Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Petrus Aldino B. Wutun (1910020118)
2. Salmania Rahma Maharani (1910020119)
3. Maria Junira Fahik (1910020120)
4. Roy Vito J. Malelak (1910020121)
5. Angela Noch (1910020138)
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah pada mata kuliah Sistem
Informasi Akuntansi dengan judul Sistem Manajemen Database. Makalah ini disusun sebagai
syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok pada Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik maupun saran dari semua pihak akan kami terima
dengan senang hati dari para pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.3. Tujuan
1. Menjelaskan flat file vs database sistem.
2. Menjelaskan ruang lingkup manajemen database.
3. Menjelaskan metode database relasional.
4. Menjelaskan cara merancang model database.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem manajemen basis data (database management system) adalah suatu sistem atau
perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi
terhadap data yang diminta pengguna.
Pendekatan database :
1. Akses ke sumber data dikendalikan oleh DBMS (Database Manegament System), yaitu
perangkat lunakkhusus yang diprogram untuk mengetahui elemen data mana yang
diperbolehkan untuk diakses oleh setiap user.
2. Pemusatan data organisasi kedalam sebuah database yang digunakan secara bersama
(Share) oleh semua user.
3. Mengatasi kendala yang dihadapi flat-file.
Kelebihan flat-file :
1. Cepat.
Tanpa harus berkomunikasi dengan database untuk memanggil konten, situs berkas
murni sangat cepat memuat dan menyajiakan laman.
2. Aman
Database adalah titik rentan terhadap serangan peretas, sistem tanpa basis data terbebas
dari lubang keamanan potensial ini.
3. Mudah
Tanpa perlu mengkonfigurasikan basis data, proses instalasi hanya melibatkan aktivitas
pengunggahan berkas-berkas saja.
4. Ringan
Inang web atau server tak lagi dibebani dengan penggunaan basis data yang cenderung
memberatkan, sekaligus bebas dari kinerja sistem backup (pencadangan) database yang
boros memori.
5. Terkontrol
kontrol versi (version control) menjadi sedemikian simple dan transparan.
6. Portebel
Sebuah situs dapat dengan mudah dipindahkan (migrasi) ke inang lain tanpa proses
ekspor-impor dan konfigurasi ulang basis data.
Kelemahan flat-file :
1. Flat-file tidak menggunakan struktur data yang dengan mudah dapat direlasikan.
2. Sulit untuk mengatur data secara efisien dan menjamin akurasi.
3. Lokasi fisik fields data dengan file harus diketahui.
4. Program harus dikembangkan untuk mengatur data.
1. Lebih Mahal
Sistem basis data membutuhkan sumber daya yang tinggi, terlebih untuk melakukan
perawatannya yang secara berkala.
2. Proses back up cukup memakan waktu
Sistem basis data mencakup banyak file, sehingga jika dilakukan back up akan
menghabiskan waktu.
3. Bila ada akses yang tidak benar, kerusakan dapat terjadi.
Kesalahan dalam mengakses bisa menyebabkan berbagai masalah, terutama oleh
sembarang pengguna.
4. Sistem lebih rumit, sehingga memerlukan orang ahli.
Sistem basis data sangat kompleks, tidak sembarang orang bisa menanganinya. Terutama
dengan berbagai macam resiko, sehingga hanya orang ahli yang hanya bisa
menanganinya.
Beberapa contoh aplikasi yang membutuhkan database sebagai landasannya antara lain:
transaksi perbankan, pemesanan tiket, aplikasi pemrosesan penjualan dan pembelian pada
perusahaan dagang, absensi perusahaan serta sistem penggajian karyawan pada perusahaan,
aplikasi akademik, aplikasi pencatatan pajak, dan lain sebagainya. Selain dapat meningkatkan
kinerja sebuah perusahaan, penggunaan database masih memiliki banyak keuntungan lain yang
bisa kita dapatkan.
Hirarki data dalam database mulai dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu :
1. Database
Suatu database menggambarkan data yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya.
2. File
Suatu file menggambarkan suatu kesatuan data yang sejenis, dimana kumpulan dari file
membentuk suatu database.
3. Record
Suatu record menggambarkan suatu unit data individu yang tertentu dimana kumpulan
dari record membentuk suatu file.
4. Field
Suatu field menggambarkan suatu attribute dari record, dimana kumpulan field
membentuk suatu record.
5. Byte
Attribute dari field berupa huruf yang membentuk nilai dari sebuah field.
6. Bit
Merupakan bagian terkecil dari data secara keseluruhan yaitu berupa karakter ASCII
(American Standar Code Form Information Intercharge). 0 (nol) adalah satu yang
merupakan komponen pembentuk byte.
Perusahaan dapat mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan file datar dengan
mengimplementasikan model basis data untuk manajemen data. Akses ke sumber daya data
dikendalikan melalui sistem manajemen basis data (Database Management System-DBMS).
DBMS adalah peranti lunak sistem khusus yang diprogram untuk mengetahui elemen data mana
yang penggunanya memiliki hak untuk mengaksesnya.
1. Model Konseptual
Model konseptual terfokus kepada representasi basis data secara alam logika. Model ini
lebih memperhatikan tetang apa yang disajikan dibanding dengan bagaimana cara
menyajikannya.
2. Model Implementasi
Ditekankan pada Bagaimana cara data disajikan pada basis data atau bagaimana struktur
data diimplementasikan.
Dari konsep Model basis data implementasi terdapat beberapa konsep basis data yang
berkembang antara lain :
Model Entity Relationship diperkenalkan pertama kali oleh P.P. Chen pada tahun 1976.
Model ini dirancang untuk menggambarkan persepsi dari pemakai dan berisi obyek-obyek dasar
yang disebut entity dan hubungan antar entity-entity tersebut yang disebut relationship. Pada
model ER ini semesta data yang ada dalam dunia nyata ditransformasikan dengan memanfaatkan
perangkat konseptual menjadik sebuah diagram, yaitu diagram ER ( Entity Relationship).
Diagram hubungan entitas merupakan suatu teknik grafis yang menggambarkan skema
database. Disebut diagram E-R karena diagram tesebut menunjukkan berbagai macam entitas
yang dimodelkan, serta hubungan antar entitas tersebut. Entitas adalah segala sesuatu yang
informasinya ingin dikumpulkan dan disimpan oleh organisasi. Didalam diagram E-R, entitas
muncul dalam bentuk persegi panjang, dan hubungan antara entitas digambarkan dengan wajik.
Diagram Hubungan Entitas Diagram E-R tidak hanya menunjukkan isi dari suatu
database, tetapi juga secara grafis model suatu organisasi. Jadi diiagram E-R dapat dipergunakan
tidak hanya mendesain database, tetapi juga untuk mendokumentasikan dan memahami database
yang telah ada, serta untuk mengubah secara total proses bisnis.
Model data REA secara khusus dipergunakan dalam desain database SIA sebagai alat
pembuatan model konseptual yang fokus pada aspek sematik bisnis yang mendasari aktifitas
rantai nilai suatu organisasi. Model REA memberikan petunjuk dalam desain database dengan
cara menidentifikasi entitas apa yang seharusnya dimasukkan ke dalam database SIA, dan
dengan cara bagaimana membuat struktur antar entitas dalam database tersebut.
REA adalah model bagaimana sebuah sistem akuntansi dapat kembali direkayasa oleh
komputer. REA awalnya diusulkan pada tahun 1982 oleh William E. McCarthy sebagai model
akuntansi umum, dan berisi konsep sumber daya, peristiwa dan agen.
REA merupakan model yang populer dalam sistem informasi akuntansi (SIA). Tapi ini
jarang terjadi pada praktik bisnis, perusahaan tidak dapat dengan mudah membongkar sistem
mereka untuk memenuhi tuntutan radikal REA. Dan juga model REA menghilangkan banyak
objek akuntansi yang tidak diperlukan dalam komputer. Yang paling terlihat dari ini adalah debit
dan kredit-double-entry pembukuan menghilang dalam sistem REA. Banyak buku besar umum
juga menghilang, setidaknya sebagai obyek persisten, misalnya, piutang atau hutang. Komputer
dapat menghasilkan akun tersebut secara real time menggunakan catatan sumber dokumen.
Model REA juga merupakan suatu alat pemodelan konseptual yang khusus dirancang
untuk melengkapi struktur dalam perancangan database SIA. Dalam model REA ditentukan
entiti apa yang harus disertakan dalam database SIA dan bagaimana susunan relationship antara
entiti dalam database SIA.
Tipe entity dalam model REA dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Sumberdaya (resources)
Resources didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomisbagi organisasi
tersebut. Contoh resources adalah kas, inventaris, peralatan, persediaan, gudang, pabrik,
dan tanah.
2. Kegiatan (even)
Events menunjukkan aktivitas-aktivitas bisnis, dimana manajemen ingin mengumpulkan
informasi untuk tujuan perencanaan pengawasan. Sebagai contoh, aktivitas penjualan
akan mengurangi persediaan dan aktivitas penerimaan kas akan menambah jumlah kas.
SIA harus dirancang untuk memperoleh dan menyimpan informasi aktivitas tersebut.
3. Pelaku (agent)
Agents adalah orang dan organisasi yang berpartisipasi dalam aktivitas dan kepada siapa
informasi diserahkan untuk tujuan perencanaan, pengawasan, dan pengevaluasian.
Contoh agent adalah pengawai, pelanggan, dan pemasok.
Gambar D.1 di atas memperlihatkan bahwa pola dasar REA terdiri dari sepasang
kegiatan, satu kegiatan meningkatkan beberapa sumber daya, dan kegiatan satunya menurunkan
beberapa sumber daya. Pertukaran ekonomi dasar dalam siklus pendapatan melibatkan penjualan
barang dagangan atau pelayanan, serta serangkaian penerimaan kas sebagai pembayaran dalam
penjualan tersebut.
Jadi, Perancang database mulai menggambar diagram REA untuk siklus pendapatan
perusahaan dengan membuat entitas kegiatan penjualan dan penerimaan kas dalam bentuk
persegi panjang, dan hubungan dualitas ekonomi antara mereka, dalam bentuk wajik.
Membangun Diagram REA
Membangun diagram REA untuk satu siklus transaksi terdiiri dari empat langkah :
Diagram REA ini dapat dipergunakan untuk mendesain database relasional yang
terstruktur baik. Bahkan, membuat suatu rangkaian tabel berdasarkan diagram REA secara
otomatis akan menghasilkan database relasional yang terstruktur baik, tanpa adanya masalah
nomaly pembaruan (update), penyisipan data (insert), dan penghapusan (delete).
1. Membuat sebuah tabel untuk setiap entitas berbeda dan untuk setiap hubungan banyak-
ke-banyak.
2. Memberikan atribut ke tabel yang tepat.
3. Menggunakan kunci luar untuk mengimplementasikan hubungan satu-ke-satu dan
hubungan satu-ke-banyak.
Seperti yang telah disebutkan, untuk mendesain SIA yang dapat berfungsi untuk
PERUSAHAAN, Perancang database harus mengembangkan diagram REA untuk siklus
tambahan dan kemudian memadukan diagram-diagram tersebut.
Diagram REA yang lengkap juga berfungsi sebagai petunjuk yang berguna untuk
meminta informasi dari database SIA.
Permintaan data dapat digunakan untuk menghasilkan jurnal dan buku besar serta
menyiapkan laporan manajerial dan menghasilkan informasi laporan keuangan lainnya dari
database rasional yang dibuat dengan menggunakan model REA.
Perancangan Database adalah proses untuk menentukan isi dan pengaturan data yang
dibutuhkan untuk mendukung berbagai rancangan sistem.
1. Pada tingkat pertama, perencanaan sistem, analisis dan rancangan umum dilaksanakan
untuk menetapkan kebutuhan pemakai. Tingkat perancangan database ini melibatkan
tahap front-end, bebas dari perancangan database tertentu atau Database Management
System (DBMS).
2. Pada tingkat kedua, rancangan umum, seperti diagram entitas relasi tingkat tinggi,
ditransformasikan (atau didekomposisikan) ke dalam perancangan database rinci untuk
sebuah DBMS tertentu yang akan digunakan untuk mengimplementasikan sistem total.
Pada masa lalu banyak penjual (vendors) menawarkan Database Management Systems
(DBMS) yang berdasarkan pada Model Hierarkikal dan Model Jaringan. Saat ini Model
Relasional adalah dominan. Karena itu hampir semua penjual perangkat lunak database
menawarkan produk perangkat lunak Relational Database Management Systems (RDBMS).
RDBMS dibuat dengan struktur tiga skema, Struktur lapisan ini mendefinisikan data
perusahaan pada tingkat yang berbeda.
Skema Eksternal mendefinisikan bagaimana pemakai mengakses dan melihat output dari
RDBMS, bebas dari bagaimana data disimpan atau diakses secara fisik. Akses dan manipulasi
seperti ini dilaksanakan oleh pemakai dengan memperkerjakan bahasa prosedural, seperti
COBOL atau bahasa query, seperti Structured Query Language (SQL), bahasa standar yang
diakui untuk RDBMS.
Skema Internal terdiri dari organisasi fisik dari data (mis. sekuensial, indeks sekuensial,
langsung) dalam hal struktur fisik data dan metode-metode pengaksesan dari sistem operasi
komputer.
Secara khusus proses perancangan berisikan 2 aktifitas paralel. Aktifitas yang pertama
melibatkan perancangan dari isi data dan struktur database, sedangkan aktifitas kedua mengenai
perancangan pemrosesan database dan aplikasi–aplikasi perangkat lunak.
Dua aktifitas ini saling berkaitan , misalnya mengidentifikasi data item yang akan
disimpan dalam database dengan cara menganalisa aplikasi–aplikasi database. Dua aktifitas ini
juga saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya tahap perancangan database secara fisik,
pada saat memilih struktur penyimpanan dan jalur akses dari file suatu database dimana
bergantung dengan aplikasi–aplikasi yang akan menggunakan file tersebut. Penentuan
perancangan aplikasi–aplikasi database yang mengarah ke konstruksi skema database telah
ditentukan selama aktifitas pertama.
Ke-enam tahap yang telah disebutkan sebelumnya dapat di proses secara tidak berurutan .
Dalam beberapa hal, dapat dilakukan modifikasi perancangan kembali ke tahap yang pertama
(feedback loop) setelah melakukan tahap selanjutnya.
Tahap 1 :
Sebelum merancang suatu database, yang harus dilakukan adalah mengetahui dan
menganalisis apa yang diinginkan dari pengguna aplikasi, sehingga proses ini disebut
pengumpulan data dan analisis. Untuk menspesifikasikan kebutuhan yang pertama kali dilakukan
adalah mengidentifikasi bagian lain di dalam sistem informasi yang berinteraksi dengan sistem
database. Termasuk pengguna yang baru atau yang sudah lama juga aplikasinya, kebutuhan–
kebutuhan tersebut dikumpulkan dan di analisa.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan skema konseptual untuk databse yang
tidak tergantung pada sistem manajemen database yang spesifik. Penggunaan model data tingkat
tinggi seperti ER/EER sering digunakan didalam tahap ini. Di dalam skema konseptual
dilakukan perincian aplikasi–aplikasi database dan transaksi–transaksi yang diketahui.
Perancangan skema konseptual : Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan mengecek
tentang kebutuhan– kebutuhan pemakai terhadap data yang dihasilkan dari tahap 1, dimana
tujuan dari proses perancangan skema konseptual adalah menyatukan pemahaman dalam struktur
database, pengertian semantik, keterhubungan dan batasan-batasannya, dengan membuat sebuah
skema database konseptual dengan menggunakan model data ER/EER tanpa tergantung dengan
sistem manajemen database.
1. Terpusat
Kebutuhan–kebutuhan dari aplikasi atau kelompok–kelompok pemakai yang berbeda
digabungkan menjadi satu set kebutuhan pemakai kemudian dirancang menjadi satu
skema konseptual.
2. Integrasi view–view yang ada
Untuk masing–masing aplikasi atau kelompok–kelompok pemakai yang berbeda
dirancang sebuah skema eksternal ( view ) kemudian view – view tersebut disatukan ke
dalam sebuah skema konseptual.
3. Transaksi
Merancangan karakteristik dari transaksi–transaksi yang akan di implementasikan tanpa
tergantung dengan DBMS yang telah dipilih. Transaksi–transaksi ini digunakan untuk
memanipulasi database sewaktu diimplementasikan . Pada tahap ini diidentifikasikan
input, output dan fungsional . Transaksi ini antara lain : retrieval, update dan delete,
select dll.
Ada 4 strategi dalam perancangan skema konseptual :
1. Top down
2. Bottom up
3. Inside out
4. Mixed
Pemilihan sistem manajemen database ditentukan oleh beberapa faktor a.l : Teknik,
Ekonomi, dan Politik Organisasi.
