Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INVESTIGASI

“ Kasus Korupsi Pada Penjahit Yang Melakukan Penipuan Dengan Penulisan


Nota Kosong”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Rosalina, S.Kep.,M.Kes.

Di susun oleh
1. Afif Miftahurohman
2. Ekfa Oktaviana Hapsari
3. Lalu Sahdan
4. Nindya Dwi Aprilia

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada 2015 KPK berhasil melakukan operasi tangkap tangan
sebanyak lima kali. Di samping melakukan 84 kegiatan penyelidikan,
99 penyidikan, dan 91 kegiatan penuntutan, baik kasus baru maupun
sisa penanganan pada tahun sebelumnya. Selain itu juga melakukan
eksekusi terhadap 33 putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap. Dari penanganan perkara, lebih dari 198 miliar rupiah
telah dimasukkan ke kas negara dalam bentuk PNBP.
(Komosi Pemberantasan Korupsi, 2015)
Dari total kasus yang berhasil dipantau selama tahun 2010 hingga
2014 adalah sebanyak 2.492 kasus dengan total nilai kerugian negara
sebesar Rp 30 triliun dan nilai suap sebesar Rp 549 miliar. Dari
sejumlah kasus ini ada sekitar 552 kasus yang dikategorikan tidak jelas
penanganannya. Dengan kata lain, tidak ada keterangan resmi apakah
kasus-kasus itu telah masuk pada tahap penuntutan atau masih dalam
proses penyidikan atau bahkan dihentikan. Banyaknya kasus korupsi
yang tidak jelas penanganannya menunjukkan bahwa aparat penegak
hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan KPK) belum optimalmenggunakan
seluruh wewenang yang dimilikinya sebagai penegak hukum untuk
menyelesaikan tunggakan perkara tersebut.
Selain itu, gambaran penting dalam tren korupsi ICW (Indonesia
Corruptin Watch) 2015 ini adalah pemetaan terhadap modus korupsi
yang dilakukan. Modus korupsi yang jamak terjadi selama tahun 2015
adalah penyalahgunaan anggaran sebanyak 134 kasus dengan nilai
kerugian negara sebesar Rp 803,3 Miliar. Modus korupsi lain yang
sering digunakan adalah penggelapan sebanyak 107 kasus dengan nilai
kerugian negara sebesar Rp 412,4 Miliar. Lalu diikuti dengan mark up
( 104 kasus), penyalahgunaan wewenang (102 kasus) dan laporan fiktif
(29 kasus).
(Indonesia Corruption Watch (ICW), 2016)
Dari beberapa hasil data tersebut, masih banyak kasus-kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia. Selain dari kasus besar (politik,
suap, pemerasan, penyalahgunaan anggaran yang menimbulkan
kerugian besar bagi negara) yang diketahui oleh pihak pemerintah
(KPK). Disisi lain terjadinya tindakan korupsi di sekitar masyarakat
juga masih jamak terjadi. Seperti halnya kasus pada tindakan korupsi
yang dilakukan oleh penjahit di salah satu wilayah Ungaran Barat
dengan melakukan penipuan dan penyalahgunaan anggaran.

B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan dan investigasi ini adalah untuk
mengetahui tindakan korupsi yang dilakukan oleh salah satu penjahit
yang melakukan penipuan dan penyalahgunaan anggaran uang.
Dengan metode wawancara langsung pada narasumber (penjahit).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tema : Kasus Korupsi Pada Penjahit Yang Melakukan


Penipuan dengan Penulisan Nota Kosong
(pemalsuan harga)
B. Metode : Dilakukan menggunakan metode wawancara oleh
narasumber langsung dan didukung oleh Illustrasi
yang berdasarkan cerita dari narasumber.
C. Media : Kamera dan alat perekam
D. Tempat :Lokasi seorang penjahit di daerah ambarawa
E. Tanggal /Waktu : 14 Desember 2016 pukul 09.30 WIB
F. Daftar Pertanyaan Yang Diajukan:
1. Apa tujuan anda melakukan korupsi?
2. Bagaimana cara anda melakukan tindakan korupsi?
3. Apakah alasan anda melakukan tindakan korupsi?
4. Kira-kira berapa jumlah uang yang biasanya bapak simpan untuk
kepentingan pribadi bapak setiap satu borongan?
5. Apakah anda mengetahui jika perbuatan tersebut termasuk salah dan
bisa dikatakan melanggar hukum?
G. Hasil Wawancara
1. “Bapak melakukan aksi kecurangan dari pelanggan bapak sendiri
tujuannya untuk apa pak?”
Narasumber : “Sebenarnya saya tidak sengaja melakukan itu, cuman
karena adanya sisa-sisa uang yang lumayan akhirnya pikiran saya
terpancing untuk berkeinginan melakukan tindakan korupsi.”
2. “Lalu cara bapak melakukan penipuan bagaimana pak?”
Narasumber : “Di saat saya dipercaya dengan pelanggan untuk belanja
kain dan alat-alat yang lain, saya meminta nota kosong sebagai bukti
pembelian. Kemudian saat sampai di rumah saya mengganti dengan
mengasih harga sendiri.”
3. “Alasannya apa pak, hingga bapak melakukan hal tersebut?”
Narasumber : “Alasanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang
begitu banyak, kemudian penghasilan yang sangat minim dan saya
tidak mempunyai penghasilan yang lain selain dari hasil menjahit.”
4. “Kira-kira bapak mengambil keuntungan dari pelanggan sekitar
berapaan pak?”
Narasumber : “ Saya mengambil keuntungan itu tidak terlalu banyak.
Misalnya jika saya di suruh membeli kain satu roll dengan harga
Rp.1.000.000, saya lebihkan harga kira-kira sampai Rp. 1.100.000. dan
kalau membeli alat-alat seperti kancing seharga Rp. 300.000 saya kasih
tambahan harga menjadi Rp.335.000. Paling ya sampai Rp.100.000
sampai Rp.125.000 itu lah keuntungan yang saya ambil.
5. “Lalu apa bapak tahu jika yang dilakukan bapak ini salah?”
Narasumber : “Saya sangat tahu bahwa itu salah tetapi karena keadaan
yang memaksa untuk memenuhi kebutuhan keluarga jadi dengan
terpaksa saya melakukan hal tersebut.

H. Kronologi Hasil Wawancara


Investigasi penjahit yang melakukan tindakan korupsi yang
dilakukan ketika penjahit dipercaya oleh pelanggan untuk membeli kain
dan alat-alat yang lain, penjahit tersebut meminta nota kosong kepada
kasir toko untuk di isi harga sesuai dengan keinginan penjahit. Misalkan
jika penjahit menghabiskan uang untuk membeli kain seharga Rp.
1.000.000, penjahit menaikan harga menjadi Rp. 1.100.000 di dalam nota
kosong.
Dari situasi tersebut tukang jahit mulai melakukan tindakan
korupsi dengan meminta uang tambah pada pelanggan jahitan kira-kira
sebesar Rp. 100.000 dengan menyerahkan nota palsu yang sudah
dipalsukan harganya oleh penjahit.Sehingga penjahit tersebut mendapat
keuntungan yang dipakai untuk keperluan pribadi.

I. Bukti Investigasi
1. Bukti wawancara

2. Bukti ilustrasi hasil wawancara


a. Pelaku melakukan pembelian kain di salah satu toko di daerah
semarang
b. Penulisan total pembayaran kain pada nota dan pelaku meminta
pada pegawai toko untuk memberi nota kosong
c. Di lokasi (rumah) penjahit, mulai dilakukan pemalsuan total biaya
kain dengan menuliskan nota kosong sesuai yang pelaku inginkan.
Perumpamaan harga dalam jumlah kecil : Yang sebenarnya total
pembayaran harga asli Rp. 46.500 menjadi Rp.64.000. dan seperti
yang dikatakan narasumber semisal harga pembelian kain satu roll
seharga Rp. 1.000.000 ditulis atau dipalsukan harganya menjadi
Rp. 1.100.000.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan korupsi tidak
hanya terjadi pada kalangan pejabat maupun instansi tertinggi dalam
pemerintah. Namun tindakan korupsi juga dapat terjadi di sekitar kita baik
di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, dalam lingkup organisasi,
pasar, tempat parkir dan masih banyak lagi yang belum kita sadari.
Salah satu pekerjaan sebagai seorang penjahit pun memiliki celah
untuk melakukan tindakan korupsi dengan menggunakan berbagai cara,
salah satunya melakukan penipuan berupa penyalahgunaan anggaran
berupa uang untuk memperkaya diri. Dimana hal tersebut adalah salah
karena dapat merugikan pihak lain yang bersangkutan (pelanggan jahitan).
Dari wawancara yang didapat penjahit tersebut mengetahui bahwa
tindakan yang dilakukan adalah salah, namun dia tetap melakukannya
dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

B. SARAN
Berdasarkan uraian kasus diatas, hendaknya kita sebagai generasi
muda dan bagian dari masyarakat harus memiliki kesadaran untuk tidak
melakukan tindakan korupsi, karena selain melnggar hukum korupsi juga
dapat merugikan banyak orang. Untuk menyikapi hal tersebut perlu
ditanamkan sejak dini cara pencegahan korupsi yang dimulai dari hal-hal
kecil agar budaya korupsi di Indonesia dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan Tahunan KPK 2015.


http://kpk.go.id/images/Annual%20Report%202015%20low.pdf
(Diunduh pada tanggal 13 Desember 2016)

Indonesia Corruption Watch (ICW). Tren Korupsi 2015.


http://www.antikorupsi.org/id/content/bulletin-mingguan-anti-korupsi-
25-febuari-2-maret-2016 (Diakses pada tanggal 13 Desember 2016)

Anda mungkin juga menyukai