Anda di halaman 1dari 11

ANALISA VIDEO PENGELOLAAN PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

Disusun Oleh:

1. Diah Ummul Nafisa 30901800045


2. Diana Mufida 30901800046
3. Diana Sismi Alfi Nurani 30901800047
4. Dian Lestari 30901800048
5. Dian Pratiwi 30901800049
6. Dian Puji Astuti 30901800050
7. Durrotun Anisah 30901800052
8. Dwi Nanik Indraini 30901800054
9. Dyki Maharani Hyatunnufus GP 30901800055
10. Elimunisa 30901800056
11. Elma Safitri 30901800057
12. Elsa Rosyana 30901800058
13. Erma Esti Mukholifah 30901800059

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap
datangnya musim penghujan. Seperti yang terjadi di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo, banjir terjadi akibat limpasan air Sungai Bogowonto yang menggenangi tambak
udang sehingga mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah (Surat Kabar, 30 Juli
2010). Banyak upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah untuk mengantisipasi bencana
banjir, yang melibatkan berbagai sektor terkait, tetapi kejadian banjir tersebut masih terjadi
dalam setiap tahun.
Kejadian banjir seperti tersebut di atas lebih diartikan sebagai banjir limpasan
(discharge overland flow) atau di kalangan umum dikenal dengan istilah banjir kiriman,
karena tipe banjir ini berasal dari aliran limpasan permukaan yang merupakan bagian dari
hujan yang mengalir di permukaan tanah sebelum masuk ke sistem sungai. Dalam kondisi
bio-geofisikal dan curah hujan yang khusus/unik banjir limpasan ini dapat membentuk banjir
bandang (flash flood).
Banjir limpasan ini ciri-cirinya antara lain debit puncak (Qp) yang tinggi dan waktu
datangnya banjir (time to peak) yang sangat cepat, sehingga tidak memberikan kesempatan
penduduk untuk persiapan mengungsi. Diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sumber
asal banjir dan daerah yang rawan terkena banjir, sehingga sebelum terjadi banjir dapat
dilakukan langkah-langkah pengendalian banjir.
Banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi
Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor
pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan
prasarana (Maryono, 2005). Beberapa daerah di Indonesia mengalami peningkatan jumlah
populasi manusia karena adanya daya pikat yang dapat mempengaruhi manusia untuk pindah
dari desa ke kota. Lahanlahan yang sebenarnya untuk daerah preservasi dan konservasi untuk
menjaga keseimbangan lingkungan setempat, diambil alih untuk pemukiman, pabrikpabrik,
industri, dan lainnya (Kodoatie, 2002).
Selain itu, menurut Seyhan (1977) bencana alam banjir yang terjadi juga ditentukan
oleh aspek yang lain, yaitu 1) aspek meteorologis-klimatologis terutama karakteristik curah
hujan yang mampu membentuk badai atau hujan maksimum, 2) karakteristik DAS dari aspek
bio-geofisikal yang mampu memberikan ciri khas tipologi DAS tertentu, 3) aspek sosial
ekonomi masyarakat terutama karakteristik budaya yang mampu memicu terjadinya
kerusakan lahan DAS, sehingga wilayah DAS tersebut tidak mampu lagi berfungsi sebagai
penampung, penyimpan, dan penyalur air hujan yang baik. Ketiga aspek tersebut secara garis
besar yang dapat dipakai sebagai dasar penentuan apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS
mana (hulu, tengah, hilir) termasuk kritis berat ataupun potensial kritis. Dengan kata lain,
apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS mana yang sudah termasuk klasifikasi rawan atau
sangat rawan banjir. Sehingga sebelum terjadi bencana banjir di wilayah DAS tersebut sudah
diketahui terlebih dahulu di wilayah DAS atau di bagian DAS mana yang rawan/sangat rawan
banjir atau kritis/sangat kritis, dengan demikian ada waktu untuk mengantisipasi ataupun
berbuat sesuatu sebelum banjir itu datang, dan menjadi bencana.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor SK.328/MenhutII/2009, DAS
Bogowonto merupakan DAS Prioritas I. Segala permasalahan pada DAS prioritas I tersebut,
dapat diidentifikasi penyebabnya untuk kemudian dilakukan upaya penanganannya secara
cepat dan terarah. Dalam rangka pengambilan kebijakan atau perumusan upaya untuk
mitigasi, penanggulangan dan pengendalian bencana banjir, seperti penataan ruang atau
pengelolaan DAS terpadu, diperlukan pemetaan daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya
banjir. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, untuk mewujudkan suatu
ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan maka penataan ruang harus
diselenggarakan salah satunya dengan adanya upaya perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya DAS Bogowonto, akibat
pemanfaatan ruang.
Berdasarkan data yang dianalisis dari Statistik Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Serayu Opak Progo, tahun 2009, menyebutkan bahwa sekitar 14,98% dari luasan DAS
Bogowonto sebesar 53.423,86 Ha, dalam kondisi kritis dan 34,58% dalam kondisi agak kritis.
Lahan kritis menjadi salah satu indikator suatu DAS mengalami degradasi (Paimin, dkk,
2006). Kekritisan lahan juga dapat berpotensi meningkatkan kerawanan banjir suatu DAS,
karena kekritisan lahan dapat dipengaruhi oleh alih fungsi lahan, dari fungsi lindung menjadi
budidaya yang dapat mengurangi tutupan vegetasi di DAS tersebut. Jika tutupan vegetasi
berkurang, maka hujan yang jatuh di DAS, akan banyak menjadi aliran permukaan/run-off.
Sehingga dalam kondisi curah hujan yang tinggi, kemudian direspon secara cepat menjadi
debit puncak banjir dan penampang sungai tidak mampu menampungnya, maka akan
berpotensi terjadi banjir.
Risiko dan dampak terhadap timbulnya bencana akibat banjir yang sering terjadi di
DAS Bogowonto, dapat dikurangi atau diminimalkan dengan upaya mitigasi yang dimulai
dengan menganalisis dan memetakan daerah yang rawan atau rentan terhadap banjir. Analisis
kerentanan banjir dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan dengan
cepat, mudah dan akurat. Kerentanan banjir dapat diidentifikasi melalui Sistem Informasi
Geografis dengan menggunakan metode tumpang susun terhadap parameter-parameter banjir,
seperti : infiltrasi tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Melalui Sistem Informasi
Geografis diharapkan akan mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait
dengan penentuan tingkat kerentanan banjir serta dapat menganalisis dan memperoleh
informasi baru dalam mengidentifikasi daerahdaerah yang sering menjadi sasaran banjir.
Untuk melakukan kajian kerentanan dan daerah rawan banjir di wilayah DAS,
khususnya Sub DAS Bogowonto, perlu dilakukan identifikasi data kondisi biogeofisik DAS,
yang disusun dalam suatu basis data spasial yang terstrukturdengan baik, sehingga mudah
untuk diperbaharui, dianalisis, diaktifkan dan diwujudkan dalam bentuk peta.
Kemajuan teknologi penginderaan jauh memungkinkan proses identifikasi kondisi
biogeofisik DAS dapat diperoleh dengan lebih cepat, akurat dan dapat menghemat waktu,
biaya dan tenaga. Selain itu berkembang pula teknologi Sistem Informasi Geografis yang
memungkinkan bagi para pengguna data spasial untuk menyimpan, mengolah dan
menganalisis data spasial yang dimiliki dengan lebih mudah, lebih cepat dan interaktif. Oleh
karena itu kajian kerentanan dan daerah rawan banjir limpasan Sungai Bogowonto dalam
upaya pengelolaan Daerah Aliran Sungai perlu untuk dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bencana Banjir


“Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan
menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering
terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007).
“Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain
itu terjadinya banjir jua dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff)
yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau
sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya
kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi
menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah
hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol,
pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain” (Ligak, 2008).
B. Jenis-jenis Banjir

Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan


menjadi lima tipe sebagai berikut:

1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa
saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir
bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah
pegunungan.
2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya
banjir in terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena
intensitas banyak sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah banjir air.

3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang
tapi banjir lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke
daratan.banjir lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan bahan gas yang
mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.
4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)
Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini
menerjang kawasan di wilayah sekitar pesisir pantai.
5. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air, tapi banjir
cileunang terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.
C. Faktor-faktor Penyebab banjir
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), ‘‘faktor penyebab terjadinya
banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir
oleh tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan,
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan
pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan
karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan
seperti: perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman
di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali
banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali
banjir yang tidak tepat’’. Peraturan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 28 tahun 2015 tentang penetapangaris sepadan sungai dan garis
sempadan danau pada pasal 15 berbunyi untuk bangunan yang terdapat di
sempadan sungai minimal jarak rumah dari tepi sungai yaitu 10 meter dari tepi
kiri dan kanan sungai, dan apabila sungai terlalu dalam melebihi 3 meter maka
jarak dari sepadan sungai lebih dari 10 meter.
1. Penyebab banjir secara alami
Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :
a. Curah hujan
b. Pengaruh fisiografi
c. Erosi dan Sedimentasi
d. Kapasitas sungai
2. Penyebab banjir akibat aktivitas manusia
Banjir juga dapat terjadi akibat ulah/aktivitas manusia sebagai berikut:
a. Perubahan kondisi DAS
b. Kawasan kumuh dan sampah
c. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
d. Kerusakan bangunan pengendali air
e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
D. Daerah Rawan Banjir

“Daerah rawan banjir adalah daerah yang sering dilanda banjir. Daerah
tersebut dapat diidentikasi dengan menggunakan pendekatan geomorfologi
khususnya aspek morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai,
tanggul alam, dataran banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang
merupakan bentukan banjir yang berulang-ulang yang merupakan bentuk
lahan detil yang mempunyai topografi datar “(Dibyosaputro, 1984).

Menurut Pratomo (2008) dan Isnugroho (2006), “daaerah rawan banjir


dapat diklasifikasikan menjadi empat daerah, yaitu daerah pantai, daerah
dataran banjir, daerah sempadan sungai, dan daerah cekungan”.

E. Upaya Pencegahan Banjir

Berikut ini ada beberapa cara untuk penanggulangan bencana banjir:


1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan
selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemar dengan
sampah atau menjadi tempat pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan
sungai dan selokan menjadi tersumbat.
2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang
dapat menyerap air dengan cepat.
3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar lahan hijau
untuk penyerapan air.
4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit
sungai dan sampah rumah juga akan masuk sungai.
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan
menyebabkan bumi ini akan semakin sulit menahan bebannya dan membuat
permukaan tanah turun.
6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di bantaran
sungai, karena pohon berperan penting untuk pencegahan banjir. Sebenarnya
menebang pohon tidak dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut
dan tidak membiarkan hutan menjadi gundul.
7. Dengan melakukan cara penanggulangan banjir tersebut kita dapat mencegah
bencana banjir. Karena selama ini pemerintah pun telah bekerja keras untuk
mencegah terjadinya banjir, tetapi semua masyarakat pun harus mendukung
agar semua bisa teratasi dengan baik.

F. Analisa Vidio
Dinformasikan telah terjadi bencana Banjir Bandang pukul 11.00 WIB di
Bengkulu. Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Bengkulu yang
menghubungi Ibu Camat setelah itu diinfokan kepada BPBD untuk menindak
lanjuti. Pihak BPBD dalam menindak lanjuti mengarahkan Tim SAR, Tim
Medis, dan RS rujukan untuk para korban. Sebelum Tim SAR, Tim medis dan
Tim Triase menuju ke lokasi diberikan arahan terlebih dahulu terutama untuk
Tim Triase melakukan evakuasi sebelumnya memberikan instruksi yang akan
diberikan pada korban dengan pita warna merah untuk luka berat dan
mengancam nyawa, pita warna kuning untuk luka sedang dan tidak
mengancam nyawa, pita warna hijau untuk luka ringan dan tidak mengancam
nyawa dan pita warna hitam untuk meninggal dunia serta memperhatikan
Airway, Breathing, dan Circulation. Setelah itu tim masing-masing menuju
lokasi evakuasi untuk menolong korban. Instruksi untuk korban yang masih
bisa berjalan mengikuti arahan yang tidak bisa berjalan melambaikan atau
berteriak.
Terdapat beberapa korban yang mengalami luka ringan di beri pita
warna kuning dan dapat berjalan diberikan pita warna hijau, lalu korban yang
mengalami luka berat dan tidak dapat berjalan segera diberikan perawatan di
tenda darurat di tandangi dengan pita warna merah. Adapun pasien yang tidak
sadarkan diri lalu dicek nadi dan pernapasan setelah itu diberikan oksigen dan
dilakukan kompresi setelah itu dibawa ke tenda darurat serta korban yang
meninggal dunia diberikan pita warna hitam dan dipindahkan di tempat yang
lebih aman. Dapat diinformasikan keseluruhan korban 7 luka berat, 2 luka
ringan dan 1 meninggal dunia.
Adapun upaya pemerintah Bengkulu dalam menanggulangi pra
bencana banjir bandang, yaitu menginformasikan H-2 terjadinya bencana
banjir bandang kepada warga agar keluar dari rumah dan dievakuasi ditempat
yang lebih aman dan saat ini pemerintah masih berupaya menolong warga
yang terperangkap di dalam rumah. Adapun yang disampaikan oleh warga
yang selamat dari bencana bantuan seperti makan, pakaian, air bersih dan lain-
lain masih minim. Sehingga harapannya pemerintah dapat segera memberikan
bantuan yang memadai terhadap bencana yang sedang dihadapi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari pembahasan di atas bahwa masayarakat
perlu ditingkatkan kesadarannya akan kebersihan lingkungannya sendiri, terutama
dalam pembuangan sampah ke dalam sungai. Masyarakat harus terus diingatkan
bagaimana memperlakukan sampah. Jika tidak, bencana banjir dan penyakit akan
terus menghantui masyarakat. Perubahan perilaku harus direkayasa karena memang
sulit dilakukan. Warga juga harus berani menegur orang-orang yang membuang
sampah sembarangan. Teguran ini pastinya akan selalu diingat oleh si pelaku dan
membuatnya berpikir ulang kalau mau buang sampah sembarangan.

B. Saran
Proses pengambilan data dan dari analisis yang dilakukan terdapat beberapa
saran dan rekomendasi untuk pemerintah,dan masyarakat:
1. Saran dan rekomendasi untuk pemerintah Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan sebaiknya pemerintah segera mempercepat pengerjaan proyek
pembangunan infrastruktur pengendali banjir ini.
2. Saran dan rekomendasi untuk masyarakat agar senantiasa mendukung program
pemerintah dalam menyelesaikan masalah banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB.

Danianti Rizsa Putri, Sariffuddin. Tingkat Kerentanan Masyarakat Terhadap


Bencana Banjir di Perumnas Tlogosari, Kota Semarang. ISSN 2337-7062 © 2015

Ma’arif Syamsul. Pedoman Bencana Banjir. Pelaksanan Harian BAKRNAS


jakarta, 2007

Nurjanah, R. Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto BP, Adikoesoemo. 2012.


Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai