Anda di halaman 1dari 10

BUDIDAYA TANAMAN LABU AIR (Lagenaria siceria)

“Untuk Memenuhi Tugas dari mata Kuliah Hortikultura”

Dosen Pengampu :
Retno Sulistyowati,.SP.,MP

Anggota Kelompok :
Nova Purwanti 151410005
Zainul Fatah 151410008
Alvian Hidayatullah 151410015

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan yang bernilai ekonomis yang
cukup tinggi untuk di budidayakan. Selain memiliki masa panen yang relative pendek,
permintaan pasarpun cukup tinggi. Keterbatasan lahan sering menjadi permasalahan dlam
budidaya sayuran. Namun, pada dasarnya bertanam sayuran tidak menuntut lahan yang luas.
Pekarangan rumah pun bisa di jadikan kebun mini sayuran. Dengan penggunaan teknologi
dan manajemen budidaya yang tepat, tanaman sayur di lahan yang sempit dapat di panen
secara rutin. Sayuran di butuhkan oleh semua lapisan masyarakat, Dengan semakin majunya
pengetahuan dan pemahaman dengan gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan sadarnya
akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena itu, Dengan kesadaran masyarakat
akan pentingnya sayuran dalam komposisi makanan maka kebutuhan sayuran akan semakin
meningkat. Sayangnya semakin meningkatnya kbutuhan sayuran saat ini tidak di dukung
ketersediaaan lahan tanam yang memadai. Hal ini karena populasi manusia semakinn banyak
dan lahan kosong yang tersedia semakin terbata, apalagi di daerah perkotaan yang padat
penduduknya , dengan demikian di butuhkan teknologi dan cara budi daya yang tepatuntuk
mengatasinya. Budidaya sayuran di lahan sempit dengan teknologi yang tepatakan membantu
dalam menyiasatikebutuhan sayuran dan keterbatasan lahan tanam. Karena nilai ekonomis
sayuran bukan hanya dari hasil panen dalam bentuk segar saja. Berbagai produk pasca panen
sayuran yang telah di olah juga memiliki nilai ekonomis tinggi.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui keberadaan sistematikan Labu Air (Lagenaria siceraria)
b. Untuk mengetahui morfologi tanaman Labu Air (Lagenaria siceraria)
c. Untuk mengetahui anatomi buah Labu Air (Lagenaria siceraria)
d. Untuk mengetahui budidaya Labu Air (Lagenaria siceraria)
BAB II

DESKRIPSITANAMAN LABU AIR (Lagenaria siceria)

2.1. Klasifikasi Tanaman Labu Air ( Lagenaria siceria)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Lagenaria

Spesies : Lagenaria siceria (Steenis, 2008)

2.2. Morfologi labu air

Morfologi merupakan teknik dalam identifikasi tumbuhan yang ditempatkan di awal


identifikasi karena dengan mengenali morfologinya suatu tanaman dapat diklasifikasikan
dengan mudah berdasar batang, akar daun dan bunga. Morfologi Labu Air dapat diuraikan
sebagai berikut:
Labu Air merupakan tanaman herba semusim yang tumbuhnya menjalar, batang
bersujud atau tebing, memiliki batang basah (herbaceus), yaitu batang yang berair dan
lunak.Batang bersegi empat (quadrangularis), permukaan batangnya berambut (pilosus)
berwarna putih panjang mencapai 5 mm, apabila batang dipotong maka batang tidak
mengeluarkan getah.Arah tumbuh batangnya berbaring (humifusus) batang berada di atas
permukaan tanah, hanya sedikit ujungnya menjulur ke atas (Tjitrosoepomo, 1980).
Tipe batangnya adalah simpodial artinya batang pokoknya sukar ditentukan, karena
dalam perkembangan selanjutnya mungkin menghentikan pertumbuhan atau kalah besar dan
kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Cabang – cabang pada
tumbuhan dapat bermacam – macam sifatnya, Labu Air termasuk dalam geragih (flagellum)
yaitu cabang – cabang kecil panjang yang tumbuh merayap dan dari buku – bukunya ke atas
keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar – akar. Tunas pada buku – buku ini beserta
akarnya masing – masing dapat terpisah merupakan tumbuhan baru. Sehingga termasuk
dalam merayap di atas tanah.Labu Air termasuk dalam tumbuhan annual (Tjitrosoepomo,
2005).
Labu Air memiliki akar tunggang (radix primaria) susunan akarnya memanjang dan
kuat pada satu titik.Akar tunggang tidak bercabang dan jika ada cabang – cabangya, biasanya
percabangannya terdiri dari akar – akar halus berbentuk serabut. Akar tunggang yang bersifat
demikian seringkali berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpan atau penimbun zat
makanan (cadangan) kemudian mempunyai bentuk yang istimewa (Tjitrosoepomo, 2005).
Pada batang Labu Air memiliki metamorphosis yang khas yakni memiliki alat
pembelit (cirrhus) artinya bagian batang Labu Air menyerupai spiral dan berguna untuk
membelit benda – benda yang disentuhnya yaitu berupa pegangan pada waktu tumbuhan ini
berusaha mendapatkan penunjang untuk dapat naik ke atas. Alat pembelit Labu Air adalah
bertipe dari batang. Selain itu memiliki modifikasi pada batangnya seperti organ tambahan
(organa accessoria) berupa rambut halus panjang (villosus) (Tjitrosoepomo, 1980).
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap
tumbuhan mempunyai sejumlah daun.Daun hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah
tumbuh di akar atau bagian tumbuhan lainnya.Pada Labu Air pada bagian daunnya terdapat
tangkai dan helaian daun sehingga disebut daun bertangkai.Bangun daun Labu Air termasuk
jantung (cordatus) yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun memperlihatkan suatu
lekukan.Ujung daunnya meruncing (acuminatus) seperti pada ujung yang runcing tetapi titik
pertemuan kedua tapi daunnya jauh lebih tinggi dari perkiraan, hingga ujung daun nampak
sempit panjang dan runcing.Pangkal daun Labu Air berlekuk (emarginatus).Peretulangan
daun tipe daun bertulang menjari (palminervis) apabila dari ujung keluar beberapa tulang
yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari – jari pada tangan jumlah.Tulang daun
lazimnya gasal, sedangkan ke samping semakin pendek. Tepi daunnya bergerigi (serratus)
jika sinus dan ngulusnya sama lancipnya. Daun Labu Air sangat lebar dan lumayan
berdaging, daun Labu Air ditemukan bentuk toreh dengan tipe bercangap menjari
(palmatifidus) jika tepinya bercangap, sedangkan susunan tulangnya menjari.Warna daunnya
hijau keputihan, permukaanya berbulu halus (villosus). Termasuk dalam daun tunggal dengan
panjang mencapai 400 mm (Tjitrosoepomo, 2005).

Bunga berumah satu (monoecus) di ketiak daun, berwarna kuning kehijauan, memiliki
5 mahkota, 5 benang sari, dan 3 putik.Buah bulat memanjang dan berwarna hijau
kekuningan, dengan kulit yang bertekstur keras.Biji buah banyak, pipih, lonjong, dan
berwarna putih dan berakar tunggang (Decker, 2004).
Buah besarsubglobosebentuk silinder, labu berbentuk bulat atau dengan penyempitan di
atas tengah, daging buahnya berdaging, padat berbulu, berwarna hijau, berwarna coklat
kekuningan atau pucat apabila telah mati, mengering sepenuhnya pada pematangan, buah
berongga dengan hampir tidak ada di dalam kecuali biji. Banyak biji, tertanam dalam pulp
spons, 7-20 mm, pipih, dengan dua pegunungan wajah datar, dalam beberapa varian yang
agak tidak teratur dan berkerut (Decker, 2004).

2.3. Syarat Tumbuh

Tanaman labu tergolong mudah ditanam dan wilayah tanamnya menyebar di berbagai
belahan dunia, dari daerah beriklim tropis sampai subtropis. Dataran tinggi berhawa dingin
maupun dataran rendah berhawa panas cocok ditanami labu. Daerah dengan ketinggian 200-
1.500 m dpl cocok untuk jenis labu ini. Adaptasi labu terhadap perilaku cuaca juga sangat
baik. Labu tak hanya mampu berantisipasi terhadap kurangnya air di musim kemarau,
melainkan juga terhadap kelebihan air di musim hujan. Labu akan tumbuh optimal pada tanah
yang kering, berdrainase dan aerasi baik, gembur, serta kaya bahan organik. Tanah yang
cenderung asam dengan pH 5-6,5 justru disukainya. Untuk rata-rata lahan di Indonesia yang
berkecenderungan asam, proses pengapuran untuk menaikkan pH bisa diabaikan.

2.4. Macam macam labu

Ada beberapa labu yang biasa di tanam di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

a. Labu Parang ( Cucurbita moschata)


Labu jenis ini merupakan labu yang biasa di gunakan untuk membuat kolak, biasa
disebut waluh. Cara tumbuh labu ini adalah dengan merambat dan menghasilkan buah
yang cukup besar, yaitu antara 3 – 10 kg.
b. Labu Air ( Lagenaria siceraria )
Labu jenis ini memiliki bentuk bulat memanjang dan berwarna hijau muda dengan
kulit mulus. Labu air tumbuuh secara merambat. Buahnya memiliki berat antara 0,5 –
1,5 kg dengan panjang 10 – 50 cm.
c. Labu Siam ( Sechium edule )
Labu jenis ini merupakan labu yang biasa di gunakan sebagai sayuran jika telah
berukuran besar atau dijadikan lalapan ketika masih berukuran masih kecil, biasanya
disebut labu jepan atau jipang. Tanaman ini tumbuh dengan cara merambat. Kulit
buahnya menonjol tidak teratur dan memiliki alur.

2.5. Pedoman Budidaya

Benih Labu dikembangbiakkan lewat biji. Kebutuhan benih labu air 4-5 kg biji/ha.
Penanaman Tanah yang sudah diolah dengan pencangkulan 2 kali hingga gembur diberi
pupuk kandang. Pupuk kandang sebaiknya ditaruh sekitar lubang tanam. Tanah tak perlu
dibedeng atau gulud. Akan tetapi, perlu dibuat parit pengairan sederhana dengan menggali
parit kecil di sekeliling lahan dan di antara beberapa baris tanaman. Lubang penanaman
dibuat dengan tugal. Masukkan 2-3 biji benih ke dalam lubang. labu air yang ditanam dengan
para-para menggunakan jarak tanam 2 x 3 m. Tutupi buah dengan tanah dan pelihara
tunasnya agar tumbuh dengan baik.

2.6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman labu air yang dapat di lakukan sebagai berikut.

a. Penyiraman
Benih yang telah di tanam harus di siram setiap pagi dan sore hari agar
pertumbuhannya cepat. Biasanya benih mulai tumbuh pada 7-10 hari setelah
tanam.setelah penanaman . Setelah tanaman tumbuh,penyiraman tetep
dilakukan pada pagi dan sore hari agar kebutuhan tanaman akan air tercukupi.
b. Penyiangan gulma
Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman labu air dan mengganggu pertumbuhn
tanaman pokok serta berpotensi menjadi sumber timbulnya hama dan
penyakit. Maka dari itu perlu di siangi. Penyiangan dilakukan dengan
mencabuti gulma yang tumbuh atau mencangkul tanah sehingga gulma
terangkat ke atas. Dengan demikian gulma mudah di ambil dan di buang.
Penyiangan di lakukan 2 minggu sekali.
c. Pemasangan para-para
Beberapa hari setelah penanaman tanaman labu akan mengeluarkan sulur-
sulurnya. Dengan demikian perlu di buatkan para-para untuk menopang
tumbuhnya tanaman. Kaki para-para dapat di buat dari bambu yang di belah
dua dengan ukuran tinggi 1,5 m.
d. Pemangkasan tanaman
Pemangkasan tanaman di lakukan pada saat tanaman berumur 3-6 minggu.
Pemangkasan bertujuan agar tunas menyebar dengan baik sehingga buah dapat
tumbuh banyak dan merata. Pemangkasan di lakukan pada cabang tua yang
tidak tumbuh memanjang lagi dan daun tua yang sudah tidak produktif.
e. Pemupukan
Pemupukan di lakukan 1-2 minggu setelah penanaman. Pemupukan dilakukan
dengan mengguanakan pupuk NPK sebanyak 100 gram perlubang.

