Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kelompok Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : D r . H . M u k h t a r , L c , M . T h . I

Konsep Ayat Dan Konsep Surah

DISUSUN OLEH :

Kelompok V

1. Nurhermi Fitrah Sadli (2020203862202010)


2. Nurul Azhari (2020203862202005)
3. Dewi Yuliana Santika (2020203862202014)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang Konsep Ayat dan Konsep Surah . Makalah ini merupakan salah satu
tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan


penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
para pembaca.

Barru, 20 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...............................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................2

D. MANFAAT PENULISAN........................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

A. Konsep Ayat...............................................................................................3

1. Pengertian Ayat....................................................................................3

2. Cara Mengenal Ayat.............................................................................3

3. Jumlah Ayat..........................................................................................4

4. Sistematika (Tartib) Ayat Al-Qur’an....................................................7

B. Konsep Surah..............................................................................................8

1. Pengertian Surah...................................................................................8

2. Jumlah Dan Pembagian Surah..............................................................8

3. Pembagian Surah..................................................................................9

4. Sistematika (Tartib) Surah Al-Qur’an................................................11

5. Perbedaan pandang ulama mengenai sistematika (tartib) surah.........12

BAB III..................................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................14

B. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai “Surat dan Ayat” tentunya tidak bisa lepas dari Al
qur-an, karena memang ini membahas mengenai hal itu. Surat dan ayat
merupakan bagian-bagian dalam Al-Qur’an, yang mana Al-Qur’an memang
tersusun dari surat dan ayat.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di 2 (dua) tempat


yang berbeda yaitu: Pertama, ketika nabi bertempat tinggal di Makkah, kedua
ketika Nabi bermukim di Madinnah sesudah Hijrah. Surat yang diturunkan di
Makkah dinamakan Surat Makiyyah sedangkan surat yang turun di Madinnah
dinamakan Surat Madaniyah.

Surat adalah sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tempat


bermula dan sekaligus tempat berhenti. Sedangkan ayat dapat diartikan sebagai
kalimat yang membentuk Al quran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Ayat ?

2. Bagaimana cara mengenal Ayat ?

3. Berapa jumlah Ayat?

4. Bagaimana (tartib) sistematika Ayat dalam Al-Qur’an?

5. Apa yang dimaksud Surah ?

6. Berapa jumlah Surah dan pembagiannya ?

7. Bagaimana (tartib) sistematika Surah dalam Al-Qur’an?

8. Bagaimana perbedaan pandangan Ulama mengenai sistematika (tartib)


Surah?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan dalam
makalah ini seperti berikut :
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Ayat.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahaami cara mengenal Ayat.
3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami berapa jumlah Ayat.

4. Pembaca dapat mengetahui dan memahami sistematika Ayat dalam Al-


Qur’an.

5. Pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Surah.

6. Pembaca dapat mengetahui dan memahami berapa jumlah Surah dan


pembagiannya.

7. Pembaca dapat mengetahui dan memahami sistematika Surah dalam Al-


Qur’an.

8. Pembaca dapat mengetahui dan memahami perbedaan pandangan Ulama


mengenai sistematika (tartib) Surah.

D. MANFAAT PENULISAN
Pembuatan makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai
konsep ayat dan surah dalam Al-Qur’an, dan bagaimana sistematika (tartib)
ayat dan surah yang terdapat dalam Al-Qur’an.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP AYAT
1. Pengertian Ayat
Ayat (bahasa Arab: ‫ )آیة‬secara teknis adalah kalimat-kalimat yang
membentuk Al-quran dengan urutan-urutan tertentu dipisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya dan akan membentuk surah-surah Alquran. Dalam
Al-quran, kata ayat digunakan dengan makna teknis ini. Ayat-ayat Alquran
digunakan sebagai "bayyinat" yaitu penjelas dan terang.

Para pakar Ulumul Quran membahas tentang ayat dalam berbagai


pembahasan misalnya: jumlah ayat, tauqifi ayat, koherensi dan ketaksesuaian
urutan ayat.

