Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER EPIDEMIOLOGI

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester dalam
Mata Kuliah Epidemiologi Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Disusun Oleh :

SYAH TRIANA 08200100141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONEIA MAJU
TAHUN 2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
Alamat: Gd. HZ Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung, Jakarta Selatan 12610
Telp: (021) 78894043-46, Fax: (021) 78894045
Website: www.stikim.ac.id , E-mail: stikim@stikim.ac.id
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

MATA KULIAH : Epidemiologi


DOSEN : Fajar Saputra, SKM, M.Kes
WAKTU : 1 Minggu (Take Home)
SKS/SEMESTER : 2 sks/Genap
TAHUN AKADEMIK : 2020-2021
HARI/TANGGAL : Kamis 12 Agustus 2021

Petunjuk:
a. Ujian bersifat take home.
b. Kerjakan soal yang anda anggap mudah terlebih dahulu.
c. Mahasiswa yang ketahuan menyontek akan diberi nilai nol.
d. Kirim jawaban ke lamat email fajar.saputra@stikim.ac.id dengan format
(Nama_NPM_UAS_EPID).
e. Batas akhir pengumpulan 1 minggu setelah jadwal ujian

Essay
1. Jelaskan konsep dasar epidemiologi (ruang lingkup, pengertian, sejarah, tujuan, manfaat
dan prinsip)?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Evidence Based Madicine?
3. Dalam epidemiologi deksriptif jelaskan manfaat Studi menurut waktu, tempat dan orang?
4. Buatlah perencanaan berbasis epidemiologi (situasi,penetapan tujuan dan strategi)?
5. Jelaskan epidemiologi Analitik?
6. Jelasakan epidemiologi eksperimental?
7. aspek etik penyakit menular dan wabah di Indonesia?
8. Jelaskan pengertian Diagnosis Komunitas dalam epidemiologi (pengertian, tujuan,
perbedaan dengan diagnosis individu, komponen diagnosis, langkah pemecahan masalah
& Teknik pemecahan masalah?

***Bacalah buku rujukan Epidemiologi Manajerial Teori & Aplikasi***


Jawaban Essay UAS Epidemiologi
1. Konsep Dasar Epidemiologi
a. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi sebagai dasar Para Ahli Kesehatan Masyarakat menentukan
tindakan kesehatan dalam rangka melindungi kesehtan di masyarakat.
Pendekatan epidemiologi bersifat dan terfokus pada kelompok komunitas bukan
individu. Para Ahli Epidemiologi menggunakan holistic sebagai pendekatan
analisis untuk mengidentifikasi permasalahan dan faktor risiko serta strategi
pemecahannya.
Perkembangan epidemiologi bukan hanya terfokus pada kejadian penyakit
menular seperti wabah atau outbreak melainkan juga membidangi berbagai
cabang ilmu kesehatan lainnya seperti beberapa permasalahan sosial, ekonomi,
politik dan keamanan yang mempengaruhi secara langsung fenomena kesehatan
masyarakat sebagai faktor makro kesehatan masyarakat.
Endemi adalah berlangsungnya suatu penyakit pada tingkat yang sama atau
keberadaan suatu penyakit yang terus menerus didalam populasi atau wilayah
tertentu.
Hiperendemi adalah istilah ini menyatakan aktivitas yang terus menerus yang
melebihi prevalensi yang diperkirakan, sering dihubungkan dengan populasi
tertentu.
Holoendemi adalah menggambarkan suatu penyakit yang kejadiannya dalam
populasi sangat banyak dan umumnya didapat diawal kehidupan pada sebagian
besar anak dalam populasi.
Epedemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu
sumber tunggal dalam satu kelompok, populasi, masyarakat atau wilayah yang
melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan.

b. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang penyebaran dan faktor
determinan kejadian pada status kesehatan suatu kelompok masyarakat atau
komunitas (Last, 1995).
Epidemiologi mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pengamatan
terhadap permasalahan kesehatan masyarakat. Epidemiologi merupakan alat dan
cara yang digunakan untuk menjelaskan beberapa jenis penyakit atau kejadian
kesehatan (brownson, Remington dan Davis, 1993).
Epidemiologi adalah mempelajari kejadian atau suatu perkstiwa penyakit pada
kelompok manusia (Friedman, 1994).
Menurut etimologi dijelaskan epidemiologi menurut kamus berasal dari kata epi
artinya upon (atas), demos adalah people (masyarakat) dan logos, yaitu
berhubungan dengan ilmu. Jadi epidemiologi adalah cabang ilmu kedokteran
yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk dengan kejadian epidemik
(buku Fundamentals Epidemiology / Peterson and Thomas, 1978).
Epidemiologi dalam pengertian lain yaitu sangat konsen terhadap gambaran pola
penyebaran suatu kejadian penyakit terhadap masyarakat dan juga faktor-faktor
yang mempengaruhinya, sehingga untuk para ahli epidemiologi sangat interes
dengan penyebaran kejadian itu menurut dari segi waktu, tempat, dan orang
(buku Foundations of Epidemiology / Lilienfeld, AM, 1980).
Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat penyebab,
pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi
penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi.

c. Sejarah Epidemiologi
Sejarah perkembangan epidemiologi sebagai permulaan sebelum lahirnya para
tokoh epidemiologi, masyarakat primitif sangat tergantung dengan kekuatan alam
dengan percaya pada roh leluhurnya (supranatural theory). Kelahiran tokoh
epidemioogi (Page et al., 1995) seperti Hippocrates (460 Sm – 377 SM)
menyimpulkan bahwa penyakit itu bisa berasal dari banyak faktor di antaranya
seperti tempat, udara, air dan gaya hidup mendasari sebuah teori penyakit
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dikenal hippocratic theory.
Kemudian Galen (129 SM – 199 SM) menyempurnakan teori Hippocrates
dengan menambah procatartic factor (gaya hidup) dan temperament (sifat) yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Kemudian lahir teori miasma yang menolak konsep yang ditawarkan
Hippocrates dan Galen yang beranggapan bahwa penyakit bermunculan karena
air tergenang, angin malam, udara kotor yang merupakan hasil dari perut bumi,
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Dan masih banyak tokoh para ahli epidemiologi lainnya yang menyimpulkan
mengenai sejarah perkembangan epidemiologi baik melalui penemuan dan atau
eksperimen yang dilakukan seperti Thomas Sydenham, Noah Webster,
Hieronymous Fracastorius, Igmatz Semmelweis, Edward Jenner, Lois
Pasteur, Robert Koch, John Graunt dan William Farr, James Lind, PL.
Panum, John Snow, Joseph Goldberger dll.
Sejarah epidemiologi berdasarkan tahapan. Tahap pertama adalah tahap
pengamatan, tahap penyakit dan lingkungan. Hipocrates pada Zaman Yunani
kuno (±400 th sebelum Masehi) yaitu mengamati, mencatat,dan merefleksikan.
Tahap kedua yaitu tahap perhitungan, tahap menghitung dan mengukur. Abad 17
sesudah Masehi dipengaruhi oleh Teori Myasmatic. Miasma adalah benda kotor
yang tidak sehat yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit. Tahap ketiga
yaitu tahap Pengkajian, tahap Eksperiment limiah. Abad 19 Teknik Pengkajian
ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839. Dari teknik
pengkajian didapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada masyarakat
tiga tokoh yang menggunakan suatu teknik pengkajian adalah William Farr
(Bapak Epidemiologi), John Snow (1849-1864) dan Jacob Henle (1880-1885).
Dan terakhir tahap keempat yaitu tahap perkembangan ilmu epidemiologi
berkembang seiringan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Host -
environment - agen (infectious/noninfectious).

d. Tujuan Epidemiologi
Dasar tujuan epidemiologi memberikan informasi bagaimana penyebaran dan
faktor risiko yang hubungan dengan permasalahan status kesehatan dalam
kelompok atau pun masyarakat.
Tujuan epidemiologi yaitu ntuk menjelaskan secara spesifik penyebab penyakit
atau beberapa penyakit yang berbasis data dan informasi dari berbagai disiplin
ilmu seperti keturunan, biokimia dan bakteri, untuk mengevaluasi penyebab
penyakit yang berbasis masyarakat atau laboratorium dalam pengembangan
hipotesis dan menyediakan data dasar untuk pengembangan dan evaluasi
program pencegahan dan pengendalian kesehatan masyarakat.
Tujuan Epidemiologi (menurut Lilienfeld) yaitu menjelaskan Etiologi satu
penyakit atau sekelompok, untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada
memang konsisten atau tidak dengan hipotesis, memberikan dasar bagi
pengembangan langkah-langkah pengendalian prosedur pencegahan bagi
kelompok dan populasi yang beresiko.

