Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak terlepas dari dunia
bisnis.Dengan adanya ilmu akuntansi maka pembukuan keuangan menjadi lebih
mudah dan lebih akurat.Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak pembukuan
keuangan yang tidak sesuai dengan keuangan yang ada.Hal ini terjadi karena
kekeliruan dari pembuatan laporan keuangan atau adanya kecurangan yang dilakukan
oleh pihak-pihak tertentu.
Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan, seorang
akuntan harus mengikuti aturan yang ada dalam pembuatan laporan keuangan, yaitu
sesuai dengan aturan PSAK.Akan tetapi, dalam kenyataanya banyak perusahaan
yang secara kreatif melakukan manipulasi data keuangan untuk mendapatkan respon
yang baik dari beberapa kalangan.Hal ini disebut dengan akuntansi kreatif (Creative
Accounting).Akuntansi kreatif bukan hal yang baru dalam dunia akuntansi, karena
banyak perusahaan yang melakukan hal tersebut.
Akuntansi kreatif oleh beberapa kalangan dianggap hal yang tidak etis karena
memanipulasi data.Akan tetapi, kreatif akuntansi dalam pandangan teori akuntansi
positif, sepanjang kreatif akuntansi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum tidak ada masalah yang harus dipersoalkan.
Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan menggunakan akuntansi
kreatifuntuk mempertahankan eksistensi perusahaan ditengah persaingan yang sangat
ketat sekarang ini.Oleh karena itu diperlukan cara-cara yang kreatif dalam
penghitungan keuangan dalam dunia bisnis, walaupun itu sering dianggap hal yang
kurang etis. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kelompok kami akan
membahas mengenai Akuntansi Kreatif.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penyusun telah merumuskan masalah yang akan dibahas
antara lain :
1.2.1 Pengertian Creative Accounting
1.2.2 Tujuan Creative Accounting
1.2.3 Unsur-unsur Creative Accounting
1.2.4 Jenis Creative Accounting
1.2.5 Penyebab dan pola Creative Accounting
1.2.6 Cara mendeteksi dan mencegah kecurangan akuntansi dalam Creative
Accounting

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini;
1.3.1 Untuk memahami pengertian Creative Accounting
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan Creative Accounting
1.3.3 Untuk memahami Unsur-unsur Creative Accounting
1.3.4 Untuk memahami Jenis-jenis Creative Accounting
1.3.5 Untuk mengetahui penyebab dan pola dan pola Creative Accounting
1.3.6 Untuk memahami cara mendeteksi dan mencegah kecurangan akuntansi
dalam Creative Accounting

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Creative Accounting


Banyak para pakar yang mengartikan creative accounting sebagai kegiatan
memanipulasi data keuangan di perusahaan. Tetapi, kata-kata creative accounting
terdiri dari 2 kata yaitu creative yang artinya kebolehan seseorang menciptakan ide
baru yang efektif, dan kata akuntansi itu artinya pembukuan tentang financial
events yang senantiasa berusaha untuk setia kepada kondisi keuangan yang
sebenarnya (faithful representation of financial events). Creative accounting
menurut Amat, Blake dan Dowd (1999) adalah sebuah proses dimana beberapa pihak
menggunakan

kemampuan

pemahaman

pengetahuan

akuntansi

(termasuk

didalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk memanipulasi


pelaporan keuangan. Sedangkan, Stolowy dan Breton (2000) menyebut creative
accounting merupakan bagian dari accounting manipulation yang terdiri dari
earning management , income smoothing dan creative accounting itu sendiri.
Sehingga arti dari creative accounting yaitu akar dari sejumlah skandal
akuntansi, dan banyak usulan untuk reformasi akuntansi - biasanya berpusat pada
analisis diperbarui modal dan faktor produksi yang benar akan mencerminkan
bagaimana nilai tambah. Akuntansi kreatif dan manajemen laba merupakan
eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan
praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang dari semangat peraturan tersebut.
2.2 Tujuan Creative Accounting
Tujuan-tujuan seseorang melakukan Creative Accountingbermacam-macam,
di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syaratsyarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh
pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai
hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan
akuntan-akuntan melakukan creative accounting. Banyak perusahaan yang terjebak
masalah Creative Accounting mempunyai sistem executive stock option plan bagi
eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para

eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan


karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan
mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement) dengan
motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
Adapun klasifikasi tindakan yang meliputi kecurangan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
Pertama, sengaja distorsi laporan keuangan sebagai alat untuk bertindak curang
dengan mengecoh pemakai atau kelompoknya tentang hasil usaha perusahaan.Dalam
hal ini yang menerima keuntungan langsung adalah pihak perusahaan atau pelaku
kecurangan. Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah :
1. Mendapatkan kredit, modal jangka panjang, atau tambahan modal investasi
2.
3.
4.
5.

berdasarkan informasi keuangan yang didistorsi atau dihapus


Menyembunyikan kinerja tidak baik dari perusahaan.
Menghapus hutang pajak.
Manipulasi harga saham.
Menyembunyikan kinerja tidak baik oleh manajemen.

