Anda di halaman 1dari 9

Tanggal Pengumpulan Nilai:

La

Laporan Praktikum Hidrologi I


Menghitung Curah Hutan Metode Aritmatika
Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

Disusun Oleh:

Dian Putri 20045045

Program Studi PendidikanGeografi


Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang
Oktober 2021
A. Definisi Presipitasi
1. Pengertian Presipitasi
Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air, dan
merupakan sumber utama air tawar di bumi ini. Hujan (presipitasi) merupakan
fenomena hidologi yang berlangsung pada lapisan atmosfer yang berkaita
dengan fenomena meteorologi.
2. Pola Presipitasi
1. Lintang 30° LU - 30°LS
 Zona 1 : dekat equator, zona pertemuan angin pasat timur laut dan
tenggara. Hampir sepanjang tahun menerima hujan.
 Zona 2 : lintang 5° - 20°LU dan LS. CH bersifat musiman, jumlah CH
< zona 1
 Zona 3 : CH rendah
 Zona 4 : CH sedikit
2. Lintang 30° - 40° LU/LS
 Zona 5 dan 6: diantara zona konvergensi lintang menengah dan zona
angin baratan antisiklon subtropis. hujan Sangat sedikit di musim
panas, cukup banyak di musim dingin.
3. Lintang di atas 40°LU/LS
 Zona 7: CH pada semua musim tapi lebih banyak pada musim panas.
 Zoana 8: CH jarang sepanjang musim, CH maksimum terjadi pada
bulan terpanas karena uap air lebih banyak.

