Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ASAM - BASA

Dosen Pengampu : 1. Dra. Bina Lohita S., M.Pd., M.Farm., Apt.


2. Dra. Trirakhma Sofihidayati, M.Si.
3. Dra. Eka Herlina M.Pd.
4. Nhadira N, M.KM., Apt.
5. Cantika Zaddana, S.Gz., M.Si.
6. Usep Suhendar, M.Si.
7. Rikkit S.Farm

Asisten Dosen : Khoerul Akbar 066118203


Nama penyusun : Agris Aprian 066120190
Kelas : 1F Farmasi
Kelompok : 10
Anggota kelompok : 1. Kristo Mualdo 066120181
2. Agris Aprian 066120190
3. Mutiara Nur Fathin 066120205

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui sifat keasaman dengan indicator kertas lakmus
2. Mengetahui ukuran keasaman (pH) larutan asam basa
3. Mengidentifikasi sifat asam dan basa bahan kimia dalam kehidupan sehari-
hari
1.2 Dasar Teori
TEORI ASAM – BASA ARRHENIUS
Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883) yaitu bahwa
senyawa ionik dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya. Menurut
Arrhenius:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air
HCl (aq) → H+ (aq) + Cl - (aq)
• Basa : zat/senyawa yang dapat menghasilkan OH - dalam air
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH - (aq)
• Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan
garam:
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (ℓ)
H+ (aq) + OH - (aq) → H2O (ℓ)
Keterbatasan Teori Arrhenius
Asam klorida dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun
amonia. Pada kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan hasil reaksi yang jernih
yang dapat dikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium klorida maupun
amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan reaksi yang sangat mirip. Reaksi
yang terjadi adalah:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)
Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion hidrogen
dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai dengan teori asam-
basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan asam klorida, tidak
terdapat ion hidroksida.
Kita bisa mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air menghasilkan ion
amonium dan hidroksida, menurut reaksi sebagai berikut:
NH3 (aq) + H2O (l) ↔ NH4+ (aq)+ OH- (aq)
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel, dan dalam larutan amonia pekat
tertentu, sekitar 99% amonia tetap berada sebagai molekul amonia. Meskipun demikian,
ion hidroksida tetap dihasilkan, walau dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan
demikian kita bisa mengatakan bahwa reaksi tersebut sesuai dengan teori asam-basa
Arrhenius.
Tetapi pada saat yang bersamaan, terjadi reaksi antara gas amonia dengan gas
hidrogen klorida.
NH3 (g) + HCl (g) → NH4Cl (s)
Dalam kasus reaksi di atas, tidak dihasilkan ion hidrogen ataupun ion
hidroksida, karena reaksi tidak terjadi dalam larutan. Teori Arrhenius tidak
menggolongkan reaksi di atas sebagai reaksi asam-basa, meskipun faktanya, reaksi
tersebut menghasilkan produk yang sama manakala kedua senyawa tersebut dilarutkan
dalam air.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius adalah
bahwa reaksi asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus, aq) dan asam-
basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH- .
TEORI ASAM – BASA BRONSTED-LOWRY
Pada tahun 1923, Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas Lowry (Inggris)
mempublikasikan tulisan yang mirip satu-sama lain secara terpisah. Pendekatan teori
asambasa Bronsted-Lowry tidak terbatas hanya pada larutan berair, tetapi mencakup
semua sistem yang mengandung proton (H+ ).
Menurut Bronsted-Lowry:
• Asam: zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+ ) bisa berupa kation
atau molekul netral.
• Basa: zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+ ), bisa berupa anion atau
molekul netral.
Kata kunci teori asam-basa Bronsted-Lowry: transfer proton dari asam ke basa.
Mengacu teori asam-basa Bronsted-Lowry akan terjadinya transfer proton,
maka dikenal istilah pasangan asam – basa konjugasi.
HCl + NH3 → NH4+ + Cl-
asam 1 basa 1 asam 2 basa 2
BAB II
METODE KERJA
2.1.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Plat tetes
2.1.2 Bahan
1. Kertas lakmus biru
2. Kertas lakmus merah
3. Larutan CH3COOH 0,1% (asam asetat)
4. Larutan HCl 0,1% (asam klorida)
5. Larutan NaCl 0,1% (natrium klorida)
6. Larutan NaOH 0,1% (natrium hidroksida)
2.2 Cara Kerja
a) Buat 4 potongan kecil kertas lakmus biru dan merah. Letakan pada plat
tetes masing-masing satu potongan kertas.
b) Diteteskan 3 tetes larutan HCl masing-masing pada kertas lakmus
merah dan biru kemudian amati. Hasil dari pengamatan menunjukan
kertas akan berwarna merah, karena HCl bersifat asam.
c) Diteteskan 2 tetes larutan NaOH masing-masing pada kertas lakmus
merah dan biru kemudian amati. Hasil dari pengamatan menunjukan
kertas akan berwarna biru, karena NaOH bersifat basa.
d) Diteteskan 2 tetes larutan NaCl masing-masing pada kertas lakmus
merah dan biru, kemudian amati. Hasil dari pengamatan menunjukan
akan netral, karena NaCl bersifat garam.
e) Diteteskan 2 tetes larutan CH3COOH masing-masing pada kertas
lakmus merah dan biru kemudian amati. Hasil dari pengamatan
menunjukan kertas akan berwarna merah, karena CH3COOH bersifat
asam.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
SAMPEL LAKMUS MERAH LAKMUS BIRU KETERANGAN
HCl MERAH MERAH Kertas lakmus merah
akan tetap berwarna
merah, sedangkan kertas
lakmus biru akan
berubah warna merah.
Dikarenakan larutan HCl
bersifat asam.
NaOH BIRU BIRU Kertas lakmus merah
akan berubah warna
menjadi biru, sedangkan
kertas lakmus biru tetap
bewarna biru.
Dikarenakan larutan
NaOH bersifat basa.
NaCl MERAH BIRU Kertas lakmus tetap
netral atau tidak berubah
warna. Dikarenakan
larutan NaCl bersifat
garam.
CH3COOH MERAH MERAH Kertas lakmus merah
akan tetap berwarna
merah, sedangkan kertas
lakmus biru akan
berubah warna merah.
Dikarenakan larutan
CH3COOH bersifat
asam.