Kedua,

sengaja

distorsi

laporan

keuangan

untuk

penyamaran

tindakan

kecurangan.dalam hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahaan atau pelaku
kecurangan. Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah:
1. Menyembunyikan penjualan fiktif atau harta milik dipalsukan.
2. Menyembunyikan pembayaran yang tidak benar.
3. Menyembunyikan tindakan penyelewengan dana atau harta.
2.3 Unsur-Unsur Creative Accounting
Menurut Charles W. Mulford& Eugene E. Comiskey membagi Creative
Accounting menjadi beberapa unsur, yaitu:
1. Recognizing Premature or Fictious Revenue
Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif itu berbeda jika
ditinjau

dari

sudut

aggressive

accounting.

Untuk

premature

revenue,

pengakuannya sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk fictious


revenue, penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan yang terjadi.
Bentuk dari prematur revenue bisa berupa pengakuan penjualan dilakukan
pada saat barang sudah dipesan, tapi belum dikirim (goods ordered, but not
shipped) atau barang sudah dikirim, tapi belum dipesan (goods shipped, but not

ordered). Sementara itu, contoh penjualan fiktif adalah backdated invoice,


tanggal pengiriman yang diubah, atau sengaja salah mencatat penjualan.
Cara mendeteksi penjualan prematur atau fiktif yaitu:
a.
b.
c.

Pahami kebijakan pengakuan pendapatan, termasuk perubahannya


Cermati piutang usaha
Cermati akun-akun yang mungkin digunakan untuk meng-offset penjualan

d.
e.

prematur atau fiktif


Review transaksi hubungan istimewa
Perhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sesuai

laporan
2. Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies
Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif, perusahaan melaporkan beban
atau rugi tahun berjalan sebagai aset. Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan
laba naik. Selanjutnya, aset atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama
beberapa tahun.
Cara

mendeteksi

kebijakan

aggressive

capitalitation&

extended

amortization policies yaitu:


a.

Pahami kebijakan kapitalisasi aset dan apakah aset yang dikapitalisasi

b.

tersebut melebihi nilai pasar


Proporsikan total biaya pengembangan software yang dikapitalisasi dan

c.

tentukan apakah proporsi tersebut wajar


Cermati biaya bunga yang dikapitalisasi sehubungan dengan proyek

d.

konstruksi yang sudah berakhir


Cermati alasan yang mendasari pencatatan normal operating expense ke

dalam aset
3. Misreported Assets &Lialibities
Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau kewajiban
undervalued dengan tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan posisi
keuangan lebih kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo laba dan nilai
ekuitas akan naik.
Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan overvalued adalah
piutang usaha, inventori, investasi (yang diklasifikasikan dalam trading, held to
maturity, atau available for sale). Akun kewajiban yang dicatat undervalued di
antaranya adalah accrued expense payable, utang usaha, utang pajak, dan
contingent liability.
Cara mendeteksi misreported asset & liability yaitu:

a.

Tandingkan prosentase perubahan piutang usaha dengan perubahan

b.

penghasilan untuk 4-6 triwulan terakhir


Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih cukup untuk

c.

menutup risiko inkolektibilitas


Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan persediaan

d.
e.
f.
g.
h.

fiktif
Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi sebelumnya
Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to maturity
Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable
Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir
Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban pajak yang

dicatat di laba rugi


i.
Cermati kewajiban kontinjensi yang tidak dicatat di neraca
4. Getting Creative with the Income Statement
Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada cara
mempercepat atau memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal
ini laba diatur untuk beberapa periode pelaporan. Selain itu, penyajian laporan
yang bisa berbentuk single step maupun multiple step memungkinkan perusahaan
memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan catatan laporan
keuangan.Misalnya, unsur pendapatan usaha dilaporkan sebagai pendapatan di
luar usaha atau sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok
penjualan direklasifikasikan ke dalam kelompok akun beban operasi atau
sebaliknya.Reklasifikasi demikian tentu saja akan mempengaruhi angka sub total
laba kotor atau laba operasi yang nota bene sering dijadikan sebagai sumber
informasi untuk pengambilan keputusan.

Contoh lainnya yang termasuk dalam kreativitas akuntansi di laporan laba


rugi terjadi dalam:
a. Kelompok akun other expense/income yang seringkali di-netting. Perusahaan
hanya melaporkan total other expense/income tanpa merinci detil dari
kelompok akun tersebut.
b. Penggunaan terminologi di dalam laporan laba rugi, seperti istilah
restrukturisasi yang ternyata biaya restrukturisasinya mencakup penghapusan
inventori, pembayaran pesangon dan biaya PHK, penghapusan aktiva, biaya
relokasi, dan biaya penurunan nilai aktiva.

c. Penentuan tingkat materialitas suatu transaksi. Dengan konsep materialitas


ini, perusahaan dapat mengelompokkan transaksi yang sebetulnya material
menjadi tidak material.
5. Problems with Cash-flow Reporting
Seperti diuraikan sebelumnya dalam Share Price Effect, para investor
tertarik dengan perusahaan yang punya earning power yang bagus dan
sustainable.Dengan demikian, future cash flow-nya menjadi baik pula.Bagi para
kreditur, dengan cash flow yang baik, utang piutang menjadi lancar.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas bersih dari aktivitas
operasi merupakan manifestasi operating income yang ada di laporan laba
rugi.Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama tentang kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan sustainable cash flow.
Di dalam pelaporan arus kas menurut GAAP, arus kas terbagi menjadi
arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan (financing) dan aktivitas
investasi.Bentuk penyajian laporan arus kas sendiri terdiri dari indirect method
dan direct method.Dalam indirect method, arus kas dari aktivitas operasi dihitung
dari laba bersih yang disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas di laporan
laba rugi. Sementara itu, dalam direct method arus kas dari aktivitas operasi
ditampilkan berdasarkan transaksi-transaksi kas di laba rugi.
Di dalam praktiknya, arus kas dari aktivitas operasi hanya diketahui oleh
segelintir pengguna laporan keuangan, tapi tidak diketahui oleh para investor
maupun kreditur.Kedua stakeholder tersebut lebih fokus pada kinerja
keuangan.Akibatnya, mereka cenderung menganggap bahwa laporan arus kasnya
sudah benar.
Pada kenyataannya, laporan arus kas, khususnya arus kas operasi, tidak
terlepas juga dari creative accounting. Berikut ini adalah contohnya
a. Arus kas operasi memasukkan unsur pembayaran pajak penghasilan (PPh), baik PPh
Badan maupun PPh final.
b. Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam
aktivitas operasi, padahal di dalam laba rugi discontinued operation tersebut
dikeluarkan dari laba operasi.

c. Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas
investasi, padahal jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas
operasi.
Untuk mendeteksi adanya creative accounting, laporan arus kas (setelah
dikeluarkan unsur non recurring cash flow seperti discontinued operation) bisa
menjadi alat yang efektif. Misalnya,
a. transaksi fiktif seperti prematur revenue atau fictitious revenue tidak akan pernah
muncul di laporan arus kas karena tidak melibatkan unsur kas; dan
b. aggressive accounting dapat meningkatkan laba perusahaan, tapi arus kas dari
aktivitas operasi tetap tidak berubah.
2.4 Jenis-Jenis Creative Accounting
Ada empat macam CA yang sering ditemukan saat ini, yaitu: Aggressive
accounting, Earnings management, Income smoothing, dan Fraudulent
financial reporting.
a Aggressive accounting adalah pemilihan dan penerapan prinsip
akuntansi yang bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi, terlepas
dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
b

berlaku umum atau tidak.


Earnings management merupakan manipulasi laba secara aktif untuk
suatu target yang sudah ditentukan sebelumnya, misalnya, manajemen,
untuk suatu proyeksi yang sudah dibuat oleh analis, atau untuk
mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan smoother, more

sustainable earnings stream.


Income smoothing adalah Suatu bentuk earnings management yang
didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk
cara-cara untuk mereduksi dan menyimpan laba pada saat kinerja
keuangan sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada

saat kinerja keuangan sedang menurun.


