BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu
pada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat
glukosa serum diatur dengan ketat dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan
melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar
glukosa darah puasa tidak boleh lebih tinggi dari 110 mg/dl dan jangan
lebih rendah dari 60 mg/dl. Untuk mengatur hal ini tubuh mempunyai
mekanisme pengaturannya.
Apabila mekanisme pengaturan kadar gula dalam darah tidak
berjalan dengan baik atau terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh maka
akan mengakibatkan ganguan pada proses metabolisme glukosa, oleh karena
itu perlu adanya pemeriksaan kdar glukosa dalam darah sehingga dapat
diketahui kadar glukosa melebihi batas normal atau tidak.
Tujuan pemeriksaan glukosa darah ini salah satunya adalah untuk
menentukan ada tidaknya penyakit diabetes mellitus. Diabetes
mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh
gagalnya pengaturan gula darah atau kelainan metabolisme karbohidrat.
Dalam kasus ini glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik,
sehingga mengakibatkan keadaan hiperglikemia.
Penundaan waktu pemeriksaan dapat menyebabkan penurunan kadar
glukosa darah. Hal ini disebabkan oleh glikolisis sel-sel darah dimana
sampel serum dan plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah sebab
eritrosit dan leukosit dalam darah biarpun sudah berada diluar tubuh tetap
merombak glukosa untuk metabolismenya (Widmann, 1995). Hal tersebut
mencerminkan aktivitas glukosa tetap terjadi meski berada di luar tubuh.
Dari pengalaman dan survei yang didapat dari lapangan,
pemeriksaan kimiawi khususnya pemeriksaan glukosa darah tidak pernah
menggunakan sampel plasma EDTA terkadang sampel plasma dijadikan
1
2
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa
yang diperiksa langsung dan yang ditunda selama dua jam antara serum
dan plasma EDTA?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada sampel plasma EDTA dan serum hanya
melihat perbedaan dan berapa besar tingkat penurunanya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara
kadar glukosa darah puasa dan tingkat penurunanya yang menggunakan
plasma EDTA dan serum yang diperiksa langsung dan ditunda selama dua
jam.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak berikut.
1. Laboratorium Klinik
Telitian ini dapat digunakan sebagai acuan pemeriksaan kadar glukosa
darah.
2. Mahasiswa Analis Kesehatan
Telitian ini dapat mernjadi acuan untuk penelitian. Penelitian
berikutnya yang berkaitan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah
3. Peneliti
Telitian ini merupakan pengalaman baru bagi peneliti sehingga dapat
menambah wawasan peneliti dalam bidang analis kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Glukosa
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan
sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang
mengandung karbohidrat. Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi
pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energi utama bagi
kerja otak, dan merupakan bahan bakar utama untuk jaringan tertentu seperti
otak dan sel darah merah (Marks, 1996).
Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari
glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme
asam lemak. Tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan
pembakaran langsung glukosa. Proses ini juga menghasilkan metabolit-
metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme
homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam
rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keaadan puasa (Sacher, 2004).
Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan
asetil-coenzim A. Jika glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan
karbondioksida, air, dan energi yang akan disimpan didalam hati atau otot
dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak terpakai
melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan
sebagai trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein.
Hati berperan dalam menentuka apakah glukosa langsung dipakai untuk
menghasilkan energi, disimpan atau digunakan untuk tujuan struktural
(Sacher, 2004).
Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat, baik dalam keaadan normal maupun sebagai respon
terhadap stres. Hormon yang berperan dan mengatur metabolisme
karbohidrat adalah hormon insulin. Insulin adalah zat atau hormon yang
dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.
4
5
Heksokinase
Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP
2. Metode Kimiawi
Metode kimiawi metode yang memanfaatkan sifat mereduksi
dari glukosa dengan bahan indikator yang akan berubah warna
apabila terduksi. Akan tetapi, metode ini tidak spesifik karena
senyawa-senyawa lain yang ada di dalam darah juga dapat
mereduksi (misalnya:urea, yang dapat meningkat, cukup bermakna
pada uremia) (Sacher, 2004) contoh metode kimiawi yang masih
digunakan untuk pemeriksaan glukosa adalah metode toluidin.
Metode ini murah, dengan cara kerja yang sederhana dan bahan
mudah didapat ( Depkes, 2005).
3. Cara Strip POCT (Point Of Care Testing )
POCT merupakan alat pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dirancang hanya untuk penggunaan sampel darah kapiler,
bukan untuk sampel serum atau plasma.
Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakan
pada alat. Ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip,
katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas
dari elektron yang terbentuk dalam strip setara dengan konsentrasi
glukosa dalam darah (Depkes, 2005).
Kelebihan dari cara strip ini adalah hasil pemeriksaan dapat
segera diketahui. Pemeriksaan jenis ini hanya membutuhkan sampel
yang sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan mudah
dibawa kemana-mana. Kekurangan dari cara strip adalah akurasinya
belum diketahui serta memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh
suhu, volume sampel yang kurang. Cara strip ini tidak untuk
menegakkan diagnosis klinis.
12
kadar gulanya terkontrol dengan baik atau tidak. Hal ini juga dapat
memberikan informasi apakah obat diabetes yang diminum cukup efektif
atau tidak dalam mengendalikan kadar gula darah.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode penelitian
Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Metode deskriftif kuantitatif suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif dan membahas data-data yang ada
dengan menggunakan parameter serta hipotesis sebagai tolak ukur
(Notoatmodjo, 1993)
18
19
diambil tidak semua dari populasi melainkan hanya 35 orang saja yang
diambil sebagai sampel 35 sampel yang diambil sesuai dengan
pemeriksaan yang dilakukan sehingga volume sampelnya dapat
diambil sebagian sebagai sampel penelitian peneliti.
F. Instrumentasi Penelitian
1. Alat
a. Fotometer
b. Sentrifuge
c. Spuit 5 cc
d. Mikro pipet 1000 µl
e. Mikro pipet 10 µl
f. Tabung reaksi 12 x 75 mm
g. Tabung reaksi 15 x 100 mm
h. Tip putih dan tip biru
i. Rak tabung reaksi
j. Stopwatch / timer
2. Bahan
a. Kit reagen glukosa
b. Antikoagulan ( EDTA)
21
c. Aquades
d. Sampel : serum dan plasma EDTA
3. Langkah – langkah penelitian
a. Metode
Metode pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan
yaitu menggunakan metode GOD – PAP
b. Prinsip
Glukosa oksidasi secara enzimatis menggunakan enzim
glukosa oksidase (GOD), membentuk asam glukonik dan H2O2
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4 – aminoantipirin dengan
enzim peroksidase (POD) sebagai katalisator memebentuk
quinonemine. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi dalam serum spesimen da diukur secara fotometris
(Depkes, 2005). Reaksi pembentukan warna quinonemine adalah
c. Pengambilan sampel
Sampel serum dan plasma diperoleh dari darah vena yang
diambil sebanyak lima cc lalu darah dibagi dua masing – masing
2,5 cc untuk plasma dan serum yang dimasukkan ke dalam tabung
reaksi ukuran 15 x 100 mm kemudian diperiksa langsung dan
didiamkan selama dua jam
1) Cara pembuatan serum
Darah yag berada di dalam tabung reaksi dibiarkan
dalam suhu ruang 20–250C selama 10 menit, kemudian
disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
2) Cara pembuatan plasma
Darah yang berada di dalam tabung reaksi yang sudah
berisi antikoagulan EDTA segera dikocok perlahan–lahan,
22
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1≠µ2
Keterangan :
Kriteria :
x1 x2
th=
2
S (1 / n1 1 / n2 )
P
Keterangan :
24
2. Persentase Penurunan
% = x 100%
Keterangan :
A= Rata-rata kadar glukosa darah yang langsung di periksa
B= Rata-rata kadar glukosa darah setelah di tunda dua jam
25
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang
melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa di laboratorium patologi
klinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Penelitian ini dilakukan tanggal 19-31 Mei 2014.
2 Plasma
158,4 mg/dl 147,9 mg/dl
25
26
140.0
Langsung Diperiksa Ditunda Dua Jam
C. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis nol (Ho) yang
berbunyi tidak ada perbedaan kadar serum dan kadar plasma sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ada perbedaan antara kadar serum dan
kadar plasma.
Setelah menganalisa data dengan rumus yang sudah ditentukan
langkah berikutnya yaitu memberikan interpretasi terhadap th, dengan
terlebih dahulu memperhitungkan dua jenis sampel diukur dengan metode
yang sama dan hasil pengukuran sampel pertama dan kedua dibandingkan
27
α
dengan taraf signifikansi α = 0,01 α = 0.005, t-tabel = t 2/2, n1 + n2 – 2 =
t
0.005, 35+35-2=t 0.005, 68= 2.6501. Dengan membandingkan besarnya
“t” yang sudah diperoleh dari perhitungan untuk serum (th=0,2073) dan
besarnya “t” yang tercantum pada tabel nilai t (ttabel =2,6501) maka dapat
diketahui untuk sampel serum bahwa th lebih kecil dari ttabel yaitu
th=0,2073 < ttabel =2,6501. Untuk plasma (th=0,2431) dan besarnya “t” yang
tercantum pada tabel nilai t (tt=2,6501) maka dapat diketahui bahwa th
lebih kecil dari ttabel yaitu th=0,2431 < ttabel =2,6501.
Karena th lebih kecil dari ttabel maka hipotesis Ho diterima ini
berarti tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan antara glukosa darah puasa
mengunakan serum dan plasma. Berdasarkan hasil uji “t” didapat (Ho)
yang berbunyi tidak ada perbedaan pemeriksaan antara serum yang
langsung diperiksa dan yang ditunda dua jam dan tidak ada perbedaan
pemeriksaan antara plasma yang langsung diperiksa dan yang tunda dua
jam. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ada perbedaan
pemeriksaan antara serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda dua
jam dan tidak ada perbedaan pemeriksaan antara plasma yang langsung
diperiksa dan yang tunda dua jam. Ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang berarti pada hasil pemeriksaan glukosa darah puasa
menggunakan sampel serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda
dua jam.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa
darah puasa dengan menggunakan sampel plasma dan serum dan untuk
mengetahui persentase penurunan kadar glukosa darah puasa.
Data ini diperoleh dengan membandingkan hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa dengan sampel serum dan plasma dan
presentase hasil penurunan kadar glukosa kadar puasa yang ditunda selama
dua jam. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskritif yang bertujuan
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian
28
ttabel, untuk sampel serum dimana th=0,2073 < ttabel =2,6501, untuk plasma
th=0,2431< ttabel =2,6501, karena th lebih kecil dari ttabel maka hipotesis Ho
diterima artinya tidak ada perbedaan antara pemeriksaan glukosa darah
puasa dengan menggunakan sampel serum ataupun sampel plasma.
Berdasarkan presentase penurunan kadar glukosa darah puasa hasil
penelitian ini membuktikan bahwa penundaan waktu selama dua jam
untuk pemeriksaan glukosa darah puasa mengalami penurunan kadar
glukosa dalam darah setelah dibiarkan atau ditunda pemeriksaannya pada
suhu ruang selama dua jam. Penurunan kadar glukosa darah puasa yang
ditunda selama dua jam antara serum dan plasma adalah pada serum
sebesar 3,5% dan plasma 6,6%.
Penelitian sebelumnya tentang penundaan waktu pemeriksaan
glukosa pada pasien diabetes melitus terjadi penurunan kadar sebesar 10,7
mg/dl (Dedi, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar glukosa
pada pasien normal relatif sedikit dan tidak lebih besar dibandingkan pada
pasien dengan diabetes melitus. Di karenakan pada pasien diabetes
melitus sel-sel darah sudah mengalami kerusakan dan rentan kontaminasi
bakteri sehingga proses glikolisis terjadi cukup cepat dan banyak
sedangkan pada pasien normal proses glikolisis terjadi tidak cukup cepat
dan banyak.
30
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pada penelitian tentang perbedaan pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa dengan menggunakan sampel plasma EDTA dan serum yang
langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam di Rumah Sakit
Umum Daerah Doris Sylvanus Palangka Raya dapat disimpulkan sebagai
berikut. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan kadar
glukosa darah dengan menggunakan sampel serum dan plasma, sehingga
pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan sampel serum
ataupun plasma.
Nilai rata-rata kadar glukosa darah yang langsung diperiksa pada
serum adalah sebesar 162,1 mg/dl dan yang ditunda dua jam 156,4 mg/dl,
pada sampel plasma yang diperiksa langsung diperoleh nilai rata-rata
158,4 mg/dl, dan yang ditunda dua jam 147,9 mg/dl
Penurunan kadar glukosa darah puasa serum sebesar 3,5%, plasma
6,6%.
B. Saran
1. Untuk petugas laboratorium
Pemeriksaan kadar glukosa sebaiknya dilakukan secara langsung
setelah sampel diperoleh agar hasil yang didapat sesuai dengan
keadaan tubuh pasien. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan hasil yang bisa memungkinkan hasil tinggi palsu dan
rendah palsu.
2. Untuk mahasiswa analis kesehatan
Supaya mengetahui bagaimana yang seharusnya cara pemeriksaan
glukosa dengan baik dan benar dan dapat mengetahui kapan waktu
yang tepat untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah
30