Anda di halaman 1dari 13

HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Refleksi Teori Kritik Seni Holistik : sebuah Pendekatan Alternatif


dalam Penelitian Kualitatif bagi Mahasiswa Seni (Reflection on Art
Criticism and Holistic Art Criticism :
an Alternative Approach of Qualitative Research for Art Students)

S. Suharto
Staf Pengajar Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Kritik seni sudah lama dikenal dalam dalam dunia seni maupun sastra. Dalam dunia
pendidikan maupun penelitian pun sudah banyak diterapkan. Walaupun semula, seperti
sifatnya yang evaluatif, pendekatan kritik seni digunakan untuk penelitian evaluatif,
namun dalam perkembangannya dapat digunakan untuk jenis penelitian lainnya baik
penelitian dasar maupun terapan karena sebenarnya dalam pendekatan ini ada aspek
deskriptif, interpretatif, dan aspek evaluatif. Pendekatan kritik seni yang dalam
analisisnya menggunakan tiga faktor seperti faktor genetik, objektif, dan afektif dapat
memecahkan masalah penelitian secara komprehensip seperti sifat penelitian kualitatif
yang fenomenologis dan hermeneutik. Sifatnya yang lentur, pendekatan ini dirasa
sangat aplikatif untuk penelitian-penelitian pada umumnya lebih khusus lagi untuk
penelitian dalam cabang ilmu humaniora.

Kata kunci : pendekatan kritik seni holistik, refleksi, fenomenologi, hermeneutik

A. Pendahuluan dianggap lebih penting yang


Tidak bisa dipungkiri bahwa mendorong untuk memilih istilah
penelitian naturalistik yang dikenal khusus untuk membedakan dengan
secara luas sebagai penelitian azas mereka dengan azas yang lain
kualitatif mengalami perkembangan (Lincoln & Guba, 1985). Menurut
yang sangat pesat dengan berbagai Sutopo (1995 : 4) pilihan istilah
bentuknya. Istilahnya pun bisa seperti disebut di atassering
bermacam-macam misalnya didasarkan pada bidang ilmu yang
penelitian naturalistik, menggunakannya, misalnya
pasca positivistik, etnografi, penelitian naturalistik datang dari
fenomenologis, hermeneutik, sosiologi, etnografi datang dari
subjektif, interpretif, humanistik, dan antropologi, dan studi kasus datang
studi kasus. Biasanya istilah-istilah dari psikologi.
ini muncul karena adanya penekanan Penelitian kualitatif bersifat
pandangan yang berbeda yang sangat lentur sehingga sangat

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

terbuka bagi bidang-bidang ilmu peneliti yang mengamati suatu


secara luas.Dalam segi disainnya, subjek. Jika fenomenanya
misalanya, penelitian kualitatif bisa mendukung maka deskripsinya
bergerak luwes mengikuti irama dapat dipertanggung jawabkan.
interpretasi, refleksi, yang juga bisa Karena menyangkut penafsiran
bersifat subjektif. Penyusunannya tesebut maka tidak lepas dari
bisa disesuaikan dengan kondisi penelitinya dan yang diteliti (teks).
sebenarnya yang dijumpai di Dalam menafsirkan sebuah karya
lapangan. Itulah sebabnya penganut seni, bisa disebut teks, sebuah hasil
aliran positivisme sangat penafsiran sepenuhnya ada di tangan
menentangnya. Mereka memandang peneliti. Penafsiran termasuk
penelitian kualitatif tidak ilmiah. evaluasi sebuah karya seni
Namun demikian, perdebatan memerlukan tahap-tahap dan aspek-
panjang ini malah berdampak positif aspek yang dikaji. Tahap-tahap ini
terutama dalam meningkatkan sesuai dengan yang ada pada
kemantapan paradigma penelitian penelitian kualitatif.
kualitatf, terutama dalam Istilah kritik seni sudah lama
metodologinya. Guba (1985) adalah didengungkan oleh para peneliti seni,
salah satu tokoh kualitatif yang kritikus seni maupun pemerhati
banyak mengkritik pandangan sastra. Bahkan, dalam bidang ilmu
positifisme sebagai aliran penelitian lain, kritik seni dapat digunakan.
kuantitatif yang dianggap kurang Dalam disiplin ilmu humaniora,
memadai. misalnya, Eliot Eisner (1979:1983)
Aktivitas penelitian kualitatif menganjuran perlunya penelitian dan
sangat kuat diwarnai oleh tafsir evaluasi dengan menggunakan
hermeneutik yang mengarahkan pendekatan kritik seni. Seperti halnya
pada penafsiran ekspresi yang penuh sifat kegiatan kritis yang bersifat
makna dan dilakukan dengan evaluatif, kegiatan Eisner ini lebih
sengaja oleh manusia. Setiap karya memfokuskan kepada aktivitas
maupun peristiwa selalu memiliki evaluasi program pendidikan. Dari
makna sebagai hasil interpretasi para pengalaman penelitian-penelitiannya
pelaku atau pembuat karyanya. Eisner semakin mantap dan
Karya seni misalnya, merupakan mempertegas bahwa kritik mampu
hasil interpretasi atas sesuatu, jika menyajikan tiga aspek pokok dalam
sampai pada pengamat karya evaluasi, yaitu (1) aspek deskriptif,
tersebut harus diinterpretasi pula. (2) aspek interpretative, dan (3) aspek
Dalam penelitian kualitatifalur evaluatif (Sutopo : 1995:6).
disainnya mirip dengan proses Adalah HB. Sutopo yang sejak
pengamatan seni yang sering disebut tahun 1990-an lebih gencar
kritik seni. Peneliti tidak pernah mendengungkan kritik seni dan
menganggap bahwa setiap deskripsi selanjutnya kritik seni holistik di
bersifat definitif, seperti halnya Indonesia sebagai sebuah pendekatan
dalam penelitian kuantitatif. Tidak penelitian kualitatif. Beberapa usaha
ada kesimpulan yang bersifat telah dipaparkannya sekaligus
general. Sesuai dengan sifatnya yang diterapkan dalam penelitian-
fenomenologis, bisa saja beda tafsir penelitiannya, di lingkungan
jika ada dua pengamat seni atau