e. Manfaat Epidemiologi
Secara umum, dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan beberapa fenomena
kesehatan masyarakat dengan mengkaji kesehatan masyarakat, pengembalian
keputusan secara individual, melengkapi dasar penetapan diagnosis dan untuk
mencari kasus.
Menurut MacMahon dan Pugh, 1970, epidemiologi dimanfaatkan untuk
mengembangkan hipotesis dalam menjelaskan pola perkembangan dan
penyebaran penyakit lebih spesifik, menguji desain epidemiologi dan kebenaran
konsep penyakit serta mengklarifikasi kelompok yang terpapar untuk mengetahui
dan mengidentifikasi faktor penyebab.
Manfaat Epidemiologi lainnya yaitu untuk mempengaruhi riwayat penyakit,
diagnosis masyarakat, mengkaji resiko yang ada pada setiap individu karena
mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun individu, pengkajian, evaluasi,
penelitian, melengkapi gambaran klinis, indentifikasi sindrom serta menentukan
penyebab dan sumber penyakit.

f. Prinsip Epidemiologi
Prinsip - prinsip epidemiologi merupakan suatu pengetahuan bagaimana
merumuskan permasalahan kesehatan dengan baik yang di dasarkan pada
frekuensi dan penyebaran serta faktor yang mempengaruhinya. Epidemiologi
merupakan alat untuk mengidentifikasi faktor risiko atau determinan, mengetahui
riwayat alamiah penyakit, klasifikasi penyakit dan pengembangan penelitian
epidemiologi serta dimanfaatkan untuk perencanaan dan evaluasi program
kesehatan (Barker, 1983).

2. Evidence Based Madicine (EBM)


Adalah strategi yang dibuat berdasarkan pengembangan teknologi informasi dan
epidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapat menjaga dan mempertahankan
ketrampilan pelayanan medik dokter dengan basis bukti medis yang terbaik.
Adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah kemudian kemampuan klinis dokter serta
preferensi pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan kedokteran.
Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, eksplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana
pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu-dengan bukti ilmiah
yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis. EBM
dalam penerapannya di lapangan selalu berorientasi pada pelayanan berbasis pasien.
Oleh karena itu, hierarki pelayanan berbasis bukti mencakup, beberapa aspek di
antaranya Sistematik Review (Randomisasi Kasus) dan Randomisasi Kontrol.
3. Manfaat Epidemiologi Deskriptif
Manfaat Studi Deskriptif yaitu untuk membandingkan frekuensi fenomena dalam
kelompok tertentu atau berbagai kelompok kecil yang berbeda menurut karakteristik
orang, waktu dan tempat. Kemudian memberikan keterangan tentang orang, waktu
dan tempat yang sangat erat hubungannya satu dengan yang lain sehingga ketiga
faktor tersebut diamati secara bersamaan. Serta sebagai dasar menyusun suatu
hipotesis penyebab, karena hasil analisis deskriptif dapat digunakan untuk
memaparkan kemungkinan penyebab suatu kejadian gangguan kesehatan, yang
nantinya akan ditindak lanjuti langkah berikut yaitu dalam epidemiologi analitik.
a. Menurut Waktu
Menggambarkan tren atau kecenderungan penyakit menurut kurun waktu sesuai
dengan masa inkubasinya, dapat juga berupa ‘jam’ pada kasus KLB keracunan,
‘harian’ pada kasus KLB demam berdarah, diare. ‘mingguan’ pada kasus
campak, demam berdarah dengue, malaria. ‘Bulanan’ bahkan ‘tahunan’ misalnya
pada penyakit tuberkulosis, kanker, diabetes mellitus, hipertensi, cardiovascular
dan lain sebagainya.

b. Menurut Tempat
Kunci faktor risiko menurut tempat yang menggambarkan variabel lingkungan
(environment) adalah penggunaan air bersih, polusi udara (indoor maupun
outdoor), rendahnya kesehatan/sanitasi lingkungan dan tidak layaknya tempat
pembuangan sampah sehingga mendeskripsikan transmisi disease control vector
(WHO, 2009d). Selain itu atribut environment juga menggambarkan
pertumbuhan populasi, bencana alam seperti kemarau, kebanjiran, disparitas rural
maupun urban.

c. Menurut Orang
Karakteristik menurut orang dalam epidemiologi yang berhubungan dengan
penyebaran dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu karakteristik demografi
seperti usia, seks, warna kulit, suku bunga, atau ras. Kemudian karakteristik
biologi meliputi tingkatan daya tahan tubuh (blood levels of antibodies),
chemical, enzim, cellura contituents of the blood, fungsi fisiologi dan sistem anti
bodi. Adapun karakteristik sosial ekonomi mencakupi status sosial ekonomi, latar
belakang pendidikan, pekerjaan dan pribumi dan karakteristik perilaku terdiri dari
merokok, penggunaan obat, diet, olahraga. Serta karakteristik keturunan seperti
golongan darah (A, B, AB, dan O).
4. Perencanaan berbasis Epidemiologi
a. Analisis Situasi
Diare adalah penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk dan konsistensi tinja
melembek sampai cair dengan frekwensi lebih dan 3 kali sehari. Di Indonesia
penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama karena masih sering
menimbulkan KLB dengan disertai kematian.
b. Penetapan tujuan
Tujuan dari pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan penyakit
Diare adalah dengan mengikuti Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare adalah sebagai berikut :
- Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana
kesehatan maupun di rumah tangga.
- Melaksanakan surveilans epidemiologi dan Penanggulan KLB.
- Mengembangkan Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manejerial dan teknis medis.
- Mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program.
- Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare.
- Melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya.

c. Penentuan Strategi
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah :
- Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare).
- Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah yang tepat dan benar.
- Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare.
- Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

5. Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian
jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu
masalah kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat
dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah
untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya
(reliabel) dan valid. Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang
ditujukan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari
penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada
kelompok individu. (Eko Budiarto, 2002:111). Epidemiologi Analitik bertujuan
memperoleh penjelasan mengenai hubungan antara berbagai faktor risiko atau
determinan terhadap suatu penyakit atau gangguan kesehatan.
6. Epidemiologi Eksperimental
Epidemiologi Eksperimental adalah penelitian Epidemiologi Analitik yang
membandingkan data dari sekelompok manusia yang dengan sengaja dialokasikan
tindakan tertentu atau intervensi dengan kelompok lain yang sama tetapi tidak
dilakukan intervensi apapun. Rancangan penelitian eksperimental, merupakan
penelitian dengan memberikan perlakuan atau intervensi pada subyek penelitian.
Studi ini dikenal dengan eksperimental murni (true experimental) eksperimental
semu (Quasi Experimental) dan pra eksperimental. Disebut eksperimental murni bila
memenuhi syarat seperti adanya alokasi random, adanya perlakuan, adanya
kelompok kontrol, dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah perlakuan
(intervansi) dan hasil pemeriksaan pasca intervansi dibandingkan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Bila hanya sebagian syarat dipenuhi disebut pra-
eksperimental, sedangkan bila randomisasi tidak dilakukan dianggap eksperimental
semu atau kuasi.

7. Aspek etik penyakit menular dan wabah di Indonesia


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
560/Menkes/Per/VII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah dan adapun revisi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1501/Menkes/Per/VII 2010 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah. Aspek etik ini guna penanggulangan, dilakuakan oleh kalangan kedokteran
dan kesehatan masyarakat meliputi penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, isolasi, karantina, pencegahan, pengebalan, pemusnahan
penyakit, penanganan jenazah. Contoh penyakit SARS atau Flu Burung, yang sesuai
dengan kebijakan dari Keputusan Menteri Kesehatan RI No 424/Menkes/SK/V/2003
tentang Penetapan SARS sebagai penyakti yang dapat menimbulkan wabah dan
penanggulangannya. Secara epidemiologi, keadaan ini yang dapat menjurus
terjadinya wabah dikatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penetapan kejadian
luar biasa diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 1501 tahun
2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan
upaya penanggulangan. Penetapan status KLB bisa dilakukan oleh kepala dinas
kesehatan provinsi atau menteri, tergantung cakupan wilayah yang KLB. Saat suatu
daerah dinyatakan KLB, maka harus semua unsur turun untuk melakukan
penanggulangan terpadu. Penanggulangan terpadu ini termasuk di dalamnya
penyelidikan, pencegahan, dan vaksinasi, pemusnahan penyebab penyakit,
penanganan jenazah, hingga penyuluhan.
8. Diagnosis Komunitas dalam Epidemiologi
a. Pengertian Diagnosis Komunitas
Diagnosis komunitas merupakan tahapan diagnosis sebagaimana yang dilakukan
oleh dokter ketika mendiagnosis seorang pasien. Kegiatan dimulai dengan
pengumpulan data melalui wawancara atau anamnesis mengenai symptom atau
sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sederhana sampai pemeriksaan
penunjang lanjutan, penduga perbandigan diagnosis (diagnosis banding),
diagnosis sementara dan akhirnya penetapan diagnosis tetap seorang pasien
(Dahlan, 2009). Diagnosis komunitas adalah upaya sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas dan
masyarakat sebagai fokus penegakan diagnosis komunitas pada tahapan diagnosis
komunitas ini lebih mengarah pada pendekatan problem solving.

b. Tujuan Diagnosis Komunitas


Tujuan Umum dengan mempelajari diagnosis komunitas diharapkan mampu
memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep epidemiologi terapan untuk
melakukan diagnosis komunitas di suatu wilayah kerja tertentu, sehingga
teridentifikasi permasalahan yang mendasar dan solusi pemecahan permasalahan
disusun secara sistematis dan tersruktur secara utuh dan benar.
Tujuan Khusus Diagnosis Komunitas
1. Komunikasi dengan key person dan community members untuk kerja sama
dan partisipasi dalam mengatasi permasalahan kesehatan keluarga sebagai
unit terkecil dan masyarakat atau komunitas sebagai sasaran.
2. Menyusun format yang sesuai untuk pengumpulan data komunitas.
3. Menyeleksi tes-tes penyaringan yang valid dan accepteble dan applicable.
4. Mengetahui kebutuhan dan masalah yang dirasakan masyarakat mengenai
kesehatan.
5. Menyeleksi sampel yang dapat mewakili komunitas dalam wilayahnya.
6. Menyelenggarakan pengumpulan data di komunitas untuk mendapatkan
berbagai informasi yang relevan dengan pembuatan diagnosis komunitas.
7. Mendapatkan informasi epidemiologi untuk berbagai kejadian yang ada di
komunitas, termasuk masalah gizi dan gangguan yang berkaitan dengan
komunitas.
8. Menganalisis data yang dihasilkan dari survei komunitas.
9. Membicarakan hasil implementasi data dengan penduduk dan menyusun
upaya pemecahan masalah yang sesuai.
10. Menilai hasil pemecahan masalah kesehatan di komunitas.
11. Menyusun laporan diagnosis komunitas disajikan dalam forum terbuka.

c. Perbedaan Diagnosis Individual dan Komunitas

No Parameter Diagnosis Individu Diagnosis Komunitas


1 Informasi yang Bagaimana riwayat alamiah Bagaimana proses
penting penyakit yang lebih spesifik perjalanan penyakit dan
perkembangan, prognosis, peran faktor risiko status
terapi, status gizi, individu gizi, lingkungan , perilaku,
yang menjadi perhatian dimana keluarga,
atau sasarannya komunitas dan masyarakat
yang menjadi
perhatian/sasarannya
2 Langkah-langkah Anamnesa, pemeriksaan Analisis situasi,
kegiatan fisik, pemeriksaan identifikasi masalah,
penunjang, pemeriksaan penyebab masalah,
diagnostik, pengobatan, prioritas masalah,
perawatan, dan monitoring alternatif pemecahan
serta follow up. Problem masalah, penyusunan
solving yang bersifat program kerja,
individual pelaksanaan, pengawasan
dan monitoring, serta
evaluasi. Problem solving
yang bersifat komunitas.
3. Sasaran Kegiatan Individual Keluarga unit kecil,
komunitas dan
masyarakat.

d. Komponen Diagnosis Komunitas


Komponen penting dalam penegakkan diagnosis komunitas sangat dipengaruhi
beberapa faktor eksternal. Sesuai dengan pendapat Blum (1974) bahwa derajat
kesehatan sepenuhnya dipengaruhi oleh empat variabel penting seperti faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan, kesehatan, dan keturunan. Namun, apabila
ditinjau dari aspek epidemiologi gangguan kesehatan sangat dipengaruhi tiga
variabel yaitu agent, host dan environment (Lilienfeld and Lilienfeld, 1980,
Gerstman, 2003, Dever, 2006, Tulchinsky and Varavikova, 2009).

e. Langkah Pemecahan Masalah


1. Analisis Situasi
- Menentukan lokasi kajian.
- Membuat tabel atau grafik distribusi frekuensi fenomena status kesehatan
berdasarkan data yang berupa laporan kinerja bulan atau profil, yang
disusun menurut karakteristik epidemiologi, menurut waktu, orang dan
tempat.
- Menginterpretasikan tabel atau grafik yang mencerminkan fenomena
perjalanan atau perkembangan permasalahan kesehatan masyarakat.
- Menginventarisasi kesenjangan yang terjadi pada aspek status kesehatan
misalnya, angka kesakitan dan kematian, data kesehatan lingkungan,
demografi, pelayanan kesehatan, perilaku atau budaya setempat,
kependudukan, manajemen pemerintahan desa, dan lain sebagainya.
Secara deskriptif terjadi permasalahan yang menonjol.
2. Identifikasi Masalah
- Mengidentifikasi berbagai permasalahan tersebut di atas secara makro
maupun mikro yang berbasis fakta dan data.
- Mengklasifikasikan dan mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan
lima komponen kesehatan masyarakat yang meliputi aspek epidemiologi,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, manajemen.
- Mengformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan negatif,
misalnya tingginya prevalensi malaria, tingginya kematian ibu, tingginya
angka kesakitan malaria, rendahnya cakupan rumah sehat, rendahnya
cakupan jamban sehat, rendahnya perilaku hidup bersih, dan sehat
rendahnya kunjungan posyandu bagi anak balita.
3. Prioritas Masalah
- Terapkan prioritas yang digunakan.
- Buat tabel prioritas sesuai dengan desain atau metode yang digunakan.
- Berikan nilai seusai dengan skor yang telah ditentukan.
- Berikan nilai masing-masing kriteria dengan perkalian bobot dengan skor.
- Dengan menjumlahkan nilai kriteria, nilai tertinggi merupakan prioritas
masalah yang utama sedangkan nilai terkecil, belum menjadi prioritas
untuk ditanggulangi segera.
4. Penyebab Masalah
- Wawancara yang mendalam (Indepth Interview).
- Focus Group Discussion.
- Membuat Fishbone Diagram.

f. Teknik Pemecahan Masalah


1. Teknik Identifikasi Masalah
- Trend. Mempelajari penyebaran dan distribusi orang, waktu dan tempat yang
disajikan dalam bentuk grafik, table.
- Brainstorming. Merupakan metode yang paling efektif untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah serta megajukan solusi
sebagai alternatif pemecahan masalah.
- Pendekatan System. Merupakan kumpulan dari beberapa permasalahan
yang saling ada keterkaitan antara permasalahan yang satu dengan
permasalahan yang lain.
- Flow Chart. Adalah metode yang menggambarkan alur tahapan dalam
suatu proses dengan menggunakan beberapa symbol sederhana dan logis
yang mencerminkan berbagai kegiatan dan keputusan sehingga
menentukan bagaimana proses itu terjadi.
- Daftar Tilik. Adalah suatu format untuk menandai atau mencatat data
yang diamati secara langsung atau kegiatan yang di inginkan.
- Peta Radar. Adalah gambaran besarnya kesenjangan atau masalah kinerja
program degan target kinerja suatu organisasi.
2. Teknik Penentuan Prioritas
- Brainstorming. Metode ini di arahkan untuk merumuskan dan menetapkan
kriteria prioritas yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
- MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment). Yaitu menggunakan
kriteria majemuk untuk menentukan prioritas masalah yang didasarkan
dengan pemberian skor dan bobot pada masalah yang teridentifikasi.
- Metode Delphi. Digunakan untuk meramal kejadian yang akn datang.
- Metode Delbecq. Dirumuskan dalam kelompok diskusi terarah atau FGD
(focus group discussion) membahas dan merumuskan kriteria prioritas.
- Metode Hanlon.
3. Faktor-faktor PEARL
Faktor PEARL bertujuan untuk menjamin terselenggaranya
berkesinambungan program dengan baik.
4. Metode USG
Metode ini merupakan semi kuantitatif untuk menentukan prioritas masalah
dengan memperhatikan aspek U (urgency), S (seriousness) dan G (growth).
5. Teknik Pemecahan Masalah
SWOT. SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor
kunci yang digunakan dalam memecahkan permasalahan terhadap kelemahan
atau hambatan yang ditemukan. Sumber data beberapa faktor kunci diperoleh
melalui brainstorming, hasil survei, kuesioner dan lain sebagainya.
6. Teknik Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai