AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia Speciosa Hassk) TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia Speciosa Hassk) TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
ABSTRACT
DEVI AYU KURNIAWATI Antibacterial Activity of Parkia speciosa Hassk.
Peel to Escherichia coli and Staphylococcus aureus Bacteria. Supervised by
HASIM DANURI dan DIDAH NUR FARIDAH.
Parkia speciosa Hassk. is one of edible plants that not developed as
medicinal plants yet.The purpose of this research is to study antibacterial activity
of peel extract to Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria with gel
diffusion (well method). Peel extract that used in this research were from
extraction of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 70%. The concentration were
50, 100, 150, 200, 250, and 300 mg/mL for every solvent. The result of this
research showed that ethyl acetate extract has the highest antibacterial activity
with 404,25% of 10 mg/mL streptomycin’s antibacterial activity agains
Staphylococcus aureus, and 279,12% of 10 mg/mL streptomycin’s antibacterial
activity agains Escherichia coli. TLC result showed that ethyl acetate extract with
toluene:ethyl acetate (93:7) as solvent has eight spots under 254 nm UV that was
mean ethyl acetate extract of petai peel consisted of eight compound. The result of
Analysis of Variance with SPSS 16 program for windows showed that variance of
solvents and concentration were significantly different for inhibition areas.
Keywords: antibacteria, Escherichia coli, Parkia speciosa Hassk., Staphylococcus
aureus, TLC
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia
speciosa Hassk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.)
Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
Nama : Devi Ayu Kurniawati
NIM : G84090057
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
karunia serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang berjuang menegakkan
ajaran agama-Nya.
Karya ilmiahdengan judul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai
(Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus” merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana Sains di
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Terwujudnya karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan Bapak Hasim
selaku pembimbing utama, Ibu Didah selaku pembimbing kedua, laboratorium
penelitian Biokimia IPB, rekan-rekan penelitian (Merry, Novi, dan Aya), rekan-
rekan Soshi (Riska, Clara, Vadia, Tuhfah, Mina, Irman, Edwin, Suhe, Hilda, Kiki,
dan Vita), rekan-rekan wisma Cantik, rekan-rekan pecinta fotografi di komunitas
Shutterserta berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Ungkapan terima kasih terutama disampaikan
untuk ayahanda Hari Purnomo dan ibunda Yeti Rohayati serta kakak-kakak Desy
Sulistyawati ST dan Budi Tri Cahyadi ST atas dukungannya baik secara moril
maupun meteril.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember2014
1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak kulit petai metode maserasi 6
2 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak kulit petai metode
ultrasonikasi 6
3 Hasil uji fitokimia 6
4 Nilai tingkat penghambatan ekstrak kulit petai dibandingkan dengan
streptomisin 10 mg/mL pada bakteri Staphylococcus aureus 8
5 Nilai tingkat penghambatan ekstrak kulit petai dibandingkan dengan
streptomisin10 mg/mL pada bakteri Escherichia coli 10
DAFTAR GAMBAR
1 Diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dengan
metode sumur 7
2 Diameter zona hambat pada bakteri Escherichia coli dengan metode
sumur 9
3 Kromatogram ekstrak etil asetat kulit petai dengan eluen toluen:etil
asetat (93:7) dibawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm. 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 20
2 Contoh perhitungan nilai rendemen ekstrak kulit petai metode maserasi 21
3 Rendemen ekstrak kulit petai metode maserasi 21
4 Contoh perhitungan nilai rendemen ekstrak kulit petai metode
ultrasonikasi 21
5 Rendemen ekstrak kulit petai metode ultrasonikasi 21
6 Diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus 22
7 Diameter zona hambat pada bakteri Escherichia coli 22
8 Hasil Analisis statistik pada bakteri Staphylococcus aureus 23
9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pelarut dan konsentrasi 24
10 Hasil Analisis statistik pada bakteri Escherichia coli 25
11 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pelarut dan konsentrasi 26
12 Uji aktivitas antibakteri 26
1
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi adalah kulit petai, n-heksana,
etil asetat, dan etanol 70%. Bahan-bahan untuk uji fitokimia adalah serbuk Mg,
amil alkohol, FeCl3 1%, CHCl3, H2SO4 2M, NH4OH, HCl pekat, akuades,
pereaksi Wagner, Mayer, dan Dragendorf. Bahan-bahan untuk uji zona bening
adalah isolat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureusdari Departemen
Biokimia IPB, nutrient broth (NB), nutrient agar (NA), dimetil sulfoksida
(DMSO), dan akuades.
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah laminar air flow, ultrasonic processor
(130 Watt 20 kHz, Cole-Parmer), spektrofotometer UV-Vis (UV-1700
Pharmaspec), inkubator, oven, autoklaf, lemari es, water bath, cawan Petri, labu
Erlenmeyer, tabung reaksi berulir, ose, mikropipet, neraca analitik, alumunium
foil, kapas, kertas Whatman no 1 dan 42, serta peralatan gelas lainnya.
Preparasi Sampel
Kulit petai dicuci dan diiris tipis-tipis, kemudian dioven dengan suhu 52oC
selama 3 hari untuk menguapkan kandungan air. Setelah kering, kulit petai
diblender hingga berbentuk serbuk halus berukuran 80 mesh dengan tujuan
memperluas permukaan dan meningkatkan jumlah rendemen.
100%
a : bobot ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi
b : nilai kadar air
w : bobot simplisia awal
sulfoksida (DMSO). Cawan Petri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Aktivitas antibakteri diperoleh dengan mengukur zona bening dengan
menggunakan jangka sorong. minimal empat kali pengukuran diagonal dan
nilainya dirata-ratakan. Diameter zona bening yang didapat, dikurang dengan
diameter sumur. Kemampuan penghambatan ekstrak terhadap pertumbuhan
bakteri juga dilaporkan sebagai persen penghambatan ekstrak dengan rumus:
diameter hambat ekstrak
% penghambatan x 100%
diameter hambat kontrol positif
Penentuan Jumlah Komponen Ekstrak Etil Asetat Kulit Petai dengan KLT
Ekstrak etil asetat kulit petai difraksinasi dengan KLT (kromatografi lapis
tipis) untuk mendeteksi banyaknya senyawa yang terkandung dalam ekstrak.
Beberapa kombinasi eluen dicobakan untuk mendapatkan pemisahan terbaik dan
didapatkan eluen dengan pemisahan terbaik adalah toluen:etil asetat (93:7).
Konsentrasi yang diujikan adalah 100 mg/mL, 200 mg/mL, 300 mg/mL, 400
mg/mL, dan 500 mg/mL. Sebanyak 10 µL ekstrak ditotolkan pada plat KLT silika
gel 60 GF254 (Merck, Germany) yang berukuran 1 x 10 cm dengan batas awal dan
akhir elusi masing-masing 1 cm dari pinggiran plat. Plat tersebut dielusi didalam
bejana yang berisi eluen, bejana dan eluen dijenuhkan terlebih dahulu selama 30
menit. Plat KLT dielusi sampai batas akhir elusi yang sudah ditetapkan. Plat KLT
yang sudah selesai dielusi, diangkat dan dibiarkan mengering, kemudian diamati
dibawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm untuk melihat bercak
senyawa yang terbentuk. Jumlah bercak dihitung dan ditentukan nilai Rf-nya
dengan rumus:
Rf =
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah rancangan percobaan dua faktor
dalam rancangan Split-Plot Design Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model
rancangannya:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Yijk = diameter zona hambat pada pelarut ke-I, konsentrasi ke-j, dan
ulangan ke-k
µ = pengaruh rataan umum
αi = pengaruh utama faktor A (pelarut)
βj = pengaruh utama faktor B (konsentrasi)
αβij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
εijk = pengaruh acak
Rancangan ini digunakan pada nilai diameter zona hambat pada pengujian
aktivitas antibakteri. Data yang diperoleh dianalisis dengan program SPSS.16
pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05%.Pengujian lanjut dilakukan uji
lanjut Duncan.
6
HASIL
Tabel 2 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak kulit petai metode ultrasonikasi
Sampel Kadar Air Pelarut Rendemen Ekstrak
Simplisia (%) (%)
Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,35 ± 0,04
Etil Asetat 0,38 ± 0,09
Etanol 70% 11,62 ± 0,04
Komponen Fitokimia
Hasil uji fitokimia ekstrak kulit petai hasil ultrasonikasi dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kulit petai mengandung
komponen-komponen yang berpotensi sebagai antibakteri.
Tabel 3 Hasil uji fitokimia
Jenis Uji n-heksana Etil asetat Etanol 70%
Alkaloid - + ++
Saponin + ++ +++
Flavonoid + + -
Tanin + + +++
Steroid + - -
Triterpenoid - + +
Keterangan: - : tidak terjadi perubahan
+ : pekat
++ : lebih pekat
+++ : paling pekat
7
14
12
10
8
6
4
2
0
Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 1 Diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dengan
metode sumur.
n-heksana etil asetat kontrol +
8
20
18
16
14
Diameter (mm)
12
10
Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 2 Diameter zona hambat pada bakteri Escherichia coli dengan metode sumur.
n-heksan etil asetat kontrol +
PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Hasil Ekstraksi
Kadar air menunjukkan kandungan air dalam suatu bahan, jumlah kadar
air yang terkandung dalam suatu bahan dapat memengaruhi ketahanan suatu
bahan dalam masa penyimpanan. Kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari
10%, dengan demikian kemungkinan rusaknya bahan akibat kontaminasi bakteri
dan jamur dapat diturunkan, sehingga bahan dapat disimpan dalam waktu yang
relatif lama. Kadar air yang diperoleh pada simplisia kulit petai adalah sebesar
6.36%. Hal ini menunjukkan bahwa simplisia kulit petai dapat disimpan dan
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Simplisia kulit petai diekstraksi menggunakan metode maserasi dan
ultrasonikasi. Penggunaan dua metode ini bertujuan untuk membandingkan
rendemen dan efisiensi dari dua metode tersebut. Simplisia kulit petai diekstraksi
dengan menggunakan tiga pelarut secara bertingkat, yaitu n-heksana, etil asetat,
dan etanol 70%. Metode ekstraksi maserasi merupakan teknik ekstraksi yang
dilakukan dengan cara merendam sampel dalam pelarut selama waktu tertentu.
Metode ini sederhana dan tidak merusak senyawa yang tidak tahan panas.
Senyawa yang terbawa pada proses ekstraksi adalah senyawa yang mempunyai
11
polaritas sesuai dengan pelarutnya, metode ini memerlukan waktu selama 24 jam
pada suhu 27oC untuk setiap pelarutnya. Metode ekstraksi ultrasonikasi
memanfaatkan gelombang ultrasonik untuk memecah dinding sel, sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk ekstrasi tidak selama metode maserasi. Metode ini
membutuhkan waktu 20 menit pada suhu 40oC untuk setiap pelarutnya (Imelda
2013).
Hasil pengukuran rendemen terkoreksi menunjukkan nilai yang paling
besar diperoleh dari pelarut etanol 70% dengan metode maserasi sebesar 12,13%
(Tabel 1), tidak berbeda nyata dengan nilai rendemen etanol 70% dengan metode
ultrasonikasi, yaitu sebesar 11,62% (Tabel 2). Metode maserasi membutuhkan
waktu 24 jam untuk ekstraksi, sedangkan metode ultrasonikasi membutuhkan
waktu 20 menit untuk ekstraksi, sehingga dari sisi hasil rendemen dan juga waktu
ekstraksi, metode ultrasonikasi lebih efisien dibandingkan dengan metode
maserasi. Kuantitas rendemen ini tidak dapat digunakan untuk memperkirakan
banyaknya senyawa bioaktif dalam rendemen tersebut. Informasi ini dapat
digunakan untuk pemilihan pelarut yang tepat saat ekstraksi senyawa metabolit
sekunder yang diharapkan (Kresnawaty & Zainuddin 2009).
Komponen Fitokimia
Uji kualitatif fitokimia bertujuan mengetahui kandungan senyawa
metabolit sekunder pada kulit petai hasil ultrasonikasi.Hasil uji fitokimia yang
dilakukan pada pelarut yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda dalam
kekuatan sinyal yang diidentifikasi, yaitu tingkat kepekatan yang berbeda pada
setiap pelarut (Egwaikhide & Gimba 2007).
Hasil uji fitokimia pada ekstrak kulit petai dapat dilihat pada tabel 3. Hal
ini sesuai dengan penelitian Aisha et al. (2012) dan Tunsaringkarn et al. (2012)
bahwa kulit petai mengandung senyawa fenolik, yaitu flavonoid, saponin dan
tanin yang berpotensi sebagai antibakteri. Ekstrak etanol memiliki kandungan
alkaloid, saponin, dan tanin yang lebih banyak dibanding dengan kedua ekstrak
lainnya namun tidak memiliki kandungan flavonoid sama sekali. Ekstrak etil
asetat memiliki kandungan saponin lebih banyak dibanding dengan ekstrak n-
heksana. Komposisi dari senyawa-senyawa fenolik inilah yang memengaruhi
kemampuan masing-masing ekstrak untuk menghambat aktivitas bakteri.
Dalam penelitian sebelumnya bahan alam lain yang memiliki potensi
antibakteri adalah daun sirih merah yang memiliki kandungan metabolit sekunder
alkaloid, steroid, dan tanin (Sugiharti 2007). Senyawa alkaloid dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Senyawa alkaloid dapat
menyebabkan lisis sel dan perubahan morfologi bakteri (Karou 2006). Senyawa
alkaloid juga terdapat dalam ekstrak etil asetat kulit petai.
Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder bersifat seperti sabun.
Senyawa ini dapat dilihat karena kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis darah (Harborne 1987). Saponin diduga sebagai senyawa
antibakteri pada kulit petai karena memiliki kemampuan untuk menghambat
fungsi membran sel sehingga merusak permeabilitas membran yang
mengakibatkan rusaknya dinding sel.
Flavonoid juga merupakan senyawa yang memiliki sifat antibakteri.
Dinding bakteri yang terkena flavonoid akan kehilangan permeabilitas sel
12
(Karlina et al. 2013). Penelitian oleh Ajizah et al. (2007) menunjukkan bahwa
ekstrak kayu ulin yang mengandung flavonoid dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dengan mengganggu permeabilitas dinding sel
bakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2013) juga menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun kesum yang mengandung flavonoid mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mekanisme mengganggu permeabilitas membran
sitoplasma yang menyebabkan kebocoran material sel.
Senyawa metabolit sekunder berupa tanin mempunyai rasa sepat dan juga
bersifat sebagai antibakteri. Mekanisme penghambatan bakteri pada tanin adalah
dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial, dan
destruksi fungsi material genetik.Menurut Karlina et al. (2013), tanin memiliki
peran sebagai antibakteri dengan mengikat protein sehingga pembentukan dinding
sel akan terhambat.
yang terbentuk, zona hambat ekstrak kulit petai lebih menyerupai bentuk zona
hambat streptomisin.
Menurut sifatnya antibakteri digolongkan menjadi spektrum luas (broad
spectrum) jika menghambat atau membunuh bakteri Gram positif dan Gram
negatif, spektrum sempit (narrow spectrum) jika menghambat atau membunuh
bakteri Gram positif atau Gram negatif saja, dan spektrum terbatas (limited
spectrum) jika efektif terhadap organisme tunggal atau penyakit tertentu (Fardiaz
1983). Berdasarkan hasil yang diperoleh, antibakteri yang terkandung dalam
ekstrak etil asetat kulit petai termasuk ke dalam golongan antibakteri berspektrum
luas, karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri dari Gram positif maupun
Gram negatif.
Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada aktivitas antibakteri,
perlakuan dengan perbedaan pelarut dan konsentrasi yang diujikan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap diameter zona bening yang diperoleh pada taraf
kepercayaan 95%. Pemberian perlakuan tiga pelarut yang berbeda menghasilkan
diameter zona bening yang berbeda pada masing-masing pelarut berdasarkan
tingkat kepolarannya. Begitu pula dengan ragam konsentrasi yang diujikan,
semakin tinggi konsentrasi yang diujikan maka diameter zona bening yang
terbentuk semakin besar. Hasil analisis ini diperkuat oleh uji lanjut Duncan yang
memberikan hasil yang berbeda nyata antar pelarut etil asetat ataupun konsentrasi
yang digunakan.
SIMPULAN
Hasil analisis fitokimia ekstrak kulit petai menunjukkan bahwa ekstrak
kulit petai mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, steroid, dan
triterpenoid. Kulit petai memiliki potensi sebagai antibakteri. Ekstrak etil asetat
kulit petai pada konsentrasi 300 mg/mL memiliki kemampuan antibakteri sebesar
empat kali kemampuan streptomisin 10 mg/mL terhadap Staphylococcus aureus
dan 2,8 kali terhadap Escherichia coli. Fraksinasi ekstrak ekstrak etil asetat kulit
petai dengan KLT menunjukan delapan bercak dibawah lampu UV pada panjang
gelombang 254 nm yang menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit petai
memiliki delapan komponen penyusun.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui konsentrasi minimum yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dan jumlah bakteri yang mampu dibunuh atau dihambat serta uji toksisitas
untuk menentukan dosis maksimum penggunaan. Selain itu perlu dilakukan
penentuan jenis komponen dengan kromatografi dan peranan masing-masing
komponen sebagai agen antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA
[UNICEF] The United Nation Children’s Fund, The Un Inter-agency Group for
Child Mortality Estimation. 2013. Levels and Trends in Child Mortality.
2013 Report of UN IGME : 19-29.
Aisha AFA, Abu-Salah KM, Alrokayan SA, Ismail Z, Majid AMSA. 2012.
Evaluation of antiangiogenic and antioxidant properties of Parkia speciosa
Hassk extracts. Pak J Pharm Sci. 25 1):7-14.
Ajizah A, Thihana, Mirhanuddin. 2007. Potensi ekstrak kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
secara in vitro.J Bioscientiac. 4:37-42.
Fardiaz S. 1983. Bakteriologi Keamanan Pangan. Jilid I. Bogor (ID): IPB Press
Pelczar MJ&Chan ECS, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-
Dasar Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Sakunpak,Panichayupakaranant. 2012. Antibacterial activity of Thai edible plants
against gastrointestinal pathogenic bacteria and isolation of a new broad
spectrum antibacterial polyisoprenylated benzophenone, chamuangone.Food
Chemistry 130:826-831.
Sugiharti NP. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper
crocatum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tunsaringkarn T, Soogarun S, Rungsiyothin A, Palasuwan A. 2012. Inhibitory
activity of heinz body induction in vitro antioxidant model and tannin
concentration of Thai mimosaceous plant extracts. J Med Plants Res.
6(24):4096-4101.
Watson DG. 2007. Analisis Farmasi. Penerjemah: Winny R. Syarief. Edisi kedua.
Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
18
19
LAMPIRAN
20
Residu Filtrat
Analisis:
Kadar rendemen
Uji Fitokimia
Aktivitas bakteri
Penentuan jumlah komponen
21
n-heksana 1,58 ± 0,53 2,46 ± 0,29 1,92 ± 0,58 1,75 ± 0,58 2,33 ± 0,76 0 ± 0,00
Etil asetat 7,67 ± 0,68 7,97 ± 0,71 9,78 ± 0,13 10,75 ± 0,66 13,44 ± 0,77 15,91 ± 1,57
Etanol 70% 0 ± 0,00 0 ± 0,00 0 ± 0,00 0 ± 0,00 0 ± 0,00 0 ± 0,00
23
Nilai
Label N
pelarut Etanol 70% 18
etil asetat 18
n heksan 18
konsentrasi 50 50 9
100 100 9
150 150 9
200 200 9
250 250 9
300 300 9
Subset
Pelarut N 1 2
Duncana Etanol 70% 18 .0000
n-heksana 18 .2222
Etil asetat 18 3.7778
Sig. .243 1.000
Konse Subset
ntrasi N 1 2 3
Duncana 50 9 .5556
150 9 1.0000 1.0000
100 9 1.3333
200 9 1.5556 1.5556
250 9 1.5556 1.5556
300 9 2.0000
Sig. .102 .061 .121
Keterangan: Angka yang terletak pada satu kolom menyatakan nilai yang tidak berbeda
nyata, sedangkan angka yang terletak pada beda kolom menyatakan nilai
yang berbedanyata. Nilai signifikansi 1.00 menunjukkan tingkat yang paling
berbeda nyata.
25
3
Value Label N
Pelarut Etanol 70% 18
etil asetat 18
n heksan 18
Konsentrasi 50 50 9
100 100 9
150 150 9
200 200 9
250 250 9
300 300 9
Tes Antara Faktor-Faktor Subyek
Subset
Pelarut N 1 2 3
Duncana Etanol 70% 18 .0000
A 18 1.3333
B 18 2.5767
Sig. 1.000 1.000 1.000
Subset
Konsen
trasi N 1 2 3 4
Duncana 300 9 2.2222
50 9 1,0000
150 9 1.3333 1.3333
100 9 1.5556 1.5556 1.5556
200 9 1.7089 1.7089
250 9 2.0000
Keterangan: Angka yang terletak pada satu kolom menyatakan nilai yang tidak berbeda
nyata,sedangkan angka yang terletak pada beda kolom menyatakan nilai yang
berbedanyata. Nilai signifikansi 1.00 menunjukkan tingkat yang paling berbeda nyata.
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri dari bapak Hari Purnomo dan ibu Yeti Rohayati
yang lahir pada tanggal 28 Agustus 1991 di Bogor. Penulis adalah putri ketiga
dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di SD Pengadilan 2 Bogor
dan lulus pada tahun 2003, dilanjutkan dengan pendidikan menengah di SMP
Negeri 2 Bogor hingga tahun 2006 dan pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA
Negeri 2 Bogor dan berhasil diterima untuk melanjutkan pendidikan tinggi di
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi dan
kepanitiaan. Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Keprofesian Biokimia
Community of Research and Education of Biochemistry’s (CREBs) periode 2010-
2011 sebagai staff CIC, dan pada tahun 2011-2012 sebagai staf HRD. Pada tahun
2012 penulis melaksanakan Praktek Lapangan (PL) di BB Biogen Cimanggu,
Bogor. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kampus
dan aktif mengikuti kegiatan dari komunitas fotografi Shutter IPB.