Pedoman Pelayanan RSKC (Belum Selesai)
Pedoman Pelayanan RSKC (Belum Selesai)
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan melaksanakan visi
dan misi rumah sakit;
b. Bahwa perlu ada landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di rumah
sakit;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan butir a dan b, Direktur perlu mengeluarkan
Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Karisma
Cimareme.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
ERTAMA : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN RUMAH
SAKIT KARISMA CIMAREME;
EDUA : Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Karisma Cimareme digunakan untuk
mewujudkan penyelenggaraan Rumah Sakit Karisma Cimareme;
ETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
1
RS
2
RS
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS KARISMA CIMAREME
NOMOR : ....................................
TANGGAL : ...................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran (UUPK) tahun 2004 mengarnanatkan perlu
dirumuskannya standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional dalarn pelayanan
kesehatan. Sebagai konsekuensi logis dari mandat tersebut, Departemen Kesehatan harus menetapkan
standar alat, niang dan tenaga serta kompetensi pelayanan pada rumah sakit - rumah sakit di Indonesia.
Dengan demikian rumah sakit wajib memiliki sumber daya sarana, prasarana, alat dan sumber daya
manusia yang kompetensinya sesuai dengan kelasnya. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2004
membagi subsistem upaya kesehatan menjadi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP). Rumah Sakit merupakan UKP strata kedua dan ketiga tingkat lanjutan
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.
Dalam tiga dekade terakhir ini telah terjadi kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Di sisi lain, masyarakat Indonesia menuntut pelayanan yang merata, lebih
berkualitas dan teijangkau. Sesuai dengan ketentuan UUPK maka dokter dan dokter gigi dalam
tnenjalankan praktiknya diwajibkan mengikuti standar pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi yang
sesuai dengan jenis dan strata pelayanan kesehatan yang bersangkutan.
Dalam panduan ini, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah semua sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan
selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan.
Tujuan
Panduan pelayanan rumah sakit ini adalah acuan bagi pemilik dan pengelola Rumah Sakit untuk
menata Rumah Sakit agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan,
dan harapan masyarakat.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman ini yaitu seluruh pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis dan
penunjang medis.
Batasan Operasional
Batasan operasional rumah sakit ini berdasarkan undang – undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. Yang meliputi operasional pelayanan medis dan penunjang medis.
Pelayanan medis terdiri dari :
1. Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelayanan Rawat Jalan
3
RS
Landasan Hukum
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit.
4
RS
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
5
RS
a. Ahli Gizi
- Minimal D3 gizi
b. Ahli masak
- Minimal SMK tata boga
8. Pelayanan Rekam Medis
a. Rekam medis
- D3 rekam medis
9. Pelayanan Farmasi
a. Apoteker
- S1 profesi apoteker
b. Asisten apoteker
- D3 farmasi
10. Pelayanan Laboratorium
a. Dokter Spesialis Patologi Klinik
b. Analis laboratorium
- D3 analis
11. Pelayanan Radiologi
a. Dokter Sp.Rad
b. Radiografer
- D3 radiografer
c. Petugas protek radiologi
- D3 radiografer
12. Pelayanan Rehabilitasi Medis
a. Dokter Sp.RM
b. Fisioterapi
- D3 fisioterapi
Distribusi Ketenagaan
1. Pelayanan Gawat Darurat
a. Dokter umum = 5 orang
b. Perawat = 10 – 15 orang
2. Pelayanan Rawat Jalan
a. Dokter spesialis = disesuaikan
b. Dokter umum = 2 orang, dapat merangkap sebagai dokter jaga ruangan
c. Perawat = 5 – 15 orang
d. Bidan = 2 – 3 orang, dapat merangkap di pelayanan raat inap dan
instalasi kebidanan dan kandungan
3. Pelayanan Rawat Inap
a. Dokter umum = 5 orang
b. Perawat = 10 – 15 orang/ ruangan
c. Bidan = 10 – 15 orang
4. Intensive Care Unit (ICU)/ High Care Unit (HCU)
a. Perawat = 10 – 15 orang
5. Pelayanan Kamar Operasi
a. Dokter Sp.An = 1 – 7 orang
6
RS
b. Perawat = 4 – 15 orang
c. Perawat anestesi = 1 – 4 orang
6. Pelayanan Hemodialisis
a. Dokter Sp.PD = 1 orang
b. Dokter umum = 1 – 2 orang
c. Perawat = 3 – 8 orang
7. Pelayanan Nutrisi dan Dietetik
a. Ahli Gizi = 1 – 2 orang
b. Ahli masak = 3 – 10 orang
8. Pelayanan Rekam Medis
a. Rekam medis = 4 orang
9. Pelayanan Farmasi
a. Apoteker = 4 – 8 orang
b. Asisten apoteker = 3 – 15 orang
10. Pelayanan Laboratorium
a. Dokter Spesialis Patologi Klinik = 1orang
b. Analis laboratorium = 4 – 15 orang
11. Pelayanan Radiologi
a. Dokter Sp.Rad = 1 – 2 orang
b. Radiografer = 4 – 15 orang
c. Petugas protek radiologi = 1 orang
12. Pelayanan Rehabilitasi Medis
a. Dokter Sp.RM = 1 – 2 orang
b. Fisioterapi = 1 – 4 orang
Pengaturan Jaga
1. Dokter spesialis = disesuaikan
2. Kepala instalasi dan kepala ruangan = 08.00 – 16.00 (jam kerja) hari libur dan minggu
libur
3. Staf pelaksana non shift = 08.00 – 16.00 (jam kerja) hari libur dan minggu libur
4. Staf pelaksana shift
a. Shift 1 = 07.00 – 14.00
b. Shift 2 = 14.00 – 21.00
c. Shift 3 = 21.00 – 07.00
7
RS
BAB III
STANDAR FASILITAS
Denah Ruang
Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit disarankan
mempunyai pengelompokkan sebagai berikut :
1. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar misalnya unit gawat
darurat, klinik rawat jalan, administrasi, apotik, rekam medik, dan kamar mayat.
2. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidaklangsung berhubungan dengan
lingkungan luar, misalnyalaboratorium, radiologi, dan rehabilitasi medik.
3. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien, misalnya gedung operasi, karnar
bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang perawatan.
4. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit, misalnya ruang cuci, dapur,
bengkel, dan CSSD.
8
RS
Standar Fasilitas
Pelayanan berdasarkan lantai di rumah sakit :
Basement = parkir
Lantai dasar = Rekam Medis, IGD, VK, radiologi, dan laboratorium
Lantai 1 = Poli umum, rehabilitasi medis, farmasi, gudang farmasi
Lantai 2 = Rawat inap
Lantai 3 = ICU, OK, Hemodialisis
Lantai 4 = Rawat inap
Lantai 5 = kantor managemen, CSSD, Laundry, gizi
9
RS
BAB IV
KEBIJAKAN
10
RS
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
11
RS
BAB VI
LOGISTIK
12
RS
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Rumah Sakit adalah tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test
dan prosedur, banyak terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang memberikan
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse event).
Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama untuk rumah sakit
dan keslematan pasien merupakan prioritas utama karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang mereka terima dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu
keselamatan pasienjuga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.
Pengertian dair Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk mencegah meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksananakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui penerapan 7 standar dan 7 langkah menuju
keselamatan pasien yaitu :
Standar Keselamatan Pasien terdiri dari :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatanbpasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi untuk mencapai keselamatan pasien
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung stafanda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
13
RS
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
Tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah. mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain
yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin. cuaca. sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis, kcracunan,
infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kcbersihan. kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja. alat kerja. lingkungan, cara dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
16. Menyesuaikan dan menycmpurnakai pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.
14
RS
5. Maintenance (Perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi
yang layak pakai.
6. Adanya pcndidikan mengenai kesalamatan kerja bagi pegawai.
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
15
RS
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Pengertian
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengendalikan mutu pelayanan rumah
sakit untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar. Metode-metode yang sering
digunakan dalam pengendalian mutu adalah 1) menilai mutu akhir 2) evaluasi terhadap output 3) kontrol
mutu 4) monitoring terhadap kegiatan sehari-hari.
Tujuan
Pengendalian mutu bertujuan agar semua kegian dapat tercapai secara berdaya guna dan
berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
16
RS
b. Indikator yang tidak diharapkan. yaitu indikator untuk menilai suatu kondisi yang kadang-
kadang tidak diharapkan. Ambang batas untuk indikator dibuat 0 % sebagai upaya agar
kondisi tersebut tidak terjadi.
17
RS
BAB X
PENUTUP
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat ekonomi
masyarakat, maka rumah sakit di tuntut untuk memberikan pelayanan dengan mutu optimal, terutama
dengan masuknya investasi dan tenaga kesehatan asing dalam rangka globalisasi. Hal tersebut akan
memacu timbulnya persaingan yang cenderung meningkat dan pemasaran pelayanan rumah sakit lokal
akan tertinggal bila tidak segera di antisipasi dengan peningkatan mutu yang cukup kompetitif.
Dengan adanya kebijakan desentralisasi, diharapkan Pedoman Pelayanan Rumah Sakit ini dapat
digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dan diterapkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
18
RS
19
RS
20
RS
21