Anda di halaman 1dari 14

Patofisiologi Luka

Didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanis.
Beberapa pasal memiliki definisi tersendiri tentang luka, berdasarkan kerusakan yang terjadi.
Hal ini termasuk kerusakan pada organ-organ dalam. Pasal lain juga menyebutkan tentang
derajat luka, tidak berdasarkan bentuknya namun berdasarkan akibatnya yang dapat
membahayakan nyawa korban.

Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan
rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana
kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak
akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan
kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari
masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil menyebabkan
pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi
pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada
pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya
pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan
penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat
menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidaka memberikan
efek pada jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.

Klasifikasi luka
1. Abrasi
2. Kontusi
3. Laserasi
4. Luka insisi

Anatomi forensik kulit


Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang ketebalannya
bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit dan telapak tangan adalah
yang paling tebal sementara pada daerah yang terlindungi seperti skrotum dan kelopak mata
hanya pecahan dari millimeter. Berkaitan dengan forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi
pada kulit.
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis
umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke dalam dermis.
Demis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan adneksa kulit sperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat banyak pembuluh darah, saraf pembuluh limfe serta
ujung saraf taktil, tekan, panas.. bagian bawah dari dermis terdapat jaringan adiposa dan
(tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan lemak, dan otot yang berurutan di bawahnya.

Abrasi
Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan
epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat pada
dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan
menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan.
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti
kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan
jernih dan tidak ada perubahan warna.

Tangensial atau abrasi geser


Abrasi kebanyakan disebabkan gerakan lateral daripada tekanan vertikal. Ketika tanda
abrasi ini ditemui, arah kekuatan dapat ditentukan dari sisa epidermis yang terbawa sampai
ujung abrasi. Pemeriksaan visual, bila perlu menggunakan lensa, dapat menunjukkan
pergerakan dari tubuh.

Abrasi Crushing
Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi
namun epidermis hancur dan obyek yang menghantam tercetak. Jika hantaman tersebut kuat
dan daerah permukaan kontak kecil akan terjadi luka berlubang kecil dan abrasi hantaman
terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa penekanan hingga depresi ringan dari permukaan atau
paling tidak memar atau tonjolan oedem lokal. Abrasi ini salah satu dari abrasi yang
menunjukkan cetakan dari obyek yang membuat luka.

Abrasi kuku jari


Sangat penting karena frekuensi pada serangan khususnya pada penyiksaan anak,
penyerangan seksual, dan penjeratan. Sering disertai memar lokal. Abrasi kuku jari biasanya
sering ditemukan pada leher, muka, lengan atas dan lengan depan. Mungkin berupa goresan
linear jika jari-jari tersebut menarik ke bawah, tanda kurva atau garis lurus jika tangan
tersebut menggenggam.
Lengan bagian depan sering merupakan lokasi untuk penggenggaman dan menahan
baik pada penyiksaan anak atau serangan pada orang dewasa. Memar umum ditemukan,
namun tanda kuku jari sdapat menumpang pada memar tersebut. Ahli patologi harus
berhati0hati dengan interpretasi yang salah. Contohnya, memutuskan tanda kuku jari pada
leher yang disebabkan oleh tangan dari depan atau belakang leher.

Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek . tidak hanya epidermis yang rusak, kulit
dapat tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat terjadi memar intradermal. Contohnya
ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada kulit dimana kulit juga tertekan
mengikuti alur ban tersebut.

Abrasi post-mortem (sesudah kematian)


Dapat disebabkan berbagai macam, antara lain penyeretan pada saat pemakaman, atau akibat
proses otopsi. Pada saat proses pemakaman, khusunya setelah dibersihkan dengan air panas.
Pada otopsi kedua perlu diperiksa dengan deskripsi sebelumnya atau dengan foto, jika
beberapa luka yang ditemukan diragukan.

Kontusio atau memar


Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena
kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis.
Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari beberapa millimeter disebut memar atau
kontusio, ukuran yang lenih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti
disebut petekie. Baik ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma
mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler
hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah yang
lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi yang dapat dilihat pada kulit atau
yang terjadi pada subkutanea, sementara ‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
seperti limpa, mesenterium atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak digunakan dokter
saat memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.

Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering pada
jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan epidermis. Namun
kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan obyek berpola, perdarahan
yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan subepidermal. Jumlah darahnya sedkiti
namun karena posisinya yang superfisial dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga
polanya dapat dibedakan. Memar ini terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran
dan alur, sehingga kulit dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Memar


1. Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup untuk darah yang keluar
berakumulasi. Ini menjelaskna kenapa memar lebih mudah terjadi pada skrotum
daripada tumit dimana jaringan jaringan fibrosanya padat. Karena banyaknya
jaringan subkutanea pada orang yang gemuk, mereka lenih mudah terjadi memar
daripada orang yang kurus jika faktor lain seperti fragilitas pembuluh dan umur
sama.
2. Jumlah darah yang keluar
3. Ruangan yang cukup
4. Kedalaman memar yang terjadi
5. Fragilitas pembuluh darah
6. Pada orang yang berbaring lama

Pergerakan dari Memar


Pada daerah superfisial memar muncul dengan cepat, sementara pada area yang dalam
membutuhkan waktu untuk muncul ke permukaan. Memar dapat bergerak mengikuti gaya
gravitasi. Contohnya, perdarahan subkutanea dapat turun melewati alis mata dan muncul di
orbita mata yang memberikan gambaran ‘mata hitam’ yang dapat disalahartikan sebagai
trauma langsung. Begitu juga memar pada lengan atas atau betis, dapat turun sampai pada
siku atau tumit.

Perubahan Memar oleh Waktu


Dengan berlalunya waktu, hematom yang terbentuk pecah oleh pengaruh enzim
jaringan dan infiltrasi seluler.sel darah merah menutupi ruptur dan mengandung Hb membuat
degradasi secara kimiawi yang menyebabkan perubahan warna. Hemoglobin pecah menjadi
hemosiderin, biliversin dan bilirubon yang menyebabkan perubahan warna memar dari ungu
atau coklat kebiruan menjadi coklat kehijauan, kemudian hijau kekuningan sebelum akhirnya
samar.
Memar kecil pada dewasa muda yang sehat akan menghilang dalam waktu 1 minggu.
Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang dalam waktu
beberapa hari, ini dikemukakan oleh nRoberts yang mengadakan penelitian.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:
 Besarnya ekstravasasi
 Umur korban
 Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
 Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna,
diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian
 Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak lebih dari
18 jam sebelum kematian
 Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti tidak terjadi
pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.

Memar pada Tanda Khusus


Kumpulan memar bentuk koin kecil merupakan karakterisitik tekanan jari baik pada
pemegangan atautusukan. Sering nampak pada kasus penyiksaan anak, dimana orang yang
dewasa memegang dengan pegangan yang nyaman. Biasa disebut ‘memar sixpenny’
Ketika permukaan kulit dilanggar oleh roda atau obyek berpola seperti rotan, memar
yang nampak mengikuti pola obyek tersebut.

Luka akibat tendangan


Telapak kaki dapat meninggalkan pola memar pada tubuh, sering pada abdomen dan
dada walaupun ini dapat dikenali pada leher dan wajah.Tendangan yang cepat dapat
menyebabkan luka lecet disertai memar, sedangkan menurut arahnya,tendangan vertical
menunjukkan memar intradermal dengan pola telapak kaki.Kasus luka akibat tendangan
menjadi hal biasa dengan meningkatnya kekerasan pada masyarakat.Sebagian besar
tendangan dilakukan pada korban yang telah duduk atau terjatuh ketanah, yang sebelumnya
disebabkan tindakan kekerasan lainnya seperti mendorong atau memukul, sehingga setelah
korban lemas dan kaki pelaku menyerang bagian yang paling mudah seperti pinggang, paha,
leher dan area abdominal.Variasi lain tendangan yaitu pelaku menyerang dari atas korban
dengan cara loncat dan menendang dengan satu atau dua kaki, sehinga dada paling sering
terkena dan dapat menyebabkan patah tulang iga maupun tulang dada.
Bahaya umum yang terjadi pada tendangan ke arah muka adalah patah tulang
mandibulla, maxilla, tulang hidung dan zygoma. Tendangan pada satu sisi wajah dapat benar-
benar melepas bagaian bawah dari maxilla dengan bagian lengkungan gigi dam palatum.

Memar post mortem dan artefak lainnya


Khususnya pada kematian kongesti seperti tekanan pada leher, sistem vena dapat
tersumbat dan dapat terjadi memar. Salah satu area yang penting yang dapat mendeskripsikan
secara penuh disbanding yang lain adalah leher, dimana kumpulan dari darah antara
esophagus dan tulang belakang servikal dapat menimbulkan memar dari stranhulasi.

Luka gores/Laserasi
Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak menyobek bukan
mengiris.
Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :
1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk
pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca pembesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam luka,
termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang
terluka daerah tulang tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan terdapat
pada luka.

Laserasi terpola
Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai, tendangan dapat
menyebabkan laserasi khususnya jika menggunakan sepatu boot yang besar dengan ujung
kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat menyebabkan laserasi linier atau
stellate.

Luka akibat benda tumpul yang berpenetrasi


Luka ini merupakan luka campuran antara luka laserasi dan luka iris. Dapat terjadi
alibat dari pukulan besi atau sebilah kayu. Pada waktu alat tumpul dipukulkan ke kulit, maka
akan ada lekukan dan lecet pada sisinya, walaupun bekas yang lebih dulu akan hilang jika
alatnya telah ditarik kembali. Material seperti karat, kotoran atau serpihan mungin tertinggal
pada luka dan harus sangat hati-hati dilindungi untuk pemeriksaan forensic, jika alat yang
digunakan belum diketahui.

Luka Iris
Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh luka
akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri yang paling
penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan
dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan apapun.

Luka potong
Adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka potong tidak lebih
berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman luka tidak akan terlalu
mempengaruhi organ vital, khususnya target utama nya adalah tangan dan muka.

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi


Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.
Karakteristik dari alat tikam:
1. Panjang, lebar dan ketebalan pisau
2. Satu atau dua sisi
3. derajat dari ujung yang lancip
4. bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)
5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
1. Dimensi senjata
2. Tipe senjata
3. Kelancipan senjata
4. Gerakan pisau pada luka
5. Kedalaman luka
6. Arah luka
7. Banyaknya tenaga yang digunakan

Petunjuk dari luka tusuk


Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan
terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi kejadian. Kejadian-
kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang dalam keadaan
statis. Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau
dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya
mengenai jaringan subkutan. Pada autopsy, menjelaskan seperti pada luka tusuk didada,
kadang saat di autopsy luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa
mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa . Informasi ini menjadi
petunjuk luka, mengambarkan jejak luka.

Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk


Diberikan keterangan mengenai:
1. Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan
2. Ketajaman dari ujung pisau
3. Kecepatan dating nya pisau
4. Kulit yang elastis lebih mudah ditembus
5. Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian tubih
lain.
6. Luka tembus yang disebabkan tusukan

Luka oleh senjata lain selain pisau


Pisau cukur dan pecahan gelas memiliki tepi tajam yang berbeda sehingga dapat
memberikan jejak yang berbeda pula. Pada derah luka yang berambut, maka akan terlihat
rambut akan terpotong.

Luka akibat Gunting


Sering ditemukan pada kejadian rumah tangga, dimana biasanya pelaku adalah
wanita, menggunakan senjata yang gampang, dikenal, mudah diraih. Gambaran luka
tergantung pada posisi gunting saat ditusukkan, terbuka atau tertutup. Pada gunting yang
terbuka, dengan satus sisi tertusuk, maka gambaran luka sukar dibedakan dengan gambaran
luka tusuk oleh pisau. Sedangkan untuk luka akibat gunting yang tertutup, maka luka yang
terbentuk seperti huruf Z atau seperti kilatan cahaya.

Luka tangkis
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan pada
umumnya ditemukan pada telapak tangan, punggung tangan, jari-jari tangan, punggung
lengan bawah dan tungkai. Bila pada keadaan tangkis dengan cara menangkap mata pisau
dengan telapak tangan, maka luka yang terjadi akan mengiris telapak tangan, melintasi
lekukan jari, mengiris kulit, jaringan tendon atau kadang teririsnya keempat jari tangan

BAB VII
TRAUMATOLOGI

Definisi :
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau
perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas.

Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik ,
atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan
oleh cedera atau operasi.

Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan :


1. Jenis penetrasi yang terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka
robek, luka tembak dan luka gigitan.
2. Tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka bersih, luka bersih yang
terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor.
3. Waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum 8 jam) dan luka kronis

Deskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
 Ditentukan panjang luka
 Jumlah luka
 Sifat luka
 Ada atau tidaknya benda asing pada luka
 Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
 Menyebabkan kematian atau tidak
 Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan
3. Jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka
 Luka akibat kekerasan mekanis:
 Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
 Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
 Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api
 Luka akibat kekerasan fisis:
 Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah
 Luka akibat kekerasan auditorik
 Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir
 Luka akibat kekerasan radiasi
 Luka akibat kekerasan kimiawi:
 Luka akibat kekerasan oleh asam kuat
 Luka akibat kekerasan oleh basa kuat
 Intoksikasi

Klasifikasi trauma (berdasarkan sifat dan penyebab) :


1. Trauma Mekanik (Kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul, tembakan
senjata)
2. Trauma Fisik (Suhu, listrik dan petir, akustik, radiasi, tekanan udara)
3. Trauma Kimia (Asam basa atau kuat)
NB : Ada yang memisahkan trauma senjata api tersendiri (balistik) terpisah dari trauma
mekanik

Patofisiologi Trauma

Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan
organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ, sehingga
tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut
tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme
kompensasi tersebut adalah :
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart
rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa
thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac
output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
6. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan
mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
7. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun
atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.

Trauma Mekanik

Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah :


- Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
- Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :


1. Memar (kontusio, hematom)
2. Luka Lecet
- Luka Lecet Tekan
- Luka Lecet Geser
3. Luka Robek
4. Patah tulang

Luka memar à diskontinuitas pembuluh darah & jaringan dibawah kulit tanpa rusaknya
jaringan kulit
Teraba menonjol à pengumpulan darah di jaringan sekitar pembuluh darah rusak
Bentuk luka à Menyerupai benda yang mengenai

Luka Lecet à tjd pd epidermis – gesekan dgn benda yang permukaannya kasar
Luka Lecet Tekan à arah kekerasan tegak lurus pd permukaan tubuh, epidermis yang
tertekan à melesak kedalam
Luka Lecet Geser à arah kekerasan miring/membentuk sudut à epidermis terdorong &
terkumpul pd tmpt akhir gerak benda tersebut
Luka Lecet Regang à diskontinuitas epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai
dengan garis kulit

Luka robek à terjadi pada epidermis/jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang


mengenainya melebihi elastisitas kulit/jaringan
Syarat : kekuatan peregangan > elastisitas kulit

Patah tulang
o Bentuk : bergantung pada sifat benda penyebab
o Perubahan berdasarkan waktu
o Dampak patofisiologi : perdarahan, disfungsi, kerusakan jaringan sekitar, emboli
lemak dan sumsum tulang

Fraktur tulang kepala :


Terjadi akibat trauma langsung terhadap skull. Adanya fraktur tidak selalu disertai dgn
adanya cedera otak namun manunjukkan adanya benturan yg cukup kuat dan sebaikknya
dievaluasi untuk tau ada tidaknya cedera tambahan.

Benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan :


1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur oleh
benda yang bergerak (kepala tergencet)
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup yang disebabkan oleh hantaman
pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena dan contre coup terjadi pada sisi yang
berlawanan dengan arah benturan.

Luas dan tipe fraktur ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :


- Besarnya energi yang membentur kepala (Energi kinetik objek)
- Arah Benturan
- Bentuk tiga dimensi objek yang membentur
- Lokasi Anatomis tulang tengkorak tempat benturan terjadi

Tipe Fraktur pada cedera kepala, yaitu :


1. Fraktur simple : Pecahnya tulang kepala yg tidak disertai kerusakan kulit
2. Fraktur Linear : Pecahnya tulang kepala yg menyerupai garis tipis tanpa distorsi tulang
3. Fraktur depresi : Pecahnya tulang kepala dengan penekanan sebagian tulang kedalam
otak.
4. Fraktur compound : Pecahnya tulang disertai dengan rusak atau hilangnya kulit

Tergantung kecepatan dan gaya


- depressed jika permukaan yang mengenai kepala tidak luas
- radial
- hole/stellata jika benda yang mengenai kepala permukaannya kecil dan
berkecepatan/berenergi tinggi, contoh : luka tembak

Jika kepala bergerak ke permukaan rata&diam : patah linear

Fraktur basis cranii :


Fraktur yg terjadi pada tulang yg membentuk dasar tengkorak.
- gaya langsung ke basis cranii
- gaya ke dagu melalui rami mandibulae

Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis.
Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :
1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS
2. Tanda “Double Ring atau Hallo Sign” yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas kertas
tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih terbentuk
rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi lingkaran pertama.
3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.
- Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat melewati
lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.
- Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga tjd
gangguan visus.
Ring fraktur : gaya dari atas ke bawah

Perdarahan intrakranial :
Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio dan
perdarahan intraserebral) maupun lesi difus.

 Epidural hematom : clot terletak diluar duramater, namun di dalam tengkorak


– Arteri meningea media
– Temporal (50%), oksipital (15%)
– Prognosis baik bila dilakukan penanganan segera karena cedera otak disekitarnya
biasanya terbatas.
 Subdural/subarachnoid bleeding : >> ditemukan pada penderita dengan cedera kepala
berat.
– Terjadi karena robeknya vena bridging, sinus draining, focus laserasi atau
kontusio
– Delayed : subdural
– Spontan : leukemia, tumor, infeksi
– Kerusakan otak biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari
hematoma epidural
– Mortalitas umumnya 60% namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yg
sangat segera dan pengelolaan medis agresif.
● Kontusi dan hematom intraserebral : hampir selalu berkaitan dengan hematoma
subdural
– >> di lobus frontal dan temporal

LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL

 Luka à hilang/rusaknya sebagian jaringan tubuh


 Kekerasan benda tumpul à kasus paling banyak terjadi.
 Cara kejadian à terutama berupa kecelakaan lalu lintas
 Sebab kematian korban kekerasan benda tumpul ---- kerusakan organ vital,
perdarahan, syok, infeksi.
 Benda tumpul :
- Benda tidak bermata tajam
- Konsistensi keras atau kenyal
- Permukaan dapat halus atau kasar, kadang dijumpai benda dengan bagian tajam
dan tumpul (misalnya clurit)
 Pembagian kekerasan benda tumpul
1. Localized
- Mengenai sebagian kecil dari tubuh, akibat kekerasan benda dengan luas tertentu
yang relatif kecil
- Dijumpai pada :
Serangan manusia (ditinju, dipukul kayu dsb)
Serangan binatang (disepak kuda)
Tubrukan atau jatuh
2. Generalized
- Mengenai sebagian besar atau seluruh tubuh
- Cara kejadian :
Terlempar (kecelakaan lalu lintas, terjadi dari tempat tinggi
Tergilas/tertindih (tertimpa bangunan runtuh)
Terkoyak kecelakaan lalu lintas

 Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan

Kulit
- Luka lecet (abrasion)
- Luka memar (contusion)
- Luka retak, robek, koyak (laceration)

Kepala
- Mengenai tengkorak
- Jaringan intrakranial

Leher dan tulang belakang

Dada
- Mengenai tulang-tulang
- Mengenai organ dalam
Perut
- Mengenai organ parenkim
- Mengenai organ berongga

Anggota gerak
- Mengenai tulang dan sendi
- Mengenai jaringan lunak

LUKA LECET (ABRASION)

 Kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat kekerasan dengan benda
yang mempunyai permukaan yang kasar, sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian
atau seluruh lapisannya hilang
 Ciri luka lecet :
- Sebagian atau seluruh epitel hilang
- Permukaan dapat tertutupi oleh eksudasi yang mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang
- Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut
 Ante mortem
Warna coklat kemerahan karena eksudasi
Mikroskopis : Terdapat sisa epitelium dan tanda-tanda intravena
 Post mortem
- Tampak mengkilap, warna kekuningan
- Mikroskopis : Epidermis terpisah sempurna dari dermis dan tidak ada tanda
intravena
- Sering terjadi pada daerah penonjolan tulang

LUKA MEMAR (CONTUSION)

 Kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh darah kapiler rusak dan
pecah à darah meresap kejaringan sekitar.
 Bagian yang mudah mengalami memar à mempunyai jaringan lemak dibawahnya
dan berkulit tipis

LUKA ROBEK (LACERATION)

 Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan jaringan bawah kulit. Epidermis
terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea mengalami kerusakan.
 Bila sembuh dapat menimbulkan jaringan parut
 Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang di bawahnya.

Luka Luka
Robek Iris
Memar dan + -
lecet
Rambut Utuh Terpoto
ng
Jembatan + -
jaringan
Sudut/tepi luka Tumpul Tajam
LUKA RETAK

 Luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat di bawah kulit tersebut (Misal :
kepala dan tulang kering)
 Akibat dari kekerasan benda tumpul yang mempunyai pinggiran (tepi meja, tepi pintu
dll)

Luka Retak Luka


Iris
Tepi Luka Tidak Tajam Tajam
Sudut Luka Tidak Tajam Tajam
Permukaan Luka Tidak Rata Rata
Jembatan Jaringan + -
Rambut Tercabut Terpoto
ng
Memar/ lecet sekitar + -
luka

Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala

 Kelainan pada tengkorak berupa patah tulang


- Fraktur basis kranii (patah tulang dasar tengkorak)
o umumnya keluar darah dari hidung, mulut, telinga
o bila patahan mengenai atap bola mataàBrill hematom
- Fraktur vault kranii (patah tulang atap tengkorak)
 Kelainan pada otak, menimbulkan
Contusio serebri (memar otak)
o Perdarahan kecil di permukaan otak tanpa disertai kerusakan arrachnoid di
atasnya

Lacerasio cerebri (robek otak)


o Kerusakan pada white matter dan gray matter, disertai robeknya arrachnoid.
Ada 2 macam :
Coup
Counter coup
Edema serebri

 Kelainan pada selaput otak


- Epidural haemorrhage (perdarahan di atas selaput tebal otak)
o Robekan pembulut darah diluar duramater (tersering à a. meningea media)
o Darah merembes diantara otak dan tulang à membeku
- Subdural haemorrhage (perdarahan di bawah selaput tebal otak)
- Subarachnoid haemorrhage (perdarahan di bawah selaput laba-laba otak)
o Pecahnya vena serebri posterior

COMOSIO SEREBRI (Gegar otak)


 Gangguan fungsi otak akibat trauma kepala
 Tanpa dapat ditemukan kelainan anatomi di otak
 Gejala klinis :
- Pingsan sebentar (hingga sampai 15 menit)
- Muntah
- Pusing
- Amnesia
- Tidak ada kelainan neurologis

Anda mungkin juga menyukai