Manajemen Guru PAI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
2. Rumusan/Batasan Masalah................................................................... 3
B. Landasan Teoritis
1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam dan Guru............................ 3
1.1.........................................................................................................Peng
ertian Manajemen........................................................................... 3
1.2.........................................................................................................Peng
ertian Pendidikan ........................................................................... 5
1.3.........................................................................................................Peng
ertian Guru...................................................................................... 7
2. Landasan Manajemen Guru PAI.......................................................... 7
2.1.........................................................................................................Guru
dalam Pandangan Islam.................................................................. 7
2.2.........................................................................................................UU
RI Tentang Guru............................................................................. 10
3. Guru dalam Manajemen Pendidikan Islam........................................... 26
3.1.........................................................................................................Tuga
s dan Fungsi Guru PAI................................................................... 26
3.2.........................................................................................................Kiner
ja Guru PAI dalam Proses Belajar Mengajar.................................. 27
4. Problematika Guru PAI........................................................................ 28
C. Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 32
B. Saran..................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

1
2
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan
oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.
Tujuan penciptaan manusia tidak lain adalah menyembah kepada
penciptanya yaitu Allah. Penyembahan di sini dalam arti luas tidak hanya
berpijak pada aspek ritual (mu’amalah ma’a Allah), melainkan manusia
berfungsi sebagai objek sekaligus subjek dalam pendidikan baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan
manusia. Sehingga, dalam ruang lingkup eksistensi manusia dapat
memberikan suatu konstribusi sesama yang merealisasikan transformasi
keilmuan demi tercapainya integritas dalam fitrahnya.
Dalam hal ini, guru/pendidik merupakan sebuah implikasi dari
eksistensi manusia di dunia. Dalam arti, manusia sebagai makhluk berakal
yang wajib mengemban amanah sebagai subjek sekaligus objek dalam
pendidikan. Sehingga, peran pendidik sangat penting dalam mendidik dan
mengarahkan pada suatu nilai-nilai atau norma-norma yang
mengimplementasikan pada kemaslahatan bersama.
Pendidikan adalah salah satu segi penopang kehidupan yang
penting. Perhatian terhadap pendidikan sangat diutamakan dalam
kehidupan, namun bukanlah hal yang mudah bagi seseorang atau lembaga
untuk melaksanakan pendidikan. Dunia pendidikan merupakan tempat
yang penuh dengan lika-liku permasalahan. Akan tetapi yang paling inti di
dalamnya adalah manajemennya. Keberhasilan manajemen akan menjadi
barometer keberhasilan pendidikan sendiri.
Secara historis pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia sangat terkait erat dengan kegiatan dakwah Islamiyah.
Pendidikan Islam berperan sebagai mediator dalam memasyarakatkan
ajaran Islam kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya. Melalui
pendidikan inilah, masyarakat Indonesia dapat memahami, menghayati

1
dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan Al-Qur‘an dan
Al-Sunnah. Sehubungan dengan itu tingkat kedalaman pemahaman,
penghayatan dan pengalaman masyarakat terhadap ajaran Islam amat
tergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang diterimanya.
Pendidikan Islam tersebut berkembang setahap demi setahap hingga
mencapai tingkat seperti sekarang ini.1
Dalam kehidupan berkeluarga, berorganisasi, bermasyarakat, dan
bernegara, manajemen merupakan upaya yang sangat penting untuk
mencapai tujuan bersama. Pendidikan yang merupakan salah satu faktor
penting dalam kehidupan manusia sudah semestinya mendapat perhatian
penting dalam hal manajemennya. Pendidikan yang baik merupakan tolok
ukur bagi sebuah bangsa dan negara dalam hal kemajuan yang dicapai,
tidak terkecuali dalam pendidikan Islam.
Dalam ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, teratur. Sesuatu tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan.
Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW
bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At-Thabrani:

(‫َح ُد آُ ُم الْ َع َم َل أَ ْن يُْت ِقنَهُ)رواه الطرباىن‬ ِ ِ ُّ ِ‫اِ َّن اهلل حُي‬


َ ‫ب إذَا َعم َل أ‬ َ
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang di antara kamu sekalian
yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqon (tepat,
terarah, jelas dan tuntas) (HR. At-Thabrani).

Pendidikan dalam Islam sudah semestinya dikelola dengan sebaik-


baiknya. Manajemen pendidikan Islam merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas kehidupan umat dari keterbelakangan, baik secara
moral, materi, dan spiritual. Dalam Islam, manajemen adalah hal yang
sangat penting.
Di Kenagarian Air Bangis terdapat salah satu sekolah unggulan,
yakni Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pasaman Barat. Madrasah ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan mampu memberikan nilai
religius, kemandirian, keadilan dan kerjasama dalam masyarakat. Kunci
utama keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan yaitu dengan adanya
1
Abuddin Nata.. Manajemen Pendidikan Islam. (Jakarta: Fajar Interpratama. 2008), h. 86

2
pengelolaan atau manajemen Guru yang baik, sehingga hasil pendidikan
atau interaksi proses belajar mengajar akan mengalami peningkatan yang
lebih maju.
2. Rumusan/Batasan Masalah
a. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen Guru pendidikan Islam di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pasaman Barat?
b. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat manajemen
pendidikan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pasaman Barat?
B. Landasan Teoritis
1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam dan Guru
1.1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-
kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk
orang yang melakukan kegiatan manajemen. Menurut Ngalim
Purwanto manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan manusia/orang-orang atau sumber
daya lainnya.2
Menurut Parker manajemen ialah seni melaksanakan pekerjaan
melalui orang-orang (the art of getting things done through people).
Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para
ahli sesuai pendangan dan pendekatannya masing-masing sebagaimana
berikut:
a. Dalam bukunya Made Pidarta manajemen adalah pusat
administrasi, administrasi berawal dan berakhir pada manajemen.
Manajemen adalah inti administrasi, karena manajemen merupakan
2
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya,
1998), h. 8.

3
bagian utama administrasi, dengan tugas-tugasnya yang paling
menentukan administrasi. Inilah yang merupakan hakikat
manajemen, suatu aktivitas yang menjadi pusat administrasi, pusat
atau inti kerjasama antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.3
b. Pendapat Terry (1997 : 4) yang mengemukakan “ Management is a
district process consisting of planning, organizing, actuating, and
controlling, performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human beings and other resources “
Manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan,
yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia/orang-orang
dan sumber daya lainnya.4
c. Sulistyorini dalam bukunya Manajemen Pendidikan Islam
mengemukakan arti manajemen sebagai berikut kegiatan seseorang
dalam mengatur organisasi, lembaga atau sekolah yang bersifat
manusia maupun non manusia, sehingga tujuan organisasi,
lembaga atau sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.5
d. Sukamto Reksohadiprodjo dalam bukunya Dasar-Dasar
Manajemen mengartikan manajemen sebagai berikut: manajmen
bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan manajmen
sebagai fungsi meliputi usaha perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan . Manajemen
sebagai peranan adalah antar pribadi pemberi informasi dan
pengambil keputusan. Manajemen dapat pula berarti
pengembangan keterampilan, yaitu teknis, manusiawi dan
konseptual.6

3
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Melton Putra, 1988) h. 17.
4
Ibid, h. 19.
5
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 11
6
Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1996), h. 13

4
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
untuk mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif.
1.2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber
daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran islam. Pendidikan Agama Islam merupakan
komponen yang tak terpisahkan dari pendidikan Islam yanga
jangkauan dan sasarannya lebih luas, namun berfungsi sangat strategi
untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam fungsi disiplin ilmu
yang dipelajari oleh subyek didik. Kekhususan Pendidikan Agama
Islam ini dapat ditinjau baik dari tujuan maupun meteri yang diajarkan
hal ini tampak dalam penjelasan pasal 39.Undang-Undang RI No 2
Tahun 1989 tentang pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan
usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan.
Hal ini berarti tujuan dan materi yang diajarkan disesuaikan dengan
ajaran Islam, sehubungan dengan itu tujuan pendidikan agama Islam
berintikan tiga aspek yaitu iman, ilmu dan amal.7
Adapun Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi yang
berbeda dari subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memilki fungsi yang
bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
masingmasing lembaga pendidikan Fungsi yang diemban olehnya akan
menentukan berbagai aspek pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar
tujuan tercapai. Secara umum. Pendidikan Agama Islam dapat
diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa
fungsi, yaitu konfesional, neo konfesional, konfesional tersembunyi,
implisit, dan non kenfensional.

7
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Semarang: Aditya Media,1998) h.
103.

5
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukununnya antar umat beragama hingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada ahirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Dan Tayar Yusuf
mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua
untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam. Serta Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu
adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari
generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup.
Oleh karena itu ketika kita menyambut pendidikan Islam ,
maka akan mencakup dua hal (a) mendidik siswa untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam (b) mendidik siswa-siswi
untuk mempelajari materi ajaran Islam subyek berupa pengetahuan
tentang ajaran Islam.8

1.3. Pengertian Guru


Dalam pandangan Islam, guru yaitu subjek yang melaksanakan
pendidikan Islam, dan guru ini juga mempunyai peran penting
8
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004) h. 130

6
terhadap berlangsungnya pendidikan.Oleh karena itu, baik buruknya
guru berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam dikemudian
hari. Guru juga merupakan sebuah public figure yang akan dijadikan
panutan pelajarnya maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.
Pembinaan dan pembimbingan murid dari guru yang berakhlak luhur
sangat menentukan terbentuknya perilaku sebagai pencerminan dari al
akhlak al-karimah.
Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
pendidikan dan pengajaran, kerana gurulah yang akan bertanggung
jawab dalam membentuk peribadi seorang murid. Oleh karena itu guru
atau pendidik harus sadar akan tugas dan tanggung jawab mereka dan
sentiasa menjaga nama baik mereka sebagai pendidik dan pemimpin
masyarakat dengan menjalankan segala tugas dan tanggung jawab
secara ikhlas dan jujur.
2. Landasan Manajemen Guru PAI
2.1. Guru dalam Pandangan Islam
Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru biasa disebut
sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib.
Kata “Ustadz” biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Ini
mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen
terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seseorang
dikatakan profesional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif
yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap suatu proses
dan hasil kerja serta sikap continous improvement, yaitu selalu
berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara
kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman yang dilandasi oleh kesadaran
yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi
penerus yang akan hidup pada zamannya di masa depan .9
Kata “Mu’allim” berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti
menangkap hakikat sesuatu. Hal ini mengandung makna bahwa

9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 56.

7
seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu
pengetahuan yang diajarkannya, sera menjelaskan dimensi teoritis dan
praktisnya dan berusaha membangkitkan siswa untuk
mengamalkannya.
Kata “Murabbiy” berasal dari kata dasar Rabb yang artinya
Tuhan. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas untuk
menumbuhkembangkan kreativitas, maka tugas guru adalah mendidik
dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus
mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan
malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Kata “Mursyid” biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah
(Tasawuf). Dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa
guru merupakan model atau sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan
dan teladan bahkan konsultan bagi peserta didiknya. Kata “Mudarris”
berasal dari akar kata “darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa
dirasatan”, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus,
melatih, mempelajari. Dilihat dari pengertian ini maka tugas guru
adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan
ketidaktahuan serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuannya. Pengetahuan dan keterampilan seseorang
akan cepat usang selaras dengan percepatan kemajuan iptek dan
perkembangan zaman, sehingga guru dituntut untuk memiliki
kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan
dan keahliannya secara berkelanjutan agar tidak cepat usang.
Sedangkan kata “Mu’addib” berasal dari kata adab, yang berarti moral,
etika, dan adab atau kemajuan lahir dan batin. Kata peradaban juga
berasal dari kata adab sehingga guru adalah seorang yang beradab
sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban
yang berkualitas di masa depan.10

10
Ibid, h. 57

8
Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah dari Rasulullah
SAW bahwa beliau bersabda:

‫من سن يف اال سالم سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل هبا بعده‬
‫من غ ري أن ينقص من أج ورهم ش يء ومن س ن يف االس الم س نة‬
‫س يئة ك ان علي ه وزره ا ووزر من عم ل هبا من بع ده من غ ري أن‬
‫ينقص من أوزارهم شيء‬
“Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu
kebaikan maka ia akan memperoleh pahaladitambah pahala seperti
yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barangsiapa
yang memberikan teladan suatu keburukan maka dia akan memperoleh
dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang
meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”
Salah satu hal yang sangat menarik pada ajaran Islam adalah
penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya
penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di
bawah kedudukan Nabi dan Rasul, karena guru selalu terkait dengan
ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.
Al-Ghazali menjelaskan kedudukan yang tinggi yang diduduki
oleh orang yang berpengetahuan bahwa orang alim yang bersedia
mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar di semua kerajaan
langit, dia seperti matahari yang menerangi alam, ia mempunyai
cahaya dalam dirinya seperti minyak wangi yang mengharumi orang
lain karena ia memang wangi .
Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi
ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan
itu didapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah calon guru
dan yang mengajar adalah guru.Agama Islam sangat menghargai
orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru) sebagaimana Firman
Allah SWT Surat Al Mujadilah: 11 

9
     
     
       
     
      
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

2.2. UU RI Tentang Guru


UNDANG UNDANG NO. 14 TAHUN 2005 Tentang Guru dan
Dosen PASAL 8- 23

BAB IV
GURU
Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi

Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Penjelasan       : 
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau
sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Selain memiliki kualifikasi akademik seorang guru juga harus memiliki
beberapa kompetensi, kompetensi tersebut yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
seperti yang dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1.
Sehat jasmani dan rohani . Guru harus sehat jasmani, tidak berpenyakit
terutama penyakit menular. Hal ini penting karena pekerjaan guru sehari
hari berinteraksi dengan peserta didik. Pernah terjadi kasus, seorang guru
SD X terkena penyakit menular. Guru tersebut tidak diperkenankan

10
mengajar dan diberikan tugas tugas administrasi. Selain tidak berpenyakit,
guru juga tidak cacat fisik (pincang misalnya) yang dapat mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas. Termasuk ke dalam persyaratan kesehatan
jasmani adalah buta warna. Guru seharusnya tidak buta warna. Guru juga
harus sehat rohani (mental), tidak terganggu mentalnya (neurose) dan sakit
jiwanya (psychose). Tugas guru tidak mungkin dilaksanakan oleh orang
orang yang mengidap neurose dan psychose.
Seorang guru juga harus memiliki kamampua untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasionalPersyaratan ini lebih mengarah pada tugas guru
sebagai pengajar. Guru harus mampu mengutarakan peserta didiknya
mencapai tujuan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
berpegang pada herarki tujuan pendidikan, tercapainya tujuan
pembelajaran mengandung arti tercapainya tujuan kurikuler. Tercapainya
tujuan kurikuler mengandung arti tercapainya tujuan lembaga dan
tercapainya tujuan lembaga memiliki makna tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Pasal 9
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Penjelasan : Mencermati pasal 9 undang undang ini, tersirat adanya
persyaratan untuk menjadi guru minimal berijazah sarjana (S1) atau
diploma empat (D4), dengan tidak membedakan apakah itu guru SD, guru
SMP atau guru pada jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan
pengalaman, Persyratan ini memiliki sifat dinamis dalam arti dapat
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnilogi
serta seni.

Pasal 10
1. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

11
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 10 ayat 1
Kompetensi paedagogik merupakan “kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik”. Kompetensi ini  dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian. Misalnya sebelum mengajar guru membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu yang didalamnya mencakup
bagagaimana proses belajar mengajar nantinya akan dilaksanakan
sehingga guru tidak akan bingung dalam mengelola kelas  dan
memberikan penilaian
Kemampuan Pribadi. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.  Kepribadian
yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik
terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil
sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya)
dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru
merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.Misalnya
dalam bertutur kata atau dalam bertingkah laku harus sopan sehingga guru
tersebut mampu menjadi panutan bagi peserta didik.
Kemampuan Sosial. Guru yang efektif adalah guru yang mampu
membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial
adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Misalnya pada saat guru
menjelaskan materi didepan kelas, ada interaksi dengan siswa

12
Kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam”.Kompetensi profesional meliputi kepakaran
atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus
diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan
rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.Misalnya Guru menguasai
secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta
mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar
siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam
perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
Pasal 10 ayat 2
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional sebagaimana telah dijelaskan pada ayat
1.

Pasal 11
1. Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
2. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
dan ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 11 ayat 1
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk
menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat
pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan

13
tinggi. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian
tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat
menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
Pasal 11 ayat 2
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk
menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat
pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan
tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan
profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenanga
profesional.

Pasal 11 ayat 3
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang
impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional.
Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan
peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk
memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi.
Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan
kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial,
dan akademik.
pasal 11 ayat 4
Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan
menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan
meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang
ditentukan. Ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi lebih lanjut telah
dijelaskan pada ayat 1 sampai ayat 3.

Pasal 12

14
Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki
kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan
pendidikan tertentu.
Penjelasan :
Maksudnya setiap orang yang telah memiliki sertifikat pendidik memiliki
hak untuk menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
Pasal 13
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 13 ayat 1
Maksudnya pemerintah menyediakan anggaran yang akan digunakan
untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah
penyelenggaraan beasiswa untuk guru atau calon pendidik yang
berprestasi supaya memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang
diharapkan sebagai seorang pendidik yang profesional.
Pasal 13 ayat 2

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban
Pasal 14
1. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial;

15
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;memiliki
kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan,
f. penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan
kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-
undangan;
g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Penjelasan :
Pasal 14 ayat 1
a. Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
adalah pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru

16
dan keluarganya secara wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan,
pendidikan, rekreasi, maupun jaminan hari tua.
b. Setiap pendidik yang profesional dan berprestasi memiliki kesempatan
untuk mendapatkan penghargaan dari pemerintah.
c. Guru dalam melaksanakan tugasnya memperoleh perlindungan dari
pemerintah. Misalnya ketika guru tersebut mengajar atau mendapat
tugas di daerah rawan (rawan bencana atau rawan konflik)
d. Guru memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan atau
kompetensi dalam menjalankan keprofesionalitasnya untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
e. Dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik guru bisa
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di satuan pendidikan
yang menaunginya untuk membantu kelancaran proses pembelajaran
yang ia lakukan.
f. Guru diberikan kewenangan untuk memberikan penilaian hasil belajar
pada peserta didik dan guru juga berperan dalam penentuan kelulusan
peserta didik.selain itu guru memiliki kewenangan untuk memberikan
penghargaan (reward) kepada peserta didik yang memiliki prestasi
baik serta guru berhak memberikan hukuman/sanksi kepada siswa
yang berperilaku buruk atau yang melanggar tata tertib
g. Guru dalam melaksanakan tugasnya memperoleh jaminan keselamatan
. Misalnya ketika guru tersebut mengajar atau mendapat tugas di
daerah rawan (rawan bencana atau rawan konflik)
h. Guru memiliki kebebasan untuk menjadi anggota suatu organisasi
profesi. Misalnya menjadi anggota PGRI
i. Memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dalam rangka
untuk menentukan kebijakan pendidikan
j. Memiliki  kesempatan untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan
kompetensi yang dimilikinya

17
k. Guru berhak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan
pengembangan profesi untuk lebih meningkatkan keterampilan
profesinya sebagai guru

Pasal 15
1. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang
terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
2. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
Penjelasan       :
Pasal 15 ayat 1
a. Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah satuan penghasilan yang
ditetapkan berdasarkan pangkat, golongan, dan masa kerja.
b. Yang dimaksud dengan tunjangan yang melekat pada gaji adalah
tambahan penghasilan sebagai komponen kesejahteraan yang
ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga.
c. Yang dimaksud dengan tunjangan profesi adalah tunjangan yang
diberikan kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik sebagai
penghargaan atas profesionalitasnya.
d. Yang dimaksud dengan tunjangan khusus adalah tunjangan yang
diberikan kepada guru sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.

18
e. Yang dimaksud dengan maslahat tambahan adalah tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk asuransi, pelayanan
kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain
Pasal 15 ayat 2
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah besarnya gaji yang diterima setiap bulannya telah diatur
dalam perundang-undangan
pasal 15 ayat 3
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat gaji yang diterima setiap bulan didasarkan pada perjanjian
atau yang kesepakatan yang telah dibuat sebelum dimulai masa kerja.
Pasal 16
1. Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
2. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 16 ayat 1
Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik berhak mendapatkan
tunjangan profesi dari pemerintah

19
Pasal 16 ayat 2
Tunjangan profesi yang diterima guru adalah sama dengan satu kali gaji
pokok yang diperoleh guru setiap bulannya
Pasal 16 ayat 3
Tunjangan profesi dapat diperhitungkan sebagai bagian dari anggaran
pendidikan selain gaji pendidik dan anggaran pendidikan kedinasan
Pasal 16 ayat 4
Untuk tunjangan profesi guru yang lebih jelas telah dibahas dalam ayat (1)
(2) (3)

Pasal 17
1. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.
2. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan subsidi tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan subsidi
tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penjelasan :
Pasal 17 ayat 1
Tunjangan Fungsional adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di
sekolah negeri atau di sekolah swasta yang melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah berdasarkan pangkatnya ,
diberikan meliputi  guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemda, yang
diangkat oleh satuan pendidikan yg diselenggarakan oleh masyarakat.

20
Pemerintah & Pemda yang memberikan  memberikan subsidi tunjangan
fungsional (ayat 2).
Pasal 17 ayat 2
Program subsidi tunjangan fungsional adalah program pemberian
subsidi kepada guru bukan pegawai negeri sipil (GBPNS) yang bertugas di
sekolah negeri atau swasta yang melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar.
Pasal 17 ayat 3
Tunjangan fungsional dapat diperhitungkan sebagai bagian dari anggaran
pendidikan selain gaji pendidik dan anggaran pendidikan kedinasan untuk
tunjangan ini dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pada sector pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”
Pasal 18
1. Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang bertugas di daerah khusus.
2. Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah di daerah
khusus, berhak 1 atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 18 ayat 1
Yang dimaksud dengan tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan
kepada guru sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam
melaksanakan tugas di daerah khusus.  

21
Pasal 18 ayat 2
Tunjangan Khusus diberikan kepada guru yg bertugas di daerah khusus
setara dengan 1 X gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah pada
tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Pasal 18 ayat 3
Guru yang bertugas di daerah khusus mendapatkan fasilitas dari
pemerintah yang berwenang berupa rumah dinas yang bisa digunakan
untuk tempat tinggal selama masa penugasan.
Pasal 18 ayat 4
Untuk ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan seorang guru telah diatur
dalam peraturan pemerintah
Pasal 19
1. Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra
dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
2. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya
maslahat tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 19 ayat 1
Maslahat Tambahan yang merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh dalam bentuk tunjangan kependidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, penghargaan, pelayanan kesehatan, kemudahan memperoleh
pendidikan bagi  putera – puteri guru dan bentuk kesejahteraan lain. Yang
dimaksud dengan kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra-
putri guru adalah berupa kesempatan dan keringanan biaya pendidikan

22
bagi putra-putri guru yang telah memenuhi syarat-syarat akademik untuk
menempuh pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu
Pasal 19 ayat 2
Maksudnya maslahat tambahan berupa bentuk tunjangan kependidikan,
asuransi pendidikan, beasiswa, penghargaan, pelayanan kesehatan,
kemudahan memperoleh pendidikan bagi  putera – puteri guru dan bentuk
kesejahteraan lain dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 19 ayat 3
Ketentuan lebih lanjut maslahat diatur oleh peraturan pemerintah
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Penjelasan :
a. supaya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berjalan
dengan lancar seorang guru harus mampu memuat perencanaan
pembelajaran supaya saat PBM guru tidak bingung dengan apa yang
akan di lakukannya, serta mampu memberikan penilaian serta
mengevaluasi kegiatan belajar dan hasil belajar yang telah dilakukan
siswa
b. Guru harus mampu meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi
peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan
zaman

23
c. Dalam proses pembelajaran guru harus bisa meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pada siswa
dengan tanpa adanya diskriminatif. Contohynya guru tidak boleh
membeda-bedakan antara siswa yang miskin dan yang kaya.
d. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru harus tetap patuh
pada peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika, selain itu guru juga harus mampu
menanamkan nilai-nilai positif pada siswa
e. Sebagai pendidik guru harus bisa memberikan contoh kepada siswanya
bagaimana memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
supaya tidak ada rasa saling membenci diantara siswa maupun guru dan
masyarakat.
Bagian Ketiga
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas
Pasal 21
1. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat memberlakukan ketentuan
wajib kerja kepada guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang
memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi untuk melaksanakan
tugas sebagai guru di daerah khusus di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan warga negara Indonesia
sebagai guru dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 21 ayat 1
Dalam keadaan darurat seorang guru harus siap untuk ditugaskan
dimanapun dan kapanpun guna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di
daerah khusus di wilayah Indonesia
Pasal 21 ayat 2
Mengenai penugasan guru dalam keadaan darurat telah dijelaskan pada
ayat 1 dan diatur dengan peraturan pemerintah

24
Pasal 22
1. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat menetapkan pola ikatan
dinas bagi calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan
pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi calon guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Pasal 22 ayat 1
Setiap calon guru setelah lulus dari pendidikan tinggi akan langsung
mendapatkan sistem ikatan dinas dari pemerintah untuk langsung menjadi
tenaga pendidik untuk memenuhi pembangunan pendidikan nasional.
Pasal 22 ayat 2
Ketentuan-ketentuan mengenai pola ikatan dinas bagi calon guru telah
diatur pada peraturan pemerintah.
Pasal 23
1. Pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru ikatan dinas
berasrama di lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk
menjamin efisiensi dan mutu pendidikan.
2. Kurikulum pendidikan guru pada lembaga pendidikan tenaga
kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan nasional, pendidikan bertaraf internasional,
dan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
Penjelasan :
Pasal 23 ayat 1
Guru untuk mengembangkan kompetensinya lebih mendalam pemerintah
menyelenggarakan pendidikan guru dengan sistem selama proses
pendidikan guru tersebut berada diasrama supaya proses pendidikan bisa
berjalan efisien.

25
Pasal 23 ayat 2
Setiap guru harus bisa mengembangkan kompetensinya supaya mampu
meningkatkan mutu pendidikan nasional dan mencapai tujuan pendidikan
nasional dan mencapai pendidikan internasional.
3. Guru dalam Manajemen Pendidikan Islam
3.1. Tugas dan Fungsi Guru PAI
Dalam pandangan Islam, guru yaitu subjek yang melaksanakan
pendidikan Islam, dan guru ini juga mempunyai peran penting
terhadap berlangsungnya pendidikan.Oleh karena itu, baik buruknya
guru berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam dikemudian
hari. Guru juga merupakan sebuah public figure yang akan dijadikan
panutan pelajarnya maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.
Pembinaan dan pembimbingan murid dari guru yang berakhlak luhur
sangat menentukan terbentuknya perilaku sebagai pencerminan dari al
akhlak al-karimah.
Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah dari Rasulullah
SAW bahwa beliau bersabda:

‫من س ن يف اال س الم س نة حس نة فل ه اجره ا واج ر من عم ل هبا‬


‫بع ده من غ ري أن ينقص من أج ورهم ش يء ومن س ن يف االس الم‬
‫سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل هبا من بعده من غري أن‬
‫ينقص من أوزارهم شيء‬
“Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu
kebaikan maka ia akan memperoleh pahala ditambah pahala seperti
yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barangsiapa
yang memberikan teladan suatu keburukan maka dia akan memperoleh
dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang
meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”
Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
pendidikan dan pengajaran, kerana gurulah yang akan bertanggung

26
jawab dalam membentuk pribadi seorang murid. Oleh karena itu guru
atau pendidik harus sedar akan tugas dan tanggung jawab mereka dan
sentiasa menjaga nama baik mereka sebagai pendidik dan pemimpin
masyarakat dengan menjalankan segala tugas dan tanggung jawab
secara ikhlas dan jujur.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27
ayat 3 ada tiga peranan guru yaitu:1) sebagai pengajar; 2) sebagai
pembimbing; 3) sebagai administrator kelas .
3.2. Kinerja Guru PAI dalam Proses Belajar Mengajar
Tanggung jawab guru/pendidik sebagaimana disebutkan oleh
Abd al-Rahman al-Nahlawi adalah pendidik individu supaya beriman
kepada Allah dan melaksanakan syari’atNya, mendidik diri supaya
beramal saleh, dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati
dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam
menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta menegakkan
kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab
moral seorang pendidik terhadap peserta didik, akan tetapi lebih jauh
dari itu. Pendidikakan mempertanggungjawabkan atas segala tugas
yang dilaksanakannya kepada Allah SWT sebagaimana Sabda
Rasulullah SAW:

‫كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته‬


Maksudnya: “Setiap kamu adalah penjaga (pemimpin) dan
setiap kamu ditanya berkaitan dengan tanggungjawabnya”. (Hadis
Riwayat Al-Bukhari) .
Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh guru terutama guru pendidikan agama Islam,
Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Al-Ghazali mengemukakan
bahwa:11

11
Zakiyah Darajat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008) hal: 142

27
1. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan
memberlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri. Sesuai
sabda Rosulullah SAW :

‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم امنا أنا لكم مثل الوالد لولده‬
“… sesungguhnya saying kami kepada kamu sekalian
(anak didik) seperti sayangnya orang tua kepada anaknya”
2. Tidak mengharapkan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi
bermaksud dengan mengajar itu mencari keridhoan Allah dan
mendekatkan diri kepada tuhan.
3. Berikanlah nasehat kepada murid pada tiap kesemptatan, bahkan
gunakanlah setiap kesempatan itu untuk menasehati dan
menunjukinya.
4. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan
sendirian jika mungkin dan dengan jalan terus terang, dengan jalan
halus dan jangan mencela.
5. guru harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya .
Tugas dan tanggung jawab guru tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa bantuan orang tua dan masyarakat karena guru sebagai
pendidik mempunyai keterbatasan.
4. Problematika Guru PAI
Pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika
pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek
kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana
siswa didik mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama
sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama
menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap
nilai agama itu sendiri. Paulo Freire menegaskan bahwa fungsi pendidikan
adalah untuk pembebasan, bukan untuk penguasaan. Tujuan pendidikan
adalah untuk menggarap realitas manusia, dan karena itu secara
metodologis bertumpu pada prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni

28
prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi
simultan lainnya secara terus-menerus menumbuhkan kesadaran akan
realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas.
Sehubungan dengan hal di atas, cara berpikir kita sepertinya harus diubah.
Hal ini mengingat bahwa pendidikan itu penting. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989. Oleh
karena perubahan zaman yang makin modern maka kurikulum juga harus
dapat beradaptasi dengan perubahan itu sendiri.
Ada lima masalah paling utama yang dihadapi para guru agama
dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah
seperti diuraikan berikut:12
a. Masalah peserta didik.
Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal
dari latar belakang kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa
yang berasal dari keluarga yang taat beragama, namun ada juga yang
berasal dari keluarga yang kurang taat beragama, dan bahkan ada yang
berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama. Bagi anak didik
yang berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli sama
sekali terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak,
maka anak didik tidak akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih
parah lagi mereka menganggap remeh pendidikan agama. Sikap ini
akan sangat berbahaya, kendatipun demikian, tentu ada faktor-faktor
yang mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar, keluarga,
lingkungan, dan lain sebagainya.
b. Masalah lingkungan belajar.
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang
tidak dicegah kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi
psikologis lingkungan belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan
kependidikan serta stekholder setiap lembaga pendidikan.
Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat
12
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011)
hal:79

29
mempengaruhi minat belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan
kekhawatiran para orangtua siswa dan masyarakat terhadap pendidikan
anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Masalah Kompetensi Guru.
Pada dasarnya guru adalah tenaga pengajar sekaligus tenaga
pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, Sesuai UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2.
Dalam perspektif pendidikan Agama Islam di Sekolah, guru
seringkali mengalami kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran
Islam di sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan karena guru tidak
memiliki kompetensi yang matang, serta juga tidak didukung oleh
penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu
umum oleh guru-guru bidang studi lainnya.
d. Masalah Metode.
Metode adalah cara atau strategi bahkan juga pendekatan yang
dikuasai pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didik sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Banyak
sekali metode pendidikan yang dapat dilakukan atau diterapkan dalam
menyampaikan pembelajaran pendidikan agama. Tetapi sangat
disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak menguasai
berbagai metode pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai
dalam menyajikan pelajaran pendidikan agama. Agar pendidikan
agama dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka setiap guru
agama harus mengetahui dan menguasai berbagai metode
pembelajaran dan pendekatan. Namun pada kenyataannya, pelajaran
pendidikan agama di sekolah masih dominan menggunakan metode
ceramah. Guru juga harus kreatif mengaplikasikan materi pendidikan

30
agama sesuai dengan situasi murid. Gaya bercerita, diskusi, problem-
solving (pemecahan masalah), dan simulasi adalah alternatif positif
yang dapat dimasukkan dalam metode yang tepat untuk pembelajaran
agama.
Menurut Al Nahwawi, metode pengajaran yang sesuai dengan
Al Qur’an dan Al Hadist meliputi :13
1) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi: dialog yang mengarah pada
tujuan pendidikan.
2) Metode kisah Qur’ani dan Nabawi: kisah menarik dan diambil
keteladanannya untuk dijadikan panutan.
3) Metode Amtsal: membaca teks untuk mempermudah siswa dalam
memahami suatu konsep.
4) Metode Teladan: menggunakan keteladanan dalam memnanamkan
penghayatan dan pengamalan materi tersebut.
5) Metode Pembiasaan: pengulangan yang dilakukan secara terus-
menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
6) Metode Ibrah dan Mauziah: menelaah ibrah dari kisah dengan
nasihat yang lembut dan menyentuh.
7) Metode Targhib dan Tahrib: didasarkan kepada ganjaran dan
hukuman.
Dalam hal ini, menurut Seyyed Hossein Nasr bahwa guru
bukan sekedar menjadi penyampai ilmu (mu’allim), akan tetapi lebih
dititikberatkan sebagai murobbi untuk melatih jiwa dan kepribadian,
murobbi akan selalu mengawasi perkembangan materi yang
disampaikan dalam perkembangan akhlak siswa didik. Perlunya
kesadaran siswa didik sebagai khalifatullah fil ‘ardh akan membangun
semangat bahwa agama tidak sebatas ritual saja. Akan tetapi, akan
membangun toleransi, menjunjung kebenaran, dan keadilan. Dengan
hal ini, agama berfungsi sebagai media penyadaran.
C. Penutup
13
Nawawi Imam, Mukhtashor Riyadhush Sholihin, (Penerbit Irsyad Baitus Salam,
Bandung, 2008.), h. 145

31
1. Kesimpulan
Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru biasa disebut
sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib.
Keutamaan dan kemulian seorang guru bukan terletak pada jabatan profesi
gurunya, melainkan terletak pada tugas mulia yang diembannya. Tugas
yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas seorang Rasul
yakni menyampaikan risalah kenabian kepada manusia yang kemudian
tugas itu dilanjutkan oleh umat manusia sebagai warasat al anbiya, yang
pada hakekatnya mengemban misi rahmatan li al ‘alamin, yakni suatu misi
yang mengajak umat manusia untuk senantiasa tunduk dan beribadah
kepada Allah SWT.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat
3 ada tiga peranan guru yaitu:
a. sebagai pengajar; 
b. sebagai pembimbing; 
c. sebagai administrator kelas.
Guru juga merupakan sebuah public figure yang akan dijadikan
panutan pelajarnya maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.
Pembinaan dan pembimbingan murid dari guru yang berakhlak luhur
sangat menentukan terbentuknya perilaku sebagai pencerminan dari al
akhlak al-karimah.Guru/Pendidikan mempertanggungjawabkan atas segala
tugas yang dilaksanakannya kepada Allah SWT.
Sifat guru yang tergambar dalam hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Imam Ad-Daramiy adalah menerangkan untuk takut
kepada Allah, tidak sombong, dzikir, serta memohon ampun kepada Allah.

2. Saran
Sayogianya, Menjadi seorang guru harus mempunyai 3 ciri aspek
yang dibangaun, yaitu berpandangan bahwa menjadi seorang guru adalah

32
suatu tuntutan agama serta menitik beratkan pada nilai pengabdian. Seperti
yang dikatakan S. Nasution, guru  tidak boleh dalam keadaan stagnasi
pada ruang lingkup keintelektualan, metode dan lain sebagainya yang itu
tidak memberikan sebuah konstribusi pada nilai pengembangan. Seorang
guru juga harus mempunyai sifat profesional dalam segala hal. Misalnya
dari segi sifat, keilmuan, DLL.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata.. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Interpratama. 2008

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media,


1998.
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004.
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Melton Putra, 1988.
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remadja
Karya, 1998.
Nawawi Imam, Mukhtashor Riyadhush Sholihin, Penerbit Irsyad Baitus Salam,
Bandung, 2008.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.
Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1996.
Zakiyah Darajat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008.

34

Anda mungkin juga menyukai