2.7. Hama Pada Tanaman Labu Air

2.7.1 Hama ulat grayak (Spodoptera litura)

Hama ulat grayak (Spodoptera litura) dapat menghabiskan daun labu. Tanda serangan
bisa dilihat pada bekas gigitan yang sering hanya meninggalkan tulang daun saja. Serangan
ulat dilakukan malam hari. Waktu siang hari ulat bersembunyi dalam tanah.

Untuk pencegahannya, gulma di sekitar tanaman harus dibersihkan. Selain itu,


lakukan penyemprotan sedini mungkin dengan Azodrin, dosisnya 2 cc/l

2.7.2 Kepik (Leptoglossus australis)

Kepik (Leptoglossus australis) menyerang buah labu. Bila hujan, bekas tusukan hama
ini akan terkena air hujan sehingga mudah dimasuki oleh cendawan. Akibatnya buah menjadi
lembek dan busuk. Bila menyerang daun, bagian tengah tanaman atau seluruhnya menjadi
kering.

Untuk pencegahannya, penyemprotan dengan Azodrin seperti dosis di atas juga


mampu mengatasi serangan kepik.
2.7.3 Lalat buah

Lalat buah yang sering menyerang semangka adalah musuh tanaman labu juga. Bila
telumya sudah masuk ke dalam buah maka buah sulit untuk dikonsumsi lagi. Pada belahan
buah sering ditemui ulat-ulat kecil dari telur yang sudah menetas. Akibat lainnya, bila
menyerang batang, bagian batang membengkak seperti bisul.

Untuk mencegah serangan, kebersihan lahan harus dijaga. Selain itu, buah
diberongsong dengan kertas, daun pisang, atau plastik.

2.8. Penyakit Pada Tnaman Labu Air

2.8.1 penyakit layu

Penyakit layu penyebabnya ialah cendawan Fusarium sp. Bibit yang baru tumbuh dan
tanaman yang masih muda mudah sekali terserang. Mula-mula ujung daun layu, kemudian
mengerut, dan akhirnya kering.

Bila tanaman yang terserang dalam areal masih sedikit, cabut tanaman tersebut dan
musnahkan. Penyemprotan Benlate 2 g/l air ke tanaman serta di bekas tanah tempat tanaman
terkena akan membantu kesehatan tanaman yang lain.

2.9. Panen dan Pasca Panen

Panen yang tergolong cepat pada jenis labu air, yakni 70-90 hari sesudah tanam.
Umur panen ini bisa berbeda tergantung tingkat perkembangan buah yang diinginkan. Labu
air dipotong tangkainya dengan pisau, tetapi jangan sampai jatuh. Kulitnya yang halus mudah
lecet sehingga dapat mengurangi mutunya
BAB III

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Beberapa aspek budidaya tanaman labu air mulai dari persiapan persemaian
hingga pengelolaan hama dan penyakit sampai pasca panen dapat diterapkan untuk mencapai
hasil produksi yang tinggi. Pengembangan budidaya tanaman labu air juga harus
memperhatikan beberapa analisis peluang, ancaman, kekurangan dan kelebihannya.
Perkembangan tanaman labu air di Indonesia telah mencapai skala rumah tangga.

5.2. Saran

Dengan adanya pengetahuan yang lebih, dalam membudidayakan tanaman


hortikultura terutama pada tanaman labu air,supaya para petani bisa mencapai hasil yang
lebih tinggi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ung.ac.id/6409/3/2012-1-48401-821309034-bab2-11082012081527.pdf

http://labukenalimacamdanmanfaatnya.blogspot.co.id/2010/08/labu-air-lagenaria-
siceraria.html

http://infowongtani.blogspot.co.id/2012/03/budidaya-labu-air.html

Harjadi, S.S 1988. Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia

Nazaruddin. 1998. Sayuran dataran rendah. Jakarta. Penebar swadaya

Sunarjono, H.2009 Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai