Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS BAGI ANAK JALANAN

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pendidikan Layanan Khusus

Dosen pengampu :

Dr. Kustiono, M. Pd. & Dr. Rafika Bayu Kusumandari, S. Pd., M. Pd.

Kelompok 6

Wahyu Dwi Asri 1102419077

Khoeru Nisa Dyah Ayu P. 1102419078

Rimba Puspita Dewi 1102419079

Aditya Rahma Putra 1102419080

Muhammad Ma’ruf S. 1102419081

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpaakan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.bUngkapan terima kasih kami sampaikan kepada
teman-teman yang telah medukung serta memberi masukan dalam proses
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Tidak lupa terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan saran yang dapat membantu dalam proses
peyusunan makalah ini. Kami berharap makalah yang kami susun dapat
menambah pengetahuan para pembaca,meskipun terlepas dari semua itu kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami
sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca,sehingga kedepannya dapat
menciptakan makalah yang lebih baik.

Semarang, 5 Mei 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam kehidupan
manusia, dengan pendidikan bisa menjadikan seseorang itu mempunyai
pengetahuan yang cukup, sikap yang baik, pendidikan dalam hal ini yaitu
merupakan upaya untuk mendewasakan manusia. Pendidikan adalah usaha
terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, berakhlak mulia, dan
ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS
No. 20 Tahun 2003).
Mendapat pendidikan yang layak dan bermutu merupakan hak setiap
warga ncide. Undang-undang no 22 tahun 2003, tentang sistem pendidikan
pasal 5 ayat 1 menyebutkan “setiap warga ncide mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Pada dasarnya pendidikan yang
bermutu adalah hak setiap warga ncide Indonesia, namun pada
kenyataannya pendidikan yang bermutu belumlah bisa dirasakan oleh warga
Negara khususnya anak – anak yang ada di ncide Indonesia. Banyak sekali
alasan yang mendasari anak-anak Indonesia tidak bisa mendapatkan
pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan mahalnya biaya pendidikan yang
bermutu, sehingga cenderung pendidikan itu hanya mampu dijangkau oleh
kelompok menengah ke atas.
Istilah Anak Jalanan sudah sangat akrab bagi kita. Anak jalanan terlahir
dari keterpurukan kondisi ekonomi keluarga yang memaksa anak untuk turut
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi anak yang belum memiliki
cukup keterampilan membuat mereka memilih pekerjaan diranah marjinal,
yakni jalanan. Menurut Departemen Sosial, definisi anak jalanan adalah anak
berusia kurang dari 18 tahun (6-18) yang melakukan pekerjaan di jalanan
selama 6 jam oleh sebab apapun. Pekerjaan di jalanan membuat anak sering
kali melupakan bangku sekolah. Hal tersebut dilatarbelakangi keterbatasan
biaya dan tidak adanya dukungan orang tua terhadap pendidikan anak.
Pekerjaan orang tua yang juga berada diranah marjinal turut mendukung
pengabaian terhadap pendidikan. Lingkungan jalanan yang kerap
bersinggungan dengan cemoohan, pelecehan, umpatan kasar, serta kekerasan
menjadikan anak jalanan mengikuti perilaku yang serupa. Stigma ncident
masyarakat turut berperan menjadikan anak jalanan bersikap apatis dan
membenci dirinya sendiri.
Upaya perbaikan generasi bangsa turut memunculkan berbagai lembaga
maupun yayasan pendidikan sebagai bentuk kepedulian. Hal ini tujuan untuk
memberikan hak pendidikan bagi anak yang memiliki keterbatasan, salah
satunya anak jalanan. Konsep pendidikan ini dikenal dengan sebutan
Pendidikan Layanan Khusus (PLK). PLK sebagai bentuk layanan pendidikan
yang diselenggarakan untuk pekerja anak melalui berbagai jenjang, yakni
tingkat satuan pendidikan dasar sampai tingkat satuan pendidikan menengah
dalam rangka mengembangkan potensi diri anak menuju perbaikan kualitas
hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Konsep Pendidikan Khusus bagi Anak Jalanan?
1.2.2 Pasal apa saja yang melandasi penyelenggaraan pendidikan khusus
bagi anak jalanan?
1.2.3 Apa saja bentuk layanan pendidikan bagi anak jalanan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Konsep Pendidikan Khusus bagi Anak Jalanan
1.3.2 Mengetahui pasal – pasal yang menjadi landasan penyelenggaraan
pendidikan bagi anak jalanan
1.3.3 Mengetahui bentuk layanan pendidikan bagi anak jalanan
1.4 Manfaat
1.4.1 Menjelaskan kepada pembaca konsep pendidikan khusus bagi anak
jalanan
1.4.2 Menjelaskan kepada pembaca pasal – pasal yang melandasi
penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak jalanan
1.4.3 Menjelaskan kepada pembaca bentuk layanan pendidikan bagi anak
jalanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pendidikan Khusus bagi Anak Jalanan

Anak yang membutuhkan PLK adalah “Warga ncide yang berada di


daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau
mengalami bencana alam, bencana sosial, tidak mampu secara ekonomi,
berpenyakit khusus, drop out, dan broken home”. Pendidikan layanan khusus
merupakan upaya pemerintah untuk memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang karena kondisi dan kebutuhan perlu mendapatkan
layanan pendidikan secara khusus.

Konsep pendidikan layanan khusus: “merupakan pendidikan bagi peserta


didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil
dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi
ekonomi”.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya


untuk mencari nafkah di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya. Pada
dasarnya anak jalanan memiliki latar belakang keluarga yang heterogen
dengan tingkat kesulitan yang beragam pula. Anak jalanan biasanya memiliki
latar belakang keluarga sebagai berikut:

1. Keluarga miskin/ekonomi lemah, anak dijadikan pencari nafkah oleh orang


tua (diekploitasi).

2. Keluarga broken home, ibu bapaknya berpisah, sehingga anak mengalami


krisis pigur dan kasih ncide.

3. Keluarga mengalami disharmoni, sering terjadi percekcokan dalam


keluarga, anak menjadi korban pelampiasan amarah orang tua.

4. Ada diantara anak jalanan yang status keluarganya tidak jelas (lahir di luar
nikah).
Pendidikan Layanan Khusus Anak Jalanan adalah layanan pendidikan
yang diselenggarakan untuk anak-anak jalanan melalui jenjang (tingkat satuan
dasar dan menengah) dalam rangka mengembangkan potensi dirinya agar
menjadi manusia yang bermartabat, kreatif, dapat memiliki kompetensi hidup
dan mandiri untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik (Pedoman
Penyelenggaraan PLK Anak Jalanan, 2010 ).

Direktorat Pendidikan Luar Biasa mempunyai program pendidikan formal


bagi anak jalanan sebagai upaya pemerataan pendidikan bagi seluruh anak di
Indonesia tidak terkecuali bagi anak jalanan. Pendidikan Layanan Khusus
(PLK) untuk Anak Jalanan berupaya memenuhi kebutuhan dasar anak jalanan
dalam hal pendidikan. Upaya pemberdayaan anak jalanan dapat berbentuk
melalui program-program dibawah seperti:

a. Street based
Pendekatan dijalankan untuk menjangkau dan mendampingi anak jalanan
agar mengenal, mempertahakan relasi dan komunikasi serta melakukan
penanganan dijalan seperti konseling, diskusi, permainan literasi dan
pemberian informasi. Orientasi street based diarahkan pada upaya
menangkal pengaruh-pengaruh negative jalanan dan memberkali anak-
anak jalanan dengan nilai-nilai dan wawasan positif.
b. Centre based
Pendekatan yang memposisikan anak jalanan sebagai penerima pelayanan
di suatu centre/pusat kegiatan dan tempat tinggal dalam jangka waktu
tertentu. Seperti boarding house/panti
c. Family and community based
Pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat bertujuan mencegah
anak-anak turun kejalan da mendorong penyediaan sarana pemenuhan
kebutuhan anak. Family dan community based mengarah pada upaya
membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab dan partisipasi anggota
keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan.
2.2 Pasal yang Melandasi Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Anak
Jalanan

Terdapat kebijakan secara umum yang berkaitan dengan layanan


pendidikan yang diberikan kepada mereka yang tidak terlayani termasuk anak
jalanan dan pekerja anak adalah:

