Anda di halaman 1dari 10

1) ISU ASET TAK BERWUJUD

Aset yang paling penting bagi banyak perusahaan besar di dunia bukanlah
persediaan, peralatan, gedung kantor ataupun kendaraan operasional dengan harga
milyaran, melainkan citra merek. Kita menghadapi ekonomi yang didominasi oleh
penyedia informasi atau jasa, dan asset utamanya bersifat tidak berwujud. Aset-
aset yang bersifat tidak berwujud memiliki karakteristik, kurang memiliki
eksistensi fisik, yang berarti asset ini memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya, dan
bukan merupakan instrument keuangan, yang berarti aset ini tidak memiliki
substansi fisik dan merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya
dari klaim untuk menerima kasa atau ekuivalen kas di masa mendatang. Pada
umumnya, perusahaan mengklasifikasikan asset tak berwujud sebagai aset jangka
panjang. Jenis aset tak berwujud yang paling umum dilaporkan adalah paten, hak
cipta, waralaba atau lisensi, merek dagang, dan goodwill.

Akuisisi aset tak berwujud dicatat pada biaya pembelian, dan seluruh
pengeluaran yang diperlukan untuk membuat aset tersebut siap digunakan.
Apabila aset tersebut diperoleh dengan menggunakan saham atau ditukarkan
dengan aset lain, biaya aset tak berwujud tersebut adalah sebesar nilai pasar wajar
aktiva tak berwujud yang diterima. Apabila beberapa aset tak berwujud, atau
gabungan dari aset tak berwujud dan aset berwujud, dibeli berdasarkan pembelian
keranjang, maka biayanya dicatat sebesar nilai pasar wajar atau nilai jual relative.

Sama seperti aset lainnya, aset tak berwujud juga memiliki umur manfaat yang
terbatas dan tidak terbatas. Untuk aset tak berwujud yang meiliki batas umur
manfaat, perusahaan umumnya mengamortisasi aset tersebut dengan pembebanan
sistematis selama umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan
periode-periode di mana aset-aset tersebut memberikan kontribusi terhadap arus
kas. Faktor –faktor untuk menentukan umur manfaat diantaranya adalah :

1. Perkiraan penggunaan aset tersebut oleh perusahaan


2. Perkiraan umur manfaat aset lainnya yang terkait dengan umur manfaat
aset tak berwujud tersebut
3. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan membatasi
umur manfaat suatu asettak berwujud
4. Persyaratan hukum, undang-undang, dan kontrak yang akan
memperpanjang umur kontrak akset tersebut tanpa biaya besar
5. Dampak dari keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor-faktor
ekonomi yang lain, seperti stabilitas industry, kemajuan teknologi,
kebijakan legislatif, yang berakibat pada ketidakpastian atau perubahan
lingkungan peraturan, dan perubahan pada jalur distribusi
6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas
yang diharapkan dari aktivitas tersebut

Jumlah beban amortisasi untuk aset tak berwujud dengan umur manfaat yang
terbatas harus mencerminkan pola konsumsi atau pola pemakaian aset tersebut
oleh perusahaan, jika perusahaan itu dapat dengan pasti menentukan polanya.
Ketika perusahaan mengamortisasi lisensi-lisensi produknya, perusahaan harus
menunjukkan biaya itu sebagai beban. Kredit harus dilakukan ke akun aktiva yang
sesuai maupun ke akun akumulasi amortisasi yang terpisah. Jumlah aset tak
berwujud yang akan diamortisasi adalah biaya dikurangi nilai sisa. Nilai sisa yang
dimaksud diasumsikan nol, kecuali pada akhir umur manfaatnya.

Sebuah aset tak berwujud dikatakan memiliki umur yang tidak terbatas apabila
tidak ada faktor hukum, perundangan, kontrak, persaingan atau faktor-faktor
lainnya yang membatasi umur manfaat dari sebuah aset tersebut. Maksudnya,
tidak ada batas yang dapat diperkirakan dalam periode waktu dimana aset tersebut
dapat memberikan arus kas. Untuk aset yang tidak memiliki batas umur manfaat
tidak diamortisasi. Perusahaan harus menguji apakah aset tak berwujud dengan
umur tak tervatas tersebut mengalami penurunan. Pengujian penurunan untuk
penurunan untuk aset tak berwujud dengan umur tak terbatas ini berbeda dengan
yang dipakai untuk aset tak berwujud dengan umur terbatas, dalam hal bahwa
hanya pengujian nilai wajar saja yang dilakukan. Aset tak berwujud dengan umur
tak terbatas tidak akan pernah gagal dalam pengujian pemulihan arus kas tak
berdiskonto karena arus kas dapat diperpanjang ke masa depan secara tidak
terbatas.
2) JENIS-JENIS ASET TAK BERWUJUD

Akuntansi untuk aset tak berwujud bergantung pada umur aset tak berwujud
tersebut, baik terbatas maupun tidak terbatas. Aset tak berwujud dikategorikan
menjadi enam, yaitu:

1. Aset Tak Berwujud yang Terkait dengan Pemasaran

Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran, digunakan di dalam


pemasaran atau promosi produk atau jasa. Aset tak berwujud yang terkait dengan
pemasaran adalah merek dagang atau nama dagang. Merek atau nama dagang
adalah simbol yang membedakan atau mengidentifikasi suatu perusahaan atau
produk tertentu dengan produk lainnya. Baik terdaftar maupun tidak, hak untuk
menggunakan merek dagang atau nama dagang secara eksklusif berada pada
pengguna awal selama masa penggunaannya. Sehingga perusahaan yang
menggunakan merek dagang atau nama dagang yang telah dietetapkan dapat
menganggapnya memiliki umur yang tidak terbatas.

Jika suatu perusahaan memperoleh merek dagang atau nama dagang, maka
biaya yang dapat dikapitalisasi adalah harga pembelian. Jika suatu merek dagang
atau nama dagang dikembangkan oleh perusahaan tersebut, maka biaya yang
dapat dikapitalisasi termasuk biaya pengacara, biaya pendaftaran, biaya
perancangan, biaya konsultasi, dan biaya lainnya. Jika total biaya merek dagang
atau nama dagang tidak signifikan, maka biaya tersebut dapat dibebankan.
Kebanyakan umur merek dagang atau nama dagang adalah tidak terbatas. Oleh
sebab itu, perusahaan tidak perlu mengamortisasi biayanya.

2. Aset Tak Berwujud yang Terkait dengan Pelanggan

Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan pada umumnya diperoleh
dari interaksi dengan pihak luar perusahaan. Contohnya adalah daftar pelanggan,
catatan pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang
terikat kontrak maupun yang tidak terikat kontrak.

3. Aset Tak Berwujud yang Berhubungan dengan Seni


Contoh dari aset tak berwujud yang berhubungan dengan seni adalah hak
kepemilikan atas naskah drama, karya sastra, karya music, gambar-gambar, foto,
dan materi video dan audiovisual. Hak cipta melindungi hak kepemilikan
tersebut. Hak cipta adalah hak yang diberikan pemerintah kepada para penulis,
pelukis, pemusik, pematung, dan seniman lain atas kreasi dan ekspresi mereka.
Hak cipta ini diberikan selama umur penciptanya dan memberikan kepada
pemilik, atau pewarisnya, hak eksklusif untuk memproduksinya ulang dan
menjual suatu pekerjaan artistik atau yang dipublikasikan. Hak cipta tidak dapat
diperbaharui. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak cipta
dapat dikapitalisasi, tetapi biaya penelitian dan pengembangan yang terlibat harus
dibebankan pada saat terjadinya.

4. Aset Tak Berwujud yang Berhubungan dengan Kontrak

Aset tak berwujud yang terkait dengan kontrak adalah nilai dari hak yang
timbul dari perjanjian-perjanjian tertentu. Bentuk umum jenis aset tak berwujud
tersebut adalah waralaba atau franchise. Waralaba atau franchise adalah
perjanjian kontraktual, di mana pemilik waralaba memberikan hak kepada
pemegang waralaba untuk menjual produk atau jasa tertentu, untuk menggunakan
merek dagang atau nama dagang tertentu, atau melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Franchise memperoleh hak untuk memanfaatkan ide-ide atau produk franchise
dengan menandatangani perjanjian waralaba. Jenis waralaba lainnya adalah
perjanjian yang biasa dilakukan oleh pemerintah kota dan penggunaan properti
publik oleh suatu perusahaan bisnis. Dalam hal ini, perusahaan yang dimiliki
secara pribadi diijinkan untuk menggunakan properti publik dan melakukan jasa-
jasanya.

Waralaba dan lisensi dapat berlangsung selama periode waktu tertentu, selama
periode yang tidak terbatas, atau perpetual. Perusahaan yang telah mendapatkan
hak waralaba atau lisensi, mencatat suatu akun waralaba atau lisensi dalam
pembukuannya, hanya jika terdapat biaya yang diidentifikasi pada akuisisi hak
pengoperasian. Biaya waralaba dengan umur yang terbatas harus diamortisasi
sebagai beban operasi selama umur waralaba tersebut. Perusahaan seharusnya
tidak mengamortisasi biaya waralaba dengan umur yang tak terbatas atau
waralaba perpetual, tetapi seharusnya mencatat sebesar biayanya. Pembayaran
tahunan yang dilakukan perusahaan berdasarkan perjanjian waralaba harus dicatat
sebagai beban operasi dalam periode perjanjian tersebut terjadi. Jumlah tersebut
bukan merupakan aktiva karena tidak berhubungan dengan hak masa datang untuk
menggunakan property public.

5. Aset Tak Berwujud yang Terkait dengan Teknologi

Aset tak berwujud yang terkait dengan teknologi berhubungan dengan inovasi
atau kemajuan teknologi. Sebuah inovasi atau pengembangan dan penciptaan
teknologi baru membutuhkan hak paten untuk melindungi hak kekayaan
intelektual seorang innovator. Paten memberikan hak eksklusif kepada
pemegangnya untuk menggunakan, membuat, dan menjual suatu produk atau
proses selama periode 20 tahun tanpa campur tangan atau pelanggaran dari pihak
lain. Dua jenis utama paten adalah paten produk, yang meliputi produk fisik
aktual, dan paten proses, yang mengatur proses untuk membuat produk.

6. Goodwill

Goodwill adalah bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan


kelebihan pembayaran atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan
dengan nilai pasar. Goodwill hanya akan dicatat perusahaan apabila perusahaan
membeli bisnis orang lain.

7. Copyright

Copyright. Pemerintah memberikan copyright untuk memberikan pemilik hak


eksklusif tersebut untuk menghasilkan dan menjual karya seni atau publikasi.
Harga atas copyright adalah biaya mendapatkan dan mempertahankan copyright
tersebut.

8. Trademarks

Trademarks. Sebuah trademark adalah sebuah kata, frase atau simbol yang
mengidentifikasi sebuah produk atau bisnis, contohnya seperti Coca Cola, Game
Boy, Windows, dan Frappuccino. Trademark dapat meningkatkan penjualan dari
produk. Pemilik produk dapat mendaftarkan nama-nama tersebut pada unit
pemerintahan untuk mendapatkan hak proteksi atas nama-nama produk tersebut.

3) GOODWILL

Goodwill merupakan aset yang paling tidak berwujud dari aset tak berwujud
lainnya karena goodwill hanya dapat diidentifikasi pada bisnis secara keseluruhan.
Satu-satunya agar goodwill itu dapat dijual adalah dengan menjual bisnis secara
keseluruhan.

Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh dikapitalisasi.


Pengukuran komponen goodwill sangat kompleks dan menghubungkan setiap
biaya dengan manfaat masa depan yang tidak dapat diestimasi secara rasional.
Manfaat masa depan dari goodwill tidak memiliki hubungan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam pengembangan goodwill tersebut. Goodwill dapat muncul
tanpa biaya khusus dalam pengembangannya. Sehingga karena tidak adanya
transaksi objektif dengan pihak luar yang telah dilakukan, maka subjektivitas
bahkan misrepresentasi dapat terjadi.

Goodwill hanya dicatat jika keseluruhan perusahaan dibeli. Karena goodwill


merupakan suatu penilaian yang bersifat going concern dan tidak dapat
dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Untuk mencatat goodwill, nilai
pasar wajar dari aktiva berwujud bersih dan aktiva tak berwujud yang dapat
diidentifikasi, dibandingkan dengan nilai harga beli perusahaan yang diperoleh.
Perbedaannya dianggap sebagai Goodwill. Jadi, goodwill adalah nilai sisa
kelebihan biaya atas nialai wajar aktiva bersih yang dapat diidentifikasi yang
diakuisisi.

Perusahaan yang mengakui goodwill dalam sebuah penggabungan usaha,


menganggapnya mempunyai umur yang tidak terbatas. Oleh karena itu,
perusahaan tidak boleh mengamortisasinya. Goodwill adalah aktiva tak berwujud
yang paling besar dari neraca suatu perusahaan dan komunitas investasi ingin
mengetahui jumlah yang diinvestasikan pada goodwill tersebut. Sehingga
perusahaan harus menyesuaikan nilai tercatatnya ketika goodwill mengalami
penurunan nilai. Nilai goodwill pada akhirnya akan habis, sehingga perusahaan
harus mencatat goodwill ke dalam biaya selama periode yang terpengaruh.
Amortisasi goodwill akan membandingkan beban dengan pendapatan dengan
lebih baik.

Goodwill Negatif atau dikenal dengan istilah Badwill, muncul ketika nilai
pasar wajar aktiva yang diperoleh lebih tinggi daripada harga beli aktiva yang
terkait. Situasi ini timbul sebagai hasil dari ketidaksempurnaan sebuah pasar.
Dalam hal ini, penjual lebih baik menjual aktiva tersebut secara individu daripada
secara keseluruhan. Akan tetapi, situasi ini dapat terjadi jika harga beli lebih
rendah daripada nilai aktiva bersih yang dapat diidentifikasi, sehingga timbul
istilah kredit. Kredit ini dikenal sebagai goodwill negative atau kelebihan nilai
wajar atas biaya aktiva yang diperoleh, badwill, atau pembelian tersaing.

Aturan penurunan nilai untuk goodwill adalah proses dua tahap. Pertama,
perusahaan harus membandingkan nilai wajar unit yang dilaporkan terhadap
jumlah yang tercatat, termasuk goodwill. Jika nilai wajar unit yang dilaporkan
melebihi jumlah yang tercatat, maka penurunan nilai goodwill tidak
dipertimbangkan. Namun, jika nilai wajar lebih kecil daripada jumlah yang
tercatat aktiva bersihnya, maka perusahaan harus melakukan langkah kedua untuk
menentukan penurunan nilai yang mungkin terjadi. Pada tahap kedua ini,
perusahaan menentapkan nilai wajar goodwill dan membandingkannya dengan
jumlah yang tercatat.

4) BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Biaya penelitian dan pengembangan bukan merupakan aktiva tak berwujud.


Melainkan aktivitas penelitian dan pengembangan sering kali menghasilkan
pengembangan sesuatu yang dipatenkan atau diberi hak cipta. Dua kesulitan yang
timbul dalam akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan ini
adalah :

1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek,


atau pencapaian tertentu, dan
2. Menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu
manfaat tersebut dapat direalisasi.

Aktivitas Penelitian adalah pencarian yang direncanakan atau investigasi kritis


yang ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru. Contohnya adalah pencarian
aplikasi dari penemuan baru. Sementara itu, yang dimaksud dengan Aktivitas
Pengembangan adalah penjabaran penemuan penelitian atau pengetahuan lain ke
dalam suatu rencana atau rancangan untuk produk atau proses baru, atau
perbaikan yang signifikan terhadap produk atau proses yang ada, baik yang
dimaksudkan untuk dijual atau digunakan.

Biaya yang berkaitan dengan aktivitas Penelitian dan Pengembangan dan


perlakuan akuntansi terhadap biaya tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bahan, Peralatan, dan Fasilitas. Catat keseluruhan biaya sebagai beban,


kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di masa depan,
kemudian catatlah sebagai persediaan dan alokasikan ketika dikonsumsi,
atau kapitalisasi dan susutkan ketika digunakan.
2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil
yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan harus dibebankan
ketika terjadi.
3. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli. Catat keseluruhan biaya sebagai beban,
kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternative di masa depan,
kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa Kontrak. Biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan
dengan pelaporan penelitian dan pengembangan perusahaan harus
dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya Tak Langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus
termasuk dalam biaya penelitian dan pengembangan, kecuali untuk biaya
administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar dapat
dimasukan dan dicatat sebagai beban.

Terdapat biaya-biaya yang memiliki karakteristik serupa dengan biaya


penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut meliputi:
Biaya Start-Up

Biaya start-up dikeluarkan dalam satu kali aktivitas untuk memulai operasi
baru. Biaya start-up mencakup biaya organisasional, yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk mengorganisasikan entitas baru, seperti berbagai jenis biaya hukum dan
biaya pemerintah daerah. Akuntansi untuk biaya start-up bersifat langsung,
maksudnya adalah biaya start-up dibebankan ketika dikeluarkan. Beberapa biaya
yang terkait dengan aktivitas start-up adalah:

1. Biaya yang berhubungan dengan perjalanan; biaya yang berhubungan


dengan gaji karyawan, dan biaya yang berhubungan dengan studi
kelayakan, akuntansi, pajak, serta urusan pemerintah.
2. Pelatihan karyawan lokal yang berhubungan dengan produk,
pemeliharaan, sistem computer, keuangan, dan operasi.
3. Perekrutasn, pengorganisasian, dan pelatihan yang berhubungan dengan
penetapan jaringan kerja distribusi.

Kerugian Operasi Awal

Kerugian operasi yang terjadi dalam memulai suatu bisnis harus dikapitalisasi.
Oleh karena itu, hal tersebut tidak dapat dihindari dan merupakan biaya untuk
memulai suatu entitas baru. Standar Akuntansi Internasional menyatakan bahwa
kerugian operasi tidak boleh dikapitaliasasi selama tahun-tahun pertama.
Singkatnya, akuntansi dan standar pelaporan tidak boleh berbeda antara
perusahaan yang mencoba untuk membangun sebuah bisnis baru dengan
perusahaan lainnya.

Biaya Iklan

Perusahaan membebankan sebagian besar biaya iklan ketika iklan dikeluarkan


atau pertama kali iklan dimuat di media. Aktiva berwujud yang digunakan dalam
iklan, seperti banner perusahaan, dicatat sebagai aktiva karena hal itu memiliki
kegunaan alternative di masa depan.

Biaya Perangkat Lunak Komputer


Akusisi, pengembangan, atau peningkatan nilai produk atau proses oleh
sebuah perusahaan untuk digunakan dalam aktivitas penjualan dan administrative
dikeluarkan dari difinisi aktivitas penelitian dan pengembangan.

Semua biaya penelitian dan pengembangan yang terjadi secara internal harus
dibebankan dengan segera karena merupakan suatu pemecahan konservatif dan
praktis, yang mamastikan konsistensi dalam praktek dan keseragaman di antara
perusahaan. Akan tetapi, praktek penghapusan pengeluaran secara langsung yang
dilakukan dengan harapan bermanfaat di periode masa depan tidak dapat
dibenarkan.

Pendukung pembebanan dengan segera berpendapat bahwa dari sudut


pandang laporan laba-rugi, aplikasi jangka panjang dari standar ini sering kali
hanya membuat perbedaan yang kecil. Mereka menyatakan bahwa jumlah biaya
penelitian dan pengembangan yang dibebankan ke beban setiap periode akuntansi
kurang lebih akan sama, baik dicatat sebagai beban atau dikapitalisasi dan
kemudian diamortisasi karena sifat berkelanjutan dari kebanyakan aktivitas
penelitian dan pengembangan perusahaan. Kritik terhadap praktek ini menyatakan
bahwa neraca harus melaporkan aktiva tak berwujud yang berhubungan dengan
pengeluaran yang memiliki manfaat masa depan. Menghindarkan semua
kapitaliasai pengeluaran penelitian dan pengembangan akan menghapus dari
neraca sesuatu yang mungkin merupakan aktiva perusahaan yang paling berharga.

Anda mungkin juga menyukai