Laporan Pod Uir Ipf2018
Laporan Pod Uir Ipf2018
Puji dan Syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengembangan Lapangan Perkutut ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Dokumen ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti
kompetisi Plan of Development (POD) yang diselenggarakan oleh Universitas
Islam Riau, Pekanbaru dalam rangkaian acara Intellectual Petroleum Festival
(IPF) 2018.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada
semua pihak khususnya kepada Tim POD UIR, Tim Pembimbing POD UIR atas
segala bantuan, dukungan dan kerja samanya yang baik dalam penyediaan data,
diskusi, saran serta monitoring kualitas (quality control) pengolahan data POD
selama ini sehingga studi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada
di laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi pembuatan laporan yang lebih baik kedepan.
Harapan kami semoga hasil studi ini bisa bermanfaat untuk Studi POD dan bisa
menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang membaca.
Tim Penulis
Director Of Geological
Director of Reservoir
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTRA NAMA TIM ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xxi
BAB I EXCECUTIVE SUMMARY...................................................................... 1
BAB II KAJIAN GEOLOGI............................................................................... 3
2.1 GEOLOGI REGIONAL .................................................................. 3
2.1.1 Kerangka Tektonik.................................................................. 5
2.1.2 Fisioterapi Cekungan .............................................................. 10
2.2 INTERPRETASI DATA SUMUR ................................................... 22
2.2.1 Identifikasi Reservoir ............................................................. 22
2.2.2 Interpretasi Peta Kedalaman ................................................... 23
BAB III DESKRIPSI RESERVOIR ................................................................... 29
3.1 Initial Reservoir Condition .............................................................. 30
3.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir ............................................................. 30
3.3 Sifat Fisik Batuan Reservoir ............................................................ 36
3.4 Well Test Analysis............................................................................. 43
3.5 Drive Mechanism ............................................................................. 43
BAB IV CADANGAN DAN PERAMALAN PRODUKSI ............................... 45
4.1 Original Gas In Place...................................................................... 45
4.2.1 Perhitungan OGIP Volumetrik Lapangan Gas Patin ............... 45
4.2.2 Hasil Perhitungan Volume Bulk ............................................. 45
4.2 Deskripsi Model ............................................................................... 47
BAB V PEMBORAN DAN KOMPLESI ........................................................... 54
5.1 Pendahuluan..................................................................................... 54
5.2 Geological Prognosisi ..................................................................... 55
5.2.1 Formasi BatuRaja ................................................................... 55
Lapanga
n Patin
Gambar 2.4 Fase Kompresi Miosen Tengah Sampai Sekarang dan Elipsoid
Model
Jenis struktur yang umum dijumpai di Cekungan Sumatera Selatan ini terdiri
dari lipatan, sesar dan kekar. Struktur lipatan memperlihatkan orientasi
Baratlaut-Tenggara, melibatkan sikuen batuan berumur Oligosen-Plistosen
(Gafoer dkk., 1986). Sedangkan sesar yang ada merupakan sesar normal dan
sesar naik. Sesar normal dengan pola kelurusan Baratlaut-Tenggara tampak
berkembang pada runtunan batuan berumur Oligosen-Miosen, sedang struktur
dengan arah umum Timurlaut-Baratdaya, Utara-Selatan, dan Barat-Timur
terdapat pada sikuen batuan berumur Plio-Plistosen. Sesar naik biasanya berarah
Baratlaut-Tenggara, Timurlaut- Baratdaya dan Barat-Timur, dijumpai pada
batuan berumur Plio-Plistosen dan kemungkinan merupakan hasil peremajaan
(reactivation) struktur tua yang berupa sesar tarikan (extensional faults).
Struktur rekahan yang berkembang memperlihatkan arah umum Timurlaut-
Baratdaya, relatif tegak lurus dengan “strike” struktur regional atau sejajar
dengan arah pergerakan tektonik (tectonic motion) di Sumatera. Pembentukan
struktur lipatan, sesar, dan kekar di Cekungan Sumatera Selatan memberikan
implikasi yang signifikan terhadap akumulasi sumber daya minyak bumi, gas
alam, batubara, dan panas bumi. Kumpulan struktur lipatan yang membentuk
A. Batuan Pra-Tersier
Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar
cekungan (basement). Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan
metamorf dan batuan sedimen. Batuan Pra-Tersier ini diperkirakan telah
mengalami perlipatan dan patahan yang intensif pada zaman Kapur Tengah
sampai zaman Kapur Akhir dan diintrusi oleh batuan beku sejak orogenesa
Mesozoikum Tengah.
4. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja yang
mana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan
Sumatera Selatan. Formasi Gumai didominasi oleh endapan serpih terutama
di Cekungan Sumatera Selatan dan beberapa lapisan tipis batugamping
(stringer) di daerah Jambi, lapisan vulkanik, serta setempat sisipan batu
lanau dan batu pasir halus, memiliki ketebalan berkisar dari 450–750 m,
pada bagian tengah Sub Cekungan Jambi ketebalannya dapat mencapai
1.735 m, sedangkan di Sub Cekungan Palembang Selatan ketebalannya
dapat mencapai 2.100 m.
5. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras diatas Formasi Gumai
dan merupakan awal terjadinya fasa regresi. Formasi ini terdiri dari batu
petroleum system.
A. Batuan Induk (Source Rock)
Hidrokarbon pada cekungan Sumatera Selatan diperoleh dari batuan
induk lacustrine formasi Lahat dan batuan induk terrestrial coal dan coaly
shale pada formasi Talang Akar. Batuan induk lacustrine diendapkan pada
kompleks halfgraben, sedangkan terrestrial coal dan coaly shale secara luas
pada batas halfgraben. Selain itu pada batu gamping formasi Batu Raja dan
shale dari formasi Gumai memungkinkan juga untuk dapat menghasilkan
hirdrokarbon pada area lokalnya (Bishop, 2001). Gradien temperatur di
cekungan Sumatera Selatan berkisar 49° C/Km. Gradien ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan cekungan Sumatera Tengah, sehingga minyak akan
cenderung berada pada tempat yang dalam. Formasi Batu Raja dan formasi
Gumai berada dalam keadaan matang hingga awal matang pada generasi gas
termal di beberapa bagian yang dalam dari cekungan, oleh karena itu
dimungkinkan untuk menghasilkan gas pada petroleum system (Bishop,
2001).
B. Batuan Reservoir
Pada Cekungan Sumatera Selatan, batuan yang berperan sebagai batuan
reservoir yang mengandung minyak dan gas bumi dijumpai pada hampir di
semua batuan, dari Formasi-formasi Lahat, Talang Akar, Batu Raja,
Gumai/Telisa, Air Benakat, Muara Enim dan bahkan dari batuan dasar Pra-
Tersier (basement). Tetapi pada umumnya sebagai batuan reservoir utama
adalah batupasir dari formasi Talang Akar dan batu gamping dari Formasi
Baturaja. Reservoar utama pada lapangan Patin ini adalah Formasi Batu
Raja. Formasi ini tersebar luas terdiri dari karbonat platforms dengan
ketebalan 20-75 m dan tambahan berupa karbonat build-up dan reef dengan
ketebalan 60120 m. pada bagian atas merupakan zona yang porous
dibandingkan dengan bagian dasarnya yang relatif ketat (tight). Porositas
28
BAB III
DESKRIPSI RESERVOIR
Reservoir gas pada formasi ini terdiri dari batuan . Terdapat beberapa
deskripsi reservoir lapangan gas Patin yang akan dibahas pada bab ini diantaranya
initial reservoir condition, sifat fisik fluida reservoir, sifat fisik batuan reservoir,
well test analysis, dan drive mechanism. Perhitungan mengenai Original Gas In
Place akan dilakukan menggunakan metode volumetrik karena lapangan gas Patin
adalah lapangan eksplorasi dan minimnya data yang tersedia. Sifat-sifat fisik
batuan reservoir diperoleh dengan melakukan Lab Analysis dan menggunakan
korelasi data logging dan coring. Untuk menganalisa core dilaboratorium
digunakan Routin Core Analysis (RCAL) dan Special Core Analysis (SCAL).
Untuk data sifat fisik fluida reservoir dan komposisi fluida didapat dari hasil tes
PVT ,CCE (Constant Composition Expansion) dan CVD (Constant Volume
Depletion) yang dilakukan pada saat fluida pada keadaan separator. Tujuan dari
deskripsi reservoir ini adalah untuk menentukan manajemen reservoir yang paling
optimum sesuai keadaan fisik dari fluida dan batuannya sehingga diperoleh
keuntungan (NPV) maksimum, selain itu perhitungan OGIP juga digunakan
sebagai faktor penentu untuk memproduksi lapangan tersebut.
Secara vertikal batas reservoir sudah diketahui dari peta kontak fluida
(LKG) dan di dapatkan kedalaman Lowest Know Gas (LKG) yaitu 1808 mmstvd.
Data dari soal memberikan OGIP sebesar 148.64 BSCF. Dengan diketahui OGIP
dari lapangan gas Patin diharapkan dapat dilakukan perencanaan manajemen yang
baik untuk mengelola lapangan ini menjadi lapangan yang ekonomis dan
menguntungkan.
porositas, % 24
permeabilitas (k), md 50
O2 0.016 O2 0.016
2. Densitas (ρ)
Dari lapangan gas patin telah dilakukan tes DST untuk sumur patin 2.
Dari hasil tes tersebut didaptkan bahwa Wet gas dilapangan patin memiliki
API 61 dan SG sebesar 0.734. berikut tabel densitas untuk seluruh sumur.
Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa densitas gas pada lapangan
Patin menurun seiring penurunan tekanan.
3. Viskositas
Perhitungan viskositas menggunakan metoda carr kobayashi burrows
correlation. Berdasarkan perhitungan didapat viskositas gas lapangan patin
adalah sebesar 0.0206657 cp menggunakan metoda carr kobayashi burrows.
Selain itu Sampel fluida telah diuji dengan metoda CCE dan didapatkan
grafik seperti dibawah ini:
Dari hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa faktor volume formasi gas
cenderung meningkat, namun tekanan cenderung menurun.
Faktor volume formasi gas didapatkan dari hasil tes CCE pada software
PVTp. Didapatkan grafik FVF seperti berikut:
𝐻𝑉 = ∑ 𝑦𝑖 𝐻𝑉𝑖
1. Logging Analysis
Log analysis adalah analisis data log yang berupa porositas, Sw, gross
thickness dan net thickness yang diwakili dalam net to gross ratio.
Prosesnya adalah dengan menurunkan alat wireline logging setelah proses
pemboran mencapai suatu target tertentu. Penentuan gross dan net thickness
dengan melihat kadar shale dari lapisan tersebut. Volume clay digunakan
untuk mengkoreksi hasil pembacaan dari log. Penentuan nilai rata-rata dari
Net Pay, Porosity, dan Sw dilakukan dengan menggunakan metode yang
berbeda, ditunjukkan oleh persamaan- persamaan berikut:
Tabel 3.4 Analisa Petrofisik dari data Logging untuk Lapangan Gas
Patin
SUMUR
1. Porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume pori dengan volume
bulk batuan. Porositas efektif terkait terhadap strorativity dari pada batuan
yang ada didalam reservoir, sehingga porositas sangat berpengaruh terhadap
besarnya harga inplace. Nilai dari porositas efekti dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
∅=
𝑏𝑢𝑙𝑘 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Porositas efektif biasanya didapatkan dari log dan juga core. Setelah
didapatkan harga porositas yang match antara log dan core sehingga
didapatkanlah harga porositas efektif rata-rata untuk masing-masing lapisan.
Porositas untuk lapangan Patin didapat dari analisa petrofisika sebesar 20%.
Sedangakan harga porositas rata-rata yang terdapat di lapangan Patin adalah
24% yang dapat kita lihat dari peta struktur kedalaman dan isoporosity
2. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan suatu
batuan porous untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas relatif didapatkan
dari analisa Special Core Analysis (SCAL) yaitu dengan plot porositas
terhadap permeabilitas. Dan juga nantinya bisa kita buat kurva saturasi vs
permeabilitas relatif dari normalisasi tekanan kapiler. Permeabilitas relatif
didapatkan dari rangkuman data analisa petrofisika dimana nilai
permeabilitas pada lapangan Patin tergolong kecil yaitu sebesar 50 mD.
3. Saturasi Air
Saturasi air adalah perbandingan pori yang diisi oleh air terhadap
volume pori total. Data saturasi air ini diperoleh dari rangkuman data
petrofisika dan juga bisa didapat dari penentuan tekanan kapiler. Dari
normalisasi tekanan kapiler nanti akan didapat nilai Sgr yang digunakan
untuk membuat kurva permeabilitas relatif vs saturasi water menggunakan
corey method. Nilai connate water didapat dari data logging adalah sebesar
54%. untuk Swi rata-rata dari sumur Patin adalah sebesar 30%. (rangkuman
data petrofisika).
4. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler didefinsikan sebagai perbedaan tekanan yang ada
antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur. Tekanan kapiler didapat
melalui analisa SCAL dimana core diuji memiliki porositas dan
permeabilitas tertentu, kemudian hasil uji tiap pengamatan Sw menghasilkan
tekanan kapiler skala lab. Pada percobaan ini, diasumsikan menggunakan
sampel core yang sama dengan core yang digunakan pada tes permeabiitas
relatif. Berikut ini rumus mencari Tekanan kapiler :
2 σ cos θ
𝑃𝑐 =
𝑟
Keterangan :
Pc = Tekanan Kapiler
𝜎 = tegangan permukaaan gas-air
𝜃 =sudut kontak permukaan gas-air
r = jari-jari pipa kapiler
Hasil Analisa
Formasi Lapisan DST
Pi, Psi P, Psi k, mD T, oF Referensi
Sumur P-2
BRF BTL 2650 600 49 240
(BTL- 5800-5892 ft)
1 1
𝐺𝑝 = 7758. 𝐴. ℎ. ∅. (1 − 𝑠𝑤). ( − )
𝐵𝑔𝑖 𝐵𝑔𝑎
𝐺𝑝 = 𝐺 ∗ 𝐸𝑔
𝐵𝑔𝑖 𝑃𝑎. 𝑍𝑖
𝐸𝑔 = (1 − ) = (1 − )
𝐵𝑔𝑎 𝑃𝑖. 𝑍𝑎
Keterangan :
Eg = Recovery Faktor, %
Bgi = initial faktor volume formasi gas, cuft/SCF
Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan abandoment, cuft/scf
Pa = tekanan abandon, psi
Za = faktor deviasi saat abandon
Sw 0 0.72 0.54
Bg (ft3/ft3) 0.00820602
Dari gambar diatas dapat ditentukan nilai dari P90, P50, dan P10 yang dapat
digunakan sebagai dasar penentuan nilai reserve. Berdasarkan aturan PTK POD
2017 yang menyatakan bahwa reserve dari gas LNG merupakan 90% P90 maka
dapat diperoleh rangkuman dari hasil simulasi monte carlo sebagai berikut.
Tabel 4.3 Reserve Reservoir
P90 147.13
P50 203.54
P10 269.91
Gas LNG = 90% P90 132.41
Pemodelan static dibagi menjadi dua tahapan yaitu dengan proses arsitektur
reservoir dan proses pemodelan property reservoir.
4.3.1.1 Arsitektur Model
Berdasarkan dari peta konversi time to depth pada lapangan patin
dilakukan proses digitasi. Proses digitasi ini memasukan tiap nilai kontur
kedalaman dari peta latitude dan longitude dengan tujuan untuk mengetahui
bentuk permukaan dari zona BRF. Hasil dari digitasi yang berupa surface dari
zona BRF ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Dari data tersebut, dibuatlah sebuah model reservoir dengan jumlah grid
sebanyak 48910 pada zona BRF. Reservoir ini memiliki puncak kedalaman
sebesar 1705 m. dengan GOC pada kedalaman 1808 m berdasarkan dari data peta
kontak fluida. Reservoir ini memiliki 10 layer yang akan membagi ketebalan
setiap grid sebesar 10.5 m.
Permodelan kali ini dilakukan pada setiap zona dengan parameter yang
dimodelkan adalah porositas, permeabilitas, saturasi, dan Net to Gross. Parameter
tersebut menggunakan distribusi normal yang disesuaikan dengan bentukan
permukaan dari tiap zona dengan memasukkan nilai minimum, maximum, rata-
rata dan standard deviasi dari tiap parameter. Dalam pembuatan rencana
pengembangan sebenarnya, data stratigrafi diperoleh menggunakan data well log
dari beberapa sumur eksplorasi dan atau appraisal untuk mendistribusikan
properti. Namun dalam kasus ini, karena kurangnya data dari well log, maka
distribusi hanya dilakukan berdasarkan dari distribusi normal sesuai permukaan
tiap zona.
Berdasarkan dari pemodelan statik diatas, OGIP dari reservoir sebesar 4210
MMsm3 atau 148.7 BSCF yang mana mendekati nilai P90. Maka dapat dikatakan
model ini cukup representative untuk pemodelan kedepannya.
5.1 Pendahuluan
Kegiatan pemboran sangat penting dilakukan agar terbentuk jalan antara
surface dan reservoir. Sebelum melakukan pemboran, tentunya perencanaan
kegiatan pemboran juga penting dilakukan agar pemboran berlangsung aman dan
efisien. Persiapan pemboran mulai dari tahap persiapan tempat, pengiriman
peralatan pada lokasi, pendirian rig, peralatan penunjang, penunjukan pekerja,
persiapan lumpur, dan pengecekan sistem rig. Setelah semua persiapan telah siap,
maka proses pengeboran dapat dilakukan. Dan setelah sumur selesai dibor, masuk
tahap penyelesaian sumur (completion). Hal ini perlu diperhatikan karena
efektifitas sumur produksi akan sangat tergantung dari proses yang berlangsung
selama pemboran, maka dari itu penerapan good drilling practices sangat penting.
Pada lapangan patin, sebelumnya sudah terdapat 2 sumur eksplorasi, yaitu
Patin 1, dan Patin 2. Secara umum pada Komplek Batu Raja terdapat beberapa
struktur reservoir, yaitu struktur Pasarbiru, Prabumoneng, Tisim, Kayangdewa
dan Koang. Setiap struktur terdiri dari batuan penyusun formasi yang berbeda-
beda sehingga diperlukan persiapan yang matang untuk penanganan masalah-
masalah selama proses pemboran seperti mud ring, sloughing shale, loss
circulation, ataupun bisa jadi differential sticking saat melalui lapisan formasi
tersebut. Pengembangan Lapangan Patin dilaksanakan dengan pemboran pada
kedalaman sekitar 1750 meter. Target pemboran adalah lapisan batuan karbonat
pada Formasi Baturaja.
Pada lapangan patin, sebelumnya sudah terdapat 2 sumur eksplorasi, yaitu
Patin 1, dan Patin 2. Berdasarkan skema sumur yang ada, Sumur tersebut telah
dibor hingga kedalaman 1700 m. Target pemboran adalah lapisan batu karbonat
pada Formasi Baturaja. Setiap formasi memiliki karakteristik khusus sehingga
diperlukan persiapan penanganan jika terjadi hambatan dalam proses pemboran.
Partial Loss selama pemboran dan a.Spot LCM pada zona loss atau dengan
cementing job plug cementing.
b.Menambahkan excess cement slurry
50% caliper.
c. Bor lubang densitas seringan
mungkin agar differential pressure tidak
terlampau besar.
Data Sumur
Location Name : Patin Field
Well Name : Well Propesed-3, Well Propesed-4, Well Propesed-5
Skenario : Wilayah kerja lapangan gas patin
Well Description : Infill Well
Tabel 5.2 Skenario sumur infil
Sumur Operation Waktu
Well Proposed-3 Infill Well (vertikal)
Well Proposed-4 Infill Well (vertikal)
Well Proposed-5 Infill Well (vertikal)
2) X-mass Tree
Alat ini mrupakan susunan kerangan (valve) yang berfungsi sebagai
pengamanan dan pengatur aliran produksi di permukaan yang dicirikan oleh
jumlah sayap/lengan (wing) dimana choke atau bean atau jepitan berada.
Peralatan pada x-mastree terdiri :
1) Manometer tekanan dan temperatur, ditempatkan pada tubing
line dan casing line.
2) Master valve/gate, berfungsi untuk membuka atau menutup
sumur, jumlahnya satu atau tergantung pada kapasitas dan
tekanan kerja sumur.
3) Wing valve/gate, terletak di wing/lengan dan jumlahnya
tergantung kapasitas dan tekanan kerja sumur yang berfungsi
untuk mengarahkan aliran produksi sumur.
4) Choke/bean/jepitan, merupakan valve yang berfungsi sebagai
penahan dan pengatur aliran produksi sumur, melalui lubang
(orifice) yang ada. Ada dua macam choke, yaitu:
Positive choke : merupakan valve dimana lubang (orifice)
yang ada sudah mempunyai diameter tertentu, sehingga
pengaturan aliran tergantung pada diameter orificenya.
Adjustable choke : choke ini lebih fleksible karena
diameter orifice dapat diatur sesuai posisi needle terhadap
seat sehingga pengaturan alirannya fleksible sesuai
keperluan (tekanan dan laju aliran).
Check valve, merupakan valve yang hanya
dapahtmengalirkan fluida pada satu arah tertentu yang
Gambar 7.1 Erosional velocity ratio untuk ukuran tubing yang berbeda
Gambar 7.8 Skenario Terbaik Dengan 2 Sumur existing dan 3 Well Proposed
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
skenario lapangan
Basecase 38%
case 1 61%
case 2 78%
case 3 87%
8.1 Pendahuluan
Suatu perusahaan yang besar harus memiliki kualitas sumber daya
manusia yang baik sehingga tercipta produktivitas yang tinggi pula. Namun
perusahaan memiliki resiko pekerjaan yang tinggi, harus memiliki standar
keamanan dan keselamatan pekerjanya sehingga menunjang produktivitas
perusahaan, maka dari itu safety merupakan hal yang sangat diutamakan.
Selain itu dalam operasi migas terdapat banyak kegiatan yang akan
memberikan dampak terhadap lingkungan sehingga harus dipikirkan
tindakan untuk mencegah dampak negatif yang akan timbul dari kegiatan
tersebut. Dampak negatif lain yang timbul bisa berupa kecelakaan dan
kebakaran sering kali ditemui dan umumnya diakibatkan oleh kecerobohan
manusia, lemahnya sistem pengawasan, dan rendahnya kepedulian akan
HSE. Healty, Safety and Environment (HSE), merupakan salah satu
kebijakan yang dibuat guna memperkecil kemungkinan hal- hal seperti ini
untuk terjadi. HSE juga dibuat karna rasa tanggung jawab perusahaan
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai, mitra kerja,
keluarga dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.
Dasar dibentuknya kebijakan ini diperkuat oleh hukum yang telah
diatur pada undang- undang yaitu Undang-Undang No. 32 tahun 2009 yang
menjelaskan bahwa pembangunan merupakan upaya dasar untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan mutu
kehidupan rakyat. Berkaitan dengan itu, pengelolaan lingkungan hidup
diartikan sebagai upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup.
Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 1 ayat 3,4,5 dalam PP No. 27/1999 tentang AMDAL
B. Penanggulangan
1. Penanggulangan Kebakaran
Sebelum mengetahui penanggulangan biaya kebakaran, perlu diketahui
jenis penggolongan api. Api dikelompokan ke dalam 4 kelas yang diberi
label A sampai D, sesuai dengan bahan bakarnya. Namun sebagian bahan
bakar ditemukan dalam berbagai kombinasi, dan api listrik selalu
mengikutsertakan beberapa bahan bakar padat.
a. Api Kelas A, api yang melibatkan bahan keras yang umumnya mudah
terbakar seperti kayu, kertas, kain, dan plastik. Api jenis ini paling
mudah dipadamkan dengan air.
Seiring dengan proses produksi suatu sumur sebagian besar sumur akan
mengalami masalah produksi serta bagian integrity dari sumur tersebut.
Pada lapangan Gas Patin, setelah kontrak berakhir maka perlu dilakukan
tahapan abandonment terproduksi, terjadinya kebocoran pada tubing, tingginya
water cut yang terjadi, kerusakan atau kebocoran semen pada sumur dan lain-lain.
Pada Lapangan Gas Patin, baik secara temporary maupun permanent. Sehingga
seluruh komponen pemboran ataupun produksi yang ditinggalkan pada blok ini
perlu dibersihkan sehingga pada akhirnya keadaan blok tersebut tidak
mengganggu kesetimbangan dari ekosistem yang telah terbentuk sebelum adanya
operasi pemboran maupun eksploitasi. Sehingga tahapan ini menjadi tanggung
jawab dari pihak PT. Phoenicura untuk menentukan strategi- strategi seperti apa
yang akan dilakukan ketika mencapai masa akhir dari kontrak tersebut.
Abandonment and site restoration merupakan tahap akhir dari suatu
pengembangan lapangan setelah masa kontrak berakhir.Pada tahap ini, seluruh
komponen pemboran maupun produksi yang ditinggalkan pada lapangan ini perlu
dibersihkan agar keadaan lapangan tersebut tidak mengganggu kesetimbangan
dari ekosistem yang telah terbentuk sebelum adanya operasi pemboran maupun
eksploitasi. Tahapan ini merupakan tanggung jawab dari pihak Company, pihak
Company harus menentukan strategi-strategi yang akan dilakukan ketika
mencapai masa akhir kontrak dengan keputusan tertinggi tetap berada di SKK
MIGAS.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) telah menetapkan Peraturan Mentri ESDM No. 01 Tahun 2011 mengenai
pedoman teknis pembongkaran instalasi lepas pantai minyak dan gas bumi. Pada
Bab II pasal 6 dijelaskan bahwa sebuah kontraktor minyak bumi wajib
menyertakan prosedur penutupan sumur (Plug and Abandonment – P&A) dimana
KKKS bersangkutan bertanggung jawab untuk merestorasi daerah kontrak,
3. Penempatan semen pada shoe track atau diatas top plug sebgai WB
yang mengisolasi wellbore diperbolehkan ,jika ketinggian dari
kolomsemen minimal 30m (100ft) TVD diatas shoe dan salah satu
kondisi dibawah ini terpenuhi:
a. Plug / landing collar harus dibor, dan semen harus diverifikasi
dari uji beban dan uji tekanan.
b. Semen yang dipompa diatas top plug harus diverifikasi dengan
uji beban.
4. Ketinggian semen diannulus harus dipastikan dengan menggunakan
alat log jenis circumferential.
5. Ketinggian semen diannulus minimal 30 m (100ft) diatas PZ.
6. Pada cement plug harus dilakukan uji beban, danuji tekanan.
7. Uji beban yang dilakukan adalah dengan menurunkan drill pipe hingga
kepermukaan semen yang telah mengering kemudian dilakukan uji tag
pada semen tersebut dengan tekanan yang diberikan hingga 500 psi
(3.450 kPa) diatas LOT.
8. Uji tekanan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah
terjadi kebocoran pada semen atau tidak.
129
Tabel 10.2 Tabel Jadwal Proyek Lapangan Gas Patin
130
Tabel 10.3 Tabel Jadwal Proyek Lapangan Gas Patin
2024 2025 2026 2027 2028
KEGIATAN
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Handover Lapangan
Karakterisasi Reservoir :
Pengeboran Eksplorasi
Pengembalian Data Reservoir
Pemodelan Reservoir
Penentuan Cadangan
Plan Of Development :
Persiapan POD
Penyerahan Draft POD
Revisi dan Pengabsahan POD
Pemboran :
Perencaan Pemboran Sumur
Produksi
Pemboran Sumur Produksi
Pemboran Sumur Infill
Produksi :
Evaluasi Fasilitas Permukaan
Instalasi Pipeline
Persiapan Produksi
Produksi Gas Pertama Kali
Pemasangan Comprressor
Operasi Workover
131
Tabel 10.4 Tabel Jadwal Proyek Lapangan Gas Patin
132
Tabel 10.5 Tabel Jadwal Proyek Lapangan Gas Patin
2029 2030 2031 2032 2033
KEGIATAN
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Handover Lapangan
Karakterisasi Reservoir :
Pengeboran Eksplorasi
Pengembalian Data Reservoir
Pemodelan Reservoir
Penentuan Cadangan
Plan Of Development :
Persiapan POD
Penyerahan Draft POD
Revisi dan Pengabsahan POD
Pemboran :
Perencaan Pemboran Sumur
Produksi
Pemboran Sumur Produksi
Pemboran Sumur Infill
Produksi :
Evaluasi Fasilitas Permukaan
Instalasi Pipeline
Persiapan Produksi
Produksi Gas Pertama Kali
Pemasangan Comprressor
Operasi Workover
133
BAB XI
LOCAL CONTENT
%
NO Deskripsi barang
TKDN
1 casing 100
2 bit 0
3 tubing 100
4 lumpur pemboran 80
5 semen pemboran 90
6 accecories cementing 15
7 production facilities unit 20
8 well head 70
9 manifold 0
10 pipeline 60
rata rata TKDN 53.5
Tabel 12.7 Keekonomian Setiap Case berdasarkan skema kontrak PSC dan
GS
BASECASE + 1
BASECASE
SUMUR INFIL
Indikator Satuan
PSC GS UU PSC GS UU
No. 52 No. 52
NPV
US$MM 1.40 -7.53 15.19 5.40
Cont.
NPV Gov. US$MM 33.79 34.54 56.55 57.68
ROR
% 10.78 6.79 16.26 11.88
Cont.
PI 1,03 0.86 1.26 5,72
POT year 4.92 9.68 3.41 1.09
Gov. Take % 59.7 18.76 60.90 25.62
Cont. % 24.2 81.24 28.34 74.38
Dengan demikian, scenario yang dipilih pada Lapangan Patin adalah Case
BASECASE + 3 SUMUR INFILL dengan NPV sebesar 31.95 MMUS$ dan ROR
sebesar 21.29% dengan menggunakan kompresor.
12.5 SENSITIVITAS KEEKONOMIAN
Untuk mementukan ketidakpastian keekonomian seperti biaya investasi
pada development non capitalt/capital expenditure (CAPEX), operating
expenditure
(OPEX), dan harga gas dunia telah dibentuk sensitivitas ekonomi terhadap
NPV kontraktor dan ROR. Penentukan dilakukan uji sensitivitas dengan 15%.
Pada analisis sensitivitas ekonomi, hal yang paling memengaruhi keekonomian
adalah harga gas dan rate produksi.
45 30
40
NPV (MMUS$)
35 25
ROR (%)
30
25
20
20
15
10 15
5
0 10
80 90 100 110 120 80 90 100 110 120
SENSITIVITAS (%) SENSITIVITAS (%)
50
40
NCF (MMUS$)
30
20
10
-
(10) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
(20)
(30)
YEAR
P90 147.13
P50 203.54
P10 269.91
Gas LNG = 90% P90 132.41
Kumulatif
Kumulatif Recovery
Plateu Rate Produksi
Case Produksi Factor
(MMscf) Air
Gas (Bscf) (%)
(Mbbl)
5. Dari segi keteknikan, nilai recovery terbaik dari lapangan gas patin sebesar
87% yang mana diproduksikan dengan menggunakan 2 sumur existing dan
3 buah sumur infill.
6. scenario yang dipilih pada Lapangan Patin adalah Case BASECASE + 3
SUMUR INFILL dengan NPV sebesar 31.95 MMUS$ dan ROR sebesar
21.29% dengan menggunakan kompresor.