Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LINGKUNGAN

Penentuan Total Zat Organik pada Sampel Air


dengan Metode Permanganometri

Dosen Pengajar : Ira Mulyawati


Akmal Algifari Alaudin 2020330029

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2021
MENENTUKAN TOTAL ZAT ORGANIK PADA SAMPEL AIR

I. Tujuan Praktikum
 Mengukur Total Zat Organik dalam sampel air
 Mampu memahami penentuan total zat organik metode permanganometri
II. Pendahuluan
2.1. Dasar Teori
Zat organik yang terdapat di air dapat berasal dari alam misalnya minyak, tumbuh-
tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan
sebagainya. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan
dari proses-proses dalam pabrik. Fermentasi misalnya alkohol, aseton, gliserol,
antibiotik, asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme
terhadap bahan-bahan organic.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi
yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah
dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung
atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut
dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak
langsung dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya
dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO 4
berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebutdan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada
penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai
parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahan organik total atau TOM
(Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat
bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air.
Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang di
sebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan
sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba
permanganat, yang dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian, dapat
dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba permanganat
selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur jumlah zat pencemar
yang dioksidasi secara kimiawi oleh potasium permangananat. Uji coba permanganat
menunjukkan jumlah yang sesungguhnya dari pada kotorankotoran organik di dalam
suatu contoh.
Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana asam
dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasar kan
pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat berlangsung dalam
suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:

MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e → Mn2+(aq) +4H2O(l)

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan


pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator,
hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4-
berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga
sebagai autoindikator.
Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh
sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling
yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan
sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan
oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia
mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan.

III. Alat dan Bahan

Alat : 1. Buret Bahan : 1. Sampel Air


2. Gelas Ukur 10 mL 2. Larutan KMnO4 0,01 N
3. Labu Ukur 100 mL 3. Larutan Asam Oksalat 0,01 N
4. Corong 4. H2SO4 4 N
5. Pipet Gondok 25 mL
6. Statip dan klem buret
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Pemanas

IV. Prosedur Kerja

a. Ukurlah 25 ml contoh air ke dalam Erlenmeyer


b. Teteskan H2SO4 ± 0,05 ml;
c. Tambahkan beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai larutan berwarna sedikit merah jambu,
agar semua senyawa organic yang tingkatannya rendah dioksidasi menjadi senyawa
tinggi. Misal Ferro menjadi Ferri, nitrit menjadi nitrat dsb. Dengan demikian senyawa-
senyawa itu tidak lagi mengganggu oksidasi bahan organic;
d. Pipetlah 10 ml larutan KMnO4 0,01 N ke dalam Erlenmeyer yang berisis contoh tadi,
maka warna larutan menjadi warna merah;
e. Didihkan larutan itu ke dalam labu Erlenmeyer. Setelah mendidih, catatlah waktu sejak
larutan mulai mendidih, warna larutan akan menjadi lebih muda. Setelah dibiarka
mendidih selama 10 menit (sejak saat mendidih) angkatlah labu Erlenmeyer itu dari
pemanas;
f. Setelah suhunya turun menjadi ± 80oC, tambahkan 10 ml Asam Oksalat 0,01 N dengan
pipet khusus. Larutan akan menjadi tidak berwarna karena jumlah asam oksalat berlebih;
g. Dalam suhu tetap berkisar 70-80oC, titarlah larutan ini dengan larutan KMnO4 0,01 N
sampai warnanya menjadi merah jambu;

V. Data Pengamatan

A. Volume Titrasi Standar


Volume H2C2O4 = 10 ml

Volume titrasi KMnO4: 1 = 0,9 ml


2 = 0,8 ml
V rata-rata titrasi = 0,85 ml
Titik akhir titrasi: berubah warna menjadi merah muda

B. Volume Titrasi Sampel Air


Volume sampel air = 25 ml
Volume titrasi KMnO4: 1 = 0,5 ml
2 = 0,6 ml
V rata-rata titrasi = 0,55 ml
Titik akhir titrasi: berubah warna menjadi merah muda

VI. Analisis Data


A. Standarisasi larutan KMnO4
N KMnO4 x V KMnO4 = N H2C2O4 x V H2C2O4
N KMnO4 x 0,85 ml = 0,01 N x 10 ml
0,01 N ×10 ml
N KMnO4= = 0,1176 N
0,85 ml
B. Penentuan Kadar Zat Organik atau Nilai Permanganat
(A-B) ×N×31,6×1000
Kadar KMnO4 =
V sampel
(10 ml-0,55 ml) ×0,1176 N×31,6×1000
= = 1404,7 mg/L
25 ml

VII. Pembahasan
Kadar zat organik yang berlebihan dalam air bersih tidak diperbolehkan karena
selain menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak diinginkan juga mungkin bersifat
toksik baik secara langsung maupun setelah bersenyawa dengan zat lain yang ada. Zat
organik yang terdapat dalam air dapat berasal dari alam atau sebagai dampak dari
kegiatan manusia. Yang berasal dari alam misalnya asam humat (humic acid) dari daun
dan batang pohon yang membusuk; senyawa nitrogen (amina) dan senyawa sulfurik
(merkaptan) yang berasal dari organisme yang membusuk. Manusia dalam kehidupan
sehari-hari membuang limbah berupa tinja, limbah cair, limbah padat dan gas baikk yang
berasal dari kegiatan rumah tangga maupun dari kegiatan pertanian/kehutanan, industri,
transportasi, pertambangan dan sebagainya. Kegiatan pertanian/kehutanan menghasilkan
limbah organik berupa pestisida dan pupuk; industri mengeluarkan limbah organik sesuai
produk dan prosesnya, transportasi mengeluarkan hidrokarbon dan senyawa organik lain,
kegiatan pertambangan juga menghasilkan limbah hidrokarbon dan juga berbagai
senyawa-senyawa organik lainnya.
Standarisasi KMnO4 terhadap H2C2O4 0,01 N, titrasi permanganometri
digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan
menggunakan kalium permanganat sebagai titran. Dalam suasana penetapan basa atau
asam lemah akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu.
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O (dalam lingkungan asam)

MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O (dalam asam lemah)

MnO4- + 2H2O +3e MnO2 + 4OH- (dalam basa lemah)


Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini
dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator.
Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung
dititrasi dengan larutan Asam oksalat merupakan standar yang baik untuk standarisasi
permanganat dalam suasana asam. Larutan ini mudah diperoleh dengan derajat
kemurnian yang tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada temperatur kamar dan biasanya
diperlukan pemanasan hingga 60 oC. Bahkan bila pada temperatur yang lebih tinggi reaksi
akan berjalan lebih lambat dan bertambah cepat setelah terbentuknya ion mangan (II).
Pada penambahan tetesan titrasi selanjutnya warna merah hilang semakin cepat karena
ion mangan(II) yang terjadi berfungsi sebagai katalis, katalis untuk mempercepat reaksi.
Pada standarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan larutan standar H2C2O4
berlangsung reaksi sebagai berikut :

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi sitandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat. Untuk mengetahui konsentrasi KMnO4 pada proses pembakuan larutan
KMnO4, digunakan rumus persamaan sebagai berikut:

N KMnO4 x V KMnO4 = N H2C2O4 x V H2C2O4

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus persamaan di atas dapat


diketahui bahwa konsentrasi larutan KMnO4 yaitu sebesar 0,1176 N.
Setelah konsentrasi KMnO4 diketahui, maka selanjutnya penentuan nilai
permanganat. Penentuan nilai permanganat dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
kadar zat organik yang terdapat pada sampel air. Untuk mengetahui kadar zat oganik atau
penentuan nilai permanganat, dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan di
bawah ini:
(A-B) ×N×31,6×1000
Kadar KMnO4 =
V sampel
Dimana A merupakan volume asam oksalat, B merupakan volume kalium permanganat
dan N merupakan konsentrasi kalium permanganat. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus persamaan di atas, maka didapatkan kadar zat organik
sebesar 1404,7 mg/L.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel air mengandung zat organik
yang sangat tinggi, berdasarkan kriteria air minum yang telah ditetapkan oleh
KEMENKES RI No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat organik yang terkandung
tidak boleh lebih dari 10 mg/l. Kadar zat organik yang tinggi menunjukan bahwa air telah
tercemar. Jadi, sampel air sumur tidak layak digunakan sebagai air minum, karena tidak
memenuhi kriteria air minum.

VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
mg
kadar zat organik yang terkandung pada sampel air sumur sebesar 1404,7 /L. Jadi dapat
disimpulkan bahwa air sampel sumur tidak memenuhi kriteria air minum yang ditetapkan
oleh KEMENKES RI No.492/MENKES/SK/VI/2010. Hal ini dikarenakan banyaknya zat
organik yang akan mengakibatkan meningkatnya populasi mikroorganisme dan dapat
menyebabkan berkembangnya bakteri pathogen yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai