Kel 2 - Prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif
Kel 2 - Prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif
Mata Kuliah:
Metodologi Penelitian II
Dosen Pengampu:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip – Prinsip
Etika dalam Penelitian Kualitatif”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik secara materi maupun pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Menjelang Ajal dan Paliatif pada semester ganjil (V) Fakultas Keperawatan, jurusan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau tahun ajaran 2020/2021.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan pengalaman bagi kami, serta semoga untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Latar Belakang Etika dalam Penelitian Kualitatif................................................3
2.2 Prinsip-prinsip Etika dalam Penelitian Kualitatif.................................................5
2.3 Ethical Clearance dalam Riset Kualitatif............................................................7
2.4 Informed Consent Riset Kualitatif........................................................................9
2.5 Artikel yang Terkait dengan Penelitian Kualitatif ............................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................14
3.2 Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
aspek etik penelitian kesehatan dimana manusia dan hewan menjadi
subjeknya. Hasil kajian tersebut, menghasilkan buku pedoman Nasional Etik
Penelitian Kesehatan, yang diharapkan menjadi rujukan bagi semua
komisi/komite/panitia etik penelitian kesehatan yang terdapatdi
universitas/perguruan tinggi, rumah sakit/fasilitas kesehatan, dan lembaga
penelitian di seluruh Indonesia. Dengan demikian diharapkan terjaminnya etik
penelitian kesehatan yang memenuhi standar di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai,
dikuasai, dan dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih
sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan
meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya.
4
Pada penelitian klinis/mendetail yang melibatkan manusia, terdapat tiga
prinsip etika yang harus diperhatikan yaitu:
1. Prinsip menghargai individu, prinsip ini dijalankan dengan
memberikan informed consent pada subjek penelitian. Menjaga
subjek penelitian yang memiliki keterbatasan dalam membuat
keputusan dan tidak memiliki kapsitas unutk membuat keputusan
2. Prinsip menjaga kerahasaian, prinsip tersebut didasarkan kepada
bahwa manusi bukan sumber data yang pasif tetapi manusi memiliki
hak dan kenyamanan/kesejahteraan yang harus dihormati
5
b. Cara memperlakukan subyek penelitian (kerahasiaan dan
anonimitas)
Kerahasiaan subyek penelitian penting dalam penelitian.
Dalam beberapa kasus penelitian, peneliti perlu menjaga
kerahasiaan subyek penelitian karena menyangkut keselamatan
narasumber atau alsan-alasan penting lainnya.
Idealnya, peneliti bisa menyimpan identitas asli subyek
penelitian, mengganti identitasnya, dan membuat catatan rapi
penggantian-penggantian tersebut. Untuk kepentingan penelaahan
“keilmiahan” penelitiannya, peneliti akan menyediakan transkrip
yang telah menyembunyikan identitas pribadi subyek untuk dapat
dibaca oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Poerwandari, 2007).
c. Konsekuensi dan Manfaat Penelitian.
Peneliti perlu menyadari bahwa penelitian dapat
berkonsekuensi merugikan subyeknya dalam banyak hal: fisik,
psikologi, legal, dan sosial. Oleh karena itu, meminimalkan risiko
menjadi hal yang sangat penting untuk diupayakan oleh peneliti.
Dengan mengedepankan prinsip manfaat, peneliti bisa
mengupayakan seminimal mungkin risiko yang mungkin terjadi
atau menimpa subyek penelitian.
d. Independensi Penelitian
Masalah etis dapat muncul ketika peneliti melakukan
penelitiannya di bawah sponsor atau didanai pihak tertentu.
Seringkali peneliti tidak menyadari bahwa ia telah membawa
kepentingan sponsor, sehingga tidak peka lagi dalam menganalisa
temuan datanya. Seringkali peneliti terpaksa ataupun dipaksa
untuk mengkompromikan standar etik dan profesionalnya. Bila
dihadapkan pada situasi seperti itu, ada tiga pilihan yang bisa
dipertimbangkan: pertama, loyalitas peneliti pada organisasi atau
6
kelompok yang lebih besar daripada sponsor; kedua, keluar dari
hubungan kerja tersebut; atau ketiga, menyuarakan
ketidaksetujuannya (Poerwandari, 2007).
e. Batasan-Batasan Mengenai Apa yang dapat diteliti
Pembatasan sering dilakukan dengan tidak diberikan akses
pada peneliti untuk dapat berhubungan dengan subyek penelitian,
sehingga peneliti tidak mungkin melakukan pengambilan data.
Selain itu, pembatasan sering juga dilakukan dengan penetapan
definisi data resmi dan non resmi, serta penetapan lembaga yang
boleh atau berwenang mengumpulkan dan mengeluarkan data.
Pembatasan dilakukan karena biasanya pemerintah atau
kelompok-kelompok berkuasa menganggap bahwa penelitian
dianggap mempromosikan nilai-nilai tertentu yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai positif yang hidup dalam masyarakat.
7
Human Subjects” dikatakan bahwa semua penelitian yang melibatkan
manusia tidak boleh melanggar standar etik yang berlaku universal, tetapi
juga harus memperhatikan berbagai aspek sosial budaya masyarakat yang
diteliti.
Tujuan utama melakukan klirens etik adalah untuk melindungi
subyek penelitian/responden dari bahaya secara fisik (ancama), psikis
(tekanan, penyesalan), sosial (stigma, diasingkan dari masyarakat) dan
konsekuensi hukum (dituntut) sebagai akibat turut berpartisipasi dalam
suatu penelitian. Oleh karena itu semua penelitian yang melibatkan
manusia harus memperhatikan tiga prinsip dasar kode etik (CIOMS, 2002)
yaitu:
a. Menghormati individu (respect for persons), setidaknya ada 2 (dua)
etika dasar yang perlu diperhatikan:
1) Menghormati otonomi (respect for autonomy): menghargai
kebebasan seseorang terhadap pilihan sendiri
2) Melindungi subyek penelitian (protection of persons): melindungi
individu/subyek penelitian yang memiliki keterbatasan atau
kerentanan dari eksploitasi dan bahaya.
b. Kemanfaatan (beneficience): kewajiban secara rtik untuk
memaksimalkan manfaat dan meminimalkan bahaya. Prinsip ini
menekankan bahwa semua penelitian harus bermanfaat bagi
masyarakat. Oleh karena itu, rancangan penelitian harus jelas dan
peneliti yang bertanggung jawab harus mempunyai kompetensi yang
sesuai dengan kepakarannya dan dapat melindungi subyek penelitian
dari risiko yang tidak diinginkan.
c. Berkeadilan (distributive justice): keseimbangan antara beban dan
manfaat ketika berpartisipasi dalam penelitian. Prinsip ini menekankan
bahwa setiap individu yang berpartisipasi dalam penelitian harus
diperlakukan sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing-masing.
8
Perbedaan perlakuan antara satu individu/kelompok dengan yang lain
dapat dibenarkan bila dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
dapat diterima oleh masyarakat.
DAFTAR LAMPIRAN
NIM : J500120113
9
penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan
dilampirkan.
Peneliti
Fitri
Nama :
Umur :
Alamat :
NIM : J500120113
10
Demikian surat peryataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Surakarta, 2021
Responden
11
2.5 Artikel-artikel yang terkait dalam penelitian kualitatif
Judul Peneliti Abstrak
Ethical Mahnaz Dalam studi kualitatif terdapat interaksi antara peneliti dan
challenges Sanjari, partisipan secara etis dapat menimbulkan tantangan karena
of Fatemeh keduanya terlibat dalam berbagai tahap penelitian. Oleh
researchers Bahramnezhad, karena itu, perumusan pedoman etika tertentu dalam hal ini
in Fatemeh tampaknya sangat penting. Artikel ini bertujuan untuk
qualitative Khoshnava membahas perlunya mengembangkan pedoman untuk
studies: the Fomani, melakukan studi kualitatif sehubungan dengan peran para
necessity to Mahnaz peneliti. Penyedia layanan kesehatan yang melakukan
develop a Shoghi, penelitian kualitatif memiliki tanggung jawab yang sangat
specific dan Mohammad besar karena tidak ada analisis statistik dalam studi kualitatif.
guideline. Ali Cheraghi. Peneliti harus mengevaluasi apa yang dia amati dan untuk
menafsirkannya. Artikel ini menggambarkan bagaimana
peneliti dapat mengatasi tantangan etis studi kualitatif dan
memberikan hasil yang berlaku dan dapat dipercaya. Peneliti
menghadapi tantangan etis dalam semua tahap penelitian, dari
merancang hingga melaporkan. Hal ini termasuk anonimitas,
kerahasiaan, persetujuan yang diinformasikan, dampak
potensial peneliti pada peserta dan sebaliknya. Penyedia
layanan kesehatan, pendidik dan dokter harus memberikan
informasi dengan baik tentang semua aspek penelitian ketika
bertindak sebagai peneliti kualitatif. Oleh karena itu, peran
peneliti ini perlu didefinisikan dengan baik, dan penggunaan
pedoman dan protokol praktis dalam semua tahap studi
kualitatif harus dilakukan.
12
Hubungan yang terjalin antara peneliti dan partisipan dalam studi
kualitatif dapat menimbulkan berbagai masalah etika yang berbeda dan
peneliti kualitatif menghadapi dilema seperti menghormati privasi,
membangun interaksi yang jujur dan terbuka, dan menghindari kesalahan
penyajian (Van den Hoonaard, 2002). Dalam kasus seperti itu,
ketidaksepakatan antara partisipan, peneliti, disiplin peneliti, badan
pendanaan dan masyarakat mungkin tidak terhindarkan. Beberapa masalah
etika penting yang harus dipertimbangkan saat melakukan penelitian
kualitatif adalah: anonimitas, kerahasiaan dan persetujuan (Richard &
Schwartz, 2002).
Bagi praktisi perawatan kesehatan, kerahasiaan berarti tidak ada
informasi pribadi yang akan diungkapkan kecuali dalam situasi tertentu.
Peneliti perlu untuk menjelaskan secara tertulis siapa saja yang dapat
mengakses data awal dan bagaimana data tersebut dapat digunakan. Bagi
peneliti kualitatif, sangat penting untuk menentukan terlebih dahulu data
mana yang akan dikumpulkan dan bagaimana data itu akan digunakan
(Hoeyer et al., 2005). Prinsip persetujuan yang diinformasikan
menekankan tanggung jawab peneliti untuk sepenuhnya
menginformasikan peserta berbagai aspek penelitian dalam bahasa yang
dapat dipahami. Klarifikasi perlu mencakup hal-hal berikut: sifat
penelitian, peran potensial peserta, identitas peneliti dan badan
pembiayaan, tujuan penelitian, dan bagaimana hasil akan dipublikasikan
dan digunakan (Orb et al., 2001). Beberapa orang menganggap perlu
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh rekan,
komunitas, atau masyarakat mereka. Oleh karena itu, peneliti kesehatan
kualitatif perlu memperjelas bahwa penelitian yang dilakukan akan
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan dapat berkontribusi pada perbaikan
kebijakan Kesehatan bukan bersifat pribadi
13
BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Etika idak hanya dalam bersosialisasi dengan masyarakat saja
dibutuhkan etika, ketika seorang peneliti mencari sumber pustaka pun
wajib memiliki etika penelitian, dimana si peneliti disini harus
membubuhkan sumber rujukan atau kutipan yang dia ambil. Ini semua
untuk menghindari dengan yang namanya menjiplak atau plagiat milik
orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, dan seolah-olah itu karangan
asli dari peneliti/penulis itu sendiri yang menulis, meneliti atau yang
mengerjakannya. Sehingga disinilah diperlukan dengan yang namanya
kode etik dalam penulisan karya ilmiah.
Etika penelitian menjadi batasan terhadap sejauh mana penelitian
dapat melibatkan partisipannya dan dapat mencegah terjadinya pelanggaran
yang dapat merugikan diri partisipan. Maka dari itu penting sekali untuk
para peneliti untuk dapat mematuhi etika ini agar tidak ada satupun pihak
yang dirugikan selama dan sesudah penelitian berlangsung.
2.3 Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat menegakkan prinsip-prinsip etika
penelitian agar dapat mempermudah dan mempelancar mahasiswa dalam
melakukan penelitian .
14
DAFTAR PUSTAKA
Hoeyer, K., Dahlager, L., & Lynöe, N. (2005). Conflicting notions of research ethics:
The mutually challenging traditions of social scientists and medical
researchers. Social science & medicine, 61(8), 1741-1749.
Richards, H. M., & Schwartz, L. J. (2002). Ethics of qualitative research: are there
special issues for health services research?. Family practice, 19(2), 135-139.
Sanjari, M., Bahramnezhad, F., Fomani, F. K., Shoghi, M., & Cheraghi, M. A.
(2014). Ethical challenges of researchers in qualitative studies: the necessity to
develop a specific guideline. Journal of medical ethics and history of medicine, 7, 14.
Situmorang, A., dkk. (2016). Buku saku klirens etik penelitian bidang ilmu
pengetahuan sosial dan kemanusian. Jakarta: Kedeputian IPSK-LIPI).
Van den Hoonaard, W. C. (Ed.). (2002). Walking the tightrope: Ethical issues for
qualitative researchers. University of Toronto Press.
15