LAHAN JALANAN SEBAGAI SOLUSI PEMBELAJARAN BAGI ANAK JALANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sudah diketahui bahwa pendidikan di Indonesia diwajibkan mendapatkan pendidikan selama
12 tahun, namun pada kenyataannya masih banyak anak di Indonesia yang tidak mendapatkan hak untuk belajar. Apabila melihat ke pinggiran kota atau tempat-tempat jalanan seperti jembatan, lampu merah, dan lain-lain. Banyak sekali anak jalanan yang berkeliaran atau bekerja mencari nafkah di saat jam-jam sekolah. Banyak hal-hal yang mereka lewatkan pada masa kanak-kanak, mereka seharusnya ada dibangku sekolah seperti bersosialisasi dengan teman sebayanya, belajar di kelas yang nyaman, mendapatkan pendidikan yang layak dari guru-guru profesional dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan pentingnya pendidikan bagi generasi muda dengan cara memanfaatkan lahan jalanan yang akan dijadikan sebagai media pembelajaran.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kehidupan anak jalanan?
Kehidupan anak jalanan di Bandung sangat memprihatikan. Setiap hari anak-anak jalanan tidak pernah berhenti melawan terik matahari dan lalu lalang kendaraan bermotor yang kian hari semakin padat. Di lampu-lampu merah, mereka seperti gerombolan anak-anak yang akan menyerang para pengendara bermotor. Dengan keluguan mereka, mereka kompak menyebar, meminta uang kepada setiap pengendara yang berhenti. Ada yang mengamen, berjualan koran, menjadi tukang asongan dan sebagiannya lagi sekadar bermodalkan muka memelas dan menadahkan tangan.Pemandangan itu hampir terjadi di setiap persimpangan jalan di Kota Bandung. Padahal, anak-anak seusia mereka mestinya tengah belajar di sekolah. Demi mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka meninggalkan bangku sekolah formal yang memang kian hari biaya sekolah dikota besar semakin mahal meskipun dari pemerintah sudah diberikan bantuan. 2. Bagaimana perbedaan pembelajaran disekolah maupun di jalanan? Pembelajaran di sekolah tentunya nyaman karena berada pada ruangan kelas yang memang di desain untuk proses belajar mengajar. Bisa juga sekolah outdoor, jadi didesain sedemikian rupa sehingga tetap menimbuklan kenyamanan untuk proses pembelajaran siswa-siswinya walaupun proses pembelajaran terjadi di luar ruangan. Dan di sekolah juga, kondisi pembelajaran terhindar dari polusi, kebisingan kendaraan dan lainnya. Sehingga berpengaruh pada kondusifnya proses pembelajaran bagi siswa-siswi di sekolah. Berbeda dengan kondisi proses pembelajaran di jalanan yang memang seadanya tanpa ada ruangan khusus untuk proses pembelajaran. Dan tentu proses pembelajaran tidak akan kondusif, karena hiruk pikuk jalanan yang memang tidak bisa dihindari. 3. Bagaimana kondisi pembelajaran pada anak jalanan yang sebenarnya? Dari hasil penelitian kondisi pembelajaran anak jalanan di kolong jembatan ditemukan beberapa fakta yaitu kondisi pembelajaran dikolong jembatan tidak kondusif karena disebabkan oleh kebisingan kendaraan yang lalu lalang dan polusi udara sehingga menyebabkan tidak konsetrasi dalam belajar. Tapi menurut mereka belajar di ruang terbuka lebih mengasyikan. Seperti di buku Tidak seimbangnya prasarana dan sarana perkotaan dibandingkan dengan kebutuhan menimbulkan ketidak efektifan dan ketidak efisiensian dalam penggunaan atau pemakaian dari fasilitas yang tersedia. Sehingga seharusnya dibangun fasilitas khusus untuk anak jalanan. 4. Bagaimana kondisi yang efektif dan ideal bagi pembelajaran anak jalanan? Terciptanya kondisi yang efektif dan ideal bagi pembelajaran anak jalanan tentunya harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas yang dikhususkan untuk proses pembelajaran anak jalanan. Seperti dalam buku tata kota,” Tidak seimbangnya prasarana dan sarana perkotaan dibandingkan dengan kebutuhan menimbulkan ketidak efektifan dan ketidak efisiensian dalam penggunaan atau pemakaian dari fasilitas yang tersedia”. Sehingga seharusnya dibangun fasilitas khusus untuk anak jalanan. Dalam hal ini pemerintah daerah seharusnya sadar dan segera berbenah untuk mengatasi masalah untuk anak jalanan ini. Fasilitas dalam hal ini dimisalkan dengan pembangunan sekolah khusus atau pembuatan desain khusus di kolong jembatan untuk sekolah anak jalanan. Desain yang dimaksud yaitu dengan memberikan cat warna-warna cerah di kolong jembatan dan sebagainya. Sehingga anak-anak akan merasa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain fasilitas tentunya pengajar yang baik dan kreatif akan membuat suasana kelas menjadi kondusif walaupun berada di kolong jembatan. Untuk menciptakan kondisi yang efektif di pembelajaran anak jalanan ini pengajar harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi anak-anak. Dan juga dibarengi dengan permainan, sehingga walaupun proses pembelajaran di luar ruangan, tetapi kondisi pembelajaran akan kondusif karena proses pembelajaran tidak monoton.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan anak jalanan
2. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran disekolah maupun di jalanan 3. Untuk mengetahui kondisi pembelajaran pada anak jalanan yang sebenarnya 4. Untuk mengetahui kondisi yang efektif dan ideal bagi pembelajaran anak jalanan
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1. KAJIAN TEORI
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu
pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya
pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan. Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun denganjadwal yang tidak rutin. Kategori kedua ada lah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan. Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Seorang anak yang mempunyai cita-cita yang tidak tercapai, karena ada sebuah faktor perekonomian keluarga, sehingga mereka mencari uang tambahan jajan dengan cara mengamen di jalan dll. 2.2. DESKRIPSI DATA PENELITIAN Anak jalanan yang ada di Bandung Utara terdiri dari berbagai kategori