1) Undang-Undang Dasar 1945


Pasal 31 ayat (1): Setiap warga ncide berhak mendapat pendidikan.
Pasal 31 Ayat (2): Setiap warga ncide wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya
2) Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial
3) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Usaha Kesejahteraan Anak
Pasal 11, 12 dan 13
4) Konvensi ncident anak, 20 November 1989, Majelis Umum PBB, yang
menjamin adanya perlindungan terhadap anak
Pasal 1: Yang dimaksud anak dalam Konvensi ini adalah setiap manusia
yang berusia dibawah delapan belas tahun, kecuali berdasarkan undang-
undang yang berlaku bagi anak-anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai Iebih awal.
Pasal 2: Negara-negara Peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak
yang ditetapkan dalam Konvensi ini dan setiap anak dalam wilayah hukum
mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau
pandangan lain, asal-usul bangsa, asal-usul etnik atau sosial,kekayaan,
ketidakmampuan, kelahiran atau status lain dan anak atau/dan orangtua
anak atau walinya yang sah menurut hukum. Negara- ncide Peserta akan
mengambil semua langkah yang Iayak untuk menjamin bahwa anak
dilindungi terhadap semua bentuk diskriminasi atau hukuman yang
didasarkan pada kedudukan, kegiatan, pendapat yang diekspresikan atau
kepercayaan dan orangtua anak, walinya yang sah, atau anggota
keluarganya.
5) UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 48 : Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal
9 tahun untuk semua anak.
Pasal 49 : Negara, Pemerintah, keluarga dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan.
Pasal 51: Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan
kesempatan yang sama dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa
Pasal 52 : Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus
Pasal 53: Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya
pendidikan dan/atau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus bagi
anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar dan anak yang bertempat
tinggal di daerah terpencil.
6) Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 5 tahun 2001 tentang
Penanggulangan Pekerja Anak.
Pasal 1 Ayat (4) : Penanggulangan Pekerja Anak atau disebut PPA adalah
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghapus, mengurangi dan
melindungi pekerja anak berusia 15 tahun ke bawah agar terhindar dari
pengaruh buruk pekerjaan berat dan berbahaya.
Pasal 5 Ayat (1) : Program Umum PPA meliputi :
a. Pelarangan dan penghapusan segala bentuk-bentuk pekerjaan terburuk
untuk anak
b. Pemberian perlindungan yang sesuai bagi pekerja anak yang
melakukan pekerjaan ringan
c. Perbaikan pendapatan keluarga agar anak tidak bekerja dan
menciptakan suasana tumbuh kembang anak dengan wajar.
d. Pelaksanaan Sosialisasi program PPA kepada pejabat birokrasi, pejabat
politik, lembaga kemasyarakatan dan masyarakat.

Pasal 5 Ayat (2) : Program Khusus PPA meliputi :


a. Mengajak kembali pekerja anak yang putus sekolah ke bangku sekolah
dengan memberikan bantuan bea siswa
b. Pemberian pendidikan non formal
c. Pelatihan ketrampilan bagi anak.
2.3 Bentuk Layanan Pendidikan Khusus bagi Anak Jalanan

Bentuh layanan pendidikan bagi anak jalanan adalah dengan melakukan


proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah rumah singgah dan
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yaitu : anak jalanan yang
dilayani di rumah singgah, sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa
dilayani dalam wadah PKBM

a. Rumah Singgah
Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat
non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan
pembinaan awal sebelum dirujuk kedalam proses pembinaan lebih lanjut.
Rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan
pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan
proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak
jalanan terhadap system nilai dan norma masyarakat.
Tujuan rumah singgah antara lain:
a) Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang
kerap menimpa anak jalanan
b) Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi social
anak
c) Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan
sementara anak jalanan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social
seperti pendidikan, kesehatan, dll
d) Membentuk sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat
e) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau
ke panti dan Lembaga lainnya jika diperlukan
f) Memberikan pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa
depannya sehingga menjadi masyarakat yang lebih produktif
Fungsi rumah singgah :
1) Sebagai tempat pertemuan pekerja sosail dan anak jalanan
2) Pusat diagnose dan rujukan
3) Fasilitator/sebagai perantara anak jalanan dan keluargan, keluarga
pengganti, dan lembaga lainnya
4) Rehabilitative
5) Akses terhadap pelayanan
6) Resosialisasi

b. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat itu dipadukan dengan sekaligus


menerapkan pendekatan kelompok dan CBE (Community Based Education,
pendidikan berbasis masyarakat) serta strategi pembelajaran partisipatif dan
kolaboratif (participative and collaborative learning strategy). Program
pendidikan yang terselenggara itu, antara lain, dapat berupa: Kejar Usaha; Kejar
Paket A (setara SD); Kejar Paket B (setara SLTP); bimbingan belajar; Diktagama
(pendidikan watak dan dialog keagamaan); Latorma (pelatihan olahraga dan
bermain); Sinata (sinauwisata); Lasentif (pelatihan seni dan kreativitas );
Kelompok Bermain; Kampanye KHA (Konvensi Hak Anak-anak); FBR (forum
berbagi rasa); dan pelatihan Taruna Mandiri (M. Ishaq, 2000: 371).
Materi pembelajarannya mencakup: agama dan kewarganegaraan;
calistung (membaca-menulis-berhitung); hidup bermasyarakat; serta kreativitas
dan wirausaha. Prestasi belajar dan keberhasilan program dievaluasi dengan
tahapan self-evaluation berikut: (1) penetapan tujuan bela jar; (2) perumusan
kriteria keberhasilan belajar; (3) pemantauan kegiatan belajar; serta (4) penetapan
prestasi belajar dan keberhasilan program. Hasil evaluasi itu diungkapkan pada
akhir masing-masing kegiatan melalui laporan lisan atau tertulis. Hasil evaluasi
kegiatan belajar ncidental dilaporkan secara lisan atau ditempel pada papan
pengumuman yang terdapat di PKBM, sedangkan hasil evaluasi kegiatan belajar
berkesinambungan dilaporkan melalui buku raport. Adapun keberhasilan program
diungkapkan secara
berkala: harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Layanan Khusus Anak Jalanan adalah layanan pendidikan


yang diselenggarakan untuk anak-anak jalanan melalui jenjang (tingkat
satuan dasar dan menengah) dalam rangka mengembangkan potensi dirinya
agar menjadi manusia yang bermartabat, kreatif, dapat memiliki kompetensi
hidup dan mandiri untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik (Pedoman
Penyelenggaraan PLK Anak Jalanan, 2010 ).

Bentuk layanan pendidikan bagi anak jalanan adalah dengan melakukan


proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah rumah singgah dan
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Rumah singgah merupakan
proses non formal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan
terhadap system nilai dan norma masyarakat. Sedangkan Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat itu dipadukan dengan sekaligus menerapkan pendekatan
kelompok dan CBE (Community Based Education, pendidikan berbasis
masyarakat) serta strategi pembelajaran partisipatif dan kolaboratif
(participative and collaborative learning strategy).

3.2 Saran

Untuk mengatasi masalah anak jalanan Pemerintah harus berupaya


membentuk:

1) Program Perlindungan Anak, penyediaan dan atau pemberian pelayanan-


pelayanan sosiaL dasar bagi anak, utamanya yang berasal dari keluarga
miskin sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi.
2) Program Rumah Singgah kepada anak-anak jalanan merupakan pemberian
kesempatan anak untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal belajar dan
bermain sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan selaras
fisik maupun psikis.
3) Program pelatihan dan pemberian bantuan modal usaha bagi Anak Jalanan.
Program ini bertujuan untuk memberi latihan dasar keterampilan bagi anak
jalanan dengan tujuan agar anak mampu melakukan usaha ekonomis
produktif, misalnya home industri.
4) Pemberian layanan pendidikan gratis. Program ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu membebaskan biaya sekolah bagi anak jalanan di sekolah-
sekolah formal yang ditunjuk dan memberikan layanan pendidikan model
seperti Perpustakaan Keliling di mana guru yang mendatangi tempat-tempat
yang biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk berkumpul serta
memberikan materi pelajaran di tempat tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Tulus V. D. E. P. 2013. EVALUASI PROGRAM PENANGANAN


ANAK JALANAN MELALUI PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS (PLK)
BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DI KOTA SURAKARTA. Jurnal Ilmiah
Pendidikan SosAnt, 3(1), 1 – 12.

Farihah, I., Khoiri Rotus S. (2014). Pendidikan Bagi Anak Jalanan (Analisis
Sosiologis Anak Jalanan di Desa Sosial Kaligelis Kudus). Journal IAIN Kudus,
2(2), 269 – 283.

Pratiwi, M. 2014.” PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS ANAK JALANAN


(Studi Persepsi Komunikan terhadap Komunikator Pendidikan Layanan Khusus
Sekolah Kita di Surakarta)”. Skripsi. FISIP. Ilmu Komunikasi. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai