Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“Melakukan Pengambilan Dan Pengolahan Spesimen

Sesuai Kebutuhan ( Darah, Urine, Feses dan Cairan/Sekret Vagina )”

Disusun Oleh :

Nama : Ceni Pratiwi

NPM : F0G020073

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dara Himalaya S,ST,M.Keb Dara Himalaya S,ST,M.Keb

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


Melakukan Pengambilan Dan Pengolahan Spesimen Sesuai Kebutuhan

( Darah, Urine, Feses dan Cairan/Sekret Vagina )

Pengambilan Dan Pengolahan Spesimen Darah

1. Definisi
Dalam Kehamilan akan terjadi penurunan kadar Hb, kadar Hb terendah
terjadi pada sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu
pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data
awal, lalu diulang pada sekitar umur 30 minggu. Ibu hamil dikatakan
anemia apabila Hb kurang dari 11 gr%.

2. Tujuan
Untuk mengklasifikasian menurut Manuaba (2011)
1) Tidak Anemia : Hb > 11 gr%
2) Anemia Ringan : Hb 9-10,5 gr%
3) Anemia Sedang : Hb 7-8 gr%
4) Anemia Berat : Hb < 7 gr%
Dalam pengukuran kadar Hb. Bila Hb rendah secara abnormal (dibawah 9
gr%) maka harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesui dan
perlu dilakukan pemeriksaan Hb ulang untuk melihat apakah
pengobatanya sudah tepat.

3. Indikasi
1) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
2) Hamil dengan lebih dari 1 anak
3) Sering merasa mual, muntah, pucat, mudah pingsan, sering merasa
lelah
4) Hamil saat masa remaja dibawah 20 tahun
5) Kehilangan banyak darah (operasi, cidera)

4. Kontraindikasi
Pemeriksaan kadar Hb tidak boleh dilakukan pada ibu hamil dengan
penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trambosit rendah.

5. Pengkajian
1) Cek tanda-tanda vital ibu hamil
2) Kaji keadaan umum dan kesadaran ibu hamil

6. Peralatan
1) Satu set hemometer sahli
2) Lancet/jarum
3) Pipet Sahli
4) Kapas Alkohol
5) Kapas kering
6) Larutan KCL 0,1 N
7) Aquades
8) Sarung Tangan ( handscoon)
9) Bak Instrumen Untuk Sarung Tangan DYY/bersih
10) Bengkok
11) Handuk kecil
12) Larutan Klorin 0,5%

Prosedur Pelaksanaan

1. Beri penjelasan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan


2. Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara ergonomis
3. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai/sampiran
4. Persilahkan pasien duduk dikursi dengan santai dan rileks
5. Cuci tangan secara 7 langkah dengan sabun dan air mengalir,
keringkan dengan handuk kering
6. Pakai sarung tangan yang bersih
7. Isi tabung hemometer Hb Sahli dengan 0,1 N HCL dengan tanda di
angka 2 ( kira-kira ½ - 1 cc ) dengan menggunakan pipet
8. Lancarkan peredaran darah pada jari dengan cara mengayun-ayunkan
tangan dan memijat-mijat jari yang akan ditusuk
9. Lakukan disenfeksi pada ujung jsri yang akan ditusuk dengan alkohol,
biarkan alkohol kering
10. Tekan bagian bawah ujung jari yang akan ditusuk agar rasa nyeri
berkurang dan darah terkurung di ujung jari
11. Tusuk jari dengan lancet/jarum secara tegak lurus
12. Usap darah yang keluar dengan kapas kering
13. Tekan sedikit ujung jari dan hisap darah yang keluar sampai tanda 20
mm ( jangan sanppai ada udara dalam pipet )
14. Tekan dan minta ibu menekan daerah penusukan dengan kaspas kering
15. Memasukkan/menghembuskan daerah kedalam tabung berisi HCL 0.1
N dengan cepat
16. Bersihkan sisa-sisa darah dalam pipet dengan cara menghisap HCL
dalam tabung dan dihembuskan lagi lalu tunggu beberapa saat ( 1-2
menit)
17. Teteskan aquades sedikit demi sedikit dan aduk sampai sama dengan
warna standar
18. Ambil dan bandingkan dengan warna standar ( angkat pengaduk,
lakukan dengan pengcahayaan yang cukup tenang)
19. Baca hasilnya (permukaan cairan ) yang hasilnya dinyatakan dalam
gram %
20. Beritahui ibu hasil dari pemeriksaan
21. Bereskan dan Rapikan Alat

Pengambilan Dan Pengolahan Spesimen Urine ( Protein Urine )

1. Definisi
Periksaan protein urine merupkan salah satu jenis pemeriksaan
laboratorium pada ibu hamil untuk mengetahui fungsi ginjal. Apabila
ginjal berfungsi dengan normal maka tidak akan terdapat protein dalam
urine ibu hamil. Adanyan protein dalam urine dapat dikarena makanan
yang dikonsumsi oleh ibu hamil,ibu mempunyai infeksi saluran kencing
atau urine terkontaminasi dengan darah dan air ketuban, ataupun
mengidentifikasi adanya preeklamsi baik ringan maupun berat yang
mengarah pada keadaan eklamsia.

2. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada protein dalam urine dan mengidentifikasi
adanya preeklamsi selama kehamilan.
Hasil pemeriksaan dapat dianalisis sebagai berikut :
Negatif ( - ) : tidak ada kekeruhan sama sekali
1) Positif (+) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir kadara
protein kira-kira 0,01-0,05%
2) Positif (++) : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir
dalam kekeruhan, kadar protein 0,05-0,2%
3) Positif (+++) : urine jelas keruh dan kekeruhan tersebut
berkeping-keping kadar protein 0,2-0,5 %
4) Positif (++++) : urine sangat keruh dan kekeruhan tersebut
berkeping-keping atau bergumpal-gumpal atau memadat, kadar protein
>0,5%

3. Indikasi
1) Untuk menentukan apakah ada protein dalam urine
2) Untuk menentukan adanya indikasi kelainan pada fungsi renal
3) Untuk mendeteksi terjadinya preeklamsi pada ibu hamil

4. Kontraindikasi
Pemeriksaan protein urine tidak boleh dilakukan pada ibu hamil dengan
penyakit insufisiensi hati, kista ovarium, gangguan organ pada pituitari,
ovarium, organ reproduksi.
5. Pengkajian
1) Cek Tanda –tanda Vital Ibu
2) Kaji keadaan umum dan kesadaran ibu hamil

6. Peralatan
1) Urine ibu hamil
2) Larutan klorin 0,5% dalam baskom
3) Reagen : asam asetat 6%
4) Tabung reaksi 2 buah
5) Rak tabung reaksi 2 buah
6) Penjepit tabung reaksi
7) Lampu spiritus
8) Spuit 5 cc
9) Sarung tangan
10) Pipet takaran 5 cc
11) Bak instrumen berisi sarung tangan tangan DTT/bersih
12) Bengkok
13) Botol untuk spesimen urine
14) Korek Api
15) Plaster untuk identitas pasien (direkatkan ke botol)
16) Handuk bersih

Prosedur Pelaksanaan

1. Beri penjelasan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan


2. Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara argonomis
3. Beri identitas pada botol spesimen urine agar tidak tertukar dengan
pasien lain
4. Persilahkan ibu untuk kencing dan menampung air kencingnya
didalam botol yang telah di sediakan
5. Cuci tangan secara 6 langkah dengan sabun dan air yang mengalir,
keringkat dengan handuk kering
6. Pakai sarung tangan yang bersih
7. Isi 2 tabung reaksi A dan B masing-masing dengan 5 cc urine
8. Panaskan tabung A diatas lampu spiritus
9. Amati urine terjadi kekeruhan apa tidak
10. Kalau urine keruh tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%
11. Amati dan bandingkan dengan tabung B apabila stelah ditetesi
kekeruhan menghilang ini menunjukkan tidak adanya protein urine
12. Panaskan sekali lagi apabila setelah diteteskan asam asetat 6% urine
tetap keruh
13. Amati dan nilai, apabila urine keruh berarti ada protein di dalam urine
dan nilai derajat kekeruhannya
14. Bereskan da bersihkan bahan/peralatan yang telah digunakan
15. Leaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0.5%
16. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan handuk bersih
17. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
18. Lakukan dokumentasi

Pemeriksaan Glukosa Urine

1. Definisi
Pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa
pda urine. Jika ditemukan glukosa dalam urine ibu hamil bisa terindikasi
mengalami diabetes mellitus dalam kehamilan.

2. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada glukosa urine dalam urine dan
mengidentifikasi apakah ibu mengalami diabetes melitus dalam kehamilan
1) Negatif (-) : warna tetap biru atau kehijauan
2) Positif (+) : warna hijau kekuningan dan agak keruh
3) Positif (++) : warna kuning dan keruh
4) Positif (+++) : warna jingga dan keruh
5) Postif (++++) : warna merah bata dan keruh

3. Indikasi
1) Untuk menentukan apakah ada glukosa dalam urine
2) Untuk mendeteksi terjadinya diabetes militus atau kencing manis
manis selama kehamilan

4. Kontra indikasi
Pemeriksaan glukosa urine tidak boleh dilakukan pada ibu hamil dengan
hipoglikemia

5. Peralatan
1) Urine ibu hamil
2) Larutan klorin 0,5% dalam baskom
3) Reagen : asam asetat 6%
4) Tabung reaksi 2 buah
5) Rak tabung reaksi 2 buah
6) Penjepit tabung reaksi
7) Lampu spiritus
8) Spuit 5 cc
9) Sarung tangan
10) Pipet takaran 5 cc
11) Bak instrumen berisi sarung tangan tangan DTT/bersih
12) Bengkok
13) Botol untuk spesimen urine
14) Korek Api
15) Plaster untuk identitas pasien (direkatkan ke botol)
16) Handuk bersih

Prosedur Tindakan

1) Beri penjelasan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan


2) Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara argonomis
3) Beri identitas pada botol spesimen urine agar tidak tertukar dengan
pasien lain
4) Persilahkan ibu untuk kencing dan menampung air kencingnya
didalam botol yang telah di sediakan
5) Cuci tangan secara 6 langkah dengan sabun dan air yang mengalir,
keringkat dengan handuk kering
6) Pakai sarung tangan yang bersih
7) Isi 2 tabung reaksi A dan B masing-masing dengan 5 cc reagen
abenedict
8) Tetesin tabung tersebut dengan 5-8 tetes urine
9) Panaskan dalam air mendidih selama 5 menit atau dengan api
spiritus 2 menit
10) Amati dan nilai terjadi perubahan warna atau tidak
11) Bereskan dan bersihkan bahan/peralatan yang telah digunakan
12) Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
13) Cuci tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
14) Beritahu ibu hasil pemeriksaan
15) Lakukuan dokumentasi

Pemeriksaan feses

1. Defenisi
Pemeriksaan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau
tinja. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan
pada sistem pencernaan.

2. Tujuan
Pemeriksaan feses bertujuan untuk mendeteksi/mengetahui penyakit atau
gangguan pada sistem pencernaan.

3. Indikasi
1. Untuk mengetahui adanya infeksi, baik oleh bakteri, jamur, cacing,
maupun virus yang menyerang saluran pencernaan.
2. Untuk mengetahui gangguan pencernaan gizi atau sindrom
malabsorbsi.
3. Untuk mengetahui perdarahan didalam saluran pencernaan.

4. Kontra indikasi

Perlu diperhatikan pemeriksaan pada wanita yang sedang menstruasi dan


pasien yang baru saja menelan cairan barium.

