Anda di halaman 1dari 33

DASAR HAJI SURAT ALI IMRAN 97

RUKUN HAJI

1. NIAT IHRAM,

2. WUKUF,

3. TAWAF IFADHAH

4. SA’I

5. TAHALULL

6. TERTIB

WAJIB HAJI

1. Niat Ihram di Miqat

2. Meninggalkan perkara larangan dalam ihram

3. Bermalam di muzdalifah

4. Melontar Jumrah Kubra pada tanggal 10 Zulhijjah

5. Bermalam di Mina

6. Melontar ketiga -tiga jamarat pada hari tasyrik

Syarat Wajib Haji


 Islam.
 Baligh.
 Berakal.
 Merdeka.
 Mampu (Istitha'ah)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2021 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DI ARAB SAUDI

Penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pembinaan, pelayanan, dan pelindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji di Arab
Saudi.

Meliputi :

upaya promotif preventif; b. pelayanan kuratif rehabilitatif; c. pelayanan visitasi, safari wukuf, dan
evakuasi tanazul; d. upaya emergency gerak cepat; e. penyelenggaraan sanitasi; f. pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan; g. penanggulangan penyakit menular bagi petugas dan jemaah haji; dan
h. kegiatan lain yang diperlukan dalam menunjang penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi
meliputi penyelenggaraan surveilans, pengelolaan barang milik negara, dan kegiatan lain sesuai
kebutuhan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan haji di daerah kerja Mekkah, Madinah,
dan Bandara.

Orgnisasi bidang Kesehatan terdiri dari unsur Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi
bidang Kesehatan , Tenaga Kesehatan Haji (TKH), dan Tenaga Pendukung Kesehatan(TPK) bertugas
melakukan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan kesehatan pada jemaah haji selama pasca
operasional kesehatan haji di Arab Saudi.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi bidang Kesehatan terdiri dari :

a. sekretariat; b. kepala satuan tugas; dan c. kepala kesehatan daerah kerja, yang membawahi klinik
kesehatan haji, sektor, dan/atau pos kesehatan.

Tenaga Kesehatan Haji TKH melaksanakan fungsi pembinaan, pelayanan, dan pelindungan kesehatan
kepada jemaah haji di kloter.

Tenaga Pendukung Kesehatan TPK melaksanakan fungsi dukungan operasional penyelenggaraan


kesehatan haji di Arab Saudi

Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan, pelayanan,
dan pelindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Pembinaan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif, dilakukan
kepada perorangan atau kelompok Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji.

Pelayanan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk kuratif dan rehabilitatif, dilakukan
kepada Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji.

Pelindungan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk tanggap cepat dan pelindungan
spesifik untuk melindungi keselamatan Jemaah Haji pada seluruh tahapan penyelenggaraan ibadah
haji.

Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut Siskohatkes

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut PPIH Arab
Saudi bidang Kesehatan adalah tenaga kesehatan yang ditugaskan melakukan pembinaan, pelayanan
dan pelindungan kesehatan Jemaah Haji di Sektor, daerah kerja yang ditetapkan serta Klinik
Kesehatan Haji Indonesia.
Satuan Tugas Promotif dan Preventif yang selanjutnya disebut Satgas PP adalah PPIH Arab Saudi
bidang Kesehatan yang bertugas melaksanakan kegiatan promotif dan preventif

Satuan Tugas Gerak Cepat yang selanjutnya disebut Satgas GC adalah PPIH Arab Saudi bidang
Kesehatan yang bertugas melaksanakan deteksi dini, kegawatdaruratan dan rujukan.

Satuan Tugas Obat dan Perbekalan Kesehatan yang selanjutnya disebut Satgas OP adalah PPIH Arab
Saudi bidang Kesehatan yang bertugas melaksanakan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
pada fasilitas Kesehatan haji di Arab Saudi.

Satuan Tugas Sanitasi yang selanjutnya disebut Satgas Sanitasi adalah PPIH Arab Saudi bidang
Kesehatan yang bertugas melaksanakan sanitasi dan Kesehatan lingkungan

Tim Kuratif dan Rehabilitatif yang selanjutnya disingkat TKR adalah PPIH Arab Saudi bidang
Kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.

Tenaga Kesehatan Haji yang selanjutnya disingkat TKH adalah adalah tenaga kesehatan yang
bertugas memberikan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan kesehatan bagi Jemaah Haji di
kelompok terbang, yang merupakan bagian dari PPIH Kloter.

Tenaga Pendukung Kesehatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah tenaga pendukung
penyelenggara kesehatan haji di Arab Saudi yang direkrut di Arab Saudi

Kelompok Terbang yang selanjutnya disebut Kloter adalah sejumlah Jemaah Haji yang
dikelompokkan berdasarkan kelompok penerbangan melalui embarkasi/debarkasi tertentu.

Sektor adalah satuan lokasi yang terdiri dari beberapa pondokan Jemaah Haji di Arab Saudi.

Klinik Kesehatan Haji Indonesia yang selanjutnya disingkat KKHI adalah klinik kesehatan yang
disediakan untuk pelayanan kesehatan Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi.

Pos Kesehatan Sektor adalah tempat penyelenggaraan kesehatan haji yang bertempat di kantor
Sektor dan dilayani oleh Satgas GC

Pos Kesehatan Kloter adalah tempat penyelenggaraan kesehatan haji yang bertempat di Kloter dan
dilayani oleh TKH

Muassasah adalah organisasi yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan akomodasi,
transportasi, pelayanan umum dan pelayanan kesehatan bagi Jemaah Haji di Arab Saudi

Evakuasi Jemaah Haji adalah kegiatan pemindahan Jemaah Haji sakit dari satu lokasi ke lokasi lainnya
sesuai proses penyelenggaraan ibadah haji

Visitasi adalah kunjungan ke Jemaah Haji yang dirawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi untuk
mengetahui kondisi Jemaah Haji yang sakit, memberikan dukungan nutrisi, konsultasi medis,
penyiapan kepulangan Jemaah pasca rawat inap serta melakukan pendataan Jemaah Haji yang
dirawat

Safari Wukuf adalah proses perjalanan Jemaah Haji sakit pada saat prosesi wukuf berlangsung

Evakuasi Tanazul Jemaah Haji sakit adalah proses evakuasi dan pemulangan Jemaah Haji sakit ke
tanah air lebih awal atau ditunda kepulangannya tidak bersama kloternya.

Push Distribution adalah distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada Sektor, Pos Kesehatan
dan Kloter untuk memenuhi kebutuhan obat secara cepat berdasarkan perkiraan kebutuhan
Sistem Informasi Obat Haji yang selanjutnya disingkat SIOH adalah sistem aplikasi pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan haji yang dilaksanakan di Arab Saudi

Embarkasi adalah tempat pemberangkatan dan keberangkatan Jemaah Haji yang ditetapkan oleh
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.

Debarkasi adalah tempat kedatangan Jemaah Haji dari Arab Saudi yang ditetapkan oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama

Penguatan upaya promotif dan preventif antara lain :

1. melibatkan PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, TKH, TPK, dan PPIH Arab Saudi lainnya secara aktif

2. Muassasah

3. Data Kesehatan Jamaah

4. Kewaspadaan dan pengendalian factor resiko penyakit tidak menular dengan perhatian khusus
pada penyakit jantung, penyakit paru dan saluran napas, diabetes, dan gangguan jiwa

pelayanan kuratif dan rehabilitatif dilakukan :

1. Penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas di KKHI di daerah kerja; 2. Penyediaan tenaga
kesehatan yang profesional; 3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang memadai secara
kuantitas maupun kualitas; 4. Upaya pengobatan dan perawatan Jemaah Haji dengan penyakit
menular dan penyakit tidak menular dengan memperkuat kegiatan surveilans epidemiologi,
penyelenggaraan sanitasi, penyiapan sarana dan prasarana, dan penguatan sistem rujukan; dan
jdih.kemkes.go.id -15- 5. Peningkatan koordinasi dalam pelayanan rujukan dan visitasi ke rumah
sakit di Arab Saudi.

Fungsi Pelayanan melalui Mobilisasi :

1. Mobilisasi petugas antar daerah kerja di Mekkah, Madinah dan Bandara termasuk Armina; dan 2.
Mobilisasi petugas antar layanan promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan emergency
gerak cepat.

