Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No.

4 Desember 2011: 227-237

Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta


Pengaruhnya terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud

Modelling of Magma Density and Viscocity Changes and Their


Influences towards the Characteristic of Kelud Volcano Eruption

H. Humaida1, K. S. Brotopuspito2, H. D. Pranowo2, dan Narsito2

BPPTK, PVMBG, Badan Geologi, Jln. Cendana 15, Yogyakarta


1
2
Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, Jln. Kaliuarang, Yogyakarta 55281

Sari

Erupsi Gunung Kelud pada tahun 2007 bersifat efusif berbeda dengan erupsi-erupsi terdahulu, yang
secara umum bersifat eksplosif. Di antara faktor-faktor yang menentukan sifat erupsi tersebut adalah densitas
dan viskositas magma. Untuk itu dilakukan suatu kajian terhadap perbedaan erupsi berdasarkan densitas
dan viskositas magmanya. Metode yang digunakan adalah analisis geokimia batuan yang kemudian dibuat
suatu pemodelan terhadap parameternya. Kajian terhadap erupsi yang bersifat eksplosif dititikberatkan pada
data erupsi tahun 1990, sedangkan kajian terhadap erupsi yang bersifat efusif dilakukan terhadap data erupsi
tahun 2007. Hasil kajian menunjukkan bahwa viskositas magma Gunung Kelud sangat bergantung pada
besarnya konsentrasi H2O sebagai salah satu komponen volatil dalam magma, dan suhu yang memberikan
persamaan eksponensial. Semakin tinggi kandungan H2O, semakin kecil nilai viskositasnya, demikian pula
dengan semakin tingginya temperatur. Kandungan H2O dalam cairan silika dapat memutuskan ikatan polimer
cairan silika, karena polimer yang lebih pendek menghasilkan viskositas yang lebih rendah. Densitas cairan
silika Gunung Kelud berkisar antara andesitis dan basaltis, tetapi lebih cenderung pada andesit. Material
erupsi 1990 dibandingkan dengan 2007 memberikan hasil densitas cairan silika yang berbeda. Densitas
cairan silika pada erupsi 1990 lebih kecil daripada tahun 2007, yang berarti sifat magma tahun 1990 lebih
asam. Tingkat densitas cairan silika sangat tergantung pada suhu. Pada suhu 1073 K densitas magma Gu-
nung Kelud 1990 sebesar 2810 kg/m3 dan tahun 2007 sebesar 2818 kg/m3. Sementara itu, densitas magma
pada suhu 1673 K dalam erupsi tahun 1990 sebesar 2671 kg/m3 dan tahun 2007 sebesar 2682 kg/m3. Dalam
pemodelan dengan menggunakan hukum gas ideal (Hukum Henry), kenaikan magma Gunung Kelud ke
permukaan dapat memberikan perubahan sifat fisika. Evolusi tekanan aliran di dalam konduit dicirikan oleh
tiga area yang berbeda, yaitu dari dasar konduit sampai tekanan jenuh, kemudian level antara pelepasan
dan fragmentasi, serta level di atas fragmentasi, yang mengimplikasikan suatu penurunan gesekan dinding.
Kata kunci: Gunung Kelud, viskositas, densitas, magma, pemodelan

Abstract

The effusive eruption of Kelud Volcano in 2007 was different from the previous ones, which in general
were more explosive. Among others, density and viscosity are factors that determine the type of eruption.
Therefore, the study on the difference of the recent eruption style based on the density and viscosity of
magma was carried out. The method used in this study was based on geochemical analysis of the rock and
then a modeling was established by using the above parameter. The study on the explosive eruption was
emphasized on the data of 1990 eruption, whereas the effusive eruption was based on the data of 2007
eruption. The result shows that the magma viscosity of Kelud Volcano depend on the H2O concentration as
one of the volatile compound in magma, and temperature which gives the exponential equation. The higher
the increase of H2O content the smaller the value of its viscosity as well as the higher the temperature. The
Naskah diterima: 22 November 2010, revisi kesatu: 17 Januari 2011, revisi kedua: 07 Oktober 2011, revisi terakhir: 28 Oktober 2011

