Anda di halaman 1dari 9

EXPERIENTIAL LEARNING DALAM TEORI HUMANISTIK

DISUSUN OLEH:
Nauka Nayana Prasadini 18202241046
Windarti Keni Lestari 18202241053
Elvan Wahyu Ramdya Almussawa 18202241059
Wahyu Putra Pradana 18202241066
Rafa Shadiqah Hape 18202241072
Andika Yoga Utama 18202241079

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS-S1
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Experiential Learning
2.2. Ciri-ciri Experiential Learning
2. 3. Faktor Pendorong Penggunaan Experiential learning dalam Proses Pembelajaran
2. 4. Peran Guru dalam Penggunaan Experiential Learning
2.5. Aplikasi Experiential learning dalam Proses Pembelajaran
2.6. Tahap Penggunaan Experiential Learning
2.7. Langkah dan Cara Partisipasi Siswa dalam Experiential Learning

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dalam konsep teori belajar, ada beberapa teori belajar yang dapat diterapkan oleh
pendidik, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, dan teori humanistik. Konsep teori
belajar yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah teori belajar humanistik. Teori
belajar humanistik merupakan salah satu teori belajar yang berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang perilaku subjeknya, bukan dari sudut pandang
pemngamatnya. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk membantu setiap individu agar
dapat mengenali dan mewujudkan potensi yang dimilikinya.
Experiential learning muncul atas harapan pendidik agar dapat menciptakan proses
belajar yang lebih bermakna, dimana murid mengalami apa yang mereka pelajari.
Melalui model ini, murid tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka. Murid
dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan suatu
pengalaman. Hasil proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan
pada aspek kognitif, tetapi juga subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta
dari model ini merupakan perpaduan antara memahami dan menstransformasi
pengalaman.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai experiential learning, pengalaman
mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Selain itu, model pembelajaran ini
terbukti dapat memberikan dampak yang signifikan pada peserta didik karena
penekanannya aspek subjektif dan kognitifnya dalam kegiatan pembelajaran. Oleh sebab
itu, makalah berjudul Experiential learning Dalam Teori Humanistik, tim penulis akan
menjelaskan secara detail dan jelas seluruh hal yang berkaitan dengan konsep, aplikasi,
serta segala aspek yang berkaitan dengan experiential learning.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah berjudul Experiential learning Dalam Teori Humanistik, tim penulis
merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu:
a) Bagaimana konsep dasar Experiential Learning?
b) Apa saja ciri-ciri dari Experiential Learning?
c) Apa saja faktor pendorong penggunaan Experiential learning dalam proses
pembelajaran?
d) Bagaimana peran guru dalam penggunaan Experiential Learning?
e) Bagaimana aplikasi Experiential learning dalam proses pembelajaran?
f) Bagaimana tahap penggunaan Experiential Learning?
g) Bagaimana langkah dan cara siswa untuk berpartisipasi dalam Experiential
Learning?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah berjudul Experiential learning Dalam Teori
Humanistik ini, adalah sebagai berikut:
a) Memahami konsep dasar Experiential Learning.
b) Mengetahui ciri-ciri dari Experiential Learning.
c) Mengetahui dan mengenali faktor pendorong penggunaan Experiential learning
dalam proses pembelajaran.
d) Mengetahui peran guru dalam penggunaan Experiential Learning.
e) Mengetahui aplikasi Experiential learning dalam proses pembelajaran.
f) Mengenali tahap penggunaan Experiential Learning.
g) Mengetahui langkah dan cara partisipasi siswa dalam Experiential Learning.
h) Menambah wawasan para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Experiential Learning


Menurut Asosiasi Experiential learning Indonesia, Experiential learning atau
Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah metode pembelajaran yang menekankan pada
tantangan dan pengalaman yang diikuti dengan refleksi hasil pembelajaran yang didapat dari
pengalaman tersebut. Experential learning bukan semata-mata belajar dari pengalaman, tapi
sebuah pembelajaran yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar.
Sementara itu, menurut Mahfudin, model pembelajaran experiential learning merupakan
model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna,
dimana murid mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, murid dilibatkan
secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan suatu pengalaman. Berdasarkan
model pembelajaran ini, pengetahuan yang tercipta merupakan perpaduan antara memahami
dan menstransformasi pengalaman.
Experiential learning theory (ELT), yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran
Experiential learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal tahun 1980. Model ini
menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistic (secara menyeluruh) dalam
proses belajar. Dalam Experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam
proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teoriteori belajar lainnya.
Istilah “experiential” disini untuk membedakan antara belajar kognitif yang cenderung
menekankan kognisi lebih dari pada afektif.
Tujuan pembelajaran menggunakan experiential learning adalah untuk mempengaruhi
murid dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif murid, mengubah sikap murid, dan
memperluas keterampilan-keterampilan murid yang telah ada. Ketiga elemen itu saling
berhubungan dan memengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah
satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.

2.2. Ciri-ciri Experiential Learning


2. 3. Faktor Pendorong Penggunaan Experiential learning dalam Proses Pembelajaran
2. 4. Peran Guru dalam Penggunaan Experiential Learning
2.5. Aplikasi Experiential learning dalam Proses Pembelajaran
2.6. Tahap Penggunaan Experiential Learning
Model experiential learning bertujuan mengajak siswa untuk memandang secara kritis
kejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan penelitian sederhana
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kemudian menarik kesimpulan bersama.
Sesuai dengan data yang telah diperoleh, diketahui bahwa model experiential learning ini
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pembelajaran. Agus
(2013:300) mengemukakan bahwa terdapat 4 tahapan dalam Model Pembelajaran
Experiential, sebagai berikut:
1) Concrete experience (pengalaman konkret) Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus
yang mendorong mereka melakukan sebuah aktivitas. Aktivitas ini bisa berangkat dari suatu
pengalaman yang pernah dialami sebelumnya baik formal maupun informal ataupun situasi
yang realistik. Aktivitas yang disediakan bisa di dalam ataupun di luar kelas dan dikerjakan
oleh pribadi ataupun kelompok.
2) Reflective observation (observasi refleksi) Pada tahap ini pembelajar mengamati
pengalaman dari aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan panca indra. Selanjutnya
pembelajar merefleksikan pengalamannya dan dari hasil refleksi ini mereka menarik
pelajaran. Dalam hal ini, proses refleksi akan terjadi bila guru mampu mendorong murid
untuk mendeskripsikan kembali pengalaman yang diperolehnya, mengkomunikasikan
kembali, dan belajar dari pengalaman tersebut.
3) Abstract conseptualisation (konseptualisasi abstrak) Pada tahap pembentukan konsep,
pembelajar mulai mengonseptualisasi suatu teori dari pengalaman yang diperoleh dan
mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya. Pada fase ini dapat ditentukan apakah
terjadi pemahaman baru atau proses belajar pada diri pembelajar atau tidak. Jika terjadi
proses belajar, maka a) pembelajar akan mampu mengungkapkan aturan-aturan umum untuk
mendeskripsikan pengalaman tersebut; b) pembelajar menggunakan teori yang ada untuk
menarik kesimpulan terhadap pengalaman yang diperoleh; c) pembelajar mampu menerapkan
teori yang terabstraksi untuk menjelaskan pengalaman tersebut.
4) Active experimental (percobaan aktif) Pada tahap ini, pembelajar mencoba merencanakan
bagaimana menguji keampuhan teori untuk menjelaskan pengalaman baru yang akan
diperoleh selanjutnya. Siswa melakukan percobaan atau melaksanakan apa yang telah
disimpulkan pada tahap abstract conseptualisation. Pada tahap ini akan terjadi proses
bermakna karena pengalaman yang diperoleh pembelajar sebelumnya dapat diterapkan pada
pengalaman atau situasi problematika yang baru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran
experiential dengan menggunakan materi cahaya dan sifat-sifatnya diterapkan sebagai
berikut: (1) Tahap pengalaman konkret dimana guru memberikan stimulus kepada siswa
untuk melakukan pengamatan secara langsung yang ada di lingkungan mengenai cahaya dan
sifat-sifatnya, contoh: mengamati cahaya yang masuk dari pintu, dan melihat bayangan,
bercermin, mengamati gelas yang berisi air, dan mengamati air yang disemprotkan ke tempat
yang terkena cahaya dan tidak terkena cahaya; (2) Tahap observasi refleksi dimana siswa
merefleksi hasil pengamatan yang telah dilakukan berdasarkan pengetahuan yang siswa
miliki; (3) Tahap konseptualisasi abstrak yaitu dimana siswa mengonseptualisasikan apa
yang telah diamati dari yang konkret menjadi abstrak dan tahap ini sebagai tahap
penyimpulan sementara siswa; (4) Tahap percobaan aktif yaitu dimana siswa secara
berkelompok melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa sifat-sifat cahaya yaitu
merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat
diuraikan dengan penggunaan media sederhana. Tahap ini siswa menyimpulkan hasil
percobaan tersebut sehingga dapat mengaplikasikannya pula ke kehidupan sehari-hari. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan mendapatkan penjelasan
tentang fenomena yang telah dikonsepkan.
(Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 8 No. 1, Januari 2018: 1-15)
2.7. Langkah dan Cara Partisipasi Siswa dalam Experiential Learning
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Kritik dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Experiential Learning Indonesia. Apa itu Experiential Learning?.


(https://www.aeli.or.id/apa-itu-experiential-learning/, akses 30 Maret 2019)
Fithri, Rizma. 2015. Psikologi belajar. Surabaya: IAIN Press.

Anda mungkin juga menyukai