Oleh :
1. Atikah Faiqotun Nasiah 7. Insani Sogmawati Wijaya
2. Bichoiri Nisa Riska Sendi 8. Shintya Dwi Lusiana
3. Dhea wahyu Chendra Ningrum 9. Sylvia Aulia Rachma
4. Didi Holid 10. Tasya Frescilia Syafitri Wahid
5. Elena Sudirman 11. Via Kusumawati
6. Feby Naurah Kamila
2021
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila terdiri dari 5 (lima)
sila, yang tertulis dalam Alinea ke IV Pembukaan UUD 1945 yang
diperuntukkan sebagai dasar negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sudah menjadi tonggak bangsa Indonesia yang
sepatutnya dipertahankan sebagai acuan negara dalam menyongsong
kemajuan zaman. Terutama bagi masyarakat yang mengikuti jenjang
pendidikan tinggi. Inilah yang menjadi faktor pendukung dalam
mempertahankan Ideologi Negara sebagai ciri khas suatu negara .
Dalam perkembangan nilai-nilai Pancasila, merupakan tolak ukur
bagi mahasiswa sebagai anak bangsa harus mengetahui, memahami,
mengerti cara mempertahankan dasar Negaranya. Sebagai pemegang
jenjang pendidikan yang
tinggi, mahasiswa haruslah memiliki intelektual dan karakter didalam
bertingkah laku yang disesuaikan dari sila-sila yang terdapat dalam
Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Apa saja pasal-pasal UU yang merupakan cerminan dari sila-sila
Pancasila ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pasal-pasal UU yang merupakan cerminan dari
sila-sila Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
Ke-Tuhanan yang maha Esa adalah sila pertama dalam pancasila. Pertama
kali yang menyatakan salah satu dasar negara Republik Indonesia ke-Tuhanan
adalah M. Yamin, pada sidang pertama panitia persiapan penyelidik kemerdekaan
Indonesia. M. Yamin meyakini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
memiliki peradaban yang luhur. Bisa di pahami dari pernyataannya ini bahwa
yang di maksud peradaban yang luhur adalah peradaban yang memiliki Tuhan
yang maha Esa.
Sila ke-Tuhanan yang maha Esa bisa di katakan relevan dengan undang undang
dasar dalam konteks ini, bila memuat pasal yang mengatur bagaimana seseorang
bisa mengatasi krisis keber-tuhanannya. Manusia yang ber ke-Tuhanan adalah
manusia yang memiliki peradaban luhur.
Undang undang dasar negara Republik Indonesia saat ini, memang ada pasal yang
memuat tentang ke-Tuhanan yang maha Esa, yakni pasal 29 yang berbunyi "
negara berdasar atas ke-Tuhanan yang maha Esa ". Undang undang dasar dan
krisis keber-tuhanan. Undang undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945
telah mengatur tentang ke-Tuhanan. Pasal 29 ayat(1) " negara berdasarkan atas
keber-tuhanan yang maha Esa". Dalam pasal 29 ayat (1) ini, undang undang dasar
telah memuat pengakuan bahwa negara Republik Indonesia memiliki keyakinan
akan keberadaan Tuhan yang maha Esa.
B. Hubungan Pancasila Sila Kedua Dengan Pasal UU
Asas ini mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan, juga mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, ras, warna kulit, kedudukan sosial, dan lainnya. Dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan perwujudan dari asas perikemanusiaan dalam
hukum positif Indonesia dalam kehidupan sehari-hari hal ini terlihat pada
lembaga-lembaga yang didirikan untuk menampung segala yang tidak seimbang
dalam kehidupan sosial.
Sila keempat dari Pancasila ini juga merupakan penjelmaan dari dasar
politik negara. Artinya, negara yang berkedaulatan rakyat menjadi landasan
mutlak dari sifat demokrasi negara Indonesia. Mutlak berati dasar tersebut tidak
dapat diubah atau pun dihilangkan. Berikut pasal-pasal yang termasuk dalam sila
ke-4 ini:
1. Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi: Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah "Kedaulatan adalah di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat"
Yang dimaksud kedaulatan adalah di tangan rakyat adalah segala
bentuk penyelenggaraan yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat,
harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. MPR adalah lembaga
tertinggi negara yang dipilih oleh rakyat. Oleh sebab itu, kedaulatan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR karena MPR merupakan penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia).
2. Pasal 2 ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
"Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat".
Yang dimaksud kedaulatan adalah di tangan rakyat adalah segala
bentuk penyelenggaraan yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat,
harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. MPR adalah lembaga
tertinggi negara yang dipilih oleh rakyat. Oleh sebab itu, kedaulatan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR karena MPR merupakan penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia).
3. Pasal 2 ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
"Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di ibukota negara"
Yang dimaksud adalah Jumlah sidang yang dilakukan oleh MPR
paling sedikit adalah sekali dalam 5 tahun di ibukota negara. Jadi, apabila
dalam 5 tahun masa jabatan tersebut, tentu boleh melakukan sidang lebih
dari sekali, dengan cara mengadakan persidangan istimewa.
4. Pasal 2 ayat (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
"Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara
terbanyak"
Yang dimaksud adalah jika putusan MPR sah, apabila disetujui:
Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir, guna
memutus usul dari DPR dalam memberhentikan Presiden atau Wakil
Presiden. Sekurang-kurangnya 50% + 1 dari seluruh jumlah Anggota
MPR, guna memutus perkara-perkara yang lainnya.
Sebelum dilakukan pengambilan putusan dengan suara terbanyak, terlebih
dahulu dilakukan upaya pengambilan putusan secara musyawarah,
sehingga mampu mencapai hasil mufakat.
5. Pasal 3 UUD NRI 1945 yang berbunyi:
"Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan
garis-garis besar dari ada haluan negara".
Sila ini berhubungan pasal 29 Ayat (1) UUD NRI 1945, berbunyi: Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. – Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945,
berbunyi: Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia
sebagai pedoman bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila
yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut diwujudkan
sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seluruh norma di
Indonesia dan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis merupakan
bentuk cabang dari sila-sila pancasila. Maka, kita sebagai waga Negara
Indonesia wajib untuk mematuhi setiap hukum yang ada karena Negara
kita merupakan negara hukum seperti yang tertulis pada pasal satu (1)
ayat (3) tiga UUD „45
B. Saran
Undang-undang di Negara Indonesia terdiri dari banyak pasal.
Sedangkan sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami isi
pasal-pasal tersebut sehingga sering terjadi kesalahan. kami harap hukum
di Negara Indonesia menjadi lebih adil dan transparansi kepada
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
R., Eka Wahyu, Septianto, dan Aris Mustika Sari. 2018. Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Yogyakarta : UIN Walisongo. Diambil dari :
https://mpikelasa.files.wordpress.com./2018/05/pancasila-kelompok-
04.pdf diakses pada Rabu, 25 Agustus 2021 pukul 10.56 WIB