227
228 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: 227-237

H2O content in silica fluid can break the polymer bond of the silica fluid, because a shorter polymer will
produce a lower viscosity. The density of the silica content of Kelud Volcano ranges between andesitic and
basaltic types, but andesite is more likely. The fluid density of the material of 1990 eruption is different from
2007 eruption. Compared to the 2007, the 1990 eruption material gave a lower density value in its silica
fluid than that of the 2007 one. The low density value of the silica fluid of the 1990 eruption material was
reflecting a more acid magma. The level of density value of silica fluid depends on its temperature. At the
temperature of 1073 K the density of the 1990 Kelud magma is 2810 kg/m3 and the 2007 magma is 2818
kg/m3, whereas at a temperature of 1673 K, the density is 2672 kg/m3 and 2682 kg/m3 of the 1990 and 2007
eruptions respectively. A modeling by using an ideal gas law of Henry’s Law illustrated that the ascent
of Kelud’s magma to the surface may cause changes in it’s physical properties. The evolution of the flow
pressure in the conduit is characterized by three different areas; based of the conduit until the pressure is
saturated, then at the level between release and fragmentation, and then the level above the fragmentation,
that implicates the decrease in the wall friction.
Keywords: Kelud Volcano, viscosity, density, magma, modeling

Pendahuluan Sifat efusif erupsi Gunung Kelud pada tahun


2007 berbeda dengan erupsi sebelumnya, yang
Gunung api muncul akibat magma dari dalam secara umum bersifat eksplosif. Untuk mengkaji
bumi bergerak naik ke permukaan. Naiknya magma perbedaan sifat erupsi tersebut, maka dilakukan
ke permukaan disebabkan oleh aktivitas tektonik kajian terhadap viskositas dan densitas magma yang
yang bermula dari ketidakseimbangan litostatik di merupakan sifat fisika magma yang memengaruhi
dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya per- sifat erupsi suatu gunung api.
bedaan tekanan penyebab aliran massa. Penyebab
kedua, naik­nya magma ke permukaan adalah adanya
konduksi panas dari kantong magma ke lapisan batu- Geologi Gunung Kelud
an terdekat yang berisi gas, air tanah, dan atau fluida
lain yang disebut sebagai kantung fluida. Konduksi Gunung Kelud merupakan gunung api Kuarter
panas yang terus-menerus menyebabkan peningkat­ yang merupakan produk proses tumbukan antara
an suhu dan tekanan pada kantong fluida, hingga lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah
pada suatu saat tidak dapat menahan tekanan gas. lempeng Asia, tepatnya di sebelah selatan Jawa.
Akibatnya magma mengalir, dan terjadilah erupsi. Sebagai gunung api muda yang tumbuh pada zaman
Erupsi gunung api melepaskan gas dan melempar- Kuarter Muda (Holosen), Gunung Kelud merupakan
kan benda padat lainnya ke atmosfer dalam bentuk salah satu gunung api dalam deretan gunung api
pecahan–pecahan batuan berupa blok, bom, dan lapili. yang tumbuh dan berkembang di dalam Subzona
Secara garis besar, ada dua tipe erupsi gunung api, Blitar dari Zona Solo; dimulai dari daerah bagian
yaitu erupsi efusif dan eksplosif. Erupsi efusif terjadi selatan Jawa bagian tengah (Gunung Lawu) hingga
apabila produknya berbentuk aliran massa yang encer, Jawa bagian timur (Gunung Raung), yang dibatasi
umumnya komposisi magma basa seperti lava basal. gawir sesar Pegunungan Selatan (Zaennudin, 2008).
Sementara erupsi eksplosif terjadi apabila magma Gunung api ini merupakan gunung api strato, akan
bersifat asam - menengah, seperti riolit, dasit, andesit tetapi tidak seperti gunung api strato yang lain-
dengan konsentrasi gas yang tinggi. Tingginya kon- nya seperti Gunung Merapi atau Semeru. Hal ini
sentrasi gas menyebabkan lava terfragmentasi men- karena kerucutnya tidak begitu jelas, puncak tidak
jadi kepingan-kepingan batu, pasir, abu, dan sering teratur, tajam dan terjal, serta kerucut yang rendah.
diikuti oleh gas-gas vulkanik. Perbedaan tipe gunung Keadaan puncak-puncak tersebut disebabkan oleh
api dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah sifat erupsi yang sangat merusak (eksplosif) disertai
satu faktor yang berpengaruh dalam penentuan tipe dengan pertumbuhan sumbat-sumbat lava, seperti
erupsi gunung api adalah sifat fisika magma, seperti puncak Sumbing, Gajahmungkur, dan puncak Kelud
viskositas dan densitas magma. (Zaennudin, 2007).
Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya 229
Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud (H. Humaida drr.)

Secara morfologis, Gunung Kelud dapat dibeda- Gunung Kelud terisi oleh sumbat lava yang terdiri
kan menjadi lima satuan morfologi (Wirakusumah, atas sumbat lava Lirang, Gajahmungkur, Tumpak,
1991), yaitu: Satuan morfologi Puncak dan Kawah; Sumbing I dan II, Durgo, Gupit, Badak I dan II,
Satuan Morfologi Tubuh Gunung Api; Satuan Mor- serta sumbat lava saat ini. Sumbat lava tertua ter-
fologi Kerucut Samping; Satuan Morfologi Kaki bentuk dua ratusan ribu tahun yang lalu. Sumbat-
dan Dataran, serta Satuan Morfologi Pegunungan sumbat lava pada kawah-kawah merupakan pusat
sekitar. erupsi yang berpindah searah dengan jarum jam
Gunung Kelud dengan puncak tertinggi 1731 (Wirakusumah, 1991), (Gambar 2).
m dpl merupakan salah satu gunung api aktif tipe Antara tahun 1000 dan tahun 1990 erupsi Gu-
A yang paling berbahaya di Indonesia (Kusuma- nung Kelud terjadi sebanyak 31 kejadian dengan
dinata drr. 1979). Dampak erupsinya seringkali waktu istirahat antara 1 sampai 311 tahun, dengan
menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Sejak rerata waktu istirahat adalah 24,21 tahun (Broto-
terdeteksi hingga saat ini tidak kurang dari 15.000 puspito dan Wahyudi, 2007). Erupsi Gunung Kelud
jiwa menjadi korban erupsi gunung api tersebut. secara umum mempunyai sifat eksplosif. Erupsi ter-
gunung api ini merupakan gunung api strato yang jadi dengan tanda yang minim, tidak terjadi erupsi
terletak di Kediri, Jawa Timur (Gambar 1). Sebelum dari kecil kemudian membesar, tetapi terjadi erupsi
erupsi November 2007, Gunung Kelud merupakan sangat singkat dan langsung membesar. Sifat erupsi
gunung api yang berdanau kawah. Kawah tersebut tersebut disebabkan oleh besarnya kandungan gas
merupakan kawah terakhir dari rangkaian kawah dan kentalnya magma. Akan tetapi sifat erupsi ini
yang terbentuk beberapa ratus ribu tahun yang lalu. berubah dari sifat eksplosif menjadi efusif pada
Kawah ini merupakan pusat aktivitas erupsi sampai aktivitas bulan November 2007 dengan membentuk
saat ini. Berdasarkan urutan umur kawah yang ada, kubah lava yang memenuhi danau kawah.

113o E

SURABAYA NU

0 20km

Anjasmoro
Arjuno-Welirang

Wilis
Kediri

8o S Kawi-Butak n
Bromo-Tehgger 8o S
KELUD Malang

Blitar
Semeru

113o E

Gambar 1. Gunung Kelud merupakan gunung api strato tipe A yang berlokasi di Kediri Jawa Timur.
230 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: 227-237

U
Sum
ber
agu
ng
Sumberglatik

2 3 Km
KN
Margomulyo . gab
a
1
3
9 8 10

4
5
6

K.
Lo
r
k
ada
K. B

G. Pisang

Keterangan:
1. Kawah Lirang 4. Kawah Sumbing I 7. Kawah Gupit 10. Kawah Kelut Sekarang
2. Kawah Gajahmungkur 5. Kawah Sumbing II 8. Kawah Badak I
3. Kawah Tumpak 6. Kawah Dargo 9. Kawah Badak II

Gambar 2: Kronologi terbentuknya kawah Gunung Kelud (Wirakusumah, 1991).

Sifat erupsi suatu gunung api dipengaruhi oleh dengan aliran yang cepat. Sebaliknya, magma riolitis
sifat-sifat geokimia maupun geofisika. Secara yang cukup kental sangat terbatas mengalir. Karena
geokimiawi, komponen paling penting yang me­ kentalnya magma riolitis, maka gelembung gas di
mengaruhi sifat erupsi suatu gunung api adalah kom- perangkap oleh magma, mengalami ekspansi, dan
ponen volatil (Wallace dan Anderson, 2000). Kom- dapat menyebabkan erupsi yang eksplosif.
ponen volatil di Gunung Kelud memberikan gejala Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau gas
awal yang jelas pada saat aktivitasnya me­ningkat. yang berhubungan dengan hambatan alir gas/cairan
Komponen-komponen volatil tersebut antara lain itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar partikel
karbondioksida (CO2), H2O, sulfat, klorin, serta yang mengalir. Viskositas magma didefinisikan
komponen kimia lainnya. Selain perubahan karakter sebagai perbandingan antara shear stress dan strain
geokimia yang berpengaruh terhadap perubahan rate. Lava akan mengalir pada saat shear stress lebih
sifat erupsi adalah karakter geofisika. Oleh karena besar dari yield strength. Viskositas bergantung
itu, perlu suatu kajian untuk mengungkap karakter pada komposisi/kandungan kristal, gelembung, gas
erupsi yang ada di Gunung Kelud yang ditinjau dari (H2O), serta temperatur dan tekanan.
sudut geokimia, khususnya komponen volatil dan Viskositas cairan silika turun dengan naiknya
geofisika sebagai kajian pendukung. temperatur. Viskositas mempunyai simbol η dengan
satuan poise atau dyne.detik/cm2 (Pa.S = 10 poise).
Beberapa order magnitudo diperoleh dari viskositas
Viskositas dan Densitas Magma lelehan yang stabil dengan besaran viskositas sampai
1013 poise. Untuk menentukan besarnya viskositas,
Viskositas dan densitas magma adalah sifat fisika dapat digunakan persamaan Arrhenian (persamaan
magma dan sebagai parameter yang signifikan untuk 1) terhadap magma di atas temperatur interval (200
memahami proses aktivitas gunung api. Viskositas - 300oC).
magma mengontrol mobilitas magma, densitas
η = ηo exp(E/RT) ................................................ 1)
mengontrol arah gerakan relatif antara magma dan
material padat (batuan fragmen dan kristal). Magma η adalah viskositas, ηo suatu konstanta viskositas
yang mempunyai viskositas rendah, seperti magma pada kondisi standar, E adalah energi aktivasi, R
basalti, dapat membentuk lava yang sangat panjang adalah konstanta gas, dan T adalah temperatur (K).
Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya 231
Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud (H. Humaida drr.)

Akan tetapi pada 25 tahun terakhir, diperoleh bahwa Tabel 1. Viskositas (η) dalam g/cm det pada Tekanan At-
secara umum magma bersifat non-Arrhenian yang mosfer
disebabkan oleh adanya kandungan H2O.
T (oC)
Persamaan non-Arrhenian yang digunakan untuk Jenis lelehan
menentukan besarnya viskositas cairan silika dengan 1150 1200 1300
adanya kandungan H2O adalah menggunakan model Ortoklas, KAlSi3O8 ~- 5 x 108 1 x 107
persamaan Vogel-Fulcher-Tammann (VFT). Albit, NaAlSi3O8 ~1 x 108 8 x 106 4 x 105
b( H 2 O) ................ 2) Andesit basal ~8 x 104 3 x 104 2.6 x 102
log η(T , H 2 O) = a ( H 2 O) +
T − c ( H 2 O) Ovilin basal ~9 x 102 5 x 102 2 x 102
a, b, dan c adalah konstanta yang harus ditentu-
kan terhadap cairan silika dengan menggunakan
komposisi uji laboratorium. Hens dan Dingwell turun kemungkinan berhubungan dengan perubahan
(1996) telah menggunakan model non-Arrhenian pada bilangan koordinasi Al dari 4 menjadi 6 dalam
(persamaan 3) untuk menentukan viskositas cairan lelehan, sehingga menurunkan jumlah pembentukan
hidrous-leucogranitic (Hess and Dingwell, 1996) tetrahedra. Gerakan magma naik dengan kenaikan
tekanan dan proses magmatik seperti pembentukan
logη = [a1 + a2 ln( w)] +
[b1 + b2 ln( w)] ................3) kristal dalam magma kemungkinan menjadi tinggi
T − [c1 + c2 ln( w)] di bawah tekanan.
h adalah viskositas, w kandungan H2O, T tempe­ratur Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan
(K), dan a1, a2, b1, b2, c1, dan c2 adalah koefisien suatu zat merupakan perbandingan antara massa dan
model regresi, yaitu: a1 = -3,54, a2 = 0,83, b1 = volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas cairan si-
9601, b2 = -2366, c1 = 196, c2 = 32. lika, dan material lainnya, seperti kristal, gelembung
Viskositas magma juga dipengaruhi oleh kristal gas, dan fragmen batuan. Cairan silika mengandung
yang terkandung di dalamnya. Viskositas magma rantai panjang dan cincin polimer Si-O tetrahedra,
meningkat dengan naiknya kandungan silika/kristal. bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+) dan
Dalam magma tholeiitic basaltic viskositas pada 25 anion (misal OH-, F-, Cl-, S-) yang terletak secara
% vol kristal mempunyai viskositas sepuluh kali acak, berada dalam tetrahedra (Gambar 3). Densitas
rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi komposisi,
lebih tinggi dibanding dengan magma tanpa kristal.
tekanan, dan temperatur, mengontrol sifat-sifat fisika
Viskositas kristal magma dapat diestimasikan de­ng­
cairan, seperti densitas dan viskositas. Densitas cair­
an persamaan 4.
− 52
an silika berbeda dengan densitas magma, karena
φ
ηmagma− 5=2 ηmelt  1 − 
φo 
................................
− 5 4)
cairan silika tidak mengandung kristal, gelembung,
 φ   φ  2 dan fragmen. Batuan ini akan memengaruhi densitas
melt  1 − φoadalah
 ηmagma fraksi
volume
= ηmelt  1 −dan φoo  sebagai
kristal magma. Densitas cairan silika mempunyai rentang
maksimum fraksi dalam padatan. antara 2850 kg/m3 untuk basaltik sampai 2350 kg/
Percobaan di laboratorium pada cairan silikat m3 untuk riolit.
multikomponen dan magma pada satu atmosfer Ada beberapa cara untuk mengestimasikan
menunjukkan kenaikan viskositas dengan penurunan densitas cairan silika. Salah satu metode tersebut
temperatur. Percobaan laboratorium dilakukan adalah dengan menggunakan hubungan linier antara
karena pengukuran langsung viskositas magma volume molar cairan silikat dengan penambah­
tidak mungkin dilakukan. Contoh hasil pe­ngukuran an parsial volume molar komponen oksida. Nilai
di laboratorium disajikan pada Tabel 1. tersebut diestimasikan dari komponen mayor oksida
Sebagai pembanding (masing-masing pada tem- dalam magma yang diukur di laboratorium dengan
peratur 20 oC) Pitch = 108, Glyserin = 10, air = 10-2. mengukur sistem oksidasi yang sederhana. Dengan
Satu hal yang sangat terkenal dalam lelehan silikat demikian, maka densitas cairan silika dapat diten-
adalah sebagian besar viskositas isotermal lelehan tukan dengan persamaan 5.
silikat turun dengan naiknya tekanan. Pada saat
tekanan naik pada temperatur konstan, kecepatan N
X i Mi
viskositas akan turun lebih kecil pada magma basaltis ρ= ∑
i =1 Vi
................................................... 5)
dibandingkan pada magma andesitis. Viskositas
232 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: 227-237

Si-O polymer in Hasil dan Pembahasan


anhydrous melt

Water Kajian viskositas magma Gunung Kelud di­


Molecule
Molekule lakukan berdasarkan data komposisi kimia (kon-
sentrasi H2O) maupun jumlah kristal hasil erupsi
tahun 1990 dan 2007. Konsentrasi H 2O batuan
Broken Si-O polymer
magma Gunung Kelud bervariasi mulai dari batuan
in hydrous melt yang tidak mengandung H2O sampai dengan 4,72 %
berat. Sementara untuk banyaknya kristal yang ada
− 52
φ
ηmelt kristal  −5
dilakukan berdasarkan magma 2007, yaitu maks
ηpacking
magma = fraksi 1 − (φφo) sebesar
 2 0,7 atau 70 %,

danηvolume ηmelt kristal


magma = fraksi 1 − o (φ )sebesar 5 %. Dengan
o
menggunakan variabel-variabel yang memengaruhi
viskositas dan uji statistik dengan ANOVA, maka
(OH)
diperoleh hasil seperti yang terdapat pada Gambar
Gambar 3. Rantai panjang dan cincin polimer Si-O tetra- 4 dan 5. Dari gambar terlihat bahwa efek kandungan
herda. H2O terhadap besaran viskositas magma Gunung
Kelud sangat bergantung pada besarnya konsentrasi
ρ adalah densitas, Vi volume molar parsial komponen H2O dan suhu serta memberikan persamaan ekspo-
oksida i, Xi adalah fraksi komponen oksida i dan Mi nensial. Semakin tinggi kandungan H2O semakin
adalah berat molar komponen oksida i. kecil nilai viskositas, demikian pula dengan semakin
Untuk menghitung densitas cairan silika, harus tingginya temperatur. Kandungan H2O dalam cairan
diketahui fraksi mol masing-masing oksida dalam silika dapat memutuskan ikatan polimer cairan si-
cairan, massa molekul masing-masing oksida, dan lika, dan polimer yang lebih pendek menghasilkan
fraksi volume masing-masing oksida pada suhu dan viskositas yang lebih rendah.
tekanan tertentu, (persamaan 6). Densitas yang merupakan suatu ukuran ke-
mampatan atau kepadatan suatu zat digunakan
X SiO2 = (mol SiO2)/(Total mol seluruh oksida)...6) untuk menerangkan bagaimana magma mengalir.
Fraksi volume masing-masing oksida ditentukan Seperti halnya viskositas, kajian densitas Gunung
dengan persamaan 7. Kelud sangat diperlukan. Dengan menggunakan
persamaan-persamaan yang telah disampaikan
 ∂V   ∂V 
Vi (T , P, X ) = Vi +  i  (T − 1673) +  i  P .... 7) sebelumnya, kajian densitas terhadap cairan silika
 ∂T  P  ∂P  T maupun magma memberikan hasil seperti pada
Metode perhitungan tersebut menghasilkan Gambar 6 dan 7.
pe­ngukuran densitas cairan silikat dengan kom- Dari hasil tersebut terlihat bahwa densitas cair­
posisi yang kompleks dalam magma dan biasanya an silika Gunung Kelud terletak antara andesit
di­gunakan untuk menghitung densitas magma. dan riolit, akan tetapi sangat mendekati andesit.
Densitas magma (campuran cairan silika dan Hal ini sesuai dengan batuan yang telah dianalisis
gelembung) dapat dihitung dengan hukum gas ideal, oleh Wirakusumah (1991), bahwa batuan Gunung
(Hukum Henry). Kelud merupakan batuan andesit. Material erupsi
1990 dibandingkan dengan 2007 memberikan hasil
1 nex RT 1 − nex ............................................8)
= + densitas cairan silika yang berbeda. Densitas cairan
ρ P σ silika pada erupsi 2007 lebih besar daripada tahun
ρ adalah densitas campuran magma-gas, nex adalah 1990, yang berarti magma erupsi 2007 relatif lebih
fraksi massa volatil terlarut dalam magma pada basa dibanding tahun 1990. Hal ini terjadi karena
kondisi tidak terjenuhkan, R adalah konstanta gas kan­dungan gas yang lebih besar pada erupsi 1990
(462 J kg-1 K-1) untuk uap H2O, T temperatur (K), bersifat eksplosif, dan tahun 2007 lebih masif. Lebih
P tekanan (Pa), dan σ densitas cairan silika pada masifnya magma tahun 2007 diduga karena adanya
kondisi tertentu. sumbat lava 1990 yang sebagian besar masih berada
Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya 233
Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud (H. Humaida drr.)

Gambar 4. Perhitungan hasil pemodelan viskositas Gunung Kelud dengan menggunakan VFT model.

Log (Melt Viscosity) of Kelud KelutKelud


Viscosity at 1000
Viscosity K
at 1000 K
log (melt viscosity)(Pas)

14 1.0E+10
1.0E+10
s)
(Pas)

12 8.0E+09
Viscosity (Pa

10 1000 6.0E+09 9E+10e-6.2601x


yy == 9E+10e
-6.2601x

8
Viscosity

1200
R2=0.9938
= 0.9938
6 4.0E+09
4 1400
2.0E+09
2
0.0E+00
0
0.30 0.50 0.70 0.90
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 Water content
Water content(%
(%wt)
wt)
Water content (%wt)
Series1
Series1 Expon.
Expon. (Series1) Poly. (Series1)

