Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HARIAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Tempat PKPA : Apotek Kimia Farma Arimbi Jl. Gunung Batu No. 93 D Bandung
Tanggal : Jumat, 09 Oktober 2021
Jam Kerja :

Paraf
No Topik Kegiatan Uraian Kegiatan
Preseptor
1. Skrinning Resep Kajian Administratif
Nama Dokter : √
SIP Dokter : -
Alamat praktek : √
Tanggal penulisan resep : √
Tanda tangan/Paraf penulis resep : √
Nama pasien : √
Alamat pasien : -
Umur pasien : -
Berat badan pasien : -
Jenis kelamin pasien : -
Tanda R/ diawal penulisan resep : √
Jumlah obat yang diminta : √
Tanda lain (det/detur) : √

Kajian Farmasetik
Cara pemakaian yang jelas :
a. Simvastatin 20 mg : Oral
b. Metformin 500 mg : Oral

Bentuk sediaan :
a. Simvastatin 20 mg : Tablet
b. Metformin 500 mg : Tablet

Dosis obat :
a. Simvastatin 20 mg : Untuk
kolesterol tinggi
Dewasa: Dosis awal 10–20 mg,
1 kali sehari. Dosis
pemeliharaan 5–40 mg, 1 kali
sehari. Untuk pasien dengan
risiko gangguan jantung dan
pembuluh darah dosisnya bisa
dimulai dari 40 mg per hari.
- Menurunkan risiko
terjadinya penyakit arteri
koroner
Dewasa: 5–40 mg, 1 kali
sehari, di malam hari. Dosis
bisa diseseuaikan dengan kadar
kolesterol pasien.
- Menangani homozygous
familial hypercholesterolemia
Dewasa: 40 mg, 1 kali sehari,
di malam hari.
Anak usia 10–17 tahun: Dosis
awal 10 mg, 1 kali sehari, di
malam hari. Dosis tidak boleh
lebih dari 40 mg per hari.
a. Metformin 500 mg :
Dosis awal: Sehari 2 x 500 mg
atau 2 x 850 mg. Dosis dapat
ditingkatkan sesuai dengan
respon pasien. Dosis maksimal
3000 mg/hari dalam 3 dosis
terbagi. Dosis pemeliharaan:
Sehari 2 x 850 mg.

Potensi obat : -

Stabilitas : Disimpan pada suhu


ruang yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
Inkompatibilitas : -

Kajian Klinik
Alergi : -
Efek samping :
a. Simvastatin : Konstipasi,
hidung tersumbat, bersin atau
sakit tenggorokan, mual atau
sakit perut, sakit kepala.
b. Metformin : Gangguan saluran
cerna yang bersifat sementara,
namun dapat dihindari dengan
cara konsumsi Metformin HCl
bersamaan dengan makanan.
Anoreksia, mual, muntah,
daire. Berkurangnya absorpsi
vitamin B12. Mialgia, kepala
terasa ringan. Ruam kulit.
Keringat berlebihan, dan
gangguan daya pengecapan.

Interaksi obat :
Simvastatin – Makanan (Mayor) :
Jus jeruk dapat secara signifikan
meningkatkan kadar simvastatin dalam
darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko
efek samping seperti kerusakan hati dan
kondisi langka namun serius yang
disebut rhabdomyolysis yang melibatkan
kerusakan jaringan otot rangka.

Metformin – Makanan (Mayor) :


Metformin dengan alkohol dapat
meningkatkan risiko kondisi langka
namun serius dan berpotensi mengancam
jiwa yang dikenal sebagai asidosis laktat,
yang merupakan penumpukan asam
laktat dalam darah yang kadang-kadang
dapat terjadi selama pengobatan dengan
produk yang mengandung metformin.
Asidosis laktat lebih mungkin terjadi jika
pasien memiliki penyakit ginjal atau
hati, gagal jantung kongestif akut atau
tidak stabil, atau dehidrasi. Pasien harus
mencari perhatian medis segera jika
pasien mengembangkan tanda dan gejala
potensial asidosis laktat seperti
kelelahan, kelemahan, nyeri otot, kantuk
yang meningkat, sakit atau
ketidaknyamanan perut, detak jantung
lambat atau tidak teratur, kesulitan
bernapas, kedinginan, dan gejala tidak
biasa lainnya. Alkohol juga dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah pada
pasien diabetes. Baik hipoglikemia (gula
darah rendah) dan hiperglikemia (gula
darah tinggi)

Polifarmasi : -
Kontraindikasi :
a. Simvastatin : Hipersensitif
terhadap simvastatin atau
komponen obat, gagal fungsi hati
atau pernah mengalami gagal
fungsi hati, peningkatan jumlah
serum transaminase yang
abnormal, pecandu alkohol.
b. Metformin : Obat ini tidak boleh
diberikan kepada pasien dengan
kondisi: Penyakit ginjal dengan
kadar kreatinin serum lebih dari
1.5 mg/dL (pria) dan lebih dari
1.4 mg/dL (wanita). Infark
miokard akut, septikemia, gagal
jantung kongestif. Penyakit hati
kronik, alkoholik, hipoksia.
Asidosis metabolik akut atau
kronik atau memiliki riwayat
asidosis laktat, termasuk
ketoasidosis dibetes dengan atau
tanpa disertai koma. Wanta hamil
dan/atau menyusui.

Aturan pakai :
a. Simvastatin 20 mg : Sehari
1 kali 1 tablet (mallam
hari)
b. Metformin 500 mg : Sehari
3 kali 1 tablet (Sesudah
makan dalam dosis terbagi)

Kesimpulan : Dalam resep tersebut,


terdapat interaksi obat antara
simvastatin – makanan, metformin
– makanan, sehingga kondisi pasien
harus di monitoring. Dosis sudah
sesuai, dalam resep tersebut yang
merupakan copy resep terdapat
tanda detur yang artinya sudah
pernah diambil sebelumnya.

Paraf
No Topik Kegiatan Uraian Kegiatan
Preseptor
2. Skrinning Resep Kajian Administratif
Nama Dokter : √
SIP Dokter : -
Alamat praktek : √
Tanggal penulisan resep : √
Tanda tangan/Paraf penulis resep : √
Nama pasien : √
Alamat pasien : -
Umur pasien : √
Berat badan pasien : -
Jenis kelamin pasien : -
Tanda R/ diawal penulisan resep : √
Jumlah obat yang diminta : √
Tanda lain (det/detur) : -

Kajian Farmasetik
Cara pemakaian yang jelas :
a. Amoksisilin 500 mg :
Oral
b. Cataflam 50 mg : Oral
c. Sanmol 500 mg : Oral

Bentuk sediaan :
a. Amoksisilin 500 mg :
Tablet
b. Cataflam 50 mg : Tablet
c. Sanmol 500 mg : Tablet

Dosis obat :

a. Amoksisilin : Dewasa
250 sampai 500 mg tiap
8 jam. Anak 20
mg/kgBB/hari terbagi
tiap 8 jam. Infeksi berat
diberikan dosis ganda.
Jika akut diberikan
dalam 2 sampai 3 g
dosis tunggal.
b. Cataflam : Dewasa dan
Anak diatas 12 tahun: 1
tablet, 2 sampai 3 kali
per hari.
c. Sanmol : Sanmol Tablet
500 mg

Dewasa: 1 tablet, 3–4


kali sehari.
Anak usia 6–12 tahun:
½–1 tablet, 3–4 kali
sehari.

Potensi obat : -

Stabilitas : Disimpan pada suhu


ruang yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
Inkompatibilitas : -

Kajian Klinik
Alergi : -
Efek samping :

a. Amoksisilin : Reaksi
hipersensitif. gangguan
saluran pencernaan,
seperti: mual, muntah,
dan diare.
b. Cataflam : Gangguan
pencernaan seperti mual,
muntah, diare, kejang
perut, dispepsia,
kembung, anoreksia.
Sakit kepala, pusing,
vitiligo. Erupsi kulit atau
ruam. Peningkatan
transaminase dalam
serum.
c. Sanmol : Diare, tidak
nafsu makan, mual dan
muntah, keluar banyak
keringat, nyeri perut
bagian atas
Interaksi obat : Tidak terjadi interaksi
obat.
Polifarmasi : -
Kontraindikasi :
a. Amoksisilin :
Hipersensitif terhadap
penisilin, infeksi
mononukleosis.
b. Cataflam : Gangguan
pencernaan seperti tukak
lambung dan tukak usus,
perdarahan saluran
pencernaan, hamil pada
trimester akhir,
gangguan hati,
gangguan jantung,
riwayat asma, reaksi
hipersensitifitas atau
alergi pada kalium
diklofenak atau OAINS
lainnya.
c. Sanmol :
Hipersensitivitas
terhadap paracetamol.

Aturan pakai :

a. Amoksisilin 500 mg :
Sehari 3 kali 1 tablet
(Sesudah makan)
b. Cataflam 50 mg : Sehari
3 kali 1 tablet (Sesudah
makan)
c. Sanmol 500 mg : Sehari
3 kali 1 tablet (Sesudah
makan)

Kesimpulan : Dalam resep tersebut,


tidak terdapat interaksi obat, dan
dosis nya sudah sesuai.

Paraf
No Topik Kegiatan Uraian Kegiatan
Preseptor
3. Skrinning Resep Kajian Administratif
Nama Dokter : √
SIP Dokter : √
Alamat praktek : √
Tanggal penulisan resep : √
Tanda tangan/Paraf penulis resep : √
Nama pasien : √
Alamat pasien : -
Umur pasien : √
Berat badan pasien : -
Jenis kelamin pasien : -
Tanda R/ diawal penulisan resep : √
Jumlah obat yang diminta : √
Tanda lain (det/detur) : -

Kajian Farmasetik
Cara pemakaian yang jelas :
a. Lanaven : Oral
b. Iremax : Oral
c. Faktu oint tube : Topikal
Bentuk sediaan :
a. Lanaven : Kapsul
b. Iremax : Tablet
c. Faktu oint tube : Salep

Dosis obat :
a. Lanaven : Sehari 3 kali 1-2
kapsul.
b. Iremax : Dosis 1 tablet 3-4
kali sehari bila diperlukan.
c. Faktu oint tube : Dioleskan
pada daerah hemoroid 2-3
kali sehari.

Potensi obat : -

Stabilitas : Disimpan pada suhu


ruang yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
Inkompatibilitas : -

Kajian Klinik
Alergi : -
Efek samping :
a. Lanaven : Gangguan saluran
pencernaan.
b. Iremax : Mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri, dan panas pada
epigastrik.
c. Faktu oint tube : Rasa tidak
nyaman setempat yang bersifat
ringan.

Interaksi obat : Tidak terjadi interaksi


obat.
Polifarmasi : -
Kontraindikasi :
a. Lanaven : Penderita alergi
berat terhadap salah satu
kandungan obat herbal ini.
b. Iremax : Hipersensitif
terhadap ibuprofen,
paracetamol, asetosal dan
NSAID lainnya, ulkus
peptikum berat dan aktif.
penderita polip hidung.
c. Faktu oint tube :
Hipersensitivitas terhadap
obat ini.

Aturan pakai :

a. Lanaven : Sehari 2 kali 1


Kapsul (Sesudah makan).
b. Iremax : Bila masih nyeri
Sehari 3 kali 1 tablet
(sesudah makan).
c. Faktu oint tube : Dioleskan
tebal di daerah ambeien 2-3
kali perhari.

Kesimpulan : Dalam resep tersebut,


tidak terdapat interaksi obat, dan
dosis nya sudah sesuai.
Paraf
No Topik Kegiatan Uraian Kegiatan
Preseptor
4. Skrinning Resep Kajian Administratif
Nama Dokter : √
SIP Dokter : √
Alamat praktek : √
Tanggal penulisan resep : √
Tanda tangan/Paraf penulis resep : -
Nama pasien : √
Alamat pasien : -
Umur pasien : √
Berat badan pasien : -
Jenis kelamin pasien : √
Tanda R/ diawal penulisan resep : √
Jumlah obat yang diminta : √
Tanda lain (det/detur) : -

Kajian Farmasetik
Cara pemakaian yang jelas :
a. Lexid : Oral
b. Nucral Suspensi : Oral

Bentuk sediaan :
a. Lexid : Kapsul
b. Nucral : Suspensi

Dosis obat :
a. Lexid : Dosis untuk dewasa:
Duodenal ulcer/Tukak Usus
halus, Reflux Esofagitis : 1
x sehari 1 kapsul selama 4
minggu Gastric ulcer/Tukak
lambung, NSAID
Gastropathy/Nyeri lambung
akibat AINS : 1 x sehari 1
kapsul selama 8 minggu.
b. Nucral : Dewasa : 3 kali
sehari 1-2 tablet.

Potensi obat : -

Stabilitas : Disimpan pada suhu


ruang yang terhindar dari cahaya
matahari langsung.
Inkompatibilitas : -

Kajian Klinik
Alergi : -
Efek samping :
a. Lexid : Sakit kepala, pusing,
diare,nyeri abdomen, ruam
kulit, dispepsia, mual,
muntah, konstipasi,
urtikaria, pruritus, kembung,
kelelahan menyeluruh.
b. Nucral : Gangguan
gastrointestinal, ruam kulit.

Interaksi obat :
Sukralfat (Lexid) - Lansoprazol (Nucral
Susepensi), (Moderate) : Menggunakan
sukralfat bersama dengan lansoprazole
dapat menurunkan efek lansoprazole.
Lansoprazole harus diberikan setidaknya
1 jam sebelum atau sesudah sucralfate.

Polifarmasi : -
Kontraindikasi :

a. Lexid : Hipersnsitif, Infeksi sirup


pada kulit.
b. Nucral : Diabetes, kerusakan
ginjal, keracunan alumunium.

Aturan pakai :
a. Lexid : Sehari 1 kali 1
Kapsul (Setelah makan).
b. Nucral Suspensi : Sehari 3
kali 2 sendok makan(1 jam
sebelum makan)

Kesimpulan : Dalam resep tersebut,


terdapat interaksi obat antara
lansoprazol.dengan sukralfat
sehingga harus diberi jeda waktu.

Anda mungkin juga menyukai