PEMBAHASAN
• L—Look externally: Yang dievaluasi adalah dengan melihat seluruh bagian wajah.
Adanya hal-hal yang menyebabkan pasien membutuhkan tindakan ventilasi atau
intubasi dan evaluasi kesulitan secara fisik. Pada umumnya jika jalan napas terlihat
sulit, maka kesulitan jalan napas benar terjadi. Perhatikan apakah pasien memiliki
leher pendek, trauma wajah, gigi yang besar, kumis atau jenggot tebal, dan lidah yang
besar.
• E—Evaluate 3-3-2: Langkah ini merupakan gabungan dari buka mulut dan ukuran
mandibula terhadap posisi laring. Penentuan jarak anatomis menggunakan jari sebagai
alat ukur untuk mengetahui seberapa besar pembukaan mulut dan ukuran mandibula
dengan posisi laring pada leher dalam memungkinkan keberhasilan visualisasi glotis
dengan laringoskopi langsung. 3: Kecukupan akses oral. Jarak interincisor 3 jari
pasien. Mulut harus terbuka secara memadai untuk memungkinkan visualisasi
melewati lidah ketika laringoskop dan tabung endotrakeal berada dalam rongga mulut.
3: Kapasitas ruang mandibula untuk memuat lidah ketika laringoskopi. Jarak
mentothyoid 3 jari pasien. Mandibula harus memiliki ukuran (panjang) yang cukup
untuk memungkinkan lidah tergeser sepenuhnya ke dalam ruang submandibular. 2:
Mengidentifikasi letak laring berkaitan dengan dasar lidah. Jarak thyrothyoid 2 jari
pasien. Glottis harus terletak pada jarak yang cukup caudal ke pangkal lidah yang
merupakan garis pandang langsung dari luar mulut ke pita suara.
1
Skoring Mallampati adalah suatu sistem yang didasarkan pada anatomi mulut dan
pandangan dari berbagai struktur anatomi apabila seseorang membuka mulut selebar
mungkin. Penilaian dilakukan dalam posisi duduk dan tidak dapat dilakukan dalam
keadaan darurat. Skor kelas I diartikan mudah, dan kelas IV adalah yang paling sulit.
5,6,7
Kelas I dan II merupakan bentuk yang paling mudah untuk dilakukan intubasi
dibandingkan kelas III dan IV, kelas III dan IV merupakan kelas yang paling sulit
untuk dilakukan intubasi. Untuk menghindari hasil positif palsu atau negative palsu,
tes ini sebaiknya di ulang sebanyak dua kali.
2
sulit. Mobilisasi leher dapat dinilai dengan Ekstensi sendi atlanto - oksipital yaitu
posisi leher fleksi dengan menyuruh pasien memfleksikan kepalanya kemudian
mengangkat mukanya, hal ini untuk menguji ekstensi daripada sendi atlanto - oksipital.
Aksis oral, faring dan laring menjadi satu garis lurus dikenal dengan posisi Magill.
Ektensi leher "normal" adalah 35o (The atlantooksipital/ A-O joint). Keterbatasan
ektensi sendi terdapat pada spondylosis, rheumatoid arthritis, dan pasien dengan gejala
yang menunjukkan kompresi saraf dengan ekstensi servikal.
3
4