Gambar 5. Grafik hasil pemodelan viskositas Gunung Kelud dan persamaan yang dihasilkan merupakan persamaan eksponensial.

pada konduit. Hal ini dibuktikan dengan adanya kristal-kristal yang terdapat di dalamnya sebagian
kristal-kristal plagioklas, piroksen, dan mineral opal sudah berbentuk sempurna (euhedral) dan sebagian
yang terdapat sebagai fenokris berbentuk euhedral - subhedral. Jadi, kondisi magma yang terdapat dalam
subhedral (Zaennudin, 2008). Gejala ini merefleksi- konduit sebagian besar telah membeku membentuk
kan bahwa munculnya kubah lava ke permukaan se- kristal-kristal tersebut di atas, tidak didominasi oleh
bagian besar dalam kondisi yang sudah padat karena magma yang masih dalam fase cair.
234 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: 227-237

Kelud

Gambar 6. Metode pemodelan penentuan densitas magma Gunung Kelud.

Metl Density
Densitas Fluida Densitas Fluida
Melt Density
3400 2.85E+03
2,85E+03

3200 2.80E+03
2,80E+03
Melt Density (kg/m3)
(kg/m3)
Melt Density (kg/m3)

3000 2.75E+03
2,75E+03

2800
1990-K1
1990-K1
2.70E+03
2,70E+03 2007
2007
2600 1990-Skoria
1990-Scoria
2.65E+03
2,65E+03
1990-pumis
1990-pumice
Melt

2400
2.60E+03
2,60E+03
2200

2000 2,55E+03
2.55E+03
1073 1173 1273 1373
1373 1473 1573 1673
1073
1073 1173
1173 1273 1373 1473 1573 1673
Temperatur
Temperature (K)
(K) Temperatur
Temt (K) (K)
2007 1990-pumis
1990-pumice Basalt Andesit Riolit
Rhyolite 1990-K1
1990-K1

Gambar 7. Grafik hasil pemodelan besarnya densitas cairan silika Gunung Kelud dan dibandingkan dengan densitas riolit,
basal, dan andesit.

Densitas cairan silika yang digunakan untuk an sifat fisika. Evolusi tekanan aliran di dalam
menentukan densitas magma berdasarkan hasil konduit dicirikan oleh tiga area yang berbeda,
penentuan densitas cairan magma Gunung Kelud yaitu dari dasar konduit sampai tekanan jenuh,
dan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Hu- level antara pelepasan dan fragmentasi, serta di
kum Henri (persamaan 8). Dengan memvariasikan atas level fragmentasi. Level pertama terjadi pada
kedalaman magma, maka besarnya densitas magma saat pelepasan dimulai, tekanan aliran turun secara
Gunung Kelud terdapat pada Gambar 8. linier karena berat magma atau tegangan viskosi-
Dari hasil tersebut terlihat bahwa kenaikan tas (viscosity shear). Pada level kedua, yaitu level
magma ke permukaan dapat memberikan perubah­ antara pelepasan dan fragmentasi, tekanan turun
Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya 235
Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud (H. Humaida drr.)

250

200

150

Densitas
Density
100

50

-5000

Densitas
Density

250

Exsolution
Exsolution
200

150
Densitas
Density

100
Fragmentasi

50

-5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0


Depth
Kedalaman
Permukaan

Gambar 8. Penentuan pemodelan densitas Gunung Kelud dan grafik fungsi kedalaman terhadap besarnya densitas magma.

dengan cepat, karena kenaikan dari viskositas munculnya gempa vulkanik pada aktivitas Gunung
magma yang besar. Sementara pada level ketiga, Kelud, titik hiposentrum berada pada kedalaman
yaitu di atas level fragmentation, gesekan jauh +/- 3500 m, (Gambar 9) (Hidayati, 2009). Hal ini
lebih kecil dari sebelumnya, yang mengimplika- kemungkinan identik pada kedalaman terjadinya
sikan suatu penurunan gesekan dinding. Di awal fragmentasi magma.
236 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: 227-237

3 2
KLD
LRG
SBG KWH

2
Selatan - Utara (km)

LRG 0

Kedalaman (km)
1

0 KLD
SBG KWH

-2
-1

-2

-4
-3 -2 0 2
-3 -2 -1 0 1 2 3

Barat - Timur (km) Barat - Timur (km)


Gambar 9. Distribusi Hiposentrum pada saat mulai terjadinya kenaikan aktivitas Gunung Kelud, 10 September 2007, diawali
dengan munculnya gempa vulkanik dalam pada kedalaman 3500 m (Hidayati, 2009) yang kemungkinan identik dengan level
fragmentasi lava.

Kesimpulan Kenaikan magma ke permukaan dapat memberi-


kan perubahan sifat fisika. Evolusi tekanan aliran di
Magma merupakan batuan pijar yang meleleh dalam konduit dicirikan oleh tiga area yang berbeda
dan mengandung gas merupakan bagian yang ter- yaitu dari dasar konduit sampai tekanan jenuh, level
penting dalam memahami proses terjadinya gunung antara pelepasan dan fragmentasi, dan di atas level
api. Lelehan batuan untuk membentuk magma fragmentasi, yang mengimplikasikan suatu penu-
dikontrol oleh tiga parameter fisik, yaitu temperatur, runan gesekan dinding.
tekanan, dan komposisi.
Ucapan Terima Kasih---Penulis mengucapkan terima
Viskositas dan densitas magma adalah sifat fisika kasih kepada Kepala Balai Penyelidikan dan Pengem-
magma dan sebagai parameter yang signifikan untuk bangan Teknologi Kegunungapian, Pusat Vulkanologi
memahami proses aktivitas gunung api. Sementara dan Mitigasi Bencana Geologi yang telah memberikan
viskositas mengontrol mobilitas magma, sedangkan dukungan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan
densitas mengontrol arah gerakan relatif antara kepada rekan-rekan di Seksi Pelayanan Laboratorium
magma dan material padat (batuan fragmental dan dan Seksi Metoda dan Tekniologi Mitigasi BPPTK yang
kristal). telah membantu melakukan analisis di laboratorium dan
pelaksanaan kegiatan di lapangan, sehingga makalah ini
Viskositas magma Gunung Kelud sangat ter- dapat tersusun.
gantung pada besarnya konsentrasi H2O dan suhu
memberikan persamaan eksponensial. Semakin
tinggi kandungan H2O semakin kecil nilai viskositas
Acuan
demikian pula dengan semakin tingginya temperatur.
Kandungan H2O dalam cairan silika dapat memutus- Brotopuspito, K.S. dan Wahyudi, 2007. Erupsi Gunungapi
kan ikatan polimer cairan silika, dan polimer yang Kelud dan Nilai –b Gempabumi di Sekitarnya.
lebih pendek menghasilkan viskositas lebih rendah. Berkala Ilmiah MIPA, 17(3).
Densitas cairan silika Gunung Kelud terletak an- Hens dan Dingwell, 1996. Viscosities of hydrous
tara andesit dan riolit, akan tetapi sangat mendekati leucogranitic melts: A non-Arrhenian model.
American Mineralogist, 81, p.1297-1300.
andesit. Material erupsi 1990 dibandingkan dengan
Hidayati, S., Kristianto, Basuki, A., dan Mulyana, I, 2009.
2007 memberikan hasil densitas cairan silika yang Emergence of Lava Dome from the Crater Lake of
berbeda, densitas cairan silika pada erupsi 1990 lebih Kelud Volcano, East Java. Jurnal Geologi Indonesia,
kecil daripada tahun 2007. 4(4), p.229-238.
Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya 237
Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud (H. Humaida drr.)

Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S.,dan Zaennudin, A., 2007. Penyelidikan Endapan Piroklastika
Reksowirogo, L.D., 1979. Data Dasar Gunungapi Gunung Kelud, Jawa Timur. Laporan Pengamatan
Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung. dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Volkanologi dan
Wallace, P. dan Anderson, Jr., A.T, 2000. Volatiles in Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.
Magmas. Encyclopedia of Volcanoes, Sigurdsson H. Zaennudin, A., 2008. Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung
(ed), Academic Press, p.149-170. Kelud, submitted to Jurnal Geologi Indonesia. Http://
Wirakusumah, A.D., 1991. Some studies of volcanology, www.vsi.esdm.go.id, Gunung Kelud, Gunungapi
petrology and structure of Mt. Kelud, East Java, di P. Jawa, Gunungapi Indonesia, akses tanggal 20
Indonesia. PhD Thesis, Victoria University, Oktober 2008.
Wellington.

Anda mungkin juga menyukai