagai unsur yang lain. Hal itu di
han ini dapat dilakukan atas teks
sebabkan tema, yang notabene
sastra lama maupun sastra
“hanya” berupa makna atau gagasan
modern. Jabrohim (dalam
dasar umum suatu cerita, tak
Muskaningtyas, 2015: 90).
mungkin hadir tanpa unsur bentuk
Tema adalah suatu yang menjadi yang menampungnnya.
dasar cerita. Sarana pengucapan
Tema sebuah cerita tidak mungkin
sastra, sarana kesastraan (literary
disampaikan secara langsung,
device) adalah teknik yang
melainkan “hanya” secara implisit
dipergunakan oleh pengarang untuk
melalui cerita. Di pihak lain, unsur-
memilih dan menyusun detil-detil
unsur tokoh (dan penokohan), plot
cerita (peristiwa dan kejadian)
(dan pemplotan), latar (dan
menjadi pola yang bermakna.
pelataran), dan cerita, dimungkinkan
Nurgiantoro (1994: 25-26). Tema
menjadi padu dan bermakna jika
sebuah karya satra selalu berkaitan
diikat oleh sebuah tema.
dengan makna (pengalaman)
kehidupan. Pemilihan tema-tema Dalam usaha menentukan penafsiran
tertentu ke dalam sebuah karya, tema sebuah novel, secara lebih
sekali lagi bersifat subjektif: masalah khusus dan rinci, Stanton (dalam
kehidupan manakah yang paling Nurgiantoro 1994: 88-94)
menarik perhatian pengarang mengemukakan adanya sejumlah
sehingga merasa terdorong untuk kriteria sebagai berikut:
1. Penafsiran tema sebuah novel a. kebenaran dan keadilan
hendaknya mempertimbangkan mengalahkan kejahatan,
tiap detail cerita yang menonjol. b. tindak kejahatan walau
2. Penafsiran tema sebuah novel ditutup-tutupi akan
hendaknya tidak bersifat terbongkar juga
bertentangan dengan tiap detail c. tindak kebenaran atau
cerita. kejahatan masing-masing
3. Penafsiran tema sebuah novel akan memetik hasilnya
hendaknya tidak mendasarkan d. cinta yang sejati menuntut
diri pada bukti-bukti yang tidak pengorbanan
dinyatakan baik secara langsung e. kawan sejati adalah kawan di
maupun tidak langsung dalam masa duka
novel yang bersangkutan. f. setelah menderita orang baru
4. Penafsiran tema sebuah novel mengingat Tuhan
haruslah mendasarkan diri pada g. berakit-rakit dahulu berenang
bukti-bukti yang secara langsung ke tepian dan sebagainya.
ada dan atau yang disarankan
Tema-tama tradisional, walau banyak
dalam cerita.
variasinya, boleh dikatakan selalu
Tema dapat digolongkan menjadi ada kaitannya denngan masalah
beberapa jenis diantaranya sebagai kebenaran dan kejahatan Meredith
berikut. and Fitzgerald, dalam Nurgiantoro,
1994: 77-79).
1. Tema tradisional dan
Nontradisional Selain hal-hal yang bersifat
tradisional, tema sebuah karya
Tema tradisional dapat dimaksudkan
mungkin saja mengangkat sesuatu
sebagai tema yang hanya “itu-itu”
yang tidak lazim, dikatakan sesuatu
saja, dalam arti ia telah lama
yang bersifat nontradisional. Tema
dipergunakan dan dapat ditemukan
yang demikian, mungkin tidak sesuai
berbagai cerita, termasuk cerita lama.
dengan harapan pembaca, bersifat
Pernyataan-pernyatan tema yang
melawan arus, mengejutkan, bahkan
dapat dipandang sebagai bersifat
boleh jadi mengesalkan,
tradisional itu, misalnya berbunyi:
mengecewakan atau berbagai reaksi Tema karya sastra tingkat ini lebih
afektif yang lain. Berhadapan dengan banyak menyangkut dan atau
cerita fiksi, pada umumnya orang mempersoalkan masalah seksualitas
mengharapkan yang baik, yang jujur, suatu aktivitas yang hanya dapat
yang bercinta, atau semua tokoh dilakukan oleh makhluk hidup.
yang digolongkan sebagai Ketiga, tema tingkat sosial, manusia
protagonis, akhirnya mengalami sebagai makhluk sosial, man as
kemenangan kejayaan. Novel socious. Kehidupan bermasyarakat,
Kemelut Hidup karya Ramadhan yang merupakan tempat aksi interak-
K.H, misalnya menampilkan tema sinya manusia dengan sesama dan
yang bersifat melawan arus tersebut, dengan lingkungan alam, objek
kejujuran yang justru menyebabkan pencarian tema. Keempat, tema
kehancuran. tingkat egoik, manusia sebagai
individu, man as individualism.