Fraudulent financial reporting

adalah

Penyajian

keliru

(misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (ommision) atas


suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang
bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan melalui

pendekatan administratif, perdata, atau kriminal. Tipe terakhir inilah


yang paling cenderung dipergunakan untuk tujuan illegal.
2.5 Penyebab Dan Pola Creative Accounting
Stolowy dan Breton (2000) menyebut creative accounting merupakan
bagian dari accounting manipulation yang terdiri dari earning management ,
income smoothing dan creative accounting itu sendiri. Dalam pemahaman
mengenai creative accounting ini bukan berarti akuntan yang memanfaatkan
pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan
kekuatan untuk menggu nakan creative accounting tersebut, seperti manajer,
akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya. Hal yang menyebabkan
terjadinya creative accounting adalah karena adanya kebijakan dari perusahaan
yang menyebabkan banyak pihak manajemen yang melakukan manipulasi data untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya manajer perusahaan. Manajer dalam
bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut Watt dan Zimmerman (1986)
digolongkan menjadi tiga buah hipotesis, yaitu :
1. Bonus plan hyphotesis
Healy (1985) dalam Scott (1997) menyatakan bahwa manajer seringkali
berperilaku seiring dengan bonus yang akan diberikan. Jika bonus yang diberikan
tergantung pada laba yang akan dihasilkan, maka manajer akan melakukan
creative accounting dengan menaikkan laba atau mengurangi laba yang akan
dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan batas bawah laba yang paling minim
agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer akan menaikkan labanya
hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan membuat batas
atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha mengurangkan laba
sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang akan datang.
Hal ini dia lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer sudah
tidak mendapatkan insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas
batas yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan. Formula bonus yang digunakan
Healy didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan terdiri atas manajer yang
menghindari resiko (riskaverse) sehingga manajer akan memilih discretionary
accrual untuk menurunkan earning ketika earning sebelum keputusan accrual
lebih kecil dari bogey (batas bawah) atau melebihi cap (batas atas) menaikkan
9

earning ketika earning sebelum keputusan accrual melebihi bogey tetapi tidak
melebihi cap. Implikasi yang dikemukakan oleh Healy adalah bahwa manajer
akan berperilaku oportunistik menghadapi intertemporal choice.
2. Debt-covenant hyphotesis
Penelitian dalam bidang teori akuntansi positif juga menjelaskan praktek
akuntansi mengenai bagaimana manajer menyikapi perjanjian hutang. Manajer
dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh
tempo, akan berupaya menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan
akuntansi yang menguntungkan dirinya. Fields, Lys dan Vincent (2001)
mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu
pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh temponya
hutang.Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian
untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap
kepentingan kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau
membiarkan ekuitas berada di bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin
cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang maka manajer
akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba periode
mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko
default.

Sweeney

(1994)

dalam

Scott

(1997)

menyatakan

perilaku

memindahkan laba tersebut dilakukan oleh perusahaan bermasalah yang


terancam kebangkrutan dan ini merupakan strategi untuk bertahan hidup.
3. Political-cost hyphotesis.
Dalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan
besar melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan
tersebut.Perusahaan besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena
merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik secara umum.Para karyawan
berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba
perusahaan sebagai obyek pajak yang akanditagihkan. Sehingga pilihan yang
dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi

10

agar laba dapat ditampilkan lebih rendah. Hal ini yang seringkali disebut dengan
political cost hyphoyesis (Watts dan Zimmerman: 1986).
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka creative accounting
menurut Scott (1997) sebagai berikut:
1. Taking Bath, atau disebut juga big bath.
Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan organisasional pada saat pergantian
manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya kegagalan atau defisit
dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan
tersebut.Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-biaya pada periode
mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang tidak
menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan.Konsekuensinya,
manajemen melakukan pembersihan diri dengan membebankan perkiraanperkiraan biaya mendatang dan melakukan clear the decks. Akibatnya laba
periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income minimization.
Cara ini mirip dengan taking bath tetapi kurang ekstrem.Pola ini dilakukan
pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak
mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek politicalcost).Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan
aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan,
metode successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya.
Penghapusan tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih
menunjukkan hasil operasi yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang
berkepentingan. Tujuan dari penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu
tingkat return on assets yang dikehendaki.
3. Income maximization
Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar,
dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4. Income smoothing
Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering dilakukan.
Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba
bersih.Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan
eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan
kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
5. Timing revenue and expense recognition.

11

Teknik ini dapat dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan
saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas
penjualan.
2.6 Cara Mendeteksi Dan Mencegah Kecurangan Akuntansi Dalam Praktik
Creative Accounting
Creative accounting memiliki dampak yang kurang baik untuk penusahaan
baik itu pemilik perusahaan tersebut maupun investor yang ingin menanamkan
modalnya ke perusahaan tersebut. Ada beberapa metode dan carayang bisa untuk
mengetahui adanya Creative Accountingdan cara mencegahnya.
Fraudulent financial reporting di suatu perusahaan merupakan hal yang akan
berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas
informasi dalam laporan keuangan (financial statement) tersebut. Oleh karena itu
akuntan publik harus bisa mencegah dan mendeteksi lebih dini agar tidak terjadi
fraud. Untuk mengetahui adanya fraud, biasanya ditunjukkan oleh timbulnya gejalagejala (symptoms) berupa red flag (fraud indicators), misalnya perilaku tidak etis
manajemen.Red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan (fraud)
yang terjadi.
Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis
yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan

akuntansi

dapat

diturunkan

dengan

meningkatkan

kefektifan

pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta


menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian Wilopo tersebut juga
menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen
dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak
secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen
dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain :
1.
2.
3.
4.

Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.


Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
Pelaksanaan good governance.
Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan
mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.

12

The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The


Treadway Commission) merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting, yaitu :
1.

Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas

2.

proses pelaporan keuangan(financial reporting).


Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke fraudulent

3.
4.

financial reporting.
Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.
Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial
reporting.
Mulfrod&Comiskey

(2002)

menulis

buku

terkait

dengan

Creative

Accountingyang berjudul The Financial Numbers Game : Detecting Creative


AccountingPractices. Buku tersebut meskipun lebih difokuskan bagi para investor
sebagai pembelajaran untuk mengetahui secara cepat adanya kecurangan akuntansi
(fraudulent accounting), namun perlu diketahui juga oleh auditor.
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko
terdapat fraudulent financial reporting di perusahaan, antara lain :
1.
2.
3.

Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).


Perusahaan tidak memiliki komite audit.
Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen (Director)
dengan karyawan perusahaan.
Klasifikasi dari Creative AccountingPractices menurut Mulfrod&Comiskey,
terdiri dari :

1.
2.

Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious Revenue).


Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu lebar (Aggressive

3.
4.
5.

Capitalization & Extended Amortization Policies).


Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and Liabilities).
Perekayasaan Laporan Laba Rugi (Creative with the Income Statement).
Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow Reporting).
Menurut laporan dari The National Commission on Fraudulent Financial
Reporting, pencegahan (prevention)

dan pendeteksian (detection) awal atas

fraudulent financial reporting harus dimulai saat penyiapan laporan keuangan.


Rezaee (2002), dalam bukunya yang berjudul Financial Statement Fraud:
Prevention and Detection, membahas cukup mendalam tentang teknik untuk
mencegah dan mendeteksi adanya fraud dalam laporan keuangan. Dalam buku

13

tersebut dijelaskan kasus kolapsnyaenron di Amerika Serikat, yang menghebohkan


kalangan dunia usaha secara jelas dan lengkap, termasuk adanya praktek kolusi.
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud yang diakibatkan kolusi
antara manajemen perusahaan dengan akuntan publik adalah pengaturan rotasi
auditor (akuntan publik). Sesuai Keputusan Menkeu (KMK) No. 359/KMK.06/2003
tentang perubahan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur tentang pembatasan dan rotasi terhadap
akuntan publik. Pasal 6 ayat 4 Kepmenkeu tersebut dinyatakan bahwa pemberian
jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut.

14

BAB III
PENUTUP

Creative accounting merupakan hal yang sering dilakukan oleh pihak


internal diperusahaan bukan hanya untuk memanipulasi data yang ada akan tetapi
juga untuk menyelamatkan peusahaannya. Akan tetapi, ada factor yang menyebabkan
memanipulasi data dilakukan oleh perusahaaan untuk mendapatkan respon yang
positif dari beberapa pihak dan keuntungan baik itu untuk pihak internal perusahaan
maupun untuk umum.
Dalam melakukan kecurangan memanipulasi data ada banyak cara untuk
mendeteksinya dan mencegahnya. Hal itu, dapat dilakukan dengan mengevaluasi
ulang data yang ada dan memeriksa kembali sehingga kecurangan yang ada dapat
terdeteksi dan dicegah. Sehingga cara creative accounting tidak disalahgunakan
oleh pihak-pihak tertentu hanya untuk keuntungan pribadinya bukan untuk
kelangsungan perusahaan dan pemegang saham perusahaan.

15

DAFTAR PUSTAKA

http://www.blog-punyaelin.blogspot.com/2010/11/etika-dalam-akuntansicreative.html.
http://www.ekasulistiyana.web.id/kuliah/bahan-kuliah/apakah-creative-accountingitu/
http://www.dewimayasari39.blogspot.co.id/2013/01/creative-accounting_11.html

16

Anda mungkin juga menyukai