3. Tipe Presipitasi di Indonesia


Berdasarkan pola umum terjadi, curah hjan di Indonesia dapat dibedakan
menjadi 3 tipe yakni tipe ekuatorial, tipe muson, dan tipe lokal.
1. Tipe Ekkuatorial
Tipe ini berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke
arah utara dan selatan mengikuti pergerakan semu matahari. Zona
kinvergensi ini merupakan pertemuan dua massa udara (angin) yang
berasal dari dua belahan bum, kemuadian udaranya bergerak ke atas.
Angin yang bergerak menuju satu titik dan kemudian bergerak ke atas
diisebut konvergensi, dan tempat terjadinya konvergensi disebut
daerah konvergensi. Posisnya relatif sempit dan berada pada lintang
rendah dan dikenal dengan nama Inter-tropical Convergence Zone
(ITCZ) atau Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
Secara umum wilayah Indonesia yang berada di sekitar
Ekuator pada tempat-tempat yang bertepatan dengan dicirikan musim
kemarau yang singkat dan musim hujan yang panjang, serta dua kali
maksimum curah hujan bulanan dalam setahun. Musim kemarau akan
berangsur-angsur akan lebih panjang untuk wilayah yang lebih jauh
dari garis ekuator ke arah selatan dan tenggara.
Pola curah hujan yang memiliki 2 kali maksimum curah hujan
bulanan dalam kurun waktu setahun disebut pola bimodal. Di
Indonesia, curah hujan yang mengikuti pola ini terjadi di sebagian
besarwilayah Sumatera dan Kalimantan.
2. Tipe Monsun
Curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsun yang
bergerak oleh adanya tekanan tinggi dan tekanan rendah di benua
Asia dan Australia secara bergantian. Dalam bulan Desember-
Januari-Februari di belahan bumi Utara terjadi musim dingin akibatnya
terjadi tekana tinggi di belahan benua asia, sedangkan di belahan
bumi Selatan pada waktu yang sama terjadi musim panas, akibatnya
terjadi tekanan rendah di benua Australia. Oleh karena itu terdapat
perbedaan tekanan udara di kedua benua tersebut, maka pada
periode Desember-Januari-Februari bertiup angin dari tekanan tinggi
menuju ke tekanan rendah, angin in disebut Monsun barat atau
Monsun Barat Laut.
Dalam bulan Juni-Juli-Agustus terdapat tekanan rendah di
Asia dan tekanan tinggi di Australia, maka pada periode ini angin
bertiup dari tekanan tinggi di Australia menuju tekana rendah di Asia,
angin ini disebut Monsun Timur atau Monsun Tenggara.
Monsun barat biasanya lebih lembab dan banyak
menimbulkan hujan dari pada monsun timur. Perbedaan banyaknya
curah hujan yang disebabkan oleh kedua monsun tersebut karena
perbedaan sifat kejenuhan dari keduan massa udara (angin) tersebut.
Tipe hujan monsun di Indonesia dicirikan dengan adanya
perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim
kemarau dalam satu tahu. Tipe hujan ini terjadi di wilayah Indonesia
bagian selatan, seperti di ujung Pulau Sumatera bagian Selatan,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
3. Tipe Lokal
Pola curah hujan tipe lokal dicirikan dengan besarnya
pengaruh kondisi lingkungan fisik setempat, misalnya bentangan
perairan atau lautan, pegungungan yang tinggi, serta pemanasan
lokal yang intensif. Pola lokal hanya terjadi satu kali maksimum curah
hujan bulanan dalam waktu satu tahun dan adanya beberapa bulan
kering dalam yang bertepatan dengan bertiupnya angin muson barat.
Lokasi sebarannya meliputi Papua, Maluku, dan sebagian Sulawesi.
Jumlah curah hujan rata-rata yang turun di berbagai tempat di
wilayah indonesia dalam setahun berkisar antara 500mm sampai
5000mm. banyak sedikitnya curah hujan juga dipengaruhi oleh letak
ketinggian suatu tempat, yakni tempat-tempat yang letaknya di pantai
barat atau selatan yang langsung menghadapi angin barat memiliki
curah hujan yang besar.
4. Perhitungan Curah Hujan dengan metode Aritmatika
Matode aritmatika merupakan rata-rata dari penjumlahan seluruh alat
pengukur curah hujan dalam periode waktu hujan tertentu dan dengan jumlah
alat pengukur yang ada. Teknik pengukuran ini dianggab sebagai teknik
pengukuran yang paling mudah. Namun pengukuran aritmatika ini perlu
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu lokasi alat pengukur curah hujan,
harus tersebar merata dan daerah pengukuran harus seragam dalam hal
ketinggian.
Rumus metode aritmatika sebagai berikut:
keterangan : P : curah hujan rata-rata (mm/bulan)
P1 : curah hujan hari-1 (mm/bulan)
N : banyak stasiun

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Kalkulator
b. Bahan
1. Buku & Alat Tulis
2. Data Curah Hujan Kabupaten/Kota saudara selama lima-sepuluh tahun

Data Curah Hujan Bulanan (mm/bulan)

Nama Stasiun Kaligending


No Stasiun K.11c Elevasi + 25 m
No In Database Tipe alat manual
Lintang Selatan -7.34,91 Pemilik
Bujur Timur 109.40,58 Operator

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Total
(mm/th
n)
2009 474 354 254 326 268 97 15 2 15 228 471 358
2010 480 663 516 238 604 173 149 68 655 576 523 499
2011 278 465 520 379 400 0 0 0 0 74 650 660
2012 608 437 339 284 249 12 0 0 0 273 709 597
2013 614 233 219 425 267 365 374 0 0 85 260 614

Gambar 1. Data curah hujan stasiun Kaligending.


Data Curah Hujan Bulanan (mm/bulan)

Nama Stasiun Pejengkolan


No Stasiun Elevasi
No In Database Tipe alat
Lintang Selatan -7,661669 Pemilik
Bujur Timur 109,772174 Operator

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Total
(mm/th
n)
2009 336 340 105 281 126 18 29 0 9 75 369 245
2010 367 276 256 133 512 153 211 9 400 1003 445 277
2011 319 392 314 309 251 0 0 0 8 11 383 660
2012 329 287 261 132 160 4 4 0 0 221 389 404
2013 617 195 213 344 331 229 91 0 6 194 338 338

Gambar 2. Data curah hujan stasiun Pejengkolan

Data Curah Hujan Bulanan (mm/bulan)

Nama Stasiun Karangsambung


No Stasiun K.8a Elevasi + 60 m
No In Database Tipe alat manual
Lintang Selatan -7,522157 Pemilik
Bujur Timur 109,664542 Operator

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Total
(mm/th
n)
2009 390 475 372 403 294 77 16 2 50 304 469 225
2010 516 791 527 299 726 218 133 69 754 564 441 638
2011 352 336 501 364 360 0 0 0 0 286 631 429
2012 552 382 269 442 306 20 4 1 0 246 847 688
2013 691 313 207 370 199 319 210 0 4 169 256 593

Gambar 3. Data curah hujan stasiun Kerangsambung


C. Langkah Kerja
Perhitungan curah hujan dengan metode Aritmatika berdasarkan menghitung
rerata curah hujan pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan daerah.
Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun pencatat hujan dijumlahkan
kemudian dibagi sesuai dengan jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan biasanya
berada dalam suatu DAS. Tetapi stasiun yang berapa di luar DAS yang masih
berdekatan masih bisa diperhitungkan (Triatmojo, 2013). Perhitungan curah hujan
rerata diberikan:

Langkah Kerja metode ini adalah:


1. Carilah data sekunder curah hujan di suatu Kabupaten/Kota. Pastikan semua
stasiun terdata lengkap.
2. Data yang diperoleh usahakan memiliki rentangan curah hujan 5 sampai 10
tahun terakhir. Hal tersebut dimaksudkan supaya data lebih detail.
3. Hitunglah data sesuai dengan rumus.
4. Buatlah grafik curah hujan yang membandingkan tahun dan volume curah hujan.
5. Simpulkan praktikum yang telah dilakukan

D. Hasil Perhitungan
1. Rerata masing Curah Hujan di Stasiun Kaligending,Stasiun Pejengkolan, dan
Stasiun Kerangsambung pada Tahun 2009 sampai dengan tahun2013.

Rerata Hasil Curah Hujan dari ke-3 Stasiun Pemantauan

Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2009 400 389,6 243,6 336,6 229,3 64 20 1,3 24,3 202 436,3 276
,3
2010 412,3 488,6 433 223,3 614 544 164, 146 603 714 469,6 471,3
3 ,3
2011 306 397,6 451,6 350,6 337 0 0 0 2,6 123 554,6 583
,6
2012 496,3 368,6 318 286 238,3 12 2,6 0,3 0 246 648,3 563
,6
2013 640,6 247 213 388,6 189,3 301 225 0 3,3 149 284,6 515
,6

2. Curah Hujan Aritmatik pada Kabupaten Kebumen


Rata-rata Curah Hujan
Kabupaten Kebumen
800
700 714.3
648.3 640.6
600 614
603 583 563
544 554.6
500 496.3 515
488.6
471.3
469.6
436.3 433 451.6
400400
389.6 412.3 397.6 388.6
350.6 368.6
336.6 337 318
300276 308 288 301
284.6
243.6
229.3 223.3 246.6
238.3 247
225
202.3
200 213
189.3
164.3
146 149.6
100 123.6
64
20
01.3 2.6
0 12
2.6
0.3
0 3.3
0
2009 2010 2011 2012 2013

JAN FEB MAR APR MEI JUN


JJUL AGS SEP OKT NOV DES

E. Pembahasan dan Analisis


Pada pratikum ini yaitu menghitung rerata curah hujan pada Kabupaten
Kebumen denga memanfaatkan 3 stasiun pemantauwan yaitu; Stasiun Kaligending,
Stasiun Karangsambung, dan Stasiun Pejengkolan. Metode yang digunakan pada
pratikum adalah metode aritmatik yang mana metode ini lebih sederhana dan dapat
dipahami, akan tetapi metode aritmatika ini tidak memberikan hasil yang teliti
mengingat tinggi curah hujan yang sesungguhnya tidak mungkin benar-benar merata
pada seluruh DAS.
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan memcari data curah hujan terlebih
dahulu, kemudian setelah data di dapatkan perhitungan pun akan dilakukan. Dalam
perhitungan menggunakan metode aritmatika dilakukan dengan cara mencari rata-
rata hujan didalam suatu daerah yang terdapaat pada tabel dari semua stasiun
kemudian dibagi dengan jumlah stasiun yang ada. Dari data tersebut didapat
hasilnya seprti pada tabel 1. Dari tabel tersebut sudah dijabarkan rerata curah hujan
bulanan dan rerata curah hujan tahunan dari ketiga stasiun yang didapat.
Dari penghitungan tersebut dapat kita analisis bahwa pada tahun 2009 curah
hujan di Kabupaten Kebumen paling tinggi berkisar antara 400-464 mm dan yang
paling rendah berkisar antara 64-1,3 mm ini hampir tidak terjadi hujan beberapa
bulannya. Pada tahun 2010 di Kabupaten Kebumen curah hujan paling tinggi
berkisar antara 600-714 mm, ini pada tiap bulannya terjadi hujan dan untuk curah
hujan paling rendah berkisar antara 164-146 mm ini dalam tiap bulannya ada terjadi
hujan walaupun tidak telalu lebat.
Tahun 2011 curah hujan berkisar antara 451-583 mm dan yang paling rendah
antara 123-0 mm ini dalam beberapa bulan ada yang tidak terjadi hujan sama sekali.
Tahun 2012 curah hujan berkisar antara 563-680 mm dikategorikan terdapat hujan
dalam beberapa bulab berturut-turut. Untuk curah hujan paling rendah berkisar 12-0
mm terdapat dalam beberapa bulan tidak hujan. Tahun 2013 curah hujan berkisar
antara515-640 mm dan yang paling rendah berkisar 149-0.
Dapat disimpulkan curah hujan dalam kurun 5 tahun di Kabupaten Kebumen
paling tinggi berkisar antara 500-700 mm, dalam curah hujan yang seperti ini
termasuk hujan deras dan dapat menggenangi wilayah tertentu di Kabupaten
Kebumen. Dan yang paling rendah 123-0 hampir tidak ada hujan.

F. Kendala dalam Praktikum


Kendala yang dihadapi dalam pratikum ini yaitu dalam mengakses atau
mencari data sekunder curah hujan di Kabupaten Kebumen ini kesulitan untuk
mengakses situ data online bmkg sehingg tidak bisa di buka. Selain itu dalam proses
menghitung data ada sedikit keraguan dengan hasilnya, akan tetapi saya percaya
dengan hasil yang saya dapakan ini.
G. Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pratikum kali ini mengenai perhitungan
curah hujan rata-rata di Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut.
1. Cara penghitungan curah hujan dalam pratikum ini menggunakan metode
artimatik, yang mana metode ini sangat sederhana tapi membutuhkan ketelitian
dalam menghitung data agar lebih akurat.
2. Hasil dari perhitungan menggunakan metode aritmatika diperoleh hasil dalam
kurun 5 tahun di Kabupaten Kebumen paling tinggi berkisar antara 500-700 mm,
dalam curah hujan yang seperti ini termasuk hujan deras dan dapat
menggenangi wilayah tertentu di Kabupaten Kebumen, dan yang paling rendah
123-0 hampir tidak ada hujan.

Daftar Pustaka
Tikidi. 2010. Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Geografi. 7 (2):137-145.

Salsabila, Annisa & Irma, Nugraheni,L. 2013. Pengantar Hidrologi. Bandar Lampung: Aura.

Anda mungkin juga menyukai