A. Petugas Penyelenggara Ibdah Haji (PPIH) Arab Saudi Bidang Kesehatan terdiri dari

1. Kepala Kesehatan PPIH Arab Saudi

2. Sekretariat PPIH Arab Saudi bidang Kesehatan, dipimpin oleh Sekretaris terdiri dari

a. Sekretaris, b. Pengelola Keuangan dan Barang Milik Negara, c. Pelaksana Siskohatkes, d. Pelaksana
surveilans

3. Kepala Kesehatan Daerah Kerja Mekkah

bertanggung jawab kepada Kepala Kesehatan PPIH Arab Saudi dalam penyelenggaraan kesehatan
haji di Mekkah dan di Pos Kesehatan Musdalifah.

4. Kepala Kesehatan Daerah Kerja Madinah


bertanggung jawab kepada Kepala Kesehatan PPIH Arab Saudi dalam penyelenggaraan kesehatan
haji di Madinah dan di Pos Kesehatan Mina.

5. Kepala Kesehatan Daerah Kerja Bandara

bertanggung jawab kepada Kepala Kesehatan PPIH Arab Saudi dalam penyelenggaraan kesehatan
haji di Bandara dan di Pos Kesehatan Arafah;

6. Kepala Satgas Promotif Preventif (Satgas PP

Menyusun rencana dan pelaksanaan kegiatan promotif preventif di 3 (tiga) wilayah daerah kerja
termasuk Arafah, Musdalifah dan Mina (Armina);

7. Kepala Satgas Gerak Cepat (Satgas GC)

Melaksanakan pelayanan kesehatan berupa deteksi dini, emergency gerak cepat, evakuasi, dan
rujukan; Melakukan pelayanan kesehatan emergency gerak cepat di Arafah dan Mina

8. Kepala Satgas Pengelolaan Obat dan Perbekalan kesehatan (Satgas OP)

Bertindak sebagai penanggungjawab obat dan perbekalan kesehatan di depo utama;

9. Kepala Satuan Tugas Sanitasi

Menyusun rencana kegiatan Satgas Sanitasi di daerah kerja Mekkah, Madinah dan Bandara termasuk
Armina; Melaksanakan pengendalian faktor risiko lingkungan termasuk pengendalian vektor (vector
control), limbah medis dan hygiene sanitasi di daerah kerja Mekkah, Madinah dan Bandara termasuk
Armina

B. Tenaga Kesehatan Haji (TKH)

TKH melaksanakan fungsi pembinaan, pelayanan, dan pelindungan kesehatan kepada Jemaah Haji di
kloter.

1. Melakukan koordinasi dengan petugas Kloter lainnya yaitu ketua Kloter dan Tenaga Pembimbing
Ibadah Haji Indonesia (TPIHI); 2. Melakukan pemberdayaan Ketua Rombongan (Karom), Ketua Regu
(Karu) serta Jemaah Haji/Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk berperan aktif dalam
menjaga kondisi kesehatannya; 3. Melakukan koordinasi dengan PPIH Arab Saudi bidang Kesehatan;
4. Melakukan koordinasi dengan Muassasah atau Maktab; 5. Mengendalikan faktor risiko kesehatan
Jemaah Haji; 6. Melakukan upaya pencegahan penyakit, terutama Jemaah Haji risiko tinggi agar tidak
mengalami kondisi kesehatan yang semakin memburuk; 7. Melakukan pemeriksaan dan
memberikan pengobatan yang tepat kepada Jemaah Haji; 8. Melakukan tindakan kegawatdaruratan
dan rujukan secara cepat; 9. Menggunakan dan mengatur obat dan perbekalan kesehatan; 10.
Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan dan konseling kesehatan; 11. Memastikan Jemaah Haji
menggunakan alat pelindung diri; 12. Melakukan visitasi kepada Jemaah Haji yang dirawat di KKHI
dan RSAS; 13. Melakukan pengawasan makanan Jemaah Haji; dan 14. Menyusun laporan kegiatan

C. Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK)

TPK Membantu pelaksanaan tugas PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan dalam upaya promotif
preventif, kegiatan kuratif rehabilitatif, Upaya emergency Gerak Cepat, Penyelenggaraan Sanitasi,
Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan, penanggulangan penyakit menular bagi Petugas dan
Jemaah Haji, kegiatan lain yang diperlukan dalam menunjang penyelenggaraan kesehatan haji.
A. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)

KKHI berkedudukan di Mekkah, Madinah, dan Jeddah. KKHI berfungsi sebagai tempat pengobatan
dan perawatan Jemaah Haji Indonesia yang sakit, yang dirujuk dari Pos Kesehatan Kloter, Pos
Kesehatan Sektor atau Pos Kesehatan Bandara.

Setiap Jemaah Haji yang dirawat di KKHI wajib dilakukan penanganan rehidrasi (melalui pemasangan
infus), mengingat sebagian besar Jemaah Haji mengalami dehidrasi yang cukup berat. Selain itu,
pemberian suplemen vitamin untuk mencegah memburuknya kondisi jemaah sakit merupakan hal
yang sangat diperlukan

Jenis pelayanan kesehatan haji di KKHI lebih bersifat kuratif dan rehabilitatif,

Jenis pelayanan yang berada di KKHI berupa: a. Pelayanan Gawat Darurat; b. rawat inap; c.
pelayanan Intensive Care Unit (ICU)/High Care Unit (HCU); d. pelayanan ambulans untuk rujukan dan
evakuasi; jdih.kemkes.go.id -29- e. pelayanan penunjang medik, seperti laboratorium, rontgen,
Electrokardiografi (EKG), gizi, rekam medik, dan sanitasi; f. penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan; dan g. kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan kesehatan haji antara lain pelayanan
visitasi Jemaah Haji yang dirujuk dan dirawat di RSAS, pelayanan safari wukuf dan pelayanan
evakuasi/tanazul.

Jika terdapat Jemaah Haji wafat di KKHI, akan dibuatkan Certificate of Death (CoD) dan selanjutnya
diinformasikan ke Kloter asal Jemaah Haji untuk selanjutnya pengurusan pemulasaran dilaksanakan
oleh Maktab

KKHI antara lain dokter, dokter spesialis, dokter gigi, tenaga kefarmasian, perawat, ahli teknologi
laboratorium medik, radiografer, rekam medik, elektromedik, pengelola gizi, sanitarian, dan TPK.

Sarana dan prasarana KKHI antara lain meliputi: a. UGD yang terdiri atas ruang triase, ruang
resusitasi, ruang tindakan, ruang isolasi, dan ruang observasi; b. rawat inap pria dan rawat inap
wanita; c. ruang ICU/HCU; d. ruang rawat intermediate pria dan ruang rawat intermediate wanita; e.
poliklinik gigi; f. ruang rawat psikiatri; g. ruang isolasi; h. ruang laboratorium; i. ruang radiologi; j.
ruang apotek; k. depo obat dan alat kesehatan; l. instalasi gizi; m. ruang sterilisasi; n. ruang laundry
dan linen; o. tempat penampungan sementara limbah medis; p. ruang jenazah (mortuary); q. ruang
administrasi; r. kamar petugas; dan s. ambulans.

KKHI Jeddah pada masa kepulangan, terutama berfungsi sebagai tempat perawatan dan stabilisasi
bagi Jemaah Haji Evakuasi Tanazul yang akan diberangkatkan melalui Bandara Jeddah.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala KKHI dibantu oleh Koordinator Pelayanan Medik, Koordinator
Obat dan Perbekalan Kesehatan, serta Koordinator Penunjang Medik.

B. Pos Kesehatan Sektor

Pelayanan kesehatan haji di Sektor dilaksanakan di Pos Kesehatan Sektor di Mekkah dan Madinah.
Pelayanan kesehatan di Sektor berupa pelayanan emergency dan kedaruratan

Setiap pasien yang dilayani di Pos Kesehatan Sektor dilaksanakan oleh PPIH Arab Saudi bidang
Kesehatan yang bertugas di Sektor dengan sistem pelayanan emergency gerak cepat, dikenal dengan
Satgas GC. Satgas GC terdiri atas tenaga dokter, perawat, dan tenaga kefarmasian yang dibantu oleh
TPK.

Pos Kesehatan Sektor membantu distribusi obat dan perbekalan kesehatan ke setiap kloter yang
berada di wilayah Sektor tersebut

C. Pos Kesehatan Kloter

Penyelenggaraan kesehatan haji di Pos Kesehatan Kloter dilaksanakan oleh TKH, Pos Kesehatan
Kloter berfungsi untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan pelindungan kesehatan kepada
Jemaah Haji di kloternya.

