5 Tatalaksana
Tatalaksana osteomielitis bergantung pada terapi antibiotik yang sesuai, dan
sering membutuhkan terapi surgikal untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi
dan jaringan yang telah mengalami nekrosi. Dengan ketelitian pada tatalaksana
bedah, terapi antibiotik, diagnosis yang akurat, dan pembedaan dari berbagai
klasifikasi osteomielitis, bisa didapatkan hasil yang lebih baik dalam melakukan
tatalaksana osteomielitis ini (Lima et al, 2014).
a. Terapi Antibiotik
Pilihan terapi antibiotik harus disesuaikan dengan hasil kultur dan
pemeriksaan lainnya. Jika ada informasi diagnosa yang kurang lengkap, maka
disarankan menggunakan antibiotik empiris. Bila hasil biopsi dan kultur darah
masih false negative maka disarankan untuk menggunakan delaying antibiotik
hingga didapatkan hasil kultur mikroba dan tes sensitivitas yang benar. Indikasi
terapi surgikal diantaranya adalah kegagalan terapi antibiotik dan osteomielitis
yang telah kronis dengan nekrosis tulang dan jaringan lunak (Hatzenbuehler,
2011).
Organisme
Anaerob
Enterobacteriaceae
sensitif kuinolon
Pseudomonas
hingga 12 jam
Cefepime, 2 g IV tiap 8 hingga 12 jam, plus
aeruginosa
S. aureus,
methicillin
S.
aureus,
methicilin
Cefazolin, 1 hingga 1,5 IV tiap 6 jam
Streptococus sp.
Penicilin G, 2 hingga 4 juta unit IV tiap 4 jam
Tabel ... Terapi antibiotik awal untuk tatalaksana osteomielitis (Hatzenbuehler,
2011).
Kapasitas dan luas jangkauan dari penetrasi antibiotik di jaringan tulang
telihat sebagai faktor yang berpengaruh pada kesuksesan terapi osteomielitis.
Penetrasi antibiotik pada tulang yang terinfeksi bergantung kepada karakteristik
farmakologiknya, vaskularisasi, kondisi jaringan lunak, dan adanya foreign
bodies. Informasi yang terintegrasi dari keadaan klinis adalah proses yang penting
dalam pemilihan antimikroba untuk tatalaksana infeksi tulang ini (Lima et al,
2014).
Osteomielitis hematogenik akut pada anak-anak biasanya membutuhkan
waktu terapi antibiotik yang lebih singkat daripada osteomielitis akut pada orang
dewasa. Terapi selama 4 hari dengan antibiotik parenteral diikuti dengan
antibiotik oral selama 4 minggu dapat mencegah rekurensi pada anak-anak yang
tidak mempunyai masalah patologi yang serius. Pada anak immunocompromised,
terapi antibiotik oral harus diperpanjang paling tidak hingga enam minggu,
tergantung pada respon klinisnya. Tingkat rekurensi pada kasus ini cenderung
lebih tinggi. Terapi surgikal pada anak imunocompromised jarang dilakukan
(Hatzenbuehler, 2011).
Meskipun dilakukan terapi surgikal debridement dan terapi antibiotik jangka
panjang, tingkat rekurensi dari osteomielitis kronik pada pasien dewasa mencapai
30 persen dalam waktu 12 bulan. Rekurensi pada kasus osteomielitis P.
aeruginosa lebih tinggi, mendekati 50 persen. Durasi optimal tatalaksana
antibiotik dan rutenya masih belum jelas. Pada osteomielitis kronis, terapi
antibiotik parenteral selama dua hingga enam minggu direkomendasikan secara
umum, dengan transisi ke terapi antibiotik oral selama empat hingga delapan
minggu. Terapi parenteral jangka panjang sama efektifnya dengan membuat
transisi ke terapi oral, tapi mempunyai tingkat rekurensi yang sama dengan
meningkatnya efek samping. Pada beberapa kasus, terapi surgikal penting untuk
diagnosis mikroba yang tepat, peningkatan daya tahan tubuh penderita, stabilisasi
penyakit penyerta, terapi antimikroba yang adekuat, debridement surgikal pada
semua jaringan yang terjangkit, perbaikan jaringan lunak, rekonstruksi tulang dan
rehabilitasi (Lima et al, 2014).