Anda di halaman 1dari 11

ANALISA KASUS JACK GREENBERG, INC.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

perkuliahan Seminar Audit & SPAP

Oleh :
Michelle Catherine (11180040)
Yofan Satria Nagawan (11180122)
Yola Amadea Setiawan (11180113)
Andrian Julianto Wiranata (11180129)

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS BUNDA MULIA

TAHUN 2021
CONTENTS

CONTENTS................................................................................................................2

BAB I BACKGROUND & IDENTIFICATION .....................................................3

BAB II QUESTIONS & ALTERNATIVE SOLUTION ........................................6

BAB III CONCLUSION..........................................................................................11

2
BAB I
BACKGROUND & IDENTIFICATION

Latar Belakang:

Jack Greenberg, Inc. (JGI) merupakan sebuah perusahaan keluarga yang


menjual berbagai jenis daging, keju, dan produk makanan lainnya. Dimana setelah
kematian Ayahnya perusahaan ini, dikelola oleh Emanuel sebagai Presiden Direktur
nya dan Fred sebagai Wakil Direktur. Perusahaan ini pun bertambah maju berkat
kemampuan yang kompeten dari Greenberg bersaudara. Seiring dengan
perkembangan itulah, Emanuel merasa bahwa perusahaan ini perlu mengembangkan
sistem akuntansi dan pengendalian sistem yang lebih formal. Bersama dengan
pandangan tersebutlah, pada tahun 1987 Emanuel kemudian merekrut seorang
“Controller”, yaitu Steve Cohn, seorang CPA dan auditor di perusahaan Coopers &
Lybrand. Cohn memiliki pengalaman bekerja di berbagai sistem inventaris, seketika
menerima tugas yang menantang untuk membuat suatu sistem akuntansi yang modern
dan juga sistem pengendalian untuk JGI. Di antara perubahan lainnya, Cohn
menerapkan kebijakan dan prosedur baru yang menyediakan untuk pemisahan
tanggung jawab utama dalam siklus transaksi JGI. Cohn juga pemrosesan komputer
terintegrasi di sebagian besar operasi JGI, termasuk modul penggajian, piutang, dan
hutang dari fungsi akuntansi perusahaan.

Salah satu perubahan penting yang diterapkan Cohn adalah mengembangkan


sistem pelaporan keuangan internal yang disusun setiap bulannya sebagai bahan
pertimbangan dalam memutuskan suatu keputusan untuk bisnisnya. Namun terdapat
satu area dari JGI yang gagal di modernisasi oleh Cohn yaitu sistem akuntansi dan
prosedur pengendalian perusahaan untuk persediaan yang telah dibayar di muka.
Adanya dua akun persediaan karena pemasok asing mengharuskan JGI untuk
membayar di muka untuk item daging beku dan untuk barang dagangan lain akan di
catat ke dalam inventaris atau persediaan barang dagang. Fred yang telah diberikan
tanggung jawab dan kuasa penuh untuk mengatur kegiatan pembelian, akuntansi,
pengendalian serta keputusan lain yang mempengaruhi persediaan prabayar
perusahaan jauh sebelum Cohn menjadi pengontrol pun bersikeras untuk menolak

3
program restrukturisasi dan juga komputerisasi prosedur akuntansi dan juga
pengendalian untuk persediaan dibayar dimuka.

Faktanya, Fred punya alasan untuk menolak karena dia telah memanipulasi
Hasil operasi periodik JGI selama beberapa tahun dengan melebih-lebihkan
persediaan dibayar dimuka. Dari tahun 1987 sampai 1994, Grant Thornton mengaudit
laporan keuangan tahunan JGI, yaitu ditujukan terutama untuk kepentingan ketiga
bank perseroan. Grant Thornton, seperti Steve Cohn, gagal membujuk Fred Greenberg
untuk memodernisasi modul akuntansi persediaan prabayar. Akhirnya, pada tahun
1994, ketika Fred menolak untuk membuat perubahan tertentu dalam modul yang
diamanatkan oleh Grant Thornton, kantor akuntan mengancam akan mengundurkan
diri. Tak lama kemudian, skema penipuan Fred adalah terbongkar. Dalam enam bulan,
JGI bangkrut dan Grant Thornton menghadapi serangkaian tuduhan yang diajukan
terhadapnya oleh wali pailit perusahaan. Di antara tuduhan tersebut adalah tuduhan
bahwa kantor akuntan telah membuat banyak kesalahan dan kelalaian dalam
mengaudit Prabayar JGI Akun persediaan.

Identifikasi Masalah:

1. Emanuel dan Fred Greenberg menjadi pengelola perusahaan keluarga Jack


Greenberg, Inc., (JGI) setelah kematian ayah mereka dimana Emanuel menjadi
Presiden Direktur, sementara Fred menjadi Wakil Direktur.
2. Serupa dengan banyak bisnis milik keluarga, JGI tidak terlalu menekankan pada
masalah pengendalian internal.
3. Pada tahun 1987, Greenberg bersaudara mempekerjakan Steve Cohn, mantan
auditor Coopers & Lybrand dan spesialis persediaan, untuk bertindak sebagai
pengontrol JGI.
4. Cohn menerapkan berbagai perbaikan dalam sistem akuntansi dan kontrol JGI
perbaikan ini termasuk "komputerisasi" modul akuntansi utama perusahaan
dengan pengecualian pada akun persediaan dibayar dimuka yang merupakan akun
terbesar dan terpenting di JGI.

4
5. Sejak sebelum kematian ayahnya, Fred Greenberg bertanggung jawab atas semua
pembelian, akuntansi, pengendalian, dan keputusan bisnis yang melibatkan
persediaan dibayar dimuka perusahaan.
6. Fred bersikeras menolak upaya Cohn yang berulang kali untuk memodernisasi
akuntansi dan pengendalian keputusan untuk persediaan prabayar.
7. Fred menolak bekerja sama dengan Cohn karena dia telah memanipulasi hasil
operasi JGI selama bertahun-tahun dengan secara sistematis melebih-lebihkan
akun Persediaan dibayar dimuka yang besar.
8. Ketika Grant Thornton, auditor independen JGI, mengancam akan mengundurkan
diri jika Fred tidak membuat perbaikan tertentu dalam modul akuntansi persediaan
prabayar, kecurangan Fred pun ditemukan.
9. Grant Thornton akhirnya digugat oleh wali kebangkrutan JGI; wali itu menuduh
bahwa kantor akuntan telah membuat kesalahan kritis dalam audit tahunan JGI,
termasuk mengandalkan hampir secara eksklusif pada dokumen yang disiapkan
secara internal untuk menguatkan inventaris prabayar perusahaan

5
BAB II
QUESTIONS & ALTERNATIVE SOLUTION

1. Identify important audit risk factors common to family-owned businesses.


How should auditors address these risk factors?
Beberapa faktor audit risiko yang biasanya terjadi di dalam perusahaan keluarga
yaitu:
• Risiko Bawaan (Inherent Risk):
o Sebagian besar perusahaan keluarga memiliki masalah pertikaian
mengenai kepentingannya sendiri antar sesama anggota keluarga yang
meningkatkan kemungkinan adanya salah saji material dalam laporan
keuangan
o Perusahaan keluarga yang cenderung tidak memiliki pencatatan akuntansi
sesuai dengan standar akuntansi sehingga besar kemungkinanya mereka
akan menutup-nutupi bahkan memanipulasi laporan keuangan mereka
untuk mendapatkan keuntungan dari pihak ketiga misalnya seperti bank
& investor.

• Risiko Pengendalian (Control Risk):


o Biasanya di dalam perusahaan keluarga, karena para pemegang sahamnya
merupakan anggota keluarga maka mereka tidak terlalu mementingkan
yang namanya pemisahan tugas.
o Di dalam perusahan keluarga yang dibangun atas dasar kepercayaan
kepada masing-masing anggota keluarganya, maka dapat disimpulkan
tidak ada pengecekkan kembali atas pekerjaan dari masing-masing
anggota keluarga yang mungkin bisa saja melakukan salah saji material
baik disengaja maupun tidak.
o Selain itu, di dalam perusahaan keluarga juga pengendalian internal di
dalam perusahaannya cenderung tidak berjalan efektif sehingga
memudahkan terjadinya kecurangan.

6
• Risiko Deteksi (Detection Risk):
o Perusahaan keluarga yang kecil dengan finansial yang buruk
memungkinkan untuk memilih auditor dengan meminimalisir biaya audit,
sehingga membuat para auditor mengerjakan proses auditnya dengan
setengah hati atau tanpa perasaan penuh.

Dengan beberapa risiko yang cenderung terjadi di perusahaan keluarga, hal-hal


yang dapat dilakukan oleh auditor untuk mengatasi hal tersebut adalah
meningkatkan kewaspadaan ekstra terutama terhadap setiap laporan keuangan
yang diberikan serta memeriksa kembali secara detil setiap transaksi dengan bukti
transaksi yang dilampirkan oleh manajemen perusahaan. Selain itu, auditor pun
perlu mengerjakan proses audit dengan penuh profesionalitas untuk
menghasilkan pertimbangan audit yang sesuai dengan kenyataannya tanpa
adanya bias.

2. In your opinion, what primary audit objectives should Grant Thornton have
established for JGI’s (a) Prepaid Inventory account and (b) Merchandise
Inventory account?
Tujuan audit yang perlu ditetapkan oleh Grant Thornton:
1. Prepaid Inventory
Dengan ditemukannya masalah manipulatif terkait pengiriman inventory dari
luar yang mendekati masa penutupan laporan keuangan akhir tahun, maka
tujuan audit yang sebaiknya ditetapkan adalah memastikan kembali
keberadaan inventory tersebut. apakah barang yang masuk sudah sesuai dan
dicatat sesuai tanggal yang tertera di surat jalan atau invoice.
2. Merchandise Inventory
Terkait merchandise inventory tujuan audit yang sebaiknya dilakukan adalah
melakukan pengecekkan kembali antara barang real dengan laporan inventory
yang diberikan manajemen perusahaan. Selain itu juga, dipastikan kembali
apakah semua inventory yang dicatat tersebut terdapat kerusakan yang
seharusnya ditetapkan menjadi biaya atau tidak.

7
3. Assess Grant Thornton’s decision to rely heavily on JGI’s delivery receipts
when auditing the company’s prepaid inventory. More generally, compare
and contrast the validity of audit evidence yielded by internally prepared
versus externally prepared client documents.
Pada dasarnya, dalam melakukan proses audit tentunya para auditor melakukan
audit berdasarkan bukti transaksi yang diberikan oleh manajemen perusahaan
seperti yang dilakukan Grant Thornton dengan menggunakan surat penerimaan
barang untuk audit inventory. Namun, di dalam kasus ini, JGI ternyata melakukan
manipulasi terhadap surat penerimaan barang yang diterbitkan oleh internal
perusahaan JGI tersebut. Karena hal tersebutlah mungkin ada baiknya auditor pun
melakukan pengecekkan berdasarkan surat jalan atau dokumen dari pihak
eksternal perusahaan yang lebih sulit untuk dimanipulasi sehingga meminimalisir
kemungkinan untuk memanipulasi dokumen tersebut.

4. Describe the general nature and purpose of a “walk-through” audit


procedure. Are such tests required by generally accepted auditing standards?
Walk-through inspection atau prosedur napak tilas merupakan metode identifikasi
kualitatif yang melibatkan prosedur audit yang dilakukan dengan cara menelusuri
langkah dalam sistem pengendalian internal.Metode ini sering di sebut juga
sebagai survei observasional. Walk-through inspection biasanya menggunakan
checklist atau form rekognisi (lampiran). Walk-through inspection tidak
membutuhkan waktu lama namun sangat di pengaruhi oleh pengetahuan
investigator pada waktu tertentu.

Tujuan dari walk-through inspection adalah untuk menilai apakah bahaya


potensial di area kerja dan apakah monitoring itu di butuhkan. Kemudian manfaat
walk-through inspection adalah memperoleh gambaran keseluruhan operasi,
mengidentifikasi bahaya utama dan potensial pada masing-masing area kerja, dan
menilai keefektifan berbagi metode kontrol di tempat kerja.

Namun, test ini tidak disarankan dalam standard auditing. Menurut ISA 330
Paragraf 18, Walk-through test hanya melibatkan beberapa transaksi dalam sistem

8
pelaporan keuangan untuk memahami sistemnya, mencatat dan melihat jika
entitas menerapkan pengendalian yang tepat terhadap transaksi tersebut, sehingga
prosedur tersebut biasanya tidak memberikan bukti yang tepat serta mencukupi
bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.

5. Identify audit procedures, other than a walk-through test, that might have
resulted in Grant Thornton discovering that Fred Greenberg was
tampering with JGI’s delivery receipts.
Salah satu prosedur audit yang dapat membantu Grant Thornton untuk
menemukan bukti bahwa Fred Greenberg memanipulasi surat / dokumen
pengiriman JGI adalah :
• Sebagai konfirmasi dengan cara rekanan Thronton mengonfirmasi
pengiriman inventaris dari para vendor, apakah inventaris tersebut telah
dikirim dengan begitu kita mendapatkan informasi bahwa beberapa
inventaris dalam akun inventaris prabayar juga secara teknis masih ada di
akun inventaris barang dagangan.

• Kemudian untuk melakukan pencegahan lainnya dengan mendapatkan salinan


dokumen pengiriman dari pihak eksternal untuk pengiriman guna memastikan
bahwa pengiriman produk daging impor dicatat secara tepat waktu dalam
catatan tersebut dan semuanya di transfer tepat waktu. Prosedur lain yang bisa
membantu menangkap penipuan adalah memeriksa dokumen internal maupun
eksternal dan dengan begitu dapat membandingkannya satu sama lain.

6. Once an audit firm has informed client management of important internal


control weaknesses, what further responsibility, if any, does the audit firm
have regarding those items? For example, does the audit firm have a
responsibility to insist that client management correct the deficiencies or
address them in some other way
Firma audit merupakan elemen monitoring dan struktur pengendalian internal
dalam suatu perusahaan atau organisasi yang dibuat untuk memantau efektivitas
dari element-element struktur pengendalian internal lainnya. Fungsi firma audit

9
sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa
semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara
menyimpang. Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas
pelaksanaan audit harus direncanakan sebaik-baiknya, oleh karena itu firma audit
memiliki tanggung jawab untuk membantu klien agar mereka dapat melaksanakan
tanggung jawab secara efektif.

Namun dalam kasus lain, apabila perusahaan klien menolak untuk dibantu dalam
memperbaiki sistem pengendalian internal yang mungkin telah diterapkan secara
menyimpang, maka auditor memiliki opsi untuk mengundurkan diri dari perikatan
karena hal tersebut berisiko kepada auditor untuk mempertahankan kredibilitas
mereka.

10
BAB III
CONCLUSION

Dalam sebuah perusahaan penting adanya sistem pengendalian internal dan


juga pemisahan tugas. Berdasarkan kasus Jack Greenberg Inc., dapat dilihat bahwa
perusahaan keluarga merupakan perusahaan yang cukup rentan untuk melakukan
kecurangan baik untuk kepentingan pribadi ataupun orang lain. Selain itu, untuk
meminimalisir kecurangan yang terjadi ada baiknya perusahaan perlu memodernisasi
sistem yang ada di perusahaan serta menerapakan sistem komputerisasi yang tidak
hanya membantu pekerjaan perusahaan tetapi juga meminimalisir kecurangan.

Selain itu, bagi para auditor ada baiknya dalam melakukan proses audit tidak
hanya berpatok pada dokumen yang diberikan perusahaan namun juga harus
dipastikan kembali bahwa dokumen itu benar adanya. Untuk pengecekkan yang lebih
baik pun, auditor bisa menggunakan dokumen yang diterbitkan oleh pihak ketiga yang
lebih sulit untuk dimanipulasi sebagai bahan pertimbangan bahwa perusahaan tidak
manipulatif.

11

Anda mungkin juga menyukai