TKH merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Jemaah Haji agar
selalu dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan ibadah haji sesuai syariat

TKH yang bertugas di Kloter berjumlah paling sedikit 3 (tiga) orang, terdiri dari satu orang dokter dan
dua orang perawat.

Dalam menjalankan tugasnya, TKH membuat pelaporan dalam bentuk: 1. Laporan manual, antara
lain: a. Laporan TKH Kloter; b. Jurnal layanan Kloter; dan c. Formulir Certificate of Death (CoD). 2.
Laporan elektronik hasil kegiatan menggunakan sistem informasi kesehatan haji mobile.

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF

SATGAS PP

Pelaksanaan pembinaan kesehatan kepada Jemaah Haji di Arab Saudi dilaksanakan melalui upaya
promotif dan preventif oleh Satgas PP. Sebelum melaksanakan kegiatan, Satgas PP berkoordinasi
dengan TKH untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan dan faktor risiko yang ada di Kloter

Satgas PP terdiri atas tenaga dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya, dan TPK.

Satgas PP dibekali dengan media promotif dan preventif, antara lain alat peraga, poster, leaflet, dan
megaphone/minispeaker. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di bandara, hotel, bus, dan pelataran
masjid

Materi yang diberikan antara lain: a. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti makan makanan
bergizi termasuk sayur dan buah, sarapan sebelum ke Masjid, cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir, tidak merokok, istirahat yang cukup, dan buang sampah di tempatnya; b. Penggunaan
APD; c. Pengendalian penyakit kronis dan penyakit menular; d. Pencegahan sengatan panas (Heat
Stroke); e. Pencegahan kelelahan; f. Pencegahan dan penanganan stres; g. Pencegahan dehidrasi
melalui gerakan minum air secara bersama, minum oralit, minum air zam-zam, dan penggunaan
semprotan air; dan h. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular, seperti Covid19, Mers-CoV,
dan lain-lain.

Materi penyuluhan di Mekkah difokuskan pada persiapan Armina, diantaranya tentang persiapan
obat pribadi, pemakaian APD, pencegahan kelelahan, pencegahan dehidrasi (gerakan minum air
secara bersama, minum oralit, minum air zam-zam, dan penggunaan semprotan air), pencegahan
heat stroke, dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular
Materi penyuluhan di Madinah dan Bandara diantaranya difokuskan pada pemakaian APD,
pencegahan kelelahan, dan pencegahan dehidrasi (gerakan minum air secara bersama, minum oralit,
minum air zam-zam, dan penggunaan semprotan air).

Materi penyuluhan di Arafah dan Mina difokuskan pada pencegahan heat stroke, pencegahan
kelelahan (jangan memaksakan diri dalam beraktifitas), pencegahan dehidrasi (gerakan minum air
secara bersama, minum oralit, minum air zam-zam, dan penggunaan semprotan air), dan
penggunaan APD.

Apabila ada Jemaah Haji yang harus dirujuk, Satgas PP berkoordinasi dengan TKH dan/atau Satgas
GC.

PELAYANAN KURATIF DAN REHABILITATIF

Pelayanan kuratif dan rehabilitatif bagi Jemaah Haji merupakan kegiatan pengobatan atau
penyembuhan Jemaah Haji sakit melalui proses pemeriksaan kesehatan dan perawatan termasuk
upaya pemulihannya.

Pelayanan kuratif rehabilitatif dilaksanakan dalam bentuk pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan
rujukan.

Pelayanan kuratif dan rehabilitatif kesehatan di Arab Saudi dilaksanakan oleh PPIH Arab Saudi bidang
Kesehatan, TKH, dan TPK dan dilakukan oleh dokter, dokter gigi, dokter spesialis, apoteker/tenaga
farmasi, perawat, ahli teknologi laboratorium medik, radiografer, rekam medik, elektromedik, ahli
gizi, dan TPK.

Pelayanan kuratif rehabilitatif dilaksanakan pada 3 (tiga) daerah kerja, yaitu: 1. Daerah kerja Mekkah
Dilaksanakan di KKHI Mekkah, Pos Kesehatan Sektor seluruh Mekkah, dan Pos Kesehatan Kloter. 2.
Daerah Kerja Madinah Dilaksanakan di KKHI Madinah, Pos Kesehatan Sektor seluruh Madinah, dan
Pos Kesehatan Kloter. 3. Daerah kerja Bandara Dilaksanakan di KKHI Jeddah, Pos Kesehatan Bandara
Jeddah, dan Pos Kesehatan Bandara Madinah, yang beroperasi sesuai dengan fase kedatangan dan
kepulangan Jemaah Haji.

waktu pelaksanaannya, pelayanan kuratif rehabilitative :

1. sebelum masa Armina.

dilakukan di KKHI, Pos Kesehatan Bandara, Pos Kesehatan Sektor, dan Pos Kesehatan Kloter

2. Periode masa Armina

dilakukan di Pos Pelayanan Kesehatan Arafah, Pos Kesehatan Musdalifah, dan Pos Kesehatan Mina.

Pelayanan pos kesehatan Arafah menjadi tanggung jawab Kepala Kesehatan Daerah Kerja Bandara,
pelayanan Pos Kesehatan Musdalifah menjadi tanggung jawab Kepala Kesehatan Daerah Kerja
Mekkah, dan pelayanan Pos Kesehatan Mina menjadi tanggung jawab Kepala Kesehatan Daerah
Kerja Madinah

periode Armina dimulai pada 8 Dzulhijjah sampai dengan 13 Dzulhijjah

3. Periode setelah masa Armina

dimulai sesaat setelah Jemaah Haji selesai melaksanakan prosesi haji di Mina.
meliputi pelayanan kuratif rehabilitatif, visitasi, Evakuasi Tanazul bagi Jemaah Haji sakit dan
pelaksanaan pelayanan Jemaah Haji sakit yang masih dirawat di RSAS pasca operasional

dilaksanakan di KKHI, Pos Kesehatan Bandara, Pos Kesehatan Sektor, dan Pos Kesehatan Kloter.

PELAYANAN VISITASI, SAFARI WUKUF, DAN EVAKUASI TANAZUL

A. VISITASI

Pelayanan visitasi, merupakan pelayanan Jemaah haji sakit yang di rawat di RSAS saat operasional
haji.

Visitasi Jemaah haji sakit yang dirawat di RSAS merupakan upaya pelayanan Kesehatan yang
komprehensif

Tim visitasi berasal dari KKHI dan terdiri dari dokter, perawat dan tenaga pendukung kesehatan (TPK)
yang membantu memberikan asupan gizi kepada Jemaah Haji yang sedang dirawat

tim visitasi KKHI. Tim tersebut terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan TPK

Tujuan visitasi adalah untuk melakukan pendataan, pemantauan kondisi Jemaah Haji, dan
pemberian nutrisi

1. Visitasi Masa Operasional Kesehatan Haji

Pendataan, meliputi: 1) identitas Jemaah Haji; 2) ruang perawatan; dan 3) diagnosis. b. Pemantauan
kondisi Jemaah Haji, meliputi: 1) keadaan umum; 2) pengobatan dan tindakan; 3) perkembangan
kondisi kesehatan; dan 4) persiapan Evakuasi Tanazul. c. Pemberian nutrisi dilakukan sesuai dengan
kondisi kesehatan dan memastikan asupan nutrisi dikonsumsi oleh Jemaah sakit.

2. Visitasi Pasca Operasional Kesehatan Haji Jemaah Haji yang masih dirawat di RSAS pasca
operasional haji divisitasi perkembangan kondisi kesehatannya oleh tenaga kesehatan pasca
operasional. Tujuan visitasi adalah untuk melakukan Pendataan, meliputi: 1) identitas Jemaah Haji;
2) ruang perawatan; dan 3) diagnosis. b. Pemantauan kondisi Jemaah Haji, meliputi: 1) keadaan
umum; 2) pengobatan dan tindakan; dan 3) perkembangan kondisi kesehatan. c. Pemberian nutrisi
dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatan dan memastikan asupan nutrisi dikonsumsi oleh Jemaah
Haji sakit. d. Perencanaan pemulangan dilakukan pada Jemaah Haji pasca rawat inap berkoordinasi
dengan Konsulat Jenderal RI Jeddah.