3.2 Perhitungan
-
3.3 Reaksi
-
3.4 Pembahasan
• Perbedaan cara menentukan asam basa dengan menggunakan kertas lakmus,
pH indicator dan pH meter.
Menggunakan kertas lakmus :
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan
bersifat netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah
dan lakmus biru.
Menggunakan kertas lakmus, hanya dengan mencelupkan kertas
lakmus kedalam sampel nya kemudian amati perubahan nya. Jika kertas
lakmus merah setelah dicelupkan kedalam sampel berubah warna menjadi
biru maka sampel tersebut bersifat basa. Jika tidak terjadi perubahan maka
sampel termasuk asam. Pada kertas lakmus biru, jika terjadi perubahan warna
maka sampel bersifat asam, jika tidak terjadi perubahan maka termasuk basa.
Menggunakan kertas indikator pH :
Indikator asam-basa (disebut juga Indikator pH) adalah senyawa
halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel,
umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi
pH larutan tersebut. Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral
adalah 7,0. Di bawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai
tersebut larutan dikatakan basa.
Cara kerja lakmus yaitu akan berubah warna jika dicelupkan kedalam
larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH
dalam larutan yang ada. Nilai pH ditunjukkan dengan skala secara sistematis
dengan nomor 0-14.
Menggunakan pH Meter :
Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel
maka akan semakin bernilai asam sebaliknya jika semakin sedikit elektron
maka akan semakin bernilai basa, karena batang pada pH meter berisi larutan
elektrolit lemah.
Berdasarkan cara pembacaannya, pH meter dibagi menjadi 2 jenis
yaitu pH meter digital dan pH meter analog. PH Meter Digital adalah pH
meter yang dengan otomatis akan menampilkan angka hasil pengukuran pH
ke layar digital. Sedangkan pH meter analog adalah pH meter yang
pembacaannya masih menggunakan jarum penunjuk untuk menentukan hasil
pengukuran.
Dalam pembacaan hasil pengukuran, pH meter digital memiliki
tingkat keakuratan yang lebih tinggi dibanding dengan ph meter analog,
karena Ph meter digital langsung menunjukan angka yang dapat dibaca
dengan jelas oleh pengguna.
• Mekanisme kerja pH Meter
Prinsip/cara kerja pada alat ini sesuai dengan elektro kimia diantara
larutan yang ada di dalam gelas elektro yang telah diketahui oleh larutan pada
gelas yang belum diketahui. Elektroda dalam gelas akan mengukur potensial
atas elektro kimia dari suatu ion hidrogen. Ion tersebut digunakan dalam
melengkapi sebuah alur elektrik yang dibutuhkan pada elektroda pembanding.
Sesudah menggunakan alat ini sebaiknya bersihkan probe dengan air
suling/destilasi/aquades. Tujuannya untuk membuang semua bekas solution
yang sudah diukur. Jika tidak dibersihkan solution tersebut akan berpengaruh
pada pembacaan sebelumnya. Jadi angka yang ditampilkan tidak valid.
Setelah dibersihkan, sebaiknya dilap dengan tisu. Kemudian simpan alat
setelah digunakan. Sebaiknya saat disimpan, jaga kelembaban pada probe.
Probe juga harus berada di dalam keadaan basah.
Komponen ph meter :
a) Elektrode kaca
Elektrode kaca berfungsi sebagai salah satu kutub di antara dua
elektrode ph meter yang tercelup ke dalam larutan. Pada ujung
elektrode ini terdapat bulb yang berfungsi sebagai tempat terjadinya
pertukaran ion positif (H+). Pertukaran ion yang terjadi menyebabkan
adanya perbedaan beda potensial di antara dua elektrode, sehingga
pembacaan potensiometer akan menghasilkan positif atau negatif. Jika
larutan bersifat netral, maka potensiometer tidak membaca adanya
perbedaan potensial di antara kedua kutub (pH=7). Sedangkan jika
larutan bersifat asam, maka potensial elektrode kaca menjadi lebih
positif daripada elektrode referensi. Pada kondisi ini, potensiometer
membaca negatif yang akan diartikan oleh sistem sebagai pH<7. Dan
jika larutan bersifat basa, maka elektrode kaca akan memiliki potensial
yang lebih rendah daripada elektrode referensi. Pada kondisi ini
pembacaan pH menjadi lebih besar daripada angka 7.
b) Elektrode referensi
Electrode referensi berfungsi sebagai kutub lain selain elektrode kaca
sehingga diantara keduanya, yang terendam larutan tertentu, terbentuk
rangkaian listrik. Elektrode ini didesain memiliki nilai potensial yang
tetap pada kondisi larutan apapun. Sehingga arah aliran listrik yang
terjadi hanya tergantung dari lebih besar atau lebih kecilnya potensial
elektrode kaca terhadap elektrode referensi.
c) Termometer
Sensor temperatur menjadi satu komponen wajib pH meter, karena
nilai pH sangat dipengaruhi oleh temperatur larutan. Pada pH larutan 7
(netral), perubahan temperatur tidak berpengaruh terhadap nilai
tersebut. Namun jika larutan bersifat asam atau basa, pembentukan ion
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Dan karena pembacaan pH
distandardisasi pada temperatur ruang 25°C, maka keberadaan sensor
temperatur sangat krusial untuk mendapatkan pembacaan pH meter
yang akurat.
d) Amplifier
Setiap pH meter selalu membutuhkan penguat voltase atau dikenal
dengan amplifier Voltase yang dihasilkan oleh dua elektrode pH meter
terlalu rendah yakni hanya sekitar 60 mV untuk setiap tingkatan nilai
pH. Jika pada pH netral (=7) beda potensial antar elektrode kaca
dengan referensi sama dengan nol, maka besar voltase yang dihasilkan
oleh keduanya pada nilai pH terendah hingga tertinggi (0≤pH≤14)
adalah di antara angka -350 mV hingga +350 mV. Agar voltase ini
dapat diproses di mikrokontroler, maka harus diperkuat oleh amplifier.
Sebagai contoh pada salah satu tipe amplifier pH meter, amplifier ini
akan memperkuat voltase menjadi pada rentangan 0 hingga 14 V.
Sehingga jika potensiometer membaca nilai 4,5 V, maka pH larutan
yang diukur adalah 4,5.
e) Mikroprosesor
mikroprosesor pada pH meter berfungsi untuk menterjemahkan nilai
voltase yang dikirim oleh amplifier menjadi nilai pH. Perhitungan
kompensasi nilai temperatur larutan terukur, juga dihitung oleh
mikroprosesor ini. Mikroprosesor juga memproses semua opsi input
yang ada pada pH meter. Hasil dari pemrosesan mikroprosesor ini
ditampilkan pada layar LCD pH meter.
• Larutan buffer pada pH meter digunakan untuk kalibrasi, Tujuan
dilakukannya kalibrasi yaitu untuk agar hasil yang diukur akurat. Selain itu
juga bertujuan untuk nilai kebenaran atas menyimpangan nilai konvensional
dengan menunjukkan suatu instrumen ukur.
Kalibrasi bermanfaat untuk menjaga alat ukur dengan bahan yang
akan diukur tetap sesuai dengan spesifikasinya. Sehingga dapat mengetahui
perbedaan antara harga yang di tunjukan oleh alat pH tersebut dengan harga
yang sebenarnya. Tak hanya itu kalibrasi juga bermanfaat mendukung sistem
kualitas yang dikeluarkan oleh suatu industri yang memproduksi alat tersebut.
• Disosiasi adalah reaksi penguraian suatu senyawa menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Disosiasi merupakan reaksi kesetimbangan, sedangkan besarnya
fraksi zat yang terdisosiasi dinyatakan dengan derajat disosiasi (α). Derajat
disosiasi adalah perbandingan antara jumlah zat yang terdisosiasi dengan
jumlah zat semula. Derajat disosiasi dapat berupa angka desimal atau berupa
persentase.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Asam - Basa maka dapat disimpulkan bahwa :


• Berdasarkan praktikum cara menentukan asam-basa/pH dapat menggunakan
media kertas lakmus merah-biru, indikator pH, atau pH meter.
• Pengukuran menggunakan pH meter adalah media yang paling akurat
dibandingkan dengan lainnya.
• Garam dapat dibuat dengan mereaksikan suatu logam dengan asam kuat yang
encer atau mereaksikan antara asam dengan basa. Reaksi asam dengan basa
disebut reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi menghasilkan senyawa yang
disebut garam.
DAFTAR PUSTAKA

Kotz., John.C, Purcel, K.F., 1987, Chemistry and Chemical Reactivity, Saunders
College Publishing, New York, USA
Oxtoby, D.W., 2002, Principles of Modern Chemistry, Nelson Thomson Learning
Inc, Toronto, Canada.
Shriver, D.F., Langford, C.H., Atkins, P.W., 1990, Inorganic Chemistry, Oxford
University Press, New York, USA

Anda mungkin juga menyukai