pengobatan personal
ABSTRAK
Kemajuan dalam biologi molekuler meningkatkan pemahaman tentang kanker
paru dan mengubah pendekatan terapi. Biopsi yang memuaskan yang
memungkinkan untuk mengetahui karakterisasi histologis dan analisis mutasi
menjadi semakin penting. Sebagian besar pasien dengan kanker paru
didiagnosis pada stadium lanjut, dan diagnosis sering didasarkan pada biopsi
minor atau spesimen sitologi. Di sini, kami meninjau teknik yang tersedia untuk
mendiagnosis kanker paru, termasuk bronkoskopi, bronkoskopi dengan
panduan ultrasonografi, mediastinoskopi, aspirasi jarum perkutan,
thoracentesis, dan thoracoscopy medis. Kami juga membahas indikasi,
komplikasi, dan hasil jaringan dari teknik tersebut, terutama yang berkaitan
dengan pemeriksaan penanda molekuler.
KATA KUNCI
Kanker paru, diagnosis, bronkoskopi, ultrasonografi endobronkial,
torakoskopi, aspirasi jarum perkutan, penanda molekuler, EGFR
1. PENDAHULUAN
Penemuan dalam biologi molekuler mengubah pendekatan terhadap pengobatan
pasien dengan non-small cell lung cancer (NSCLC). Dalam beberapa tahun
terakhir, karakterisasi histologis kanker paru telah berkembang pesat, melebihi
perbedaan sederhana dari penyakit small-cell atau non-small cell.
Pengamatan bahwa subtipe histologis tertentu merespon secara berbeda
terhadap agen kemoterapi tertentu dan meningkatnya penggunaan terapi yang
ditargetkan telah menciptakan kebutuhan untuk karakterisasi histologis yang
tepat dari spesimen biopsi. Misalnya, beberapa studi telah menunjukkan bahwa
tingkat respon dan kelangsungan hidup dengan pemetrexed secara signifikan
lebih baik pada pasien dengan gambaran histologi non-skuamosa. Studi
menggunakan inhibitor tirosin kinase telah mengamati bahwa manfaat yang lebih
besar dari pengobatan dengan agen tersebut terlihat pada pasien dengan tumor
NSCLC dengan mutasi EGFR dibandingkan pada pasien dengan tumor ganas.
Uji klinis yang sedang berlangsung meneliti penggunaan inhibitor Alk pada
pasien dengan karakteristik NSCLC oleh translokasi gen EML4 – ALK. Mutasi
tersebut ditemukan hampir secara eksklusif pada adenokarsinoma.
Kanker paru-paru masih menjadi penyebab utama kematian akibat kanker
di Amerika Utara. Di Kanada pada tahun 2010, diperkirakan 25.300 orang
didiagnosis kanker paru, dan 20.600 meninggal karena penyakit tersebut. Saat
diagnosis, 75% pasien telah memiliki penyakit stadium lanjut atau metastasis
lokal. Tujuan dari kelompok pasien yang terakhir ini adalah untuk menegakkan
diagnosis dan, idealnya, untuk memastikan stadium penyakit dengan teknik yang
paling tidak invasif. Akibatnya, spesimen biopsi menjadi semakin kecil. Dari
pasien NSCLC yang menerima kemoterapi untuk penyakit lanjut, 80% hanya
akan dilakukan pengambilan spesimen biopsi kecil atau sampel sitologi yang
tersedia untuk diagnosis.
Dalam ulasan ini, kami membahas teknik invasif dan minimal invasif yang
tersedia untuk diagnosis dan penentuan stadium kanker paru dengan tingkat
keberhasilan dan komplikasinya. Kami juga membahas ukuran sampel jaringan
yang diperoleh dengan berbagai teknik, karena ukuran tersebut berkaitan
dengan memaksimalkan karakterisasi histologis kanker paru di era pengobatan
personal. Terakhir, kami memaparkan pengalaman kami sendiri dalam
mendapatkan sampel jaringan yang memadai di Klinik Investigasi Cepat kami di
Universitas McGill.
2. TEKNIK DIAGNOSTIK
2.1 Bronkoskopi Fiberoptik
Alat diagnostik utama pada kanker paru adalah bronkoskopi. Bronkoskopi
fleksibel, biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan dengan sedasi minimal,
sehingga pemeriksaan dapat menyeluruh pada semua bronkus segmental dalam
beberapa menit. Komplikasi jarang terjadi. Survei lebih dari 75.000 prosedur
mengungkapkan tingkat kematian antara 0,01% dan 0,5%, dan tingkat
komplikasi utama antara 0,08% dan 5%. Komplikasi termasuk pneumotoraks,
hipoksemia, dan perdarahan.
Tumor endobronkial dapat bermanifestasi sebagai infiltrasi submukosa
atau massa eksofitik (Gambar 1). Biopsi forsep tumor endobronkial dan kelainan
mukosa dilakukan di bawah pengawasan langsung. Hasil diagnostik meningkat
saat tersedia gambaran computed tomography (CT) untuk ditinjau sebelum
bronkoskopi, karena bronkoskopi lebih mampu melokalisasi segmen bronkial
yang mengandung tumor.
Jika lesi pada bronkus terlihat, hasil diagnosis untuk biopsi endobronkial
adalah 70% -90%. Biasanya, dalam 4 spesimen telah terbukti memadai untuk
hasil diagnostik yang optimal pada lesi sentral. Ketika tumor terletak di dinding
lateral jalan napas, spesimen biopsi sulit diperoleh dengan menggunakan forsep
standar. Untuk mengoptimalkan spesimen, disarankan untuk menggunakan
spear forcep yang memiliki ukuran jarum kecil di antara biopsy jaw untuk
menjangkar ke dinding saluran napas. Urutan teknik yang optimal untuk
pengambilan sampel penyakit endobronkial telah diteliti oleh Chaudhary dkk.
Studi mereka menunjukkan bahwa lebih banyak sel ganas diperoleh saat
dilakukan bronchial wash setelah bronchial brushing dan biopsi bronkial.
Sebagian besar ahli bronkoskopi melakukan urutan sebagai berikut : bronchial
brushing, biopsi, dan bronchial washing.
Secara umum, spesimen biopsi berukuran kecil — rata-rata sekitar 300
sel ganas dalam agregat biopsi. Jumlah tumor yang terkandung dalam spesimen
relatif rendah. Coghlin dkk menemukan bahwa rata-rata persentase area tumor
dalam sampel biopsi endobronkial adalah 33%. Selain itu, tidak setiap biopsi
mengandung tumor. Faktanya, kurang dari setengah kasus (48%) dalam
penelitian ini mengandung tumor di semua spesimen biopsi. Meskipun 4
spesimen mungkin cukup untuk mendiagnosis kanker paru, namun specimen itu
mungkin tidak menyediakan jaringan yang cukup untuk melakukan analisis
molekuler yang lebih rinci. Harus dipertimbangkan untuk mendapatkan hingga 6
spesimen.
Aspirasi jarum transbronkial (transbronchial needle aspiration/TBNA)
dengan panduan gambaran CT memiliki peran yang baik dalam pengambilan
sampel adenopati sentral dan massa. Namun, teknik ini kurang digunakan
karena jumlah dokter terlatihyang terbatas, takut terjadi komplikasi, dan perlu
evaluasi di tempat oleh ahli sitopatologi untuk mengoptimalkan hasil. Jika
teknologi tersedia, "buta". TBNA semakin cenderung digantikan oleh TBNA yang
dilakukan dengan panduan ultrasonografi endobronkial waktu nyata
(endobronchial ultrasonography/EBUS).
Dalam kasus nodul perifer, di mana pemeriksaan endobronkial normal,
hasil diagnostik turun menjadi 40%. Bila positif, diagnosis dalam kasus ini
biasanya dari hasil sitologis, bergantung pada lavage bronchoalveolar atau
bronchial brushing untuk menegakkandiagnosis. Teknik ultrasonografi
menggunakan probe radial EBUS memungkinkan diperoleh spesimen biopsi
transbronkial dari nodul perifer; teknik ini dibahas lebih lanjut pada sub-bagian
berikutnya
Gambar 2. Arah jarum jam dari kiri atas : forsep bipsi; stopper yang menandai
forsep biopsy pada panjang yang tepat; probe ultrasonografi; probe
ultrasonografi dan selubung pengaman dengan stopper.
2.4 Mediastinoskopi
Mediastinoskopi serviks sering digunakan dalam staging kanker paru dan
dipertimbangkan dalam standar praktik untuk staging mediastinum. Namun,
meski EBUS masih belum sempurna, namun seringkali dipakai dalam staging
mediastinum. Dengan kata lain, EBUS bermanfaat dalam metastase nodul, tapi
tidak untuk menyingkirkan diagnosa ini.
Mediastinoskopi serviks dilakukan di ruang operasi dengan anestesi
umum. Sayatan kecil dibuat di dasar leher dan mediastinoskop dimasukkan.
Sensitivitas mediastinoskopi untuk mendeteksi kanker pada kelenjar getah
bening mediastinum bervariasi antara 80% dan 95%. Tingkat negatif palsu dari
mediastinoskopi bervariasi antara 5% dan 9% dan disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk mengakses limfonodi paraesophageal, ligamentum paru
inferior, dan node aortapulmonal. Sampel jaringan yang diperoleh berukuran
milimeter hingga sentimeter tergantung pada ukuran node. Mediastinoskopi
berulang tidak dapat dengan mudah dilakukan pada orang yang sama karena
perlengketan dan perubahan fibrotik dari prosedur sebelumnya. Komplikasi
berkisar antara 2% -5% dan termasuk suara serak, infeksi, dan perdarahan.