B. Pelayanan Safari Wukuf

Jemaah Haji yang dinyatakan tidak memenuhi kriteria akan dilaporkan kepada Kepala Daerah Kerja
Mekkah

Pelayanan Safari Wukuf dilakukan secara terkoordinasi antara Kepala Kesehatan Daerah Kerja
Mekkah dengan PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Mekkah.

kriteria Safari Wukuf adalah sebagai berikut: 1. Kesadaran baik ditandai dengan: a. Airway,
Breathing, Circulation dalam keadaan baik; b. Glasgow Coma Scale (GCS) = 15; c. Kesadaran psikiatris
baik (memenuhi 3P: memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian); dan/atau d.
Kemampuan menilai realita baik (tidak ada halusinasi dan waham) 2. Hemodinamik (sirkulasi) stabil,
Mean Arterial Pressure (MAP) paling rendah 65 mmHg; 3. Saturasi oksigen > 89 dengan nasal kanula
2-3 ltr/mnt; 4. Transportable, yaitu pada saat pemindahan tidak memperberat kondisi fisik, tidak
berpotensi menimbulkan kecacatan atau mengancam keselamatan Jemaah Haji sakit; 5. Tidak
mengidap penyakit menular/tidak infeksius; 6. Penyakit tidak dalam periode akut; dan 7. Tidak
dalam krisis hipertensi.

C. Pelayanan Evakuasi Tanazul Jemaah Haji Sakit

kriteria Tanazul bagi Jemaah Haji adalah :

a. Kesadaran baik ditandai dengan Airway, Breathing, Circulation dalam keadaan baik; b.
Hemodinamik (sirkulasi) stabil, Mean Arterial Pressure (MAP) paling rendah 65 mmHg; c. Saturasi
oksigen > 92; d. Transportable, yaitu pada saat Tanazul tidak memperberat kondisi fisik, tidak
berpotensi menimbulkan kecacatan atau mengancam keselamatan Jemaah Haji sakit; e. Tidak
mengidap penyakit menular/tidak infeksius; f. Penyakit tidak dalam periode akut; dan g. Tidak dalam
krisis hipertensi.

UPAYA EMERGENCY GERAK CEPAT

Upaya Emergency Gerak Cepat dilakukan oleh Satgas GC yang dipimpin oleh seorang Kepala Satgas
GC. Satgas GC berperan dalam pelayanan kesehatan di tingkat Sektor pada masa pra dan pasca-
Armina.

Pada masa operasional Armina, Satgas GC bertugas di Arafah dan Mina sebagai bagian dari satuan
operasional Armina.

Satgas GC terdiri atas dokter, perawat, tenaga farmasi, dan TPK. Dalam melaksanakan tugasnya,
Satgas GC dibagi menjadi 2 (dua) tim berdasarkan daerah kerja yaitu Mekkah dan Madinah.

Satgas GC dilengkapi dengan emergency kit antara lain pulse oxymetry, stetoskop, tensimeter,
inhaler, cairan infus, infus set, termometer, chlorethil, beberapa jenis obat emergency, coolbag, ice
pack, alat komunikasi, dan senter.

Satgas GC di mina memberikan pelayanan kesehatan mobile dan statis. Pelayanan mobile
dilaksanakan sepanjang Jalur Jamarat, sedangkan pelayanan statis dilaksanakan di pos Kesehatan

pelaporan upaya emergency gerak cepat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu melalui aplikasi
Siskohatkes dan manual.

PENYELENGGARAAN SANITASI

Penyelenggaraan sanitasi di Arab Saudi dilaksanakan oleh Satgas Sanitasi.

Penyelenggaraan sanitasi, bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial di Arab Saudi.

Satgas Sanitasi terdiri dari PPIH Arab Saudi bidang Kesehatan dan TPK.

Satgas Sanitasi dilengkapi dengan peralatan teknis antara lain: 1. Sanitarian Field Kit; 2. Rapid Food
Security Test.

PENGELOLAAN OBAT DAN PERBEKALAN

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan pemilihan,


perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian dan administrasi (pencatatan dan pelaporan).
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh Satgas OP dan TPK.

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan selama penyelenggaraan kesehatan haji dipimpin oleh
Kepala Satgas OP.

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian dan TPK

Adapun kriteria obat dan perbekalan kesehatan haji dalam kondisi emergency meliputi: a. Tidak
dapat dibawa dalam penerbangan, antara lain gas medis, etil klorida, dan reagen; b. Dapat dibawa
dalam jumlah terbatas, antara lain: alkohol;

Sistem distribusi obat dan Perbekalan menggunakan sistem push distribution Pemberian dengan
sistem push distribution mempertimbangkan ketersediaan stok obat dan Perbekalan Kesehatan.

a. Obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pengadaan tahap awal ditampung di KKHI
Mekkah; b. Selanjutnya dari KKHI Mekkah akan dibagi ke dua depo yaitu depo daerah kerja Mekkah
dan Madinah; c. Depo daerah kerja mekkah dan Madinah mendistribusikan obat dan perbekalan
kesehatan ke apotek KKHI, Pos Kesehatan sektor, dan TKH; d. Depo daerah kerja Mekkah dan
Madinah mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan ke TPP;

Depo daerah kerja mekkah dan madinah mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan ke Pos
Kesehatan bandara; f. Depo daerah kerja Mekkah mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan
ke Pos Kesehatan Arafah, Pos Kesehatan Musdalifah dan Pos Kesehatan Mina; dan g. Pos Kesehatan
Sektor Mekkah dan Madinah mendistribusikan paket obat dan perbekalan kesehatan TGC Sektor dan
TKH.

TKH melaporkan sisa obat dan perbekalan kesehatan setiap 4 (empat) hari sekali.

Pelaporan

a. TKH melaporkan sisa obat dan perbekalan kesehatan setiap 4 (empat) hari sekali. b. Pos Kesehatan
Sektor Mekkah melaporkan pemakaian dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan kepada
Koordinator obat dan perbekalan kesehatan KKHI Mekkah (depo Daerah kerja Mekkah). c. Apotek
KKHI Mekkah dan Madinah, melaporkan pemakaian obat dan perbekalan kesehatan kepada
Koordinator Obat Dan Perbekalan Kesehatan KKHI (Depo Daerah Kerja Mekkah dan Madinah). d.
Apotek Pos Kesehatan Bandara melaporkan pemakaian obat dan perbekalan kesehatan kepada depo
Daerah kerja Mekkah. e. Pos kesehatan Arafah dan Pos Kesehatan Mina melaporkan pemakaian obat
dan perbekalan kesehatan kepada Depo Daerah kerja Mekkah. f. Depo Daerah kerja Mekkah dan
depo daerah kerja Madinah melakukan pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan.

a. Pengembalian dari Pos Kesehatan Kloter (TKH).

Mekanisme pengembalian obat dan perbekalan kesehatan Kloter, sebagai berikut:

1) Untuk Kloter yang berasal dari gelombang pertama, sisa obat dan perbekalan kesehatan
dikembalikan ke Pos Kesehatan Sektor Mekkah. Untuk Kloter yang berasal dari gelombang kedua,
sisa obat dan perbekalan kesehatan dikembalikan ke Depo Daerah kerja Madinah (KKHI Madinah).

Pada akhir operasional Penyelenggaran Kesehatan Haji, Depo daerah kerja menerima sisa obat dan
perbekalan kesehatan dari Pos Kesehatan Sektor, Apotek KKHI, Pos Kesehatan Bandara serta TKH
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh agen
biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasite

Beberapa jenis penyakit menular yang pernah terjadi penyebaran pada Jemaah Haji diantaranya
diare, tuberculosis, meningitis meningokokus.

kelompok penyakit new emerging dan re-emerging :

a. Meningitis Meningococcus; b. MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome – Coronavirus); c.


Ebola Virus Disease; d. Cholera; e. Yellow Fever; f. Polio; g. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
dan h. Penyakit menular lainnya

Kasus dan faktor risiko penyakit menular dapat ditemukan melalui informasi dari TKH, Satgas GC,
Satgas PP, Satgas Sanitasi, dan TKR

TKR yang bertugas di KKHI menyiapkan sarana prasarana untuk menerima rujukan dari TKH dan
Satgas GC

Dalam penanggulangan penyakit menular melibatkan TKH, Satgas PP, Satgas GC, Satgas Sanitasi, TKR
yang bertugas di KKHI dan Pelaksana Surveilans

Dalam penanggulangan penyakit menular diperlukan dukungan sarana dan alat yang paling sedikit
meliputi: a. ruang Isolasi; b. obat dan perbekalan kesehatan; c. vaksin; dan d. bahan/alat pendukung
lainnya.

PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN HAJI

Surveilans kesehatan haji merupakan kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah kesehatan Jemaah Haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan pada saat operasional di Arab Saudi.

Surveilans dilakukan melalui proses pengumpulan data, pengolahan data dan penyebaran informasi
terkait upaya promotif preventif, pelayanan kuratif rehabilitatif, upaya emergency gerak cepat,
penyelenggaraan sanitasi, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, dan penanggulangan
penyakit menular.

Surveilans kesehatan haji dilaksanakan oleh PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan yang memiliki
kemampuan di bidang epidemiologi. Pelaksana surveilans didukung oleh pelaksana Siskohatkes

penyelenggaraan surveilans kesehatan haji dibutuhkan sarana prasarana dan alat yaitu ruang
sekretariat, alat pengolah data, siskohatkes, mesin cetak, alat komunikasi, jaringan internet, alat
tulis, dan format laporan.

Siskohatkes merupakan satuan rangkaian komponen perangkat lunak berbasis web dan aplikasi
mobile yang digunakan untuk pengelolaan data kesehatan Jemaah Haji;

Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Arab Saudi yang terdiri dari pembinaan, pelayanan, dan
pelindungan kesehatan Jemaah Haji dilaksanakan melalui upaya promotif preventif, pelayanan
kuratif rehabilitatif, pelayanan Safari Wukuf, visitasi, Evakuasi Tanazul, upaya emergency gerak
cepat, penyelenggaraan sanitasi, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, penanggulangan
penyakit menular bagi petugas dan Jemaah Haji, penyelenggaraan surveilans, dan pengelolaan BMN.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Daerah Kerja Mekkah, Daerah Kerja Madinah, dan Daerah Kerja
Bandara.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG


PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji

Pembinaan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif, dilakukan
kepada perorangan atau kelompok Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji

Pelayanan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk kuratif dan rehabilitatif, dilakukan
kepada Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan ibadah haji.

Perlindungan Kesehatan Haji adalah upaya kesehatan dalam bentuk tanggap cepat dan perlindungan
spesifik untuk melindungi keselamatan Jemaah Haji pada seluruh tahapan penyelenggaraan ibadah
haji.

Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek kesehatan yang
meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan
sehingga jemaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama Islam.

Tim Kesehatan Haji Indonesia yang selanjutnya disingkat TKHI adalah tim kesehatan yang bertugas
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi Jemaah Haji di kelompok
terbang

Manasik Kesehatan adalah proses pemberian informasi atau penyuluhan yang bersifat promotif dan
preventif kepada Jemaah Haji yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Sektor adalah satuan lokasi yang terdiri dari beberapa pondokan Jemaah Haji di Arab Saudi

Pos Kesehatan Satelit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang dibentuk dalam rangka
mempermudah aksesibilitas pelayanan kesehatan bagi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi.

Penyelenggaraan Kesehatan Haji bertujuan untuk: a. mencapai kondisi Istithaah Kesehatan Jemaah
Haji; b. mengendalikan faktor risiko kesehatan haji; c. menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat
selama di Indonesia, selama perjalanan, dan Arab Saudi; d. mencegah terjadinya transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar dan/atau masuk oleh Jemaah Haji; dan e. memaksimalkan
peran serta masyarakat dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji.

PEMBINAAN KESEHATAN HAJI


Pembinaan Kesehatan Haji diselenggarakan secara terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur
melalui serangkaian kegiatan promotif dan preventif yang dimulai pada saat Jemaah Haji mendaftar
sampai kembali ke Indonesia

Pembinaan Kesehatan Haji di Indonesia meliputi pembinaan masa tunggu, pembinaan masa
keberangkatan, dan pembinaan masa kepulangan.

Pembinaan masa tunggu dan masa keberangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam rangka mendukung Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.

Pembinaan masa kepulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan 14 (empat belas)
hari sejak Jemaah Haji tiba di tanah air.

Pembinaan Kesehatan Haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan,
dan Tenaga Pendukung Kesehatan.

PELAYANAN KESEHATAN HAJI

Pelayanan Kesehatan Haji di Arab Saudi diselenggarakan di perjalanan, Pos Kesehatan di kloter
dan/atau Sektor, Pos Kesehatan Satelit, KKHI, Arafah, Muzdalifah, dan Mina

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Indonesia dilaksanakan pada: a. asrama haji; b. pesawat;


dan c. katering.

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan pada Asrama Haji dan Katering dilakukan dengan tahapan :

tahap pertama; Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan pada 6 (enam) bulan sebelum Jemaah
Haji masuk asrama haji dan/atau pada saat proses penentuan catering

tahap kedua; inspeksi Kesehatan Lingkungan dan intervensi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan
pada 1 (satu) minggu sebelum jemaah haji masuk Asrama haji, untuk memastikan kesiapan
embarkasi jemaah haji

tahap ketiga; dilakukan melalui kegiatan inspeksi Kesehatan Lingkungan dan intervensi Kesehatan
Lingkungan secara rutin selama Jemaah haji berada di asrama haji saat embarkasi/debarkasi

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada Katering dilaksanakan berkoordinasi dengan Kantor


Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi, dan Kementerian Agama

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Arab Saudi

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Arab Saudi dilaksanakan pada: a. pondokan/tempat


tinggal Jemaah Haji; b. fasilitas pelayanan kesehatan; dan c. catering

Fasilitas Pelayanan Kesehatan meliputi KKHI, Pos Kesehatan di Sektor, dan Pos Kesehatan Satelit

Intervensi Kesehatan Lingkungan berupa pemberian rekomendasi kepada PPIH yang menangani
urusan perumahan dan katering.

Visitasi Jemaah Haji Sakit

Visitasi dilaksanakan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI), dan/atau Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK)
SURVEILANS KESEHATAN HAJI

Surveilans pada Penyelenggaraan Kesehatan Haji dilakukan dengan cara pengumpulan, pengolahan
data, analisa, interpretasi dan diseminasi informasi terhadap kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji.

Surveilans di Indonesia diperoleh melalui data:

pemeriksaan kesehatan pertama, kedua, dan ketiga yang bersumber dari puskesmas, klinik, rumah
sakit, dan embarkasi;

Surveilans di Arab Saudi diperoleh melalui data:

jemaah sakit di kloter, klinik satelit, sektor, Klinik Kesehatan Haji Indonesia, dan rumah sakit

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan melibatkan organisasi masyarakat, akademisi, dan


sektor swasta.

Petunjuk Teknis Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji

“Mampu” tersebut dimaknai dengan istithaah. Istithaah yang dimaksud bukan hanya pada aspek
ekonomi dan agama, tetapi juga aspek kesehatan.

pemeriksaan kesehatan tahap pertama yang dilakukan di puskesmas/klinik, pembinaan masa


tunggu, pemeriksaan kesehatan tahap kedua (rumah sakit kabupaten/kota), pembinaan masa
keberangkatan, serta pemeriksaan kesehatan tahap ketiga yang diselenggarakan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi bidang Kesehatan.

Istithaah Kesehatan Jemaah Haji didefinisikan sebagai kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan
yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan dan pembinaan yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga jemaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama
Islam

komprehensif (penanganan menyeluruh dengan melakukan pendekatan five level prevention yang
meliputi health promotion (promosi kesehatan), spesific protection (perlindungan khusus), early
diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat), disability
limitation (pembatasan kecacatan), dan rehabilitation (rehabilitasi).

Faktor risiko internal antara lain usia, pendidikan (mayoritas jemaah haji Indonesia adalah lulusan
sekolah dasar dan menengah), penyakit yang dideritanya (umumnya degeneratif dan penyakit
kronis), dan perilaku jemaah haji.

faktor risiko eksternal, yang mempengaruhi kejadian penyakit dan dapat memperberat kondisi
kesehatan jemaah antara lain lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, debu), sosial, psikologis,
serta kondisi lainnya yang mempengaruhi daya tahan tubuh jemaah haji.

jemaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung,
pernapasan, ginjal, metabolik,dan hipertensi.
Penyakit wabah juga memiliki fatalitas yang tinggi yaitu heat stroke, MERS-CoV, Ebola, Zika dan
meningitis

program kesehatan yang terintegrasi dalam proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada
jemaah haji di kabupaten/kota, termasuk terlibatnya berbagai unsur masyarakat, profesional dan
akademisi.

Tim penyelenggara kesehatan haji harus dibentuk tiap tahun dan dimuat dalam sebuah surat
keputusan bupati/walikota atau dapat didelegasikan kepada kepala dinas kesehatan sebagai
penanggung jawab urusan kesehatan masyarakat di wilayahnya

1) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama.

Setidaknya 90% jemaah haji yang akan melakukan setoran awal atau telah mempunyai nomor porsi
dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama (penentuan tingkat risiko kesehatan).
Denominatornya adalah jumlah jemaah haji yang akan berangkat dua tahun mendatang setelah
tahun berjalan. Batasan waktunya adalah paling lambat satu bulan sebelum keberangkatan pada
tahun berjalan

Pemeriksaan kesehatan tahap pertama menghasilkan diagnosis yang kemudian akan dikategorikan
sesuai tingkat risiko kesehatan, yaitu risiko kesehatan tinggi (risti) atau tidak risiko tinggi (non-risti)

hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama juga akan menghasilkan rekomendasi atau tindakan
kesehatan selanjutnya berupa pembinaan kesehatan pada masa tunggu

Pemeriksaan kesehatan tahap pertama meliputi: 1. Anamnesa. 2. Pemeriksaan fisik. 3. Pemeriksaan


penunjang. 4. Diagnosis. 5. Penetapan tingkat risiko kesehatan. 6. Rekomendasi/saran/rencana
tindaklanjut.

1. Anamnesa

a. Identitas Jemaah haji. Nama (bin/binti), tempat dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat dan
nomor telepon, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, tanggal pemeriksaan.

b. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi penyakit kronis yang diderita,
penyakit menular, atau penyakit yang berhubungan dengan disabilitas tertentu. 2) Riwayat penyakit
dahulu, yaitu penyakit yang pernah diderita (termasuk operasi yang pernah dijalani), ditulis secara
kronologis. 3) Riwayat penyakit keluarga, meliputi jenis penyakit yang diderita anggota keluarga yang
berhubungan secara genetik.

2. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik antara lain:

a. Tanda vital:

1) Tekanan darah. 2) Nadi. 3) Pernapasan. 4) Suhu tubuh.

b. Postur tubuh:

1) Tinggi Badan (TB). 2) Berat Badan (BB) serta Lingkar perut.


c. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi) dilakukan terhadap:

1) Kulit. 2) Kepala (termasuk pemeriksaan saraf cranial). 3) Mata (misalnya katarak atau glaukoma).
4) Telinga (infeksi seperti otitis media purulenta atau acute), hidung (infeksi seperti sinusitis),
tenggorokan, dan mulut. 5) Leher dan pembuluh getah bening.

d. Pemeriksaan fisik terhadap dada (thorax) dan perut (abdomen) meliputi:

1) Pemeriksaan paru. 2) Jantung. 3) Perut (meliputi semua organ dalam perut).

e. Pemeriksaan fisik juga dilakukan terhadap:

1) Ekstremitas (kekuatan otot dan reflex). 2) Rektum dan urogenital. 3) Traktus urinarus dan traktus
genitalia (inspeksi dan palpasi).

3. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mendeteksi suatu keadaan atau risiko gangguan kesehatan
yang umum terjadi pada jemaah haji, baik penyakit tidak menular maupun penyakit menular yang
dapat menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji.

Jenis pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, golongan darah,
rhesus, kimia darah seperti glukosa darah sewaktu dan kolesterol), pemeriksaan urine lengkap
(warna, kejernihan, bau, sedimen, glukosa urin dan protein urin), rontgen, dan Elektrokardiografi
(EKG) yang seluruhnya dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis yang akurat.

Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi jemaah haji dengan kriteria:

a. Berusia 60 tahun atau lebih, dan/atau

b. Memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan
keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji, misalnya

1) Penyakit degeneratif, diantaranya Alzheimer dan demensia;

2) Penyakit metabolik, diantaranya diabetes melitus, dyslipidemia, dan hiperkolesterolemia;

3) Penyakit kronis, diantaranya sirosis hepatis, keganasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK),
Chronic Kidney Diseases (gagal ginjal kronik), decompensasi cordis (gagal jantung), dan hipertensi;

4) Penyakit imunologis, diantaranya asma, Sindrom Lupus Eritematosus (SLE), dan HIV/AIDS
(pertimbangkan kerahasiannya);

5) Penyakit bawaan, diantaranya kelainan katup jantung, kista ginjal, diabetes melitus tipe 1; dan

6) Penyakit jiwa, diantaranya skizofrenia dan gangguan bipolar

faktor risiko kesehatan yang potensial menyebabkan ketidakmampuan menjalankan rukun dan wajib
haji dan mengancam keselamatan jemaah haji, antara lain:

1) Penyakit kardiovaskuler. 2) Penyakit metabolik. 3) Penyakit paru atau saluran nafas. 4) Penyakit
ginjal. 5) Penyakit hipertensi. 6) Penyakit keganasan, seperti kanker.

2) Pembinaan Kesehatan Masa tunggu.


Setidaknya 90% jemaah haji pada masa tunggu yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan tahap
pertama, telah mengikuti program pembinaan kesehatan haji.

Secara umum, kegiatan pembinaan kesehatan haji diklasifikasikan menjadi:

1. Kegiatan pembimbingan kesehatan haji.

2. Kegiatan penyuluhan kesehatan haji

1. Kegiatan pembimbingan kesehatan haji.

a. Konseling Kesehatan

Konseling merupakan komunikasi dua arah antara dokter atau tenaga kesehatan dan jemaah haji di
puskesmas/klinik atau rumah sakit.

b. Peningkatan kebugaran jasmani.

Metode penilaian/pengukuran kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan metode Rockport


Walking Test(berjalan 1.6 km) atau Six Minutes Walking Test untuk mengetahui kemampuan
jantung-paru,

cara untuk melakukan skrining adanya kontra indikasi pelaksanaan pengukuran kebugaran adalah
dengan pengisian kuesioner PAR-Q and You

c. Pemanfaatan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

pos pembinaan terpadu (Posbindu) dibentuk dalam kelompok jemaah haji

Program Posbindu akan memberikan pembinaan kesehatan, mengontrol tekanan darah, gula darah,
lingkar perut, Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Indeks Massa Tubuh (IMT).

d. Kunjungan rumah.

2. Kegiatan penyuluhan kesehatan haji.

Penyuluhan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan oleh Puskesmas/klinik dan/atau oleh organisasi
masyarakat

Informasi penyuluhan terkait:

1) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat pada jemaah haji:

a) Peningkatan kesehatan reproduksi dan pengaturan haid. b) Imunisasi meningitis dan imunisasi
yang direkomendasikan. c) Pengobatan TB paru secara tuntas. d) Pengobatan teratur untuk
hipertensi dan penyakit lainnya. e) Pengenalan dini gangguan jiwa dan pengendalian stress. f) Tidak
merokok. g) Penggunaan air bersih, cuci tangan dengan sabun, dan bercukur dengan aman. h)
Penggunaan toilet dengan benar. i) Menjadi anggota JKN

2) Kegiatan fisik meliputi latihan fisik dan olah raga.

3) Healthy nutrition meliputi makan makanan bergizi, cukup minum dan diet sesuai kondisi
kesehatan, serta pantangan makanan bagi penyakit tertentu yang diderita jemaah haji

Pada akhir pembinaan, dinilai kategori jemaah haji berpotensi :


a. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji. b. Memenuhi syarat istithaah kesehatan dengan
pendampingan. c. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan sementara. d. Tidak memenuhi syarat
istithaah Kesehatan

PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP KEDUA

Pemeriksaan kesehatan tahap kedua merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan paling
24 lambat tiga bulan sebelum masa keberangkatan jemaah haji Hasil pemeriksaan kesehatan tahap
kedua merupakan penetapan istithaah

Pemeriksaan kesehatan tahap kedua dilaksanakan oleh tim penyelenggara kesehatan haji
kabupaten/kota di Puskesmas dan/atau klinik atau rumah sakit yang ditunjuk

Pemeriksaan kesehatan tahap kedua meliputi: 1. Anamnesa. 2. Pemeriksaan fisik. 3. Pemeriksaan


penunjang. 4. Diagnosis. 5. Penetapan Istithaah Kesehatan. 6. Rekomendasi/saran/rencana tindak
lanjut

3) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua

Seratus persen (100%) jemaah haji yang akan berangkat pada tahun berjalan telah dilaksanakan
pemeriksaan tahap kedua (penetapan istithaah) di kabupaten/kota selambatnya pada 3 (tiga) bulan
sebelum keberangkatan.

4) Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan

Seratus persen (100%) jemaah haji yang akan berangkat pada tahun berjalan dilakukan
pembinaan/manasik kesehatan.

5) Pemeriksaan Kesehatan Tahap Ketiga.

Seratus persen (100%) jemaah haji telah dilakukan penilaian kelaikan terbang

nomenklatur penetapan istithaah sebagai hasil akhir pemeriksaan kesehatan tahap kedua meliputi :
a. Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji; b. Memenuhi syarat istithaah kesehatan
jemaah haji dengan pendampingan; c. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
sementara; d. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji.

Yang dimaksud pendamping bisa berupa : 1. Orang 2. Alat Kesehatan 3. Obat obatan

Jemaah haji yang ditetapkan tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara
adalah jemaah haji dengan:

1) Tidak memiliki sertifikat vaksinasi internasional yang sah. Artinya jemaah haji yang belum
dilakukan penyuntikan vaksinasi meningitis meningokokus.

2) Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh, antara lain tuberculosis sputum BTA
positif, tuberculosis multidrug resisten, diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroid, HIV-AIDS
dengan diare kronik, stroke akut, perdarahan saluran cerna, dan anemia gravis.

3) Suspek dan/atau confirm penyakit menular yang berpotensi wabah.

4) Psikosis akut.

5) Fraktur tungkai yang membutuhkan immobilisasi.

6) Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis.

7) Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang dari 14 minggu atau
lebih dari 26 minggu

Jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan merupakan jemaah haji dengan
kriteria:

1) Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa, antara lain penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
derajat IV, gagal jantung stadium IV, gagal ginjal kronik stadium IV dengan peritoneal
dialysis/hemodialysis regular, AIDS stadium IV dengan infeksi opportunistik, stroke hemoragik luas.

2) Gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia berat, dimensia berat, dan retardasi mental berat.

3) Jemaah haji dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, antara lain keganasan
stadium akhir, totally drug resistance tuberculosis, sirosis dan hepatoma dekompensata.

Penyampaian kriteria tidak memenuhi syarat istithaah kepada jemaah disampaikan oleh tim
penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota dalam suasana kekeluargaan dan agamis agar jemaah
dan keluarganya dapat memahami hal tersebut. Penetapan istithaah kesehatan jemaah haji
dilaksanakan paling lambat pada saat 3 bulan sebelum keberangkatan

vaksinasi Meningitis Meningokokkus diberikan kepada :

1). Memenuhi syarat istithaah, 2). Memenuhi syarat istithaah dengan pendampingan, dan 3). Tidak
memenuhi syarat istithaah sementara

diikuti oleh pemberian International Certificate Vaccination (ICV) yang sah

Bagi jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah :

1. Tidak diberikan kesempatan melakukan pelunasan 2. Tidak diberikan Surat Panggilan Masuk
Asrama (SPMA). 3. Tidak divaksinasi meningitis
PEMBINAAN KESEHATAN DI MASA KEBERANGKATAN

Pembinaan kesehatan jemaah haji di masa keberangkatan meliputi pengobatan (yang merupakan
wujud early diagnostic and prompt treatment dan disability limitation), konsultasi kesehatan oleh
dokter penyelenggara kesehatan haji, rujukan kepada fasilitas yang lebih tinggi, dan penanganan
rujukan balik.

Secara umum, kegiatan pembinaan kesehatan haji diklasifikasikan menjadi:

1. Kegiatan pembimbingan kesehatan haji.

2. Kegiatan penyuluhan kesehatan haji.

3. Kegiatan pembinaan terpadu kesehatan haji.

1. Kegiatan pembimbingan kesehatan haji.

a. Konseling Kesehatan, b. Peningkatan kebugaran jasmani., c. Pemanfaatan upaya kesehatan


berbasis masyarakat., d. Kunjungan rumah e. Bimbingan Manasik

2. Kegiatan penyuluhan kesehatan haji.

a. memberikan materi penyuluhan Kesehatan :

1) Perilaku hidup bersih dan sehat antara lain melalui cuci tangan pakai sabun, tidak merokok,
istirahat yang cukup.

2) Kegiatan fisik meliputi latihan fisik dan olah raga.

3) Healthy nutrition meliputi makan makanan bergizi, diet sesuai kondisi kesehatan dan pantangan
makanan bagi penyakit tertentu yang diderita jemaah haji.

4) Healthy mental antara lain melalui pengelolaan stress.

5) Penyakit-penyakit yang banyak diderita oleh jemaah haji.

6) Penyakit-penyakit yang memiliki kemungkinan diperoleh saat di Arab Saudi antara lain heat stroke
dan dehidrasi. Penyakit menular yang berpotensi wabah saat di Arab Saudi antara lain Penyakit
meningitis, diare, penyakit virus Zika dan penyakit pernapasan (SARS, MERS-CoV, Ebola).

7) Cara penggunaan toilet di pesawat, pondokan, dan tempat-tempat umum.

8) Kesehatan di penerbangan meliputi cara mengatasi barotrauma (dengan mengunyah permen),


banyak minum dan stretching (peregangan) di pesawat.

b. Penyebarluasan Informasi.

dilakukan melalui penyebarluasan informasi dengan menggunakan poster, brosur, leaflet, dan video.
Informasi yang disampaikan berupa pesan singkat dan menarik tentang kesehatan yang
berhubungan dengan ibadah haji.

c. Pemanfaatan media massa.

berupa running teks atau dialog interaktif di radio atau televisi, dan penulisan artikel tentang
pentingnya kesehatan dalam ibadah haji.
PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP KETIGA

Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga meliputi:

1. Anamnesa. 2. Pemeriksaan Fisik. 3. Pemeriksaan Penunjang. 4. Diagnosis. 5. Penetapan Kelaikan


Terbang. 6. Rekomendasi/Saran/Rencana Tindak Lanjut

Penyakit yang ditetapkan tidak laik terbang dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:

a. Penyakit menular berpotensi wabah. b. Penyakit yang berhubungan dengan ketinggian. c.


Penyakit dengan keadaan saturasi oksigen yang kurang. d. Penyakit yang membahayakan orang lain
dan penerbangan (misal skizofrenia akut).

Konsep Pendekatan Keluarga dalam Mencapai Istithaah

Tujuan dari pendekatan keluarga adalah 1). Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan
rehabilitatif dasar. 2). Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota
dan SPM provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan. 3). Mendukung pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi
peserta JKN. 4). Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan pendekatan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care).

Risiko kesehatan yang dideteksi pada jemaah haji terutama tentang Penyakit Tidak Menular (PTM),
Penyakit Menular (PM), Kesehatan Reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh FKTP, yaitu Puskesmas, klinik, dan praktik perorangan, termasuk Dokter
Layanan Primer (DLP).

Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:

1). Administrasi pelayanan, 2). Pelayanan promotif dan preventif perorangan, berupa: penyuluhan
kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, dan skrining kesehatan), 3).
Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, 4). Tindakan medis non spesialistik baik operatif
maupun non operatif, 5). Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, 6). Transfusi darah sesuai
dengan kebutuhan medis, 7). Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan
8). Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

Penyelenggaraan kesehatan haji melalui pendekatan keluarga adalah upaya identifikasi masalah
kesehatan keluarga/jemaah haji terhadap Penyakit Tidak Menular, Penyakit Menular, Kesehatan
Reproduksi, kepersertaan JKN, penyehatan lingkungan, PHBS, dan aktivitas fisik
Upaya pengendalian faktor risiko dan pencegahan penyakit dapat dilaksanakan melalui UKBM
seperti Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), atau Pos Upaya
Kesehatan Keluarga (UKK).

Deteksi Dini Risiko Tinggi Kesehatan Jiwa

Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa Jemaah Haji/Calon Jemaah Haji dengan
menggunakan instrumen MINI ICD-X dan HVLT

Demensia Keadaan ini dapat dideteksi dengan mempergunakan Instrumen HVLT (HOPKINS, VERBAL
LEARNING TEST)

Risiko kesehatan jiwa yang meliputi Psikotik, Episode Depresi Berat, Episode Manik dan Ganguan
Anxietas dapat dideteksi dengan MINI ICD – X

Jenis risiko kesehatan jiwa:

• Demensia • Gejala-gejala Psikotik • Episode Depresi • Episode Manik • Gangguan Ansietas

Pengukuran Kebugaran

1. Metode Rockport Walking Test

adalah salah satu metode untuk menilai kesanggupan fungsi jantung-paru seseorang saat melakukan
aktivitas fisik. Peserta diminta untuk berjalan konstan dan sesuai kemampuan sejauh 1,6 km, lalu
dihitung waktu tempuhnya. Metode pengukuran ini dilakukan pada peserta yang sudah dinyatakan
aman melakukannya

Perlengkapan yang dibutuhkan

: 1. Lembar PAR-Q and You (The Physical Activity Readiness Questionnaire) 2. Lintasan datar
sepanjang 1,6 km. 3. Stopwatch (alat pengukur waktu). 4. Nomor dada
2. metode Six Minutes Walking Test (6MWT)

Adalah salah satu metode pengukuran kapasitas fungsional seseorang yang ditujukan untuk
seseorang dengan usia di atas 60 tahun dan/atau memiliki penyakit jantung atau gangguan
pernapasan. Metode pemeriksaannya adalah dengan mengukur jarak tempuh seseorang berjalan
dalam waktu enam (6) menit pada lintasan yang sudah diukur.

Perlengkapan yang dibutuhkan:

1. Area datar dan bebas hambatan sepanjang 30 m (atau bisa disesuaikan dengan ruangan yang
ada). 2. Stopwatch (alat pengukur waktu). 3. Counter (alat penghitung). 4. Dua buah penanda jarak,
bisa berupa kerucut orange (jumlah bisa disesuaikan). 5. Kursi. 6. Lakban/pemandu lain untuk
pedoman jarak tiap 3 mete
MATERI MANASIK KESEHATAN

ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dan dilaksanakan oleh Jemaah Haji antara lain :

a. Makan makanan bergizi dan buah-buahan. b. Hindari aktivitas berlebihan. c. Lakukan Peregangan

d. Periksa kesehatan secara teratur dan minum obat sesuai dengan jenis penyakit yang diderita.

obat-obatan pribadi agar dibawa di tas kecil yang telah disediakan dengan jumlah yang cukup untuk
45 hari. e. Gunakan payung saat berada diluar pondokan. f. Semprotkan air ke wajah dan bagian
tubuh yang terbuka menggunakan semprotan air (water spray). g. Minum air putih/air zam-zam
sesering mungkin. h. Gunakan masker. i. Gunakan alas kaki jika berada diluar ruangan j. Hindari
kontak langsung dengan unta. k. Bagi wanita yang masih haid dianjurkan untuk berkonsultasi kepada
dokter untuk mengatur siklus haid saat ibadah haji berlangsung. m. Tidak merokok. n. Tahallul
(bercukur) sehat dan aman. o. Seringlah membaca doa-doa untuk kesehatan dan keselamatan.

PENYAKIT-PENYAKIT YANG SERING DIDERITA OLEH JEMAAH HAJI.

a. Penyakit Kencing manis (Diabetes/DM).

kencing manis adalah badan lemas, mata berkunang-kunang, sering mengantuk, keluar keringat
dingin, banyak makan, banyak minum, dan sering kencing.

b. Penyakit darah tinggi (Hipertensi).

Jemaah Haji yang memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

c. Penyakit Jantung Koroner.


Faktor risiko atau hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner adalah tekanan darah
tinggi, obesitas/kegemukan, kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia), diabetes melitus, merokok,
kurang gerak atau kurang olahraga/aktivitas fisik, serta Jemaah Haji dengan usia lanjut.

Gejala PJK diantaranya adalah sering merasa cepat lelah dan mengalami sesak napas ketika
beraktivitas, nyeri dada kiri yang menjalar 73 ke lengan, atau rasa panas di ulu hati

d. Penyakit Payah Jantung.

adalah penyakit dimana jantung tidak mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi

Faktor risiko atau hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya atau memperberat penyakit payah
jantung adalah Jemaah Haji dengan penyakit hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus,
perokok, dan Jemaah Haji dengan nilai kolesterol tinggi.

Gejala penyakit payah jantung adalah jika Jemaah Haji berjalan akan terasa sesak, mudah lelah,
mudah gelisah dan cemas, serta kaki bengkak

e. Penyakit Paru Menahun (PPM).

adalah penyakit paru yang telah berlangsung lama/menahun yang ditandai dengan hambatan aliran
udara di saluran nafas yang bersifat progresif/cepat.

Faktor risiko dari penyakit paru menahun adalah kebiasaan merokok, debu & bahan kimia (alergen),
polusi udara, dan infeksi paru berulang.

Gejala penyakit paru menahun antara lain batuk berdahak dan sesak napas terutama bila
beraktivitas. Penderita PPM akan mengalami sesak napas yang semakin lama semakin bertambah
berat. Penyakit ini sering meningkat/timbul pada usia di atas 40 tahun.

f. Gangguan Stress.

adalah gangguan perasaan saat menghadapi stressor (pemicu stres) baik yang bersifat fisik, mental,
maupun spiritual.

Pemicu stres Jemaah Haji di Arab Saudi antara lain situasi baru, lautan manusia, beda budaya dan
kebiasaan, perbedaan cuaca yang mencolok/ekstrim, letak pondokan/hotel yang jauh dari Masjidil
Haram, naik turun kendaraan umum (bus pengangkut Jemaah Haji), kegiatan fisik yang sangat padat,
terpisah dari rombongan dan keluarga, serta mengalami antrian yang panjang dan berdesak-
desakan.

gejala yang sering muncul pada Jemaah Haji yang mengalami stress antara lain adalah cemas, takut,
sedih, bingung, berdebar-debar, sulit tidur, tidak semangat, mudah tersinggung, mudah marah,
kecewa, jengkel, merasa tidak berdaya, ragu-ragu, curiga atau menyendiri

g. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

adalah penyakit batuk yang ditandai dengan napas cepat dan sesak napas

Gejalanya adalah batuk terus menerus, nyeri tenggorokan, dan demam.


Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi ISPA adalah menggunakan masker yang
dibasahi, minum air yang cukup dan sesering mungkin agar saluran pernafasan dan sekitarnya tetap
lembab, hindari kontak dengan penderita batuk, kunjungi dokter bila batuk

h. Diare.

kondisi yang ditandai oleh adanya keletihan, kejenuhan, ketegangan otot, serta perubahan dalam
kebiasaan makan dan tidur.

mencegah terjadinya kelelahan, maka Jemaah Haji harus istirahat/tidur yang cukup (6 – 8 Jam setiap
hari)

Penyakit yang dapat diperoleh di Arab Saudi

1. MERS-CoV,

2. Penyakit akibat panas.

a. Mimisan,

b. Kulit dan Bibir kering dan pecah-pecah.

c. Heat Exhaustion.

Gejala yang timbul adalah lemas, mengantuk, pusing, dan terdapat tanda-tanda kekurangan cairan
seperti warna air kencing yang coklat pekat seperti air teh. . Pencegahannya dengan meminum air
zam-zam yang cukup. Bila perlu air dapat dicampur dengan oralit atau minuman isotonic dengan
jumlah yang cukup (minimal 1 gelas atau 300cc setiap dua atau tiga jam).

d. Heat stroke (sengatan panas).

Cara yang paling mudah mencegah heat stroke adalah 76 dengan minum air yang cukup setiap hari
dan menghindari paparan matahari secara langsung, misalnya dengan menggunakan payung. Jangan
berpanaspanasan di luar tenda saat wukuf dan saat di Mina. Gejala akan terjadinya heat stroke
adalah kulit terasa panas, suhu tubuh naik (demam), lemas, mual dan hilang kesadaran. Jika
menemukan kondisi Jemaah Haji yang tiba-tiba mengalami hal tersebut, maka segeralah siram
dengan air, kompres es, dan segera mencari pertolongan pertama kepada tenaga kesehatan
terdekat

3. Meningitis

adalah penyakit peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Meningitis

Meningokok. Penyakit ini ditularkan melalui droplet atau cairan yang berasal dari saluran
pernapasan seperti air ludah dan lendir ketika bersin, batuk, atau menggunakan alat makan dan
minum penderita penyakit.

Gejala umum dari penyakit ini adalah sakit kepala, leher kaku, demam tinggi, penurunan kesadaran,
dan takut dengan cahaya.

4. Penyakit Virus ZIKA

menyebar melalui gigitan nyamuk sehingga pencegahannya adalah dengan menghindari gigitan
nyamuk.
Penyakit ini berbahaya terutama untuk ibu hamil karena dicurigai dapat menyebabkan kelainan pada
janin yang dikandungnya.

Penyakit ini memiliki gejala seperti penyakit demam berdarah yaitu demam, kulit berbintik merah,
sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan selaput putih
mata yang dapat berlangsung selama 2-7 hari.

Anda mungkin juga menyukai