2. Tingkatan Tema Menurut
Disamping sebagai makhluk sosial,
Shipley
manusia sekaligus juga sebagai
Shipley (dalam Nurgiantoro, 1994: makhluk individu yang senantiasa
81-82) membedakan tema-tema “menuntut” pengakuan atas hak
karya sastra ke dalam tingkatan- individualitasnya. Kelima, tema
tingkatan semuanya ada lima tingkat devine, manusia sebagai
tingkatan berdasarkan tingkatan makhluk tingkat tinggi yang belum
pengalaman jiwa. tentu setiap manusia mengalami dan
atau mencapainya.
Pertama, tema tingkat fisik, manusia
sebagai (atau: dalam tingkat 1. Tema Utama dan Tema
kejiwaan) molekul, man as molecul. Tambahan
Tema karya sastra pada tingkat ini
Makna cerita dalam sebuah karya
lebih banyak menyaran dan atau
fiksi novel mungkin saja lebih dari
ditunjukkan oleh banyaknya aktifitas
satu atau lebih tepatnya lebih dari
fisik daripada kejiwaan. Kedua, tema
satu interpretasi. Hal inilah yang
tingkat organik manusia sebagai
menyebabkan tidak mudahnya kita
(atau: dalam tingkat kejiwaan)
untuk menentukan tema pokok cerita
protoplasma, man as protoplasm.
atau tema mayor, artinya makna Naskah Drama “Fragmen-fragmen
pokok cerita yang menjadi dasar atau Sunyi” Karya Iswadi Pratama
gagasan dasar umum karya itu. menceritakan tentang kisah Samana,
Makna pokok cerita tersirat dalam yang dulu merupakan aktor terkenal
sebagian besar untuk tidak dikatakan yang berprestasi. Namun, hidupnya
dalam keseluruhan cerita bukan berubah setelah terlilit hutang dan
makna yang hanya terdapat pada tak mampu membayar sewa gedung
bagian-bagian tertentu saja. Makna untuk pertunjukannya. Dia pun jatuh
yang hanya terdapat pada bagian- miskin.
bagian tertentu cerita dapat
Meskipun jatuh miskin, ia ditemani
diidentifikasi sebagai makna bagian
Lorin, seorang yang tidak memiliki
makna tambahan. 
hubungan darah dengan Samana.
Makna-makna tambahan inilah yang Lorin dengan setia memotivasi
dapat disebut sebagai tema-tema Samana untuk meraih hidupnya
tambahan atau tema minor. Makna- kembali. Lorin rela menjual apa yang
makna tambahan bukan merupakan dimilikinya, rela meninggalkan
sesuatu yang berdiri sendiri, terpisah keluarganya, bahkan hidup tidak
dari makna pokok cerita yang layak demi Samana. Hal yang Lorin
bersangkutan berhubung sebuah lakukan bukanlah karena Cinta,
novel yang jadi merupakan satu tetapi Lorin ingin Samana berkarya
kesatuan. Makna pokok cerita lagi. Lorin sangat mengidolakan
bersifat merangkum berbagai makna Samana saat menjadi aktor di atas
khusus, makna-makna tambahan panggung. Hingga akhirnya Samana
yang terdapat pada karya itu. Atau tidak mampu mewujudkan keinginan
sebaliknya makna-makan tambahan Lorin.
itu bersifat mendukung dan atau
Hasil Penelitian
mencerminkan makna utama
keseluruhan cerita. Teori resepsi sastra merupakan teori
pengkajian sastra yang mempelajari
Sinopsis Naskah Drama
bagaimana sebuah karya sastra dapat
“Fragmen-fragmen Sunyi” Karya
diterima oleh pembaca. Penerapan
Iswadi Pratama
resepsi sastra pada naskah drama
Fragmen-fragmen Sunyi karya dalam terang sinar
Iswadi Pratama hanya menggunakan lampu.  
Samana : Kau tak pernah
metode sinkronik. Penyusun tidak
menyerah  memaksaku…
membuat metode resepsi sastra Lorin :   Aku tidak
diakronik dikarenakan tidak adanya memaksamu. Aku
menunjukkan siapa
kritik sastra sebagai pembanding
dirimu
antar periode. Samana :   Karena itu pula kah
kau masih bersamaku?
Pada naskah drama Fragmen- Lorin :   Bukan
fragmen Sunyi karya Iswadi Pratama, Samana :   Lalu?
Lorin :   Karena peran-peran
tema digolongkan pada
yang pernah kau
nontradisional karena menampilkan mainkan. Aku telah
tema yang bersifat melawan arus. mencintai mereka se-
Biasanya, seorang yang tidak akan-akan mereka ter-
amat nyata. Aku ingin
memiliki hubungan darah, jika hidup
mereka tetap hidup
bersama, mereka akan saling dalam dirimu, bersama-
mencintai. Namun, pada teks Lorin mu, melalui dirimu.
Samana :  Bertahun-tahun kau
rela hidup dengan Samana yang
lemparakan dirimu
penuh kekurangan karena Lorin ingin dalam kesengsaraan ber-
Samana berkarya lagi. samaku hanya karena
kau ingin agar aku tetap
Samana :    Kau tidak sedang menghidupkan sosok-
menyaksikan seorang sosok itu? Dulu, bahkan
aktor memainkan hingga saat ini, aku
perannya di  sebuah selalu berpikir bahwa
panggung. Yang kau kau adalah malaikat
lihat ini hanyalah penolong yang menjelma
gelandangan dungu! dalam diri manusia. Aku
Lorin :    Kau boleh berakhir juga selalu bertanya-
jika aku tidak ada. tanya; apa yang
Cukup lama aku membuatmu begitu
nantikan saat seperti ini. kukuh mendampingiku?
Duduk di tempat gelap, Dan malam ini
di salah satu sudut semuanya terjawab. Kau
panggung, menyaksikan telah memperpanjang
bagaimana kau mainkan penderitaanku dengan
peran-peranmu itu terus menerus me-
nyalakan impian itu. “Sebenarnya saya agak
Seharusnya kau bingung menentukan
membiarkan aku
temanya. Di satu sisi (lorin)
berakhir…
(Fragmen Ketiga, Bagian punya keinginan untuk
I) mewujudkan mimpi Samana
menjadi aktor kembali. Disisi
Namun, ada beberapa responden
lain, Samana punya rasa
yang mengungkapkan tema naskah
cinta yang besar untuk Lorin
drama Fragmen-fragmen Sunyi ini
(cinta sepihak). Mungkin
sebagai berikut.
temanya adalah cinta dan
“Menurut saya tema yang keinginan sepihak.” (oleh
cocok untuk naskah drama responden bernama Anjar).
ini adalah terlupakan.
Berdasarkan tingkatan tema menurut
Naskah drama ini kurang pas
Shipley, naskah drama Fragmen-
jika dikaitkan dengan cinta.
fragmen Sunyi ini termasuk tingkatan
Tokoh pria (Samana)
ke empat, tingkatan egoik. Lorin
merupakan seorang aktor
selalu berharap Samana dapat
yang tidak dianggap lagi
kembali menjadi seorang aktor dan
setelah kondisinya memburuk
mencintai lakon yang Samana
(jatuh miskin).” (oleh
harapkan.
responden bernama Sari
Agung). Satu-satunya alasan yang
membuat saya sanggup
“Tema yang cocok pada
bertahan mendampinginya
naskah ini, tentang cinta
hingga saat ini adalah
yang tak terbalas. Menurut
karena saya amat
saya yang cinta hanya
mencintainya. Maksud saya,
Samananya saja dan tokoh
saya mencintai sosoknya
wanita (Lorin) tidak
sebagai aktor dalam peran-
mencintai Samana, meski
peran yang telah dia
hidup bersama. (oleh
mainkan, bukan sebagai
responden bernama Ichsan).
dirinya. Saya telah terpesona
dan tenggelam begitu jauh Pendekatan Praktik. Jakarta:
dengan sosok-sosok itu, Rineka Cipta.

sehingga saya ingin mereka Azwar, saifudin. 2013. Metode


semua tetap hidup dalam Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
dirinya. (Fragmen ke-2:
monolog Lorin). Endraswara, Suwardi. 2013.
Metodologi Penelitian
Simpulan Sastra. Yogyakarta. CAPS
(Center For Academic
Pendekatan resepsi memandang Publishing Service).
karya sastra sebagai sarana untuk http://nteater.blogspot.co.id/2011/10/
mencapai tujuan pada pembaca fragmen-fragmen-sunyi-karya-
iswadi.html, 30 Maret 2017 pukul
(keindahan, pendidikan, dan lain-
21.20 WIB
lain). Pendekatan ini cenderung
menimbang nilai berdasarkan
keberhasilan tujuan pengarang bagi Moleong. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
pembaca Aspek pembaca sebagai
Remaja Rosdakarya.
penerima informasi dan pemberi
makna sangatlah berperan penting Mustikaningtyas, Niken Savitri.
2015. Analisis Resepsi Sastra
terhadap sebuah karya sastra. Cerita Sambung Ngonceki
Karena dalam sebuah karya sastra Impen Karya Sri Sugiyanto.
dengan adanya pembaca dunia Jurnal Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra
sastra mengalami perkembangan
Jawa Universitas
baik dalam produksi karya ataupun Muhammadiyah Purworejo.
segi keilmuan. Tanpa pembaca, VI (2). 89-94.
fungi sastra tidak memiliki Nurgiyantoro, Burhan.1994. Teori
Pengkajian Fiksi.
perannya dalam karya. Jadi, karya Yogyakarta: Gadjah Mada
tanpa ada pembaca tidak lebih dari University Press.
sekedar kumpulan naskah. Rahmawati, Dini Eka. 2008. Resepsi
Cerita Rakyat Bledhug Kuwu .
DAFTAR PUSTAKA uap.unnes.ac.
Arikunto, Suharsimi. 2010. id/skripsi/abstrak/doc/resepsi_cerita_
Prosedur Penelitian Suatu rakyat_bledhug__2102404020.doc,
04 April 2017 pukul 21.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai