Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sarmila Regina

NIM : 20211340

Tugas ini merupakan tugas yang dikerjakan secara individu yang terdiri dari 2 hal :
1. Mahasiswa dalam individu diminta mencari kasus Korupsi dalam dunia kesehatan
atau keperawatan dan melakukan analisis penyebab korupsi dari faktor internal dan
eksternal yang terjadi !
2. Kemudian anda sebagai Perawat, bagaimana dalam menerapkan nilai-nilai anti
korupsi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien ? Jelaskan !

1. Contoh kasus korupsi dibidang kesehatan


Korupsi Proyek RS Pratama Sudu Enrekang, Tiga Tersangka Langsung
Dijebloskan ke Penjara Kejari
Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Enrekang telah menetapkan tiga tersangka
kasus korupsi pembangunan Rumah Sakit Sakit Pratama Sudu, Enrekang,
Sulawesi Selatan, Kamis (20/10/2022).
Ketiganya langsung ditahan atas perbuatannya dalam perkara dugaan tindak
pidana korupsi penyalahgunaan anggaran perencanaan pembangunan Rumah
Sakit Pratama Sudu Kabupaten Enrekang Tahun Anggaran 2021 senilai Rp 584
202 000.
Adapun identitas dari masing-masing tersangka korupsi dana proyek tersebut
diantaranya AAS, AW, MAH. Ketiga tersangka masing-masing adalah AAS
selaku direktur utama RS Pratama, AW selaku Team leader dan MAH selaku staff
team leader dan kesemuanya dari PT. Teknik Eksakta.
Peran masing-masing tersangka, MAH meminjam perusahaan kepada AAS
dan memberi free sejumlah tujuh persen dari nilai kontrak proyek ini. Tersangka
AAS juga menyiapkan tenaga ahli fiktif yang diajukan dalam dokumen
penawaran. Menurut laporan, pengerjaan proyek pembangunan tersebut tidak
dapat sepenuhnya diaplikasikan di area yang direncanakan.
Mereka ditahan di Rutan Polres Enrekang selama 20 hari terhitung 19 Oktober
2022 - 07 November 2022, berdasarkan Surat Perintah Penahanan Kepala
Kejaksaan Negeri Enrekang Nomor: PRINT-03/P.4.24/Fd.1/10/2022 tanggal 19
Oktober 2022," kata Kasi Intelejen, Andi Zainal Akhirin Amus dalam press
release.
Dalam perkara ini, penetapan Tersangka dilakukan setelah memperoleh alat
bukti yang cukup berupa keterangan saksi-saksi sebanyak 13 orang dan surat
berupa dokumen terkait perencanaan pembangunan rumah sakit tersebut.
Kini, ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang-
Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999.
Faktor penyebab korupsi tersebut yaitu
a. Faktor internal
1. Sifat tamak/ rakus
Seseorang yang merasa kurang dengan apa yang telah dimiliki nya,
kedudukannya serta apa yang sudah dicapai menjadikannya serakah dan
menjadikan mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur
penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri .
Dalam kasus ketiga tersangka merasa kurang dengan apa yang telah
menjadi miliknya, kedudukannya serta apa yang telah dicapai, sehingga
dengan adanya sifat merasa kurang tersebut ketiga tersangka melakukan
tindakan korupsi untuk memperoleh uang yang banyak untuk memenuhi
hasrat ingin kaya mereka masing- masing dan merasa puas.
Biasanya tersangka tindakan korupsi akan melakukan korupsi tanpa
memperdulikan apapun, yang terdapat dalam pikirannya hanya mendapat
uang agar dirinya merasa puas.
2. Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Dalam kasus ketiga tersangka merupakan atasan dan bawahan, tersangka
MAH dan AW memberi suapan terhadah tersangka AAS yang nantinya
dapat menjadi kesempatan untuk korupsi oleh ketiganya.
3. Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan
yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan
tindakan itu adalah dengan korupsi.
Dalam kasus semisal pelaku mengeluarkan keuangan lebih dari
pendapatannya sehingga dapat mendorong dirinya untuk melakukan
korupsi agar semua kebutuhan yang diinginkan terpenuhi.
b. Faktor eksternal
1. Faktor ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi. korupsi seharusnya hanya
dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah
dan logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang
pas-pasan yang bertahan hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh
orang kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro : 2004).
Seperti halnya dalam kasus yang melakukan korupsi bukanlah karyawan
kedudukan bawah melainkan atasan dan bawahannya yang kedudukannya
tinggi dan tentunya berpendidikan.
2. Faktor politik
Suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat, tersebut dijalankan
dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Pada kasus pelaku menggerakkan berbagai aktifitas, MAH meminjam
perusahaan kepada AAS dan memberi free sejumlah tujuh persen dari nilai
kontrak proyek ini. Tersangka AAS juga menyiapkan tenaga ahli fiktif
yang diajukan dalam dokumen penawaran. Dilakukan untuk
mempertahankan kekuasaan sehingga berpotensi menyebabkan tindakan
korupsi.
3. Faktor hukum
Lemahnya penegakan hukum seseorang dan kelompok dapat memicu
terjadinya tindakan korupsi, adanya rumusan yang tidak jelas dan tegas.
Dalam kasus rumusan yang ditetapkan tidak jelas pelaku justru
menggerakkan berbagai aktifitas yang melibatkan penggunaan kekuasan
yang dapat dimanfaatkan untuk korupsi dan tidak melihat dari aturan
aturan hukum.
4. Faktor organisasi
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu
lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
Dalam kasus atasan atau ditektur RS melakukan korupsi terhadap uang
pembangunan, itu bisa terjadi pada bawahan bawahan dari direktur RS
tersebut, sehingga pemimpin dianggap tidak berhasil dalam memegang
proyek.

2. Penerapan nilai- nilai anti korupsi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien
a. Kejujuran
Sebagai sekarang perawat harus bersikap jujur dengan tidak memanipulasi
data atau fakta dari keadaan klien dalam dokumentasi pasien.
b. Kepedulian
Sikap selalu memperhatikan perkembangan kesehatan klien, dengan batasan
kita sebagai perawat dan klien sebagai pasien.
Membantu pasien dan keluarga pasien bila terdapat ketidaktahuan terhadap
masalah pasien
c. Kemandirian
Sebagai seorang perawat harus bisa melakukan tindakan sendiri ( tindaka
yang mandiri), jangan bergantung dengan orang lain. Ibaratnya kita harus bisa
berdiri diatas kaki sendiri.
d. Kedisiplinan
Seorang perawat harus bisa menanamkan disiplim terhadap peraturan yang
berlaku. Seperti halnya dapat mengatur waktu dengan baik ( masuk dan
pulang sesuai jadwal shif), mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu
( melakukan vital sign sesuai jam yang telah ditentukan).
e. Tanggung jawab
Seorang yang memiliki sikap tanggung jawab cenderung akan melakukan
tugasnya dengan baik. Sebagai seorang perawat harus bertanggung jawab
dalam menjaga privasi klien dan melakukan tindakan keperawatan dengan
sungguh sungguh.
f. Kerja keras
Sebagai seorang perawat harus menerapkan kerja keras untuk membantu
kesembuhan pasien, semisal dalam memberikan tindakan harus dengan
sungguh sungguh dan ketlatenan.
g. Sederhana
Menerapkan sistem memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya. Seorang
perawat harus dapat merapkan itu dalam pemberian tindakan keperawatan
semisal pasien berkeinginan untuk cepat sembuh, tetapi kebutuhan obat pasien
yang diberikan tetap harus sesuai dengan dosis yang tertera.
h. Keberanian
Sebagai seorang perawat harus berani untuk membela dan megatakan
kebenaran tentang pasien. Dapat dicontohkan pasien membutuhkan dokter
sehingga perawat harus berani mengatakan ke dokter dan membela pasien
kalau benar benar membutuhkan dokter.
i. Keadilan
Menerapkan sikap adil dalam mengambil dan menyampaikan keputusan, tidak
boleh memaksa kepada klien dan keluarga klien.

Anda mungkin juga menyukai