Dalam Alquran ayat memiliki makna lain, yaitu setiap makhluk yang
menunjukkan sifat Tuhan dan mukjizat yang dibawakan oleh para nabi.
Dalam penggunaan makna ini, Alquran membagi tanda-tanda Tuhan menjadi
ayat-ayat āfāqi dan ayat-ayat anfusi. Ayat-ayat āfāqi adalah tanda-tanda yang
berada di luar wujud manusia, contohnya : langit-langit, bumi, keteraturan
yang ada di lautan, gurun pasir dan tumbuh-tumbuhan , sedangkan ayat-ayat
anfusi adalah tanda-tanda yang berada di dalam wujud diri manusia dan
memberi bimbingan manusia kepada Tuhan, contohnya : keruwetan anggota
badan manusia dan kekuatan manusia.

2. Cara Mengenal Ayat


 Cara mengenal Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Selain dibawa kepada pemahaman makna, yang perlu diketahui yaitu


dalam al-Qur’an ada ayat yang sifatnya muhkamat, yaitu pasti dan
mutasyabihat, yang samar-samar. Di antara ayat-ayat mutasyabihat
diantaranya berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Apabila ayat-ayat tersebut
diartikan secara literal, akan menimbulkan pengertian bahwa Allah memiliki
sifat kekurangan dan menyerupai makhluk-Nya.
Contoh ayat mutasyabihat seperti ayat, “Tuhan yang Maha Pemurah, ber-
istiwa’ di atas ‘Arsy”. (Thaha[20]: 5). Dalam ayat lain Allah berfirman,” Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (al-Baqarah[2]: 115). Demikian pula dengan ayat, Dan Ibrahim
berkata: “Sesungguhnya aku pergi menuju kepada Tuhanku, dan dia akan
memberi petunjuk kepadaku”. (al-Shaffat [37]: 99). Nabi Ibrahim dalam ayat
tersebut mengatakan akan pergi ke Palestina.

Dari ketiga ayat di atas terkesan keberadaan Allah ada di tiga tempat. Ayat
pertama menyimpulkan, Allah ada di Arsy. Ayat kedua Allah ada di berbagai
arah di muka bumi. Dan ayat terakhir menyimpulkan Allah ada di Palestina.

Ayat-ayat tersebut menurut para ulama bersifat mutasyabihat sehingga


maknanya tidak boleh diartikan secara literal. Sebab jika diartikan secara
literal akan menimbulkan pengertian yang paradoks. Padahal terjadinya
pertentangan dalam al-Qur’an itu tidak mungkin. Karenanya, harus
meninggalkan maksud literal ayat-ayat mutasyabihat tersebut, dan
mengembalikan pemahamannya kepada ayat yang muhkamat. Dalam hal ini
ayat yang muhkamat yaitu firman Allah yang artinya:”Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia.” (al-Syura[42]: 11).

Berangkat dari ayat yang muhkamat ini, maka akan dapat disimpulkan
bahwa Allah itu ada tanpa tempat dan tanpa arah, karena tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan-Nya.

Jadi apabila ditemukan nash-nash yang terkesan bertentangan, tidak boleh


menyalahkan nash. Salahkan diri sendiri akibat kurangnya ilmu dan
pemahaman, atau dangkalnya penelitian dan pembahasan. Kita harus ber-
husnudzan (berbaik sangka) pada nash, dan ber-su’udzhan (berburuk sangka)
pada diri sendiri.

3. Jumlah Ayat
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Alquran. Salah satu
alasan atau faktor-faktor yang menentukan perbedaan ini adalah pada saat
Nabi Muhammad saw membaca sebuah ayat, maka suatu ketika Nabi
Muhammad SAW terkadang berhenti pada akhir ayat karena waqaf, namun
keesokan harinya Nabi tidak lagi berhenti (waqaf) pada tempat semula,
bahkan menyempurnakan bacaannya, sehingga para sahabat yang
mendengarya menyangka berhentinya Nabi tersebut karena faktor akhir ayat
(fashilah). Dari sinilah pendengar kadang-kadang menyangka dan
menghitung dua ayat sebagai satu ayat.

Oleh karena itu, perbedaan riwayat tentang washl atau waqf menyebabkan
perbedaan dalam jumlah ayat dan pada akhirnya terbentuklah berbagai
pendapat seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

No Jumlah Ayat Kategorisasi Rawi

1 6217 Madani Awal Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-
(Madinah Qa’qa’
Awal)

6214 Madani akhir Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far


(Madinah
Akhir)

2 6219 Makki (Mekah) Abdullah bin Katsir al-Makki dari


Mujahid bin Jubair

3 6225 Syami (Syriah) Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari


Abdullah bin Amir al-Yahshibi

4 6236 Kufi (Kufah, Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu
Irak) Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin
Habib as-Sulami

5 6205 Bashri (Basrah, ‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar


Irak)

6 6232 Himsy Khalid al-Ma’dan

Dari beberapa riwayat di atas, yang sampai saat ini riil banyak dipakai
dalam penerbitan Al-Qur’an ada dua. Mazhab al-Kuffiyun yang diriwayatkan
Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin
Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib dengan jumlah ayat 6236 ayat dan
Madani Awal disandarkan pada riwayat Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far
bin Yazid al-Qa’qa’, 6217 ayat. Bertolak dari keadaan sekarang yang hanya
menyisakan dua mazhab dari tujuh riwayat, menurut ad-Dani pada masanya
(setidaknya dalam kisaran abad ke-5 hijriah) kelima mazhab hitungan ayat di
atas saat itu semuanya berlaku di kawasan bersangkutan.

Dengan demikian, terkait kepastian jumlah ayat-ayat dalam Al-Qur’an


tidak ada yang “paling benar” dan “paling salah”. Selama hal itu argumentatif
dan didasarkan pada periwayatan dan pilihan yang bertanggung jawab, semua
dapat dimungkinkan, meskipun tidak dapat disangkal sebuah pendapat
barangkali “lemah” (marjuh) secara metodologis. Diskusi terkait khilafiyah
jumlah ayat tidak selamanya harus bersepakat dalam kesamaan ataupun saling
mencaci dalam ketidaktahuan! Wallahu a’lam.

Bagaimana dengan jumlah 6.666 ayat?

Menurut sebuah sumber, angka ini berasal dari keterangan Syekh Nawawi
al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-
Mubtadiin. Menurut Al-Bantani, bilangan ayat Al-Qur’an itu 6666 ayat, yaitu
1000 ayat di dalamnya tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan, 1000
ayat tentang janji, 1000 tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah-kisah dan
kabar-kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil, 500 ayat tentang halal dan
haram, 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang du’a, istighfar
dan dzikir.

Sumber lain dengan jumlah yang sama tetapi dengan penjelasan berbeda
adalah pandangan az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah wasy-
Syari’ah wal-Manhaj,(2003, jilid 1/45), “membenarkan” jumlah ayat Al-
Qur’an dalam (tariqah) hitungan al-Kufiyyun adalah 6236 ayat, namun
demikian ia juga menyebutkan menurut (tariqah) hitungan yang lain
berjumlah 6.666 ayat. Perhitungan ini sepertinya didasarkan pada kalkulasi
pertimbangan isi keseluruhan ayat dalam Al-Qur’an. Dalam pandangan ini,
ayat-ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasi dan dijumlahkan sebagai berikut; al-
amr (perintah) 1000 ayat, an-nahy (larangan) 1000 ayat, al-wa’d (janji) 1000
ayat, al-wa’id (ancaman) 1000 ayat, al-qasas wal-akhbar (kisah-kisah dan
informasi) 1000 ayat, al-ibr wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan) 1000
ayat, al-haram wal halal (halal dan haram) 500 ayat, ad-du’a (doa) 100 ayat,
dan an-nasikh wal-mansukh 66 ayat.

Dari beberapa informasi dan telaahan di atas, dapat disimpulkan sementara


terkait jumlah bilangan ayat dalam Al-Qur’an. Pertama, jumlah 6.666 adalah
jumlah hitungan ayat Al-Qur’an berdasarkan kandungan isi ayat dari sebagian
ulama, bukan hitungan dalam pengertian menghitung satu per satu ayat dalam
perspektif ilmu addul-ayi. Kedua, jumlah 6.236 bukanlah jumlah satu-satunya
ayat Al-Qur’an yang “paling benar”, namun hal itu adalah pilihan riwayat.

4. Sistematika (Tartib) Ayat Al-Qur’an


Al-Qur’an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang panjang
maupun yang pendek. Ayat adalah sejumlah kalam allah yang terdapat dalam
sebuah surah dari Qur’an.Sedangkan susunan ayat atau tertib ayat dijelaskan
Az-Zarkasyi dalam Al Burhan dan Abu Ja’far Ibnu Az Zubair dalam
Munasabah-nya, mengatakan, ”tertib ayat-ayat di dalam surat-surat itu
berdasarkan tauqify dari Rasulullah dan atas perintahnya, tanpa
diperselisihkan kaum muslimin.” As Suyuthi memastikan hal itu, katanya,
Ijma dan nash-nash yang serupa menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah
tauqify, tanpa diragukan lagi.”

Tartib atau urutan ayat-ayat al-Qur’an adalah tauqifi dari Rasulullah


(ketentuan dari Rasulullah SAW. atas petunjuk dari Allah melalui malaikat
Jibril). Ada beberapa argumentasi yang menguatkan pendapat ini “

a) Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat


dari surah-surah. Ini menunjukkan ayat-ayat bersifat tauqifi sebab jika
tertibnya dapat diubah, tentulah ayat-ayat ini tidak akan didukung oleh
hadits-hadits tersebut.

b) Imam As-Sayuti berkata: ijma’ dan nash banyak sekali yang


menetapkan bahwa tertib ayat adalah tauqifi, yaitu berdasarkan petunjuk
dari Nabi Muhammad SAW.dari riwayat Huzairah bin al-Yamani
mengatakan bahwa Rasulullah membaca surah al-A’raf dalam shalat
magrib, Nasai meriwayatkan bahwa Rasulullah membaca surat al-
Mukminun pada shalat subuh dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa
Rasulullah membaca surat Qaf ketika Khutbah, riwayat-riwayat tersebut
menunjukkan bahwa penyusunan ayat-ayat Qur’an adalah tauqifi.

Dengan demikian, tertib ayat-ayat al-Qur’an seperti yang ada dalam


mushaf yang beredar di antara kita adalah tauqifi, tanpa diragukan lagi. Al-
Suyuti, setelah menyebutkan hadis-hadis berkenaan dengan surah-surah
tertentu mengemukakan: “Pembacaan surah-surah yang dilakukan Nabi di
hadapan para sahabat itu menunjukkan bahwa tertib atau susunan ayat-
ayatnya tauqifi. Sebab, para sahabat tidak akan menyusunnya dengan tertib
yang berbeda dengan yang mereka dengar dari bacaan Nabi. Maka sampailah
tertib ayat seperti demikian kepada tingkat mutawatir.

B. KONSEP SURAH
1. Pengertian Surah
Surah (bahasa Arab: ‫ )سورة‬secara teknis dan terminologis adalah potongan
dari Al-quran yang mengandung kesatuan isi, yang mempunyai awalan dan
akhiran. Surah juga dapat diartikan sebagai pagar atau pembagi. Dalam Al-
quran surah terdiri dari 114 surah. Surah pertama adalah surah Al-Fatihah dan
surah terakhir adalah surah An-Nas dan setiap surah-surah al-quran, kecuali
surah At-Taubah diawali dengan Bismillahir Rahmanir Rahim. Surah-surah
dalam Al-Qur'an terbagi atas surah-surah makkiyah dan madaniyah
tergantung pada tempat dan waktu penurunan surah tersebut (Mekkah atau
Madinah, sebelum atau sesudah hijrah).

2. Jumlah Dan Pembagian Surah


1) Jumlah Surah

Jumlah surah Alquran sesuai dengan pendapat yang hampir kebanyakan


kaum Muslimin adalah 114 surah. Namun sesuai dengan riwayat dari para
Imam Ahlulbait, surah Ad-Dhuha dan surah Al-Insyirah dihitung sebagai
satu surah, demikian juga surah Al-Fil dan surah Quraisy juga dihitung
sebagai satu surah. Sehingga dengan demikian, jumlah surah-surah Alquran
menjadi 112 surah.
Dalam sebagian mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang dibuat sebelum
naskah Usman, mempunyai perbedaan dengan naskah Usman dalam jumlah
surahnya. Sebagai contoh jumlah surah dalam mushaf Abdullah bin Mas'ud
adalah 112. Dan dalam mushaf Ubay bin Ka'ab terdiri dari 115 surah.
Naskah Alquran yang ada pada masa sekarang ini yang ada di tengah-tengah
kaum Muslimin terdiri dari 114 surah. Naskah ini, setelah masa Usman juga
diakui oleh Imam Ali as dan para Imam lainnya.

3. Pembagian Surah
 Pembagian Berdasarkan Waktu Turun

Surah-surah Alquran dengan memperhatikan waktu turunnya, dibagi


menjadi dua bagian secara umum yaitu surah Makiyyah dan Madaniyyah.

a) Makiyyah

Sesuai dengan pendapat masyhur, surah yang turun sebelum hijrah


Nabi Muhammad saw ke Madinah (entah turun di Madinah atau di
Mekah) disebut surah Makiyyah.

b) Madaniyyah

Surah yang turun setelah hijrah Nabi ke Madinah (entah turun di


Madinah atau di Mekah) disebut surah Madaniyyah. Dua kriteria lain
untuk menentukan Makiyyah atau Madaniyah sebuah surah adalah:
pertama, surah-surah yang turun di Mekah (dan terkait dengannya),
walaupun turun setelah hijrah adalah Makiyyah, sedangkan surah-surah
yang turun di Madinah (dan terkait dengannya) adalah Madaniyyah.
Kriteria lainnya adalah surah-surah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Mekah adalah Makiyyah sedangkan surah-surah yang
seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah adalah Madaniyyah.

 Pembagian Berdasarkan Panjang Pendeknya Surah

Dilihat dari panjang pendeknya, surat dalam al-Quran dibagi menjadi 4:

a) Surat At-Thiwal
Dari kata thawil (‫ )طويل‬yang artinya panjang. Surat at-Thiwal
adalah surat yang panjang-panjang. Jumlahnya ada 7, karena itu sering
disebut dengan as-Sab’u at-Thiwal (7 surat yang panjang). Meliputi: al-
Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, al-An’am, al-A’raf, dan al-
Anfal.

b) Surat Al-Mi-in

Dari kata Mi-ah (‫ )المائة‬yang artinya angka seratus. Surat al-Mi-in


berarti surat yang jumlah ayatnya kurang lebih seratus ayat.Surah-surah
ini meliputi Surah Al-Anfal, At-Taubah, An-Nahl, Hud, Yusuf, Al-Kahfi,
Al-Isra, Al-Anbiya, Thaha, Al-Mukminun Asy-Syu'ara, Ash-Shaffat.

c) Surat Al-Matsani

Dari kata tsanna (‫ )ثنَّى‬yang artinya mengulang. Menurut


keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Said bin Jubair, disebut
demikian karena Allah banyak mengulang tentang kewajiban-kewajiban
(al-Faraid), hukum-hukum syariat, kisah-kisah (al-Qashas), dan
perumpamaan (al-Amtsal). Berdasarkan urutannya, surat al-Matsani
adalah surat setelah al-Mi-in.seperti surah Al-Qashash, An-Naml, Al-
Ankabut, Yasin dan Shad.

d) Surat Al-Mufashal

Dari kata al-Fashl (‫ )الفصل‬yang artinya batas. Disebut al-Mufashal


dari kata al-Fashl yang artinya sekat/pembatas. Sehingga dinamakan
mufashal karena ayatnya pendek-pendek. Ada juga yang mengatakan,
dinamakan Mufashal karena suratnya pendek-pendek, sehingga banyak
pemisah basmalahnya.

Selanjutnya, surat al-Mufashal terbagi menjadi 3:

 Thiwal Mufashal – mufashal yang panjang. Dimulai dari surat Qaf


hingga surat al-Mursalat (akhir juz 29).