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

akademiknya, maupun masyarakat Tulisan ini sedikit


akademik pada umumnya. memaparkan teori tentang kritik seni
Pendekatan kritik seni yang dan kritik seni holistik, dan juga
dianggap sangat komprehensif hubungannya dengan penelitian
dianggap para praktisi penelitian kualitatif. Paparan ini juga
dan akademisi cukup layak merupakan refleksi sebuah teori
diterapkan dalam penelitian yaitu kritik seni yang dimulai dari
kualitatif. Pendekatan ini juga definisi, baik dari bagian-bagian
sekaligus menutup bebarapa teori tersebut dan hubungannya satu
kekurangan yang sering dialami sama lain termasuk dalam penelitian
beberapa pendekatan yang masih kualitatif.
dianggap berat sebelah dalam
memecahkan sebuah masalah
misalnya pendekatan historis, B. Refleksi Teori Kritik Seni dan
formalis, maupun pendekatan lain Kritik Seni Holistik
yang dianggap kurang komprehensif Banyak definisi yang
untuk memecahkan suatu masalah berhubungan dengan kritik seni
penelitian. yang dikemukakan oleh para ahli.
Masalah ini juga sering Wikipedia (2006) mendifnisikan
penulis jumpai pada penelitian- secara umum bahwa “art criticism
penelitian mahasiswa yang is the written discussion or evaluation
mengupas suatu permasalahan of visual art. Art criticism usually
hanya permukaan saja yang juga criticize art in the context of aesthetics
hanya dilihat dari satu sisi saja tanpa or the theory of beauty. Kritik seni
melihat sisi lain yang juga merupakan diskusi tertulis atau
mempengaruhi suatu karya, maupun evaluasi tentang seni visual. Kritik
program, atauperistiwa.Namun seni biasanya mengkritisi seni
demikian, dalam perkembangannya dalam konteks keindahan atau teori
ide pendekatan kritik seni ini bukan tentang keindahan. Menurut
tidak mendapat hambatan atau Wikipedia, kritik seni ini sudah
pertentangan. Masih banyak praktisi menjadi genre tersendiri yang
penelitian maupun para akademisi merujuk pada sebuah studi seni
meragukan pendekatan ini, apalagi yang sistematik yang diciptakan
jika diterapkan untuk semua bidang oleh para ahli. (www.en.
ilmu dalam penelitian kualitatif. wikipedia.org/wiki/art-criticism. up
Pertaanyaan sederhana pernah dated onDesember2, 2006)
disampaikan beberapa peneliti seni, Definisi yang lebih rinci juga
“Bagaimana jika yang diteliti atau dikemukakan oleh Swarts (2001)
pecipta karya, atau program sudah yang menjelaskan bahwa “art
meninggal dunia?” Pertanyaan yang criticism is the process of analyzing,
selalu ditanyakan bagi peneliti selain and interpreting works of art in terms
seni adalah “Bagaimana mungkin of form, content, and context”. Kritik
sebuah pendekatan penelitian seni seni adalah sebuah proses
yang memiliki karakter tersendiri menganalisa dan menginterpretasi
bisa diterapkan untuk penelitian karya seni dalam hal bentuk
pada umumnya?”. (form), isi (content), dan konteks
(konteks). Bentuk (form) dapat

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

didefinisikan sebagai elemen karya dengan multi-teorinya. Ia merujuk


seni yang bebas dari maknanya pada proses kritik seni yang
(misalnya warna, komposisi, atau mengkonsolidasi fakta-fakta tentang
ukuran pada sebuah bendera). form, content, dan context dalam
Bentuk ini lepas dari emosi sebuah objek seni sebagai “the world
maupun simbol yang melekat pada hypothesis” (Cromer, 1990:37). Ia juga
bendera tersebut. Jadi, “form is how berfikir bahwa setiap aplikasi teori
the works is put together”. kritik seni dapat menghasilkan
Isi (content) merupakan interpretasi unik dalam “the world
jawaban pertanyaan, “what is this hypothesis”. Pepper mendisain empat
artwork about, including teori, yang dianggapnya sebagai
iconography, straightforward imagery, “proses kritik yang menyeluruh”
and describable facts or actions”. (holistic processes of criticism).
Karya seni berbicara tentang apa? Dalam bukunya “The Critisism of
Misalnya, bendera tadi ; Art”, Stolnitz menulis
merupakan representatif dari “[Art criticism] relates the work of art to
nasionalisme, kebebasan. the great world and shows its relevance to
Konteks (context) sebuah own experience. In many ways, criticism is
karya mengarah pada lingkungan educative. It teaches, but it doses not
simply impact knowledge. Directly or
di sekitar seniman, karya seni, dan
indirectly, it instructs perception, thought,
penikmatnya (audience). Misalnya feeling, and imagination, so that (the
sebuah bendera yang dicipta student) can all learn toward the work of
selama perang dunia II; seniman art sympathically and knowingly”
atau pencipta karya tadi berusaha (Stolnitz, 1960: 494)
menciptakan suasana perasaan (Kritik seni berhubungan dengan
(mood) negara pada saat itu. karya seni mengarah kepada dunia
Pertanyaan yang timbul sekarang yang besar dan menunjukkan
relevansinya dengan pengalaman kita
adalah bagaimana kritik seni dapat
sendiri. Dalam banyak hal kritik seni
menganalisa, mengevaluasi, dan
bersifat mendidik. Kritik seni
menginterpretasi seni dalam hal mengajarkan, tetapi tidak secara
bentuk, isi, dan konteksnya. sederhana memberi dampak
Pendekatan-pendekatan yang pengetahuan. Secara langsung maupun
mungkin berbeda menunjukkan tidak langsung mengajak persepsi,
perlu adanya aturan dalam metode pikiran, perasaan, dan imajinasi, agar
kritik ini. Karena metode kritik supaya (para siswa) dapat belajar dan
seni berkembang sebagai bagian lebih tahu tentang karya seni dengan
dari sebuah teori, maka simpatik).
kebanyakan kritik jaman sekarang
nampaknya setuju bahwa Teori kritik menyokong
keragaman pendekatan sangat keterbukaan, yang secara terus
diperlukan (www.zeroland.co.nz menerus berproses sendiri, dan
/art_theory. up dated on December 3, akhirnya memberi kontribusi pada
2006). reformasi sosial (Swarts, 2006:1).
Stephen C, Pepper telah Jelaslah bahwa jikakritik seni
membuat sebuah dampak yang mengajak persepsi, pikiran, perasaan,
cukup signifikan dalam penggunaan dan imajinasi, sementara kritik
kritik seni dalam pendidikan seni tersebut menyokong sebuah

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

keterbukaan, dan dengan sendirinya Sudah diakui bahwa di dalam


terus menerus berproses, maka bisa dunia kritik seni terdapat beragam
hal ini bisa menjadi formula yang struktur yang sering saling
baik untuk sebuah pengalaman bertentangan. Menurut Osbone
belajar. Menurut Stolnitz (dalam (dalam Sutopo, 1995:8):
Swarts, 2006:2) jika pendidikan tidak Para kritikus sering saling
membicarakan reformasi sosial maka berbenturan tidak hanya
hal itu tidak bisa dikatakan penggunaan metode yang
pendidikan. Pendidikan memerlukan dianggapnya sah tetapi juga berbeda
mengenai peran yang harus
perubahan yang mensyaratkan peran
dipenuhinya. Perbedaana itu itu
pendidik ynag tidak hanya mengisi
kemudian memunculkan kritikus
anak didik dengan pikiran dengan yang cenderung berkelompok untuk
informasi, tetapi jauh dari itu harus menjaga aktivitas kritiknya supaya
mengisi pikiran mereka dengan tetap mencerminkan secara kuat
keteramplan bagaimana disiplin ilmunya.
mendapatkan, menganalisis,dan Kritik aliran sosiologis dan
memproses informasi. Menurut psikologis yang selanjutnya pecah
Stolnitz, masadepan sebuah menjadi dua arah yaitu aktivitas
masyarakat tidak menjadikan psikologis senimannya dan aktiviats
kemampuan masyarakatnya untuk psikologis penghayatnya, lebih
memiliki pengalaman hidup yang menjelaskan adanya keragaman
pasif tetapi menjadikan kemampuan kritik tersebut.
mereka ke dalam pengalaman hidup Jika diperhatikan, perbedaan
secara aktif. Jadi, kemampuan kritik yang tampak jelas pada
menangkap, berfikir, merasakan, strukturnya terutama disebabkan
membayangkan seperti dalam adanya pemihakan yang berlebihan
proses kritik yang terbuka pada sumber nilai seni yang
diperlukan untuk semua profesi. dianggap paling sah dalam
Menurut Stolnitz (dalam mengevaluasi karya. Sumber nilai
Sutopo, 1995:7) kritik seharusnya setiap karya seni pada dasarnya
berupa aktivitasevaluasi yang berkaitan langsung dengan tiga
memandang seni sebagai objek untuk komponen utama, yaitu (1) seniman,
pengalaman estetik. Pengalaman itu (2) karya seni, dan (3) penghayat.
dihasilkan lewat kajian teliti atas Menurut Sutopo (1995 : 8), tidak ada
karya seni sejalan dengan pandangan kehidupan seni dalam masyarakat
Flaccus (1981) yang merumuskan mana pun yang salah satu
kritik sebagai studi rinci dan komponen seni itu ditiadakan. Inilah
apresiatif tentang karya seni. Dari yang menjadikan proses tersebut
pandangan ini, di satu sisi kritik tidak cukup dengan sebutankritik
merupakan keyakinan dan semangat seni saja tetapi kritik seni holistik.
yang lebih besar dari logika seorang Kritik seni harus melibatkan tiga
pecinta seni yang berusaha komponen itu dalam satu kesatuan
mendukung karya, sedang di sisi lain yang saling berkaitan. Dalam
ia merupakan analisis cendekia dan mengevaluasi sebuah karya seni
teliti atas karya seni disertai berbagai tidak bisa mengabaikan salah satu
tafsir dengan alasan-alasannya. komponen sumber nilai tersebut jika

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

ingin mendapatkan pemahaman Kecenderungan pada historisme


yang utuh. dapat dilihat pada kritik seni yang
Pepper (dalam Swarts, 2006:2) menggunakan asumsi realis dan
sebenarnya telah memberikan ekspresionis (Osborne,1955) formistik
gagasan tentang empat teorinya yang (Pepper,1970), instrumentalis
dipercayai sebagai proses kritik (Feldman, 1981), dan simbolistrik
holistik (holistic processes of criticism). (Read, 1969). Kelompok Formalisme
Menurut Pepper sistem dalam kritik menekankan nilai pada karya seni itu
seni adalah; (1) mechanistic criticism, sendiri, Sutopo menjebutnya sebagai
(2) formalistic criticism, (3) faktor objektif. Kecenderungan
contextualistic criticism, dan (4) kritik ini menurut pandangan Barat
organismic critcism. Mechanistic dianggap paling rasional. Kelompok
criticism berdasarkan pada estetik kritik seni ini bisa dilihat pada pada
kesenangan (pleasure aesthetics. kritik seni dengan asumsi
Formistic criticism berkaitan dengan konfigurasional (Osborne, 1955)
intelektual, fisik, dan norma budaya kritik organisti (Pepper, 1970),
yang menyangkut isi karya (content). strukturalisme dan formalisme (Bell,
Contextualistic criticism, berarti para 1958; Feldman, 1982; Fry, 1956).
para pelaku (contextualist) bekerja Kelompok kritik emosionalisme
dari seluruh karya ke bagian-bagian, menekankan pada emosi yang timbul
agar supaya memahami secara lebih pada penghayatnya, Sutopo
baik. Organismic criticism menyebutnya sebagai faktor afektif.
memfokuskan pada hubungan Kelompok ini bisa dilihat pada kritik
bagian-bagian sehingga menjadi yang menggunakan asumsi
seluruh karya yang menyatu. emosional dan trasedental (Osborne,
Menurut Pepper, walaupun setiap 1955) kritik mekanistik, dan kritik
teori dicurahkan ke aspek-aspek ekspresivisme (Read, 1967).
yang berbeda dari apa yang Faktor genetik, faktor objektif,
disebutnya “what makes art Art”, dan faktor afektif adalah tiga hal
setiap bagian akan menjalinkan yang menjadi pijakan dalam
sebuah pengungkapan bentuk (form), pendekatan kritik seni holistik yang
isi (content), dan konteks (context). dikemukakan Sutopo. Seniman
Dalam sejarah kritik, terjadi dianggap sebagai sumber informasi
perbedaan pandangan mengenai genetik komponen ini meliputi
sumber nilai yang paling penting. banyak hal seperti kepribadian
Dalam menyikapi pandangan atau senimannya, kondisi psikologisnya,
teori-teori seperti di atas setelah seleranya, keterampilanya,
mengkaji hal tersebut, Sutopo (1988, kemampuan dan pengalamannya,
1989) membagi tiga aliran pokok latar belakang sosial budayanya, dan
yaitu (1) kelompok kritik genetik atau juga berbagai peristiwa di sekitarnya
historis, (2) kelompok kritik yang bekaitan dengan proses
fomalistik atau kritik intrinsik, dan penciptaannya karya seni.
(3) kelompok kritik emosional. Karya seni dipandang sebagai
Pengikut historisme menekankan sumber informasi objektif atau faktor
pengkajian pada faktor seniman dan intrinsik yang berupa kondisi objektif
latar belakang budayanya, yang karya seni tersebut. Jadi faktor
disebut nya sebagai faktor genetik. objektif meliputi karya itu sendiri

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

yang menurut pandangan Barat mendekatkan suatu permasalahan


paling rasional dan sebagai standar dengan kaca mata yang kita kenakan,
yang pantas karena mensyaratkan bukan jenis kaca mata yang lain.
karya itu sendiri, bukan dari luar Jika kita menggunakan
karya yang dipandang sebagai faktor pendekatan kritik seni holistik, maka
ekstra estetik. ketiga faktor seperti faktor genetik,
Penghayat sebagai sumber objektif dan afektif menjadi batu
informasi afektif yaitu informasi pijakan atau kerangka untuk mencari
yang berupa dampak emosional pada data, menganalis data sampai pada
diri penghayat. Dampak ini timbul penarikan kesimpulan.
setelah menghayati karya dengan Jika pendekatan berisi penerapan
beragam tafsir makna nilai akibat teori-teori maka teori-tori itulah yang
melakukan interaksi secara dialektis menjadi cermin dalam mengungkap
dengan karya seni di dalam proses permasalahan. Pendekatan itu
penghayatan. misalnya pendekatan antropologis,
pendekatan historis, pendekatan
C. Kritik Seni Holistik sebagai sosiologis, pendekatan musikologis,
Pendekatan Penelitian Kualitatif dan sebagainya.
Beberapa teori kritik seni telah
Pendekatan dalam istilah disinggung di atas. Beberapa
penelitian kadang disamakan dengan konsepnya dapat digunakan sebagai
paradigma, kerangka teori, landasan mengapa kritik seni dapat
perspektif, atau kerangka pemikiran. diterapkan untuk pendekatan
Secara sederhana, pendekatan bisa penelitian kualitatif.
juga diartikan sudut pandang yang Pepper, misalnya,
bisa berisi model-model suati mengemukakan teori yang disebut
kegiatan, konsep-konsep, maupun “the world hypotesis”
metode-metode. Jika pendekatan mengkonsolidasi fakta-fakta tentang
sama dengan paradigmam misalnya, form, content, dan context dalam
maka munculah pengertian sebuah objek seni. Fakta-fakta ini
pendekatan penelitian kualitatif, sangat sejalan dengan prinsip
pendekatan kuantitatif, karena penelitian kualitatif yang bersifat
menggunakan paradigma tersebut, kontekstual. Menurutnya aplikasi
walaupun rancu dengan nama jenis teori kritik seni dapat menghasilkan
penelitian. Namun demikianlah yang interpretasi unik dalam hipotesis
digunakan sebagian masyarakat tersebutd hypothesis”, sehingga ia
penelitian. Jika pendekatan mendisain empat teori, yang
disamakan dengan sebuah model, dianggapnya sebagai “holistic
sudut pandang maka pendekatan processes of criticism.”
kritik seni inilah contohnya, karena Swarts, walaupun menerapkan
pendekatan ini menggunakan model, kritik seni dalam pendidikan, namun
sudut pandang, sebagai batu pijakan sifat proses kritik ini sangat cocok
untuk melaksanakan penelitian. diterapkan pada penelitian kualitatif.
Pendekatan di sini penulis ibaratkan Penggunaan persepsi, pikiran,
sebagai kaca mata yang akan perasaan, dan imajinasi, sehingga
merubah cara pandang, yang berisi menimbulka sifat terbuka, berfikir
konsep-konsep, model-model untuk kritik yang merupakan bagian dari

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

interpretasi subuah karya atau menafsirkan berdasarkan persepsi,


peristiwa, merupakan bagian pandangan, data-data yang
karakter dalam penelitian kualitatif. mendukungnya. Seniman dengan
Tafsir hermeneutik yang juga sangat latar belakang dan pandangannya
kuat mewarnai aktivitas penelitian dalam kritik seni holistik termasuk
kualitatif, adalah perspektif yang faktor genetik, sementara masyarakat
mengarah pada interpretasi ekspresi seninya termasuk pengamat dan
yang penuh dengan makna dan masuk faktor afektif.
dilakukan dengan sengaja oleh Dalam perpektif
manusia. Menurut Smith (1984) fenomenologi yang merupakan
melakukan interpretasi atas sentral di dalam metodologi
interpretasi yang dilakukan oleh penelitian kualitatif, mendorong
pribadi atau kelompok terhadap para peneliti dalam merumuskan
situasi mereka sendiri, adalah tugas masalah yang dikaji di dalam
penting peneliti kualitatif. Setiap aktivitasnya, dan bagaimana
peristiwa atau karya selalu memiliki melakukannya di dalam situasi
makna sebagai hasil interpretasi atas penelitian, sangat tergantung pada
sesuatu tersebut, selanjutnya perspektif teoritis yang digunakan
menghadapi pengamatnya dan (Bodan & Taylor, 1975). Karena
ditangkap dengan interpretasi pula. struktur kritik seni ini dilandasi oleh
Mengikuti pernyataan Gadamer perspektif fenomenologis dan tafsir
(dalam Sutopo, 1995:5), mengenai hermeneutik, maka setiap
karya seni bahwa setiap karya akan kesimpulan akhir selalu dalam
selalu diciptakan kembali oleh sifatnya yang terbuka untuk bisa
penghayatnya, dan mendapatkan diperbaharui berdasarkan fenomena
makna baru sebagai ciptaan baru yang ditemukan kemudian, atau
penghayatnya pula. Demikian pula diganti dengan tafsir baru. Dengan
dengan penelitian kualitatif, seorang demikian kritik seni memiliki sifat
peneliti hanyadapat menyajian lentur dan terbuka dan selalu bersifat
interpretasi atas interpretasi orang kontekstual sesuai dengan
lain (subjek yang diteliti) yang juga karaktersistik penelitian kualitatif.
didasarkan pada nilai, minat, dan Menurut Sutopo (1995:18), dalam
tujuannya sendiri (Smith & sajian kritikmaka yang tampak
Heshusius, 1986). Dalam perpektif adalah tahap penampilan kritik yaitu
hermeneutik pula atas fenomena secara berurutan disajikan(1)
kesenian, sudah lama para deskripsi latar belakang, (2) analisis
antropologis menganggap kesenian formal, (2) interpretasi, dan (4)
tertentu sebagai teks, sesuatu yang simpulan atau sintesis.
harus dibaca dan ditafsirkan. Penerapan pendekatan ini
Dalam perspektif ini seorang bisa untuk penelitian selain seni atau
peneliti harus dapat menafsirkan penelitian yang biasanya bersifat
suatu peristiwa pertunjukan, atau evaluatif, misalnya penelitian
karya, dengan lebih dahulu program, peristiwa, bahkan
memperhatikan pandangan seniman penelitian lain baik penelitian dasar
dan masyarakat penghasil seni maupun penelitian terapan.
tersebut, kemudian memberikan Penggunaanstruktur kritik
interpretasinya. Peneliti bebas holistik dalam penelitian pada

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

umumnya dalam aktivitas penelitian, yang diwarnai pola pikir


karya seni bisa digantikan dengan fenomenologis dengan menggunakan
sasaran penelitian, atau dalam bentuk-bentuk trianggulasi. Di
penelitian program merupakan samping itu, informant review juga
program yang dievaluasi. Dengan bisa digunakan sebagai usaha
demikian, karya, peristiwa, program, pengembangan validitas penelitian.
lembaga, atau prilaku, merupakan Model analisis data yang
faktor objektifnya. Ini berarti sasaran disajikan oleh Miles dan Huberman
kajian diarahkan pada faktor genetik (1984) semua bisa digunakan baik
dan faktor afektif (dampaknya atau model analisis jalinan (flow model of
hasil/capaian dalam program). analysis) maupun model analisis
Dalam penggunaan interaktif. Namun demikian, analisis
pendekatan holistik penuh, misalnya interaktif lebih disarankan,yang
etnografi, di mana fokus penelitian prosesnya dilakukan bersamaan
ditemukan dan ditentukan di dengan proses pengumpulan data.
lapangan, maupun penelitian Yang sedikit berbeda adalah
terpancang yang fokus dan urutan sajian dalam pelaporannya.
variabelnya sudah ditentukan dalam Urutan sajian memperhatikan
rancangan sebuah penelitian, susunan yang sesuai dengan
pendekan kritik ini bisa diterapkan. penampilan kritik holistik yang
Demikian pula dengan terbagi menjadi (1) deskripsi latar
penggunaaanya pada studi kasus belakang, (2)konsisi objektif yang
tunggal maupun ganda, baik pada diteliti, (3) interpretasi, dan (4)
tingkat eksploratif, deskriptif, Simpulan. Yang perlu dicatat adalah
maupun eksplanatif yang pendekatan kritik seni harus tetap
merumuskan hubungan kausal antar mengikuti pola penelitian kualitatif
variabelnya. yang bersiffat siklus, untuk tetap
Dalam pengumpulan datanya menjaga kelenturan dan
baik untuk faktor genetik, objektif, keterbukaan.
maupun afektif, sama dengan
penelitian kualitatif, yang berarti D. Penutup
teknik pengumpulan datanya pun Ketajaman analisis kritik sangat
tidak berbeda. membantu kedalaman analisis dalam
Seperti halnya sifat penelitian penelitian kualitatif yang
kualitatif, teknik sampling yang menggunakan pendekatan kritik seni
digunakan yaitu purposive sampling, holistik. Hal ini disebabkan adanya
atau bisa disebut criterion based penyatuan metodologi yang ada
sampling (Goetz & LeCompte, 1984). dalam kritik seni yang menurut
Sampling tidak mewakili populasi Swarts dapat meningkatkan cara
seperti pada penelitian kuantitatif berpikir kritis, terbuka, karena
tetapi mewakili informasi, karena adanya banyak diskusi, dan karakter
tidak ada generalisisasi, dalam penelitian kualitatif yang juga
kecenderungannya pada generalisasi bersifat terbuka, lentur, tekstual, dan
teoritik (Sutopo, 1995:19). sebagianya yang akan menjawab
Pengembangan validitas permasalahan penelitian.
dalam penelitian kualitatif bisa Setelah membaca uraian singkat
memanfaatkan cara-cara kualitatif ini diharapkan keraguan yang masih

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

ada dari disiplin ilmu selalin seni, dalam mengarahkan beberapa


atau mungkin dari peneliti seni mahasiswa yang diberi tawaran
sendiri, dapat dihilangkan. Keraguan menggunakan pendekatan kritik seni
faktor genetik misalnya, yang holistik, ternyata selesai lebih cepat
meragukan bagaimana jika dalam penyusunan dibandingkan
senimannya sudah meninggal, juga lainnya. Yang lebih penting adalah
bisa dijawab, bahwa catatan mereka lebih terfokus dalam
senimannya tentang pandangannya, menentukan sasaran penelitian,
persepsinya, karyanya, dan pengambilan datanya, maupun cara
sebagainya dapat digali dengan melaporkannya. Mahasiswa pada
dokumen yang menyangkut seniman umumnya cenderung tidak fokus
itu baik yang ditulis oleh orang lain, sehingga analisisnya juga
atau bahkan informasi dari orang lain mengambang sehingga kesannya
termasuk keluarganya. tidak tuntas, hanya permukaannya
Akhirnya pengembangan yang ditampilkan dalam
metodologi dengan kritik seni pelaporannya. Sekali lagi mungkin
holistik ini minimal dapat pendekatan ini menjadi tawaran
memperkaya khasanahpenelitian yang perlu didiskusikan.
kualitatif terutama dalam bidang
ilmu humaniora. Juga, dalam
penelitian-penelitian (skripsi) yang
dilakukan mahasiswa, tulisan ini bisa
menjadi alternatif pendekatan yang
bisa digunakan. Pengalaman penulis
: Universiyu Of Calivornia
Daftar Pustaka Press.
Goetz, J.P & LeCompte, M.D. 1984.
Cromer, J. (1990). History, theory, and Ethnography and Qualitative
Practice of art criticism in art Design in Educational
education. Reston, Research. New York :
VA:National Art Education Adkademic Press, Inc.
Association. Licoln, Y.S. & Guba, E.G..1985.
Flaccus, L.W.1981.The spirit and Naturalistic Inquiry. Beverly
Substance of Art Hills:Sage Publications.
(3 .edition).New York: F.S.
rd
Miles, M.B.& Huberman, A.M. 1984.
Crofts and Co. Qualitative Data Analysis: a
Danto, Arthur C. 1983. “Art, Sourchbook of New
Phiosophy, and the Methods. Beverly Hills:Sage
Philosophy of Art.” Publications.
Humanities, Vol IV, No 1. Pepper, S.C.1970. The Basic of Art
1983. Criticism.Cambridge:Havaa
Eisner, E.W.1983. “Can Educational rd University Press.
Research inform Educational Read, H. 1967. Art and Alienation :
Practice ?” Monreat Canada The Role of The Artist in
: Unpabliser Paper. Society. New York : Horizon
Gadamer,H.G.1976. Philosopycal Press.
Hermeneuitics. Linge Berkely

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Rina Murwani P. 2003. “Analisis


Lagu Seriosa Pantai Sepi
Karya Liberty Manik”
(Sebuah Pendekatan Kritik
Seni Holistik). Skripsi tidak
dipublikasikan. Jurusan
Sendratasik. UNNES.
Steinkraus, W. 1983. Philosophy of Art.
New York: University Press
of America.
Stolnitz.J.1960. Aestetics and
Philosophy of Art Criticism: A
Critical Introduction.
Bostom:The Riverside Press.
Sutopo, Heribertus. 1988. “Kritik Seni
Holistik” Makalah dalam
seminar sehari menyambut
bulan bahasa di Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
, 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta:
Sebelas Maret University
Press.
. 1989. “A Holistic Model of
Art Criticism for Appreciating
the Traditional Art”. Makalah
dalam First ASEAN
Symposium on Aestetics di
Kuala Lumpur Malaysia.
. 1995. “Kritik Seni Holistik
sebagai Model Pendeatan
Penelitian Kualitatif.”
Makalah disampaikan pada
Pidato Pengukuhan Guru
Besar Ilmu Budaya. UNS
Tanggal 3 Mei 1995.
Swarts, Heather. 2001. Reflection on Art
Criticism theory in Education.
www.zeroland.co.nz/art_th
eory.html. up dated on
December 3, 2006).
Wikipedia Encyclopedia, 2006.
(www.en. Wikipedia
.org/wiki/art-criticism.html.
up dated on Desember 2,
2006).

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Lampiran 1 :

Contoh Model Penelitian dengan Pendekatan Kritik Seni Holistik


Judul “Kajian Sematik dan Musikal dalam Penerjemahan Lagu”
oleh Suharto
( Modifikasi dari Sutopo, 1995:16)

INPUT

Lagu Asli Lagu Terjemahan


(Source language) (Target language)

PENDEKATAN KRITIK
SENI HOLISTIK

Informasi latar Informasi objectif Informasi hasil –


belakang dan lagu (musik dan dampak persepsi
proses bahasa)

Analisis Analisis
kontrastif komposisi
(bahasa) (musik)

Deskripsi latar Deskripsi analisis Interpretasi -


belakang formal pembahasan

Simpulan
(Output)

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Lampiran 2 :

Contoh Model Penelitian dengan Pendekatan Kritik Seni Holistik


(Modifikasi dari Sutopo, 1995:16)
“Analisis Lagu Seriosa Pantai Sepi Karya Liberty Manik”
oleh Rina Murwani Prihartini, 2003

Analisis laporan :
sajian : latar
belakang kondisi
Simpulan formal interprestasi
:
diskusi
kesimpulan &
rekomendasi

deskripsi
latar L . deskripsi deskripsi
Manik isi,strutur tanggapan
bentuk lagu penghayat &

Jenis data –
informasi
informasi
informasi informasi , hasil, bahaan analisis
latar isi, bentuk dampak hasil:
belakang L. dan struktur penghayat wawancara
Manik lagu obsevasi
content
analysis

memilih
latar lagu penghayat
sumber jenis
belakang “Pantai data: informan
kehidupan Sepi” tempat/peris-
L. Mank tiwa-benda
dokumen

kerangka kerja
konseptual

historisme
emosionalisme
formalisme holistisis

Vol. VIII No. 1 / Januari – April 2007

Anda mungkin juga menyukai