Anda di halaman 1dari 93

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Puji syukur senantiasa tercurah
atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Kerja
Praktik (KP) Individu ini sebagaimana mestinya.
Pelaksanaan Kerja Praktik (KP) dilaksanakan pada
tanggal 24 November – 22 Desember 2020 di PDAM
Tirta Musi Palembang.
Laporan KP ini berjudul “Pengaruh
Pengadukan dan Waktu Sedimentasi Terhadap
Turbidity dan pH Pada Air Baku PDAM Tirta
Musi Palembang” di PDAM Tirta Musi Instalasi
Ogan. Laporan Kerja Praktik dibuat dengan tujuan
memberikan gambaran salah satu kegiatan yang telah
dilakukan di Laboratorium PDAM Tirta Musi provinsi
Sumatera Selatan. Analisis tersebut dapat menjadi
bekal untuk memasuki dunia kerja, sebagai sarana
untuk implementasi teori yang didapat di bangku
perkuliahan, sebagai sarana penambah wawasan dan
i
ilmu pengetahuan yang ada di ruang lingkup
pekerjaan.
Penulisan Laporan Kerja Praktek (KP) tidak
terlepas dari bimbingan bantuan dan saran dari
berbagai pihak, oleh karenanya penulis ingin
menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas karunia, anugerah, kemudahan
dan semua rencana terbaik-Nya.
2. Kedua Orang Tua yang telah mendukung dan
memberi semangat sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak Noveriansyah sebagai manager PDAM
Tirta Musi Instalasi Rambutan.
4. Ibu Nurkomalasari, ST selaku Asisten
Manager Laboratorium PDAM Tirta Musi
5. Ibu Roesnelly, ST selaku analis sekaligus
pembimbing lapangan kami di Instalasi Ogan
PDAM Tirta Musi Palembang.
6. Bapak Hasan Marzuki, M.T sebagai Dosen
Pembimbing.

ii
7. Dosen-Dosen Program Studi Kimia UIN
Raden Fatah Palembang.
8. Seluruh analis laboratorium dan staff PDAM
Tirta Musi Palembang.
9. Rekan-rekan yang magang di PDAM Tirta
Musi Palembang.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang
dimiliki oleh Penulis, maka penulis sangat
mengharapkan kritis dan saran yang nantinya dapat
menjadi pelajaran sehingga membangun penulis untuk
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis juga memohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangannya.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.
Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Palembang, Juni 2021

Penulis

iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

Pengaruh Pengadukan dan Waktu Sedimentasi


Terhadap Turbidity dan pH Pada Air Baku
PDAM Tirta Musi Palembang

Oleh :
Alfin Ramadhan (1830802018)

Telah diseminarkan pada tanggal

Nama Tandatangan

Hasan Marzuki S.Pd.,MT ……………….


NIP.198502182014031003

Dosen Penguji 1 ……………….


NIP.

Dosen Penguji 2 ……………….


NIP.

Mengetahui,
Dekan Fst
Uin Raden Fatah Palembang Ketua Program Studi

Dr. Munir, M.Ag Mariyamah, M.T


NIP. 197103042001121002 NIP. 198304202014032002
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................. iv
DAFTAR ISI ....................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................. ..viii
BAB I GAMBARAN UMUM ............................. 1
1.1 Waktu dan Tempat ............................... 1
1.2 Profil Perusahaan .................................. 1
1.3 Profil Pembimbing Kerja Praktek.......... 16
1.4 Deskripsi Kegiatan................................ 17
BAB II STUDI KASUS ........................................ 35
2.1 Latar Belakang...................................... 35
2.2 Rumusan Masalah ................................. 37
2.3 Tujuan dan Manfaat .............................. 38
2.4 Tinjauan Pustaka .................................. 39
2.5 Metode Analisa .................................... 60
2.6 Hasil dan Pembahasan .......................... 63
BAB III PENUTUP .............................................. 73
3.1 Kesimpulan........................................... 73
3.2 Saran .................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................... 75
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PDAM Tirta Musi........................ 13


Gambar 2. Lokasi Tirta Musi PDAM IPA Ogan ..... 14
Gambar 3. Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi .. 15
Gambar 4. Pembimbing Kerja Praktek ................... 17
Gambar 5. Cascada IPA Ogan ................................ 28
Gambar 6. Koagulasi IPA Ogan ............................. 29
Gambar 7. Flokulasi IPA Ogan .............................. 30
Gambar 8. Sedimentasi IPA Ogan .......................... 31
Gambar 9. Aerasi IPA Ogan ................................... 32
Gambar 10. Filtrasi IPA Ogan ................................ 33
Gambar 11. Reservoir IPA Ogan ............................ 34
Gambar 12. Jenis Paddle ........................................ 55
Gambar 13. Kurva analisa turbidity ....................... 67
Gambar 14. Kurva analisa kadar keasaman ........... 67
Gambar 15. Kurva analisa turbidity ....................... 68
Gambar 16. Kurva analisa kadar keasaman ............ 69

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan PDAM Tirta Musi............. 4


Tabel 2. Wilayah distribusi Instalasi ....................... 9
Tabel 3. Kapasitas Pengolahan Air ......................... 10
Tabel 4. Deskripsi Kegiatan ................................... 17
Tabel 5. Standar Kualitas Air Bersih ...................... 47
Tabel 6. Konstanta pengaduk untuk aliran turbulen
pada jenis impeller ................................................. 56
Tabel 7. Analisa Data ............................................ 64
Tabel 8. Analisa Data ............................................ 64

vii
BAB I
GAMBARAN UMUM

1.1 Waktu dan Tempat


Kerja Praktik dilaksanakan selama 4 minggu
pada tanggal 24 November sampai dengan 22
Desember 2020 di PDAM Tirta Musi Palembang
Instalasi Ogan dibagian Laboratorium Produksi
Pengolahan Air. Jadwal kerja Praktik yaitu hari
Senin-Kamis pukul 07.00 - 12.00 WIB dan hari
Jum’at pukul 07.00 – 11.30 WIB.
1.2 Profil Perusahaan
1.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PDAM Tirta Musi Palembang didirikan
pada tahun 1929 oleh pemerintah kolonial
Belanda untuk membangun instalasi I
penyaringan air bersih yang berlokasi di 3
Ilir Palembang. Pembangunan instalasi ini
selesai tahun 1931, untuk
pendistribusikannya kantor Burge Van dan
Geemente Van Palembang.

1
Berdasarkan keputusan Geemente Read
yang disetujui oleh Gubernur Hindia
Belanda nomor 221 tahun 1932,
dibentuknya badan yang khusus mengolah
air bersih. Status badan ini merupakan salah
satu dari Dinas Pekerjaan Umum
Palembang. Bersamaan dengan surat
keputusan diatas juga dikeluarkan peraturan
yang mengatur air bersih Palembang disebut
"Water Leiding Diens (WLD)”.
Pada mulanya air bersih ini hanya
untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda
yang berdiam di Daerah Talang Semut saja
dan sebagian orang-orang pribumi yang
mampu. Pendistribusian kepada
pendudukan dilakukan dengan menyediakan
tempat untuk umum. Kapasitas produksi
pada waktu itu baru mencapai 100
liter/detik.
Pada masa pendudukan Jepang tahun
1942-1945, perusahaan Palembang Water
Leiding (PWL) mengalami kemunduran

2
dimana menara air hanya dialirkan ke
asrama-asrama tentara Jepang. Setelah masa
pendudukan berakhir diadakan beberapa
perbaikan dan penambahan pipa distribusi,
dan pada tahun 1956 kapasitas produksi
menjadi 300 liter/detik, dengan
ditambahkannya dua mesin pompa.
Berdasarkan surat Walikota Palembang
pada tanggal 21 Agustus 1963 Nomor
104/UM/63 status perusahaan yang
sebelumnya merupakan seksi Dinas
Pekerjaan Umum menjadi satu badan usaha
yang berdiri sendiri dengan nama
Perusahaan Air Bersih (PAB) Kota
Palembang.
Dengan adanya instruktur Mentri dalam
Negeri No. 26 tahun 1973 maka dikeluarkan
peraturan Daerah Tingkat II Kotamadya
Palembang tanggal 3 April 1876 No.
1/Perda/HUK/IX/1976 dengan UU dalam
lembaran Daerah Tingkat 1 Propinsi
Sumatra Selatan No.13 tahun 1976 tanggal