Faktor teknik :
Faktor Ekonomi :
Faktor Organisasi :
1. Struktur data
Jika data yang disimpan dalam database mengikuti struktur hirarki, maka suatu jenis
hirarki dari sistem manajemen database harus dipikirkan.
2. Personal yang terbiasa dengan sistem yang terdahulu
Jika staff programmer dalam suatu organisasi sudah terbiasa dengan sautu sistem
manajemen database maka hal ini dapat mengurangi biaya latihan dan waktu belajar.
3. Ketersediaan dari service vendor
Keberadaan fasilitas pelayanan penjual sangat dibutuhkan untuk membantu memecahkan
masalah sistem.
Transformasi dari skema konseptual dan eksternal ( Tahap 2 ) ke model data sistem
manajemen database yang terpilih, ada dua proses yaitu :
1. Transformasi yang tidak tergantung pada sistem, pada tahap ini transformasi tidak
mempertimbangkan karakteristik yang spesifik atau hal– hal khusus yang akan
diaplikasikan pada sistem manajemen database
2. Penyesuaian skema ke sistem manajemen database yang spesifik, di lakukan suatu
penyesuaian skema yang dihasilkan dari tahap 1 untuk dikonfirmasikan pada bentuk
implementasi yang spesifik dari suatu model data seperti yang digunakan oleh sistem
manajemen database yang terpilih.
Hasil dari tahap ini dituliskan dengan perintah DDL ke dalam bahasa sistem manajemen
database terpilih. Tapi jika perintah DDL tersebut termasuk dalam parameter–parameter
perancangan fisik , maka perintah DDL yang lengkap harus menunggu sampai tahap
perancangan database secara fisik telah lengkap.
Proses pemilihan struktur penyimpanan yang spesifik dan pengaksesan file– file database
untuk mencapai kinerja yang terbaik di bermacam–macam aplikasi
Kriteria pemilihan perancangan fisik :
1. Waktu respon
Waktu transaksi database selama eksekusi untuk menerima respon
2. Penggunaan ruang penyimpanan
Jumlah ruang penyimpanan yang digunakan oleh database file dan struktur jalur
pengaksesannya.
3. Terobosan yang dilakukan file transaksi(Transaction troughput )
Merupakan nilai rata–rata transaksi yang dapat di proses permenit oleh sistem database
dan merupakan parameter kritis dari sistem transaksi
Apabila waktu respon dari database tidak mencapai optimalisasi, maka pada tahap
perancangan fisik ini dapat dilakukan denormalisasi.
Denormalisasi
Denormalisasi merupakan proses yang dilakukan pada database yang sudah
dinormalisasi, dengan cara memodifikasi struktur tabel dan mengabaikan kerangkapan
data (yang terkontrol) untuk meningkatkan kinerja database.
Tahap 6 : Implementasi
Implementasi skema database logik dan fisik ke dalam penyataan DDL dan SDL dari
sistem manajemen database yang telah dipilih, untuk digunakan dalam pembuatan file–file
database yang masih kosong.
BAB III
PENUTUP
3.1.1. Kesimpulan
Manajemen sumber daya data, yaitu sebuah aktivitas manajerial yang mengaplikasikan
teknologi sistem informasi seperti manajemen database, gudang data, dan alat manajemen data
lainnya dalam tugas untuk mengelola sumber daya data organisasi agar dapat memenuhi
kebutuhan informasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan bisnis mereka. Struktur basis data
adalah cara data diorganisasi agar pemrosesan data menjadi lebih efisien. Struktur ini kemudian
diimplementasikan melalui suatu sistem manajemen basis data.
Sistem manajemen basis data (DBMS) adalah suatu peranti lunak yang menyimpan
struktur basis data, data itu sendiri , hubungan di antara data di dalam basis data, nama-nama
formulir, jenis-jenis data, angka di belakang desimal, jumlah karakter, nilai-nilai default, dan
seluruh uraian field lainnya.
3.1.2. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, kami kelompok 7 penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
https://hendri83.wordpress.com/2012/09/17/model-database/amp/
https://www.nesabamedia.com/pengertian-model-basis-data/amp/
https://robertusmikael.wordpress.com/
http://daryono.staff.gunadarma.ac.id/
https://www.coursehero.com/file/33951944/