 Wasath Mufashal – mufashal pertengahan. Dimulai dari surat an-


Naba’, hingga surat ad-Dhuha
 Qishar Mufashal – mufashal pendek. Dimulai dari surat al-Insyirah,
hingga akhir al-Quran, yaitu surat an-Nas.

4. Sistematika (Tartib) Surah Al-Qur’an


Penyusunan surat dalam Al Qur’an merupakan sebuah perdebatan yang
sangat sengit, akan tetapi semua itu sudah ditetapkan oleh Rasulullah. Imam
Shubhi as Shalih menjelaskan bahwa ”Susunan dan urutan surah pun
berdasarkan kehendak dan petunjuk Rasulullah sebagaimana diketahui,
Rasulullah hafal semua ayat dan surat Al Qur’an. Kita tidak bisa
membayangkan dan tidak mempunyai bukti yang menyatakan sebaliknya.
Tidaklah masuk akal pendapat yang menyatakan bahwa urutan surah Al
Qur’an itu disusun oleh beberapa orang sahabat Nabi atas dsar ijtihad mereka.
Dan lebih tidak masuk akal lagi kalau ada pendapat yang menyatakan bahwa
beberapa surah disusun urutannya berdasarkan ijtihad para sahabat dan
beberapa surah lainnya disusun urutannya menurut kehendak Rasulullah
SAW.

Syekh Waliyullah Al Mallawi berkata: ”Tidak salah orang yang


mengatakan bahwa munasabah pada ayat-ayat yang mulia itu tidak perlu
dicari. Karena ayat-ayat itu turun sesuai dengan kejadian-kejadian yang
berbeda-beda. Dan keputusan akhir adalah jika dikatakan bahwa ayat-ayat itu
turun berdasarkan peristewa-peristewa yang urut-urutannya (tartib) dan
keasliannya sesuai dengan yang terkandung di Lauhul Mahfuzh adalah surat-
suratnya seluruhnya dan ayat-ayatnya, dengan ketentuan Allah, seperti yang
diturunkan sekaligus di Baitul izzah.

Dan merupakan kemu’jizatan yang jelas adalah gaya bahasanya dan


urutan susunannya yang menakjubkan. Dan yang layak untuk dikaji pada
setiap ayat adalah keadaannya yang sebagai pelengkap dari ayat sebelumnya
atau berdiri sendiri. Kemudian ayat itu berdiri sendiri, maka apa hubungannya
dengan ayat sebelumnya? Maka, ini adalah ilmu yang mulia. Dengan
demikian juga surat-surat, dikajilah sisi kebersambungannya dengan surat-
surat sebelumnya dan arah konteksnya”.
Urutan surat demi surat adalah tauqify, yakni ditertibkan oleh Rasul
sendiri, bukan ijtihad para sahabat. Namun penertiban surat berdasar tauqify
tidak mengharuskan adanya ikatan antara setiap surat itu dan tidak selalu ada
ikatan antara surat terdahulu dengan yang kemudian. Demikian pula
penertiban ayat demi ayat yang memang ditetapkan sendiri oleh Rasul, tidak
pula mengharuskan ada hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lain
apabila masing-masing ayat itu mempunyai sebab-sebab yang berbeda-
berbeda.

5. Perbedaan Pandang Ulama Mengenai Sistematika (Tartib) Surah


Para ulama berbeda pendapat tentang tertib surat-surat Al Qur’an yang ada
sekarang, diantaranya yaitu:

a) Ada yang berpendapat bahwa tartib surat itu tauqify dan ditangani
langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Jibril kepadanya
atas perintah Allah. Dengan demikian, Al Qur’an pada masa Nabi telah
tersusun surat-suratnya secara tertib ayat-ayatnya, seperti yang ada di
tangan kita sekarang inia, yaitu tertib mushaf Utsman yang tak ada seorang
sahabat pun yang menentangnya. Ini menunjukan telah terjadi ijma’ atas
susunan surat yang ada, tanpa suatu perselisihan apapun.

Kelompok ini berdalil bahwa Rasulullah telah membaca beberapa


surat secara tertib di dalam shalatnya. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan,
bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat Mufashshal (surat-surat
pendek) dalam satu rakaat. Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud
katanya, surat Bani Israil, Al Kahfi, Maryam, Thaha, dan Al Anbiya’
termasuk yang diturunkan di Makkah dan yang pertama-tama aku
pelajari”. Kemudian ia menyebutkan surat-surat itu secara berurutan
sebagaimana tertib susunan sekarang ini.

Ibnu Hashshar mengatakan, ”tertib surat dan ayat-ayat pada


tempatnya masing-masing itu berdasarkan wahyu. Rasulullah mengatakan
letakkanlah ayat ini di tempat ini”. Hal tersebut telah diperkuat pula
riwayat yang mutawatir dengan tertib seperti ini, dari bacaan Rasulullah
dan ijma’ para sahabat untuk meletakkan atau menyusunnya seperti ini di
dalam mushaf.

b) Kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad


para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf
mereka. Misalnya Mushaf Ali disusun menurut tertib nuzul, yakni dimulai
dengan iqra’, kemudian Al Muddatsir, lalu Nun, Al Qalam, kemudian Al
Muzammil, dan seterusnya hingga akhir surat Makkiyyah dan
Madaniyyah.

Adapun mushaf Ibnu Mas’ud, yang pertama ditulis adalah surat Al


Baqarah, kemudian An Nisaa’, lalu disusul Ali Imran. Sedangkan dalam
mushaf Ubay, yang pertama ditulis adalah Al Fatihah, Al Baqarah, An
Nisaa, lalu Ali Imran.

c) Kelompok ketiga berpendapat, sebagian surat itu tertibnya bersifat Tauqify


dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini karena
terdapat dalil yang menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi.
Misalnya, keterangan yang menunjukkan tertib as sab’uthiwal, al
hawamim dan al mufashshal pada masa hidup Rasulullah. 11

Dari ketiga pendapat tersebut jelaslah bahwa pendapat yang pertama


yang paling kuat dan paling dapat dipegangi. Hal ini senada dengan apa yang
dikatakan oleh Abu Bakar bin al Anbari bahwa Allah telah menurunkan Al
Qur’an ke langit dunia. Kemudian ia menurunkannya secara berangsur-angsur
selama dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu masalah
yang terjadi, ayatpun turun sebagai jawaban bagi orang yang bertanya. Jibril
senantiasa memberitahukan kepada Nabi di mana surat dan ayat tersebut
harus ditempatkan. Dengan demikian susunan suratt-surat, seperti halnya
susunan ayat-ayat dan huruf-huruf Al Qur’an seluruhnya berasal dari Nabi.
Oleh karena itu, barangsiapa mendahulukan sesuatu surat atau
mengakhirkanya, berarti ia telah merusak tatanan Al Qur’an.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara teknis ayat adalah kalimat-kalimat yang membentuk Al-quran
dengan urutan-urutan tertentu dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya
dan akan membentuk surah-surah Al-quran. Sedangkan surah secara teknis dan
terminologis adalah potongan dari Al-quran yang mengandung kesatuan isi,
yang mempunyai awalan dan akhiran.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di 2 (dua) tempat
yang berbeda yaitu: Pertama, ketika nabi bertempat tinggal di Makkah, kedua
ketika Nabi bermukim di Madinnah sesudah Hijrah. Surat yang diturunkan di
Makkah dinamakan Surat Makiyyah sedangkan surat yang turun di Madinnah
dinamakan Surat Madaniyah.

B. Saran
Marilah kita senantiasa selalu mengamalkan dan menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman dalam kehidupan kita dan marilah kita lebih memahami ayat
dan surah-surah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang merupakan sumber dari
hukum agama islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu didunia
maupun diakhirat nanti.

DAFTAR PUSTAKA
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/246-mengenal-jumlah-hitungan-ayat-dalam-
al-qur-an

http://sr1y4t1n.blogspot.com/2014/11/tertib-ayat-dan-surat-dalam-al-quran.html?
m=1

https://id.wikishia.net/view/Surah

https://konsultasisyariah.com/35129-pembagian-surat-dalam-al-quran.html

https://m.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2018/02/13/135463/mengenal-
ayat-mutasyaabihat-dan-muhkamat.html

Anda mungkin juga menyukai