3
22 Juni 1976, Perusahaan Air Bersih (PAB)
resmi menjadi Perusahaan Daerah Air
Minum "TIRTA MUSI” Palembang.
Pembangunan instalasi II yang berlokasi di
Jalan Rambutan, didirikan pada tahun 1979
dan selesai pada tahun 1982 dan PDAM
Tirta Musi mengalami perkembangan
sebagai berikut:
Tabel 1. Perkembangan PDAM Tirta Musi
Tahun Perkembangan
1929-1931 Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) 3 Ilir
dengan kapasitas 100 liter/detik.
pemasangan pipa induk dari 3 Ilir
ke menara air dan pembangunan
Menara air dengan tinggi 35
meter dan volume 1200 m3.
1950-1960 Peningkatan kapasitas IPA 3 Ilir
menjadi 266 liter/detik dan
pemasangan pipa induk dari 3 Ilir
ke jalan Jendral Sudirman, Suro,
Tangga Buntung dan Plaju
sepanjang 270 km.
1976 Perusahaan air minum disyahkan
menjadi perusahaan dan
dituangkan oleh Perda No.1
Tanggal 3 April 1976.
1979 Pemasangan pipa air baku dari
Intake Karang Anyar ke IPA 3 Ilir
dan IPA Rambutan dan
Peningkatan kapasitas produksi
IPA 3 Ilir menjadi 730 liter/detik.

4
1980 Pembangunan IPA Rambutan
dengan kapasitas 720 liter/detik.
1983 Peningkatan kapasitas produksi 3
Ilir menjadi 830 liter/detik
1984 Jumlah pelanggan 39,483 SL.
1985 Pembangunan Booster KM IV
(1).
1986 Pembangunan IPA TABA dengan
kapasitas 2,5 liter/detik.
1988 Pembangunan IPA Poligon
dengan kapasitas 30 liter/detik.
1988-1994 Pembangunan IPA Borang
dengan kapasitas 90 liter/detik.
1989-1989 Pembangunan Booster Kenten

1997-2001 Pembangunan IPA Ogan dengan


kapasitas 600 liter/detik.
1998-2002 Pembangunan IPA Karang Anyar
dengan kapsitas 600 liter/detik.

2000 Jumlah pelanggan 80,771 SL.

Peningkatan kapasitas IPA


2005 Rambutan dari 720 liter/detik
menjadi 1,020 liter/detik dan
pembangunan Booster Plaju dan
ReservoirBooster Punti Kayu.
2006 Peningkatan kapasitas IPA
Borang dari 90 liter/detik menjadi
190 liter/detik dan pembangunan
Booster Kalidoni.
2007 Peningkatan kapasitas 3 Ilir dari
800 liter/detik menjadi 1100
liter/detik dan pembangunan
Booster Kertapati.
Jumlah pelanggan 119,208 SL.
2008 Perancangan pipa transmisi dan
distribusi untuk perluasan

5
cakupan pelayanan di Kecamatan
Alang-Alang Lebar, Sukarame,
Kertapati, Kalidoni dan Plaju
sepanjang 350 km dan Jumlah
pelanggan 129,636 SL.
2009 Pembangunan Cascade tambahan
IPA Ogan, Pembangunan
Reservoir IPA Karang Anyar
dengan kapasitas 6,000 m3 dan
Jumlah pelanggan 157,66 SL.
2011 Jumlah pelanggan 178,006 SL
2012 Pemasangan pipa transmisi dan
distribusi sepanjang 350 km dan
jumlah pelanggan 200,285 SL.
2017 Jumlah pelanggan 270,000 SL.
Sumber: PDAM Tirta Musi Palembang
1.2.2 Visi
PDAM Tirta Musi Palembang memilki
Visi yaitu PDAM Tirta Musi Palembang
akan menjadi penyedia air minum terbaik di
Indonesia melalui pelayanan prima serta
menjadi kebanggaan karyawan dan
masyarakat.
1.2.3 Misi
Adapun Misi PDAM Tirta Musi
Palembang,yaitu:
1. Menjadikan PDAM Tirta Musi
Palembang unggul dan tangguh &

6
melalui kerja keras dalam penyediaan air
minum dengan mengutamakan mutu dan
pelayanan demi kepuasan masyarakat.
2. Menjadi tempat karyawan PDAM Tirta
Musi untuk berprestasi
danpengembangan diri.
3. Menjadi aset dan kebanggaan
masyarakat.
PDAM Tirta Musi selaku BUMD
memiliki misi dalam rangka pembangunan
nasional yaitu:
a. Sebagai Unit Usaha
Perusahaan harus mampu mengolah
modal yang dipercaya kepadanya
sehingga mampu membiayai operasinya
sendiri dan bahkan mampu menghasilkan
surplus dari perputaran modal tersebut.
Atas misi ini perusahaan harus selalu
mempertinggi efisiensