Anda di halaman 1dari 4

Isi narkoba

1. Merumuskan isu
2. Dampak positif dan negative

Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang. Di balik dampak negatif,
narkotika juga memberikan dampak yang positif. Jika digunakan sebagaimana mestinya,
terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Berikut dampak positif narkotika: Opioid atau
opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah
batuk dan diare; Kokain daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk
mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta
mengurangi rasa lelah; Ganja Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk
bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga
digunakan sebagai bahan pembuat minyak.

Bagai dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan
juga merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan yang
termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan karena efeknya
yang bisa menenangkan, ucap Dir Resnarkoba Polda Sumsel Kombes  Pol Heri Istu Hariono
SSI.
Namun jika dipakai dalam dosis yang berlebih, bisa menyebabkan kecanduan.
Penyalahgunaan ini mulanya karena si pemakai merasakan efek yang menyenangkan.
Dari sinilah muncul keinginan untuk terus menggunakan agar bisa mendapatkan
ketenangan yang bersifat halusinasi. Meski dampak narkoba sudah diketahui oleh banyak
orang, tetap saja tidak mengurangi jumlah pemakainya.

https://sumateranews.co.id/15-menit-bahas-dampak-positif-dan-negatif-narkoba-begini-
penjelasan-dir-resnarkoba-polda-sumsel/

dari artikel tersebut diketahui bahwa dasarnya narkoba adalah obat yang dugunakan dalam
porsi yang wajar dan atas persetujuan atau resep dari ahlinya.

BNN Ungkap Tren Peredaran Narkotika di Masa Pandemi COVID-19 Meningkat

Kadek Melda Luxiana - detikNews


Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) menyampaikan tren peredaran narkotika di masa
pandemi COVID-19 belum mengalami penurunan. Sebaliknya, tren peredaran narkotika saat
pandemi COVID-19 justru mengalami peningkatan.

"Kalau kita lihat perkembangan peredaran gelap dan penyalahgunaan (narkotika) di Indonesia,
terutama pada saat adanya pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung satu tahun ini, pada
kenyataannya kita melihat belum adanya penurunan, bahkan kita melihat tren perkembangan yang
meningkat," kata Deputi Pemberantasan BNN Irjen (Purn) Arman Depari seusai pemusnahan barang
bukti narkotika di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Rabu (24/2/2021).
Arman menuturkan hingga saat ini BNN telah berhasil menggagalkan penyeludupan narkotika jenis
sabu sejumlah lebih dari 1 ton. Selain sabu, BNN telah menyita narkotika jenis ganja dalam jumlah
banyak.
"Terutama tentang kejadian-kejadian penyelundupan narkoba yang berhasil kita gagalkan, di mana
sampai saat ini bulan Februari 2021, sudah lebih dari 1 ton narkotika jenis sabu yang disita oleh BNN.
Demikian juga narkotika golongan satu jenis ganja, yang cukup banyak," tuturnya.

"Ini baru dilakukan penyitaan oleh Badan Narkotika Nasional, belum kita jumlah totalkan dengan
hasil sitaan oleh Bea-Cukai dan kepolisian terutama dari data ini. Tentu kita melihat apakah dengan
banyaknya pasokan atau suplai yang masuk ke Indonesia itu juga mencerminkan meningkatnya
pengguna atau penyalah guna narkoba di Indonesia. Terutama di dalam atau pada masa pandemi
COVID-19," lanjutnya.

Arman menerangkan pihaknya sempat memperkirakan peredaran narkotika menurun karena adanya
pembatasan mobilitas masyarakat selama pandemi COVID-19. Namun ternyata pandemi COVID-
19 tidak mempengaruhi peredaran narkotika di Indonesia yang terus mengalami peningkatan.

"Di mana tadinya kita memperkirakan dengan berkurangnya transportasi, berkurangnya mobilitas
masyarakat di seluruh dunia, bahkan berkurang atau terhentinya produksi-produksi barang-barang
konsumsi dan barang lain di seluruh dunia, bahkan terjadi lockdown. Ternyata kasus narkotika tidak
ada perubahan, bahkan seperti yang saya katakan tadi, ada kecenderungan meningkat," ujarnya.

Lebih lanjut Arman menyampaikan BNN akan terus mewaspadai dan berkomitmen melakukan


pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika meski dalam keadaan pandemi COVID-19 sekalipun.
Sebab, sindikat peredaran narkoba, kata Arman, tidak mengenal situasi apa pun.
"Karena itu, ini jadi kewaspadaan kita, ini menjadi komitmen kita bersama untuk BNN dan seluruh
instansi tetap kita waspada, bahkan sekalipun dalam pandemi yang sulit seperti sekarang, kita tidak
boleh kendur, kita tidak boleh lengah, tapi justru sebaliknya kita harus lebih kuat lagi, kompak lagi,
dan semangat," ucapnya.

"Karena ternyata sindikat narkoba itu tidak mengenal situasi, apakah itu situasi sulit, situasi yang
sedang prihatin, tetapi yang mereka inginkan bagaimana mereka mendapatkan uang sebanyak-
banyaknya sekalipun itu dari air mata dan darah orang tua yang melihat anaknya menjadi pengguna
narkoba," imbuhnya.
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5435702/bnn-ungkap-tren-peredaran-narkotika-di-masa-
pandemi-covid-19-meningkat

Pandemi, Penyalahgunaan Narkoba Kian Rawan

Pusat Studi Napza UII bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyelenggarakan
Webinar “Pencegahan Penyalahgunaan Napza di Era Pandemi” pada Sabtu (27/3). Narasumber yang
dihadirkan dalam kuliah umum adalah Drs. Richard M. Nainggolan, M.M., MBA. (Direktur
Pemberdayaan Masyarakat Deputi Dayamas BNN) dan Prof. Dr. dr. Soewadi, MPH., Sp.KJ(K)
(Ketua Pusat Studi Napza UII).

Richard M. Nainggolan sebagai pembicara pertama menyebut penyalahgunaan dan peredaran narkoba
di Indonesia telah menjadi masalah serius dan memprihatinkan. Narkoba menurutnya adalah ancaman
nyata yang membutuhkan penanganan serius dan mendesak.  Tantangan kian berat manakala masih
banyak mitos dan informasi keliru tentang narkoba. Ditambah lagi kondisi wilayah Indonesia yang
berpotensi menjadi sasaran daya tarik para pengedar narkoba.
Ia juga menjelaskan tentang zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis-jenis Narkoba misalnya seperti heroin, kokain,
LSD, tembakau gorila, ganja, sabu, jamur, dan ekstasi. 

Penggolongan Narkotika dijelaskan berdasarkan hukum dalam Pasal 127 UU No. 35/2009. Ada
beberapa efek penyalahgunaan zat narkoba yakni halusinogen, depresan, dan stimulan. Korban
narkoba adalah penyalahguna narkoba, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 

“Penyalahgunaan narkoba pada masa pandemi Covid-19 justru meningkat. Orang yang stress akibat
pandemi karena kehilangan pekerjaan akan dimanfaatkan oleh para pengedar narkoba untuk ikut
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba karena banyak orang kehilangan pekerjaan atau atau mata
pencaharian”, ungkapnya. 

Faktor kunci keberhasilan menciptakan lingkungan kampus yang bersih dari narkoba adalah dengan
meningkatkan komitmen diri, konsolidasi kekuatan, regulasi anti narkoba, dan deteksi dini. 
Sementaraa ituu, Prof. dr. Soewadi menilai penyalahgunaan napza seperti halnya fenomena gunung
es. Ini berarti jumlah penderita penyalahgunaan napza yang tampak di permukaan lebih kecil
dibanding dengan yang tersembunyi. WHO mencatat kasus yang tersembunyi di masyarakat yaitu
kasus yang termasuk dark number jumlahnya sepuluh kali lebih banyak daripada kasus yang tampak
di permukaan. 

Di samping itu, penyalahgunaan napza erat hubungannya dengan tindak kejahatan. “Napza dapat
menekan pusat pengendalian diri sehingga menyebabkan pengguna lebih berani dan agresif. Seperti
halnya perilakunya sering bermasalah, banyak bicara, tak dapat menyembunyikan rahasia hati, emosi
menjadi labil dan kontrol diri menghilang. Dapat pula terjadi gangguan daya ingat, konsentrasi, dan
insight menjadi jelek”, katanya.

Dampak pada remaja akan mengakibatkan prestasi sekolah merosot, terganggunya hubungan
keluarga, perkelahian & tindak kekerasan, kecelakan lain, kematian, kelainan paru, gangguan fungsi
liver, hepatitis, serta HIV.
Menurutnya, upaya promotif dengan mengadakan program penyuluhan perlu semakin digalakkan.
Contohnya memberikan informasi yang benar tentang penyalahgunaan ganja. Tujuan penyuluhan
untuk meningkatkan kesadaran pentingnya penanggulangan, membantu upaya penanggulangan
penyalahgunaan ganja, dan meningkatkan penggunaan sarana pelayanan medis yang telah tersedia.

Ia juga membagi sasaran prevensi menjadi primer, sekunder dan tersier. Sasaran prevensi primer
adalah populasi dan dengan upaya yang dilakukan harus pula berorientasi pada masa kini dan masa
yang akan datang. Sedangkan prevensi sekunder bertujuan untuk mengurangi prevalensi
penyalahgunaan obat dalam populasi. 
Dengan metode dalam mengurangi masa berlangsungnya penyalahgunaan obat. Prevensi tersier
dengan upaya prevensi tersier melalui berbagai tindakan medik bertujuan mengurangi defek/cacat
residual dalam fungsi mental di masyarakat yang merupakan akibat penyalahgunaan ganja itu.
(FHC/ESP)

Sumber : https://www.uii.ac.id/pandemi-penyalahgunaan-narkoba-kian-rawan/

Isu kontemporer narkoba


Sub topik : penggunaan narkoba saat masa pandemi

- Jumlah pengguna Narkoba selalu bertambah bahkan disaat masa pandemi covid 19
- Pengguna narkoba dari berbagai kalangan dan umur
- Mudahnya untuk mendapatkan narkoba
- Penyebab meningkatnya pengguna narkoba saat pandemi karna stress akibat terbatasnya
pergerakan saat pandemi sehingga memutuskan menggunakan narkoba
- Kurangnya perhatian dan pengawasan keluarga

Dari berita diatas dapat dilihat bahwa pada saat pandemi seperti sekarang ini jumlah pengguna
narkoba juga menigkat. Hal ini disebakan kan karena stres yang dibabkan oleh pergerakan yang
terbatas saat pandemi, kehilangan pekerjaaan dan usaha yang dirintis banyak yang gulang tukar
sehingga memutuskan untuk menggunakan narkoba sebagai pelarian dan menenangkan diri.

Akan tetapi mereka lupa akan bahya dan dampak buruk dari penggunaan narkoba tersebut dimana
narkoba

Anda mungkin juga menyukai