5. Peralatan
1. Wadah sampel
2. Wadah kering dan bersih
3. Tongkat aplikator/tusuk gigi
4. kartu tes tinja

Prosedur tindakan :

1. Beri penjelasan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan.

2. Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara argonomis

3. Usahakan untuk buang air kecil dulu sebelum BAB.

4. Cuci tangan dan pakai handscoon.

5 Letakkan plastik pembungkus di kloset saat hendak BAB, agar tinja


tidak berceceran.
6 Gunakan sendok khusus atau spatula untuk mengambil feses kira-kira
seukuram biji kurma, lalu pindahkan ke dalam wadah.
7 Pastikan sampel tinja terkumpul, segera masukkan kedalam kantong
plastik dan pastikan ditutup rapat.
8 Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih, kemudian tulis nama,
tanggal lahir, agar wadah tidak tertukar.
9 Pemeriksaan sampel tinja pada prosedur FOBT
a. Sampel tinja dioleskan kekartu tes.
b. Teteskan cairan kimia kekartu tes.
c. Lihat hasilnya, jika terdapat darah pada sampel warna kartu akan
berubah.
d. Jika hasil negatif ditandai dengan tidak ada darah pada sampel
tinja, dan apabila positif ditandai dengan adanya darah pada sampel
tinja.
10 Pemeriksaan sampel prosedur Kultur
a. Sampel tinja diletakkan kedalam wadah yang telah diolesi dengan
cairan khusus.
b. Simpan feses selama 2-3 hari diinkubator.
c. Usai diinkubasi periksa sampel dengan menggunakan mikrosop,
untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri abnormal tinja.
d. Ciri-ciri dinyatakan normal yaitu:
 Berwarna coklat, lembut, berbentuk konsisten.
 Tidak mengandung bakteri, virus, jamur, parasir,
lendir, nana, darah, dan serat daging.
 Mengandung 2-7 gram lemak dalam 24 jam.
 Mengandung gula kurang dari 0,25gram.
 Memiliki tingkat keasaman 7,0-7,5.
e. Ciri- ciri abnormal :
 Berwarna gelap atau pucat
 Mengandung bakteri, virus, jamur, parasit, lendir,
nana, darah, dan serat daging.
 Mengandung > 7 gram lemak.
 Memiliki tingkat keasaman > 7,5.

Pemeriksaan Sekret Vagina

1. Defenisi
Pemeriksaan swab vagina merupakan pemeriksaan sampel sekret
vagina umumnya dilakukan sebagai penunjang diagnosis
vaginitis.vaginitis berupa vagionesis bakterial, kandidiasis
vulvovaginal, trikomoniasis, atau koinfeksi.

2. Tujuan.
Yaitu sebagai penunjang diagnosis vaginitis.vaginitis berupa
vagionesis bakterial, kandidiasis vulvovaginal, trikomoniasis, atau
koinfeksi.

3. Indikasi
Pasien yang mengalami:
a. Bakterial vagionosis
b. Vaginitis akibat infeksi
c. Vulvovaginitis candida albicans
4. Kontadiksi
Tidak memungkinkan pengambilan sampel pada pasien yang
vaginismus ( spamase otot vagina yang bersifat involunter sehingga
tidak memungkinkan terjadinya penetrasi ).

5. Peralatan dan bahan


1. Air mengalir
2. Larutan antiseptik
3. Lap kering/tisue
4. Lampu spritus
5. Cover glass
6. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
7. Sabun cair
8. Kapas lidi steril
9. Kapas dengan alkohol 70%
10. Kaca benda
11. Vaginal swab specimen collection
12. KOH10%
13. Tempat sampah medis
14. Tempat sampah non-medis

6. Prosedur tindakan
1. Informend consent
2. Menyiampan alat secara argonomis
3. Cuci tangan dan memakai handscoon
4. Tutup sampiran/ jaga pripasi pasien
5. Pasien diminta melepaskan celana dan dalam posisi
tertelentang
6. Pasien diminta dalam posisi litotomi
7. Bukalah sebgian pembungkus kapas lidi steril. Ambilah secara
perlahan dengan lege artis, jangan menyentuh bagian halus dari
kapas lidi atau mengenai bagian luar pembungkus kapas lidi.
8. Peganglah kapas lidi dengan meletakkanya diantara ibu jari dan
jari telunjuk.
9. Masukkan kapas lidi steril kedalam vagina secara perlahan
kira-kira 2 inchi( 5cm ) melalui introitus vagina kemudian
putar secara perlahan selama 10-30 detik. Pastikan kapas
menyentuh dinding vaginasampai spesimen meresap pada
kapas.
10. Keluarkan kapas lidi perlahan tanpa menyentuh vulva dan
kulit.
11. Sambil memegang swab, bukalah penutup dari tabung, jangan
menumpahakan isi tabung. Jika tumpah, maka ambil vaginal
swab specimen yang baru.
12. Segera masukkan kapas lidi kedalam medium transport, jangan
mengenai dinding tabung. Pastikan semua bagian kapas berada
dalam isi medium transport.
13. Tutuplah medium transport dengan erat.
14. Buanglah ujung kapas lidi kedalam tempat sampah medis.
15. Bereskan pasien dan alat.
16. Lepas handscoon dan cuci tangan.
17. Jelaskan hasil test kepada pasien.
18. Dokumentasi .
TINJAUAN KASUS
PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

A. Pengkajian
Tanggal : ........... 2020
Jam : ...........WIB
Tempat : ...........
No register : ...........

1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas pasien :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Agama :
Status perkawinan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :

Penanggung jawab :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Hubungan dengan pasien :
Alamat :

b. Keluhan utama
....... mengeluh merasa lemas dan tidak bertenaga.

c. Riwayat kesehatan yang dulu


........mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi tapi tidak
pernah dirawat sebelumnya.

2. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Comppos mentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 36.5°C

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bersih dan tidak ada benjolan
b. Muka : Tidak pucat dan tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, dan konjungtiva tidak pucat
d. Hidung : Bersih
e. Mulut dan gusi : Bersih
f. Leher : Bersih dan tidak ada pembengkakan
g. Dada : Simetris
h. Abdomen : Simetris dan ada bekas operasi sesar
i. Ekstremitas atas : Simetris
j. Ekstremitas bawah : Simetris

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi :-
b. Pemeriksaan Laborat :
Hemoglobin : 10 gr%
Urine : reduksi protein (-)
Golongan darah :O

3. ANALISA
...... dengan Anemia Ringan

PENATALAKSANAAN

1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan saat ini, ibumengetahui


hasil pemeriksaan.
2) Memberitahu ibu bahaya anemia pada kehamilan, ibu mengerti.
3) Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi dengan
minum air putih lebih banyak, mengonsumsi makanan dengangizi
seimbang, makan secara teratur, mengonsumsi makanan tambahan seperti
biskuit di antara jam makan pokok, mengonsumsi buah dan sayuran, ibu
mengerti.
4) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi
untuk meningkatkan kadar Hb, ibu bersedia
5) Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat, tidur pada malam hari 7-8
jam dan tidur siang minimal 1 jam serta mengurangi aktivitas yang berat,
ibu mengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Santi Mayngsari. (2017). Pengaruh Pembendungan Pengambilan darah


Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit.
Desti Rosadela Suailo. (2017). Pengruh Lama Pemasangan Torniquet Pada
Pengambilan Darah Vena Terhadap Pemeriksaan Massa Aktivitas
Tromboplastin Parsial.
Grabda. (2015). Pravalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp. Pada Saluran
Pencernaan . Brondong Lamongan.Sians Seni Pomits.
Reza NR. Tantari SHW. Laboratory examination in genetal chalamydia
trachomatis infecion. BIKKK(2015). ; 7: 114.

Anda mungkin juga menyukai