MAKALAH
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kita semua telah mengetahui bahwa alam indonesia memang terkenal dengan
kekayaan hayati dan hewaninya yang sangat memungkinnya sebagai bahan dasar obat
alami . Banyak tanaman obat yang hidup liar di hutan dan di lautan belum di jamah oleh
tangan manusia demi kesejahteraan bangsa. Sebagian memang telah di manfaatkan dan
di budidayakan serta diteliti secara mendalam oleh para ilmuwan.
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan obat-obat alamiah yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan meraciknya
sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi
sebelumnya.
Namun banyak dari kita, orang Indonesia yang tidak tahu bagaimana cara
mengolah kekayaan hayati dan hewani tersebut menjadi suatu bahan obat yang bisa
memberi manfaat yang sangat baik dalam menyembuhkan penyakit bahkan khasiatnya
mungkin lebih baik dibandingkan obat dari bahan kimia. Oleh karena itu perlu kita
ketahui tentang suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pengolahan baha- bahan
alami tersebut menjadi suatu sediaan obat, yang kita kenal dengan ilmu galenika. Ilmu
yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
1
2
2
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengenal
pembuatan aqua aromatika secara penyulingan serta mahasiswa mampu mengetahui dan
melakukan teknik penyulingan senyawa berdasarkan titik didih.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut FI IV, kecuali dinyatakan lain, air aromatic adalah larutan jernih dan
jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatic atau bahan mudah
menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan obat atau senyawa mudah menguap yang
ditambahkan,dan bebas dari bau empirematik dan bau asing lainnya. Air aromatic dapat
dibuat secara destilasi atau dibuat dari larutan senyawa aromatic,dengan atau tanpa
menggunakan bahan pendispersi. Air aromatic perlu disimpan terlindung cahaya dan
panas berlebih.
Menurut literatur yang lain, air aromatic harus mempunyai bau dan rasa yang
menyerupai bahan asal, bebas bau empirematik atau bau lainnya, tidak berwarna, dan
tidak berlendir. Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan
asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc
berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera di atas, buku lain juga mencantumkan
aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan
sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri
secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah
tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemberian aqua aromatika yaitu cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak
boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal. Syarat untuk resep yaitu jika air
aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan. Penyimpanannya yaitu dalam
wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Khasiatnya yaitu untuk
zat tambahan.
Distilasi adalah metode yang paling populer, banyak digunakan dan hemat biaya
untuk memproduksi minyak atsiri di seluruh dunia. Penguapan dan isolasi
menggunakan destilasi tanaman aromatik dari membran sel tanaman dengan adanya
kelembaban dilakukan dengan cara pemanasan suhu tinggi, kemudian pendinginan
campuran uap untuk memisahkan minyak dari air atas dasar immiscibility (tidak
campur) dan densitas antara minyak dan air.
Pemilihan proses ekstraksi minyak atsiri pada umumnya mempertimbangkan
sensitivitas minyak atsiri terhadap panas dan air, volatilitas minyak atsiri dan kelarutan
minyak atsiri dalam air. Minyak atsiri dengan kelarutan tinggi dalam air dan yang rentan
terhadap panas tidak dapat didestilasi. Selain itu, minyak atsiri harus mudah menguap
pada destilasi uap. Sebagian besar minyak atsiri dalam perdagangan bersifat mudah
menguap, cukup stabil terhadap panas dan praktis tidak larut dalam air;,sehingga cocok
untuk diproses oleh destilasi uap.
Minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap.
Umumnya tidak berwarna akan tetapi bila dibiarkan lebih lama warnanya berubah
menjadi kecoklatan karena terjadi oksidasi. Umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari persenyawaan hidrogen
5
asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon yang mengikat oksigen seperti
alkohol, fenol dan eter (Miranti,2009).
1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua foeniculi dibuat
dengan melarutkan 4g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air
sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan,
saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air. Pemerian, penyimpanan
sama seperti aqua aromatik. Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum
digunakan harus disaring lebih dahulu.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan di tempat sejuk karena etanol akan
menghablur. Oleh karena itu, aqua foeniculiharus disimpan pada suhu kamar. jika
keruh kocok dulu sebelum digunakan. aqua foeniculi jika menghablur harus
dipanaskan pada suhu 25c dan kemudian dikocok kuat-kuat, sebelum digunakan
harus disaring.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam
air. Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua
aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen. Pemerian, penyimpanan dan
syarat untuk resep sama seperti aqua aromatic.
6
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara
pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring. Pemerian, penyimpanan dan
syarat untuk resep sama seperti aqua aromatika.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita Linn. Gambar 2.3 Minyak Permen
7. Perakaran daun mint, serabut dan mengarah berawarna putih kotor bahkan
kecoklatan.
dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering
ditemukan tumbuh alami di Negara - negara tropis (Oyen dan Dung,1999).
Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya mencapai 70-80
cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat
(Wijayakusuma, 2005). Tanaman serai mampu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009). Tanaman serai dapur memiliki
habitus berupa tanaman tahunan yang hidup secara liar dan berbatang semu yang
membentuk rumpun tebal serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Morfologi
akarnya berimpang pendek dan berwarna coklat muda (Sastrapradja, 1978).
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada daun
serai dapur mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari sitral,
terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, dan ߚ-kariofilen oksida (Rusli dkk.,
1979).
Menurut Wijesekara (1973), senyawa utama penyusun minyak serai adalah
sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak serai
dikenal sebagai total senyawa yang dapat diasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan
intensitas bau harum, nilai, dan harga minyak serai.
Pemberian
Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatic, rasa
pedas dan hangat, kemudian dingin.
10
Kelarutan
Larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P; opalesensi yang terjadi tidak lebih
kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak
nitrat 0,1 N pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0.02 N dan 50 ml air.
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung cahaya.
Kegunaan zat tambahan; karminativum.
Pemberian cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah bergerak, bau
khas,rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan warna biru yang tidak
berasap. Kelarutannya angat mudah larut dalam air, kloroform P, dan eter P.
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, jauh dari nyala
api. Kegunaannya sebagai zat tambahan.
11
Serai, aqua destilata, alat Destilasi Uap, gelas ukur 25 ml, gelas piala 250 ml,
pipet tetes, Erlenmayer dan wadah aqua aromatic.
BAB 3
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Proses destilasi dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Pemanasan awal berfungsi
agar air terserap kedalam pori-pori sereh yang dapat mengeluarkan minyak atsiri karena
adanya tekanan osmotik. Percobaan yang telah dilakukan menghasil destilat berupa air
14
dan minyak atsiri sebanyak 50 mL, dimana minyak atsiri berada di lapisan atas karena
massa jenisnya yang lebih kecil dari air. Minyak atsiri dipisahkan dari air dengan
memipet air secara perlahan, jika jumlah air sudah sangat sulit untuk dipisahkan dengan
pipet karena jumlahnya yang sedikit. Minyak atsiri yang dihasilkan mengeluarkan bau
yang khas dari sereh, keruh dan terdapat lapisan minyak didalam campuran sampel
dengan air. Jika ingin memisahkan Minyak atsiri dari air ditambahkan dengan MgSO 4
yang berfungsi untuk mengikat air sekaligus menjernihkan dari hasil destilasi.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan distilasi minyak atsiri yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Yunita, Erma dan Wijaya, Andi. 2018. Modul Praktikum Fitokimia. Yogyakarta:
Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta
Ketaren,S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.
Tim Kimia Organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas
Jember.
http://lembaranmakarakur.blogspot.com/2018/05/laboratorium-farmasetika-dasar-
program.html
file:///C:/Users/User/Downloads/339026624-Air-Aromatik.pdf
https://ulyadays.com/kandungan-manfaat-dan-klasifikasi-daun-mint/
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-daun-mint-mentha-piperita/
https://shareeverythingwithme.wordpress.com/2014/03/29/klasifikasi-dan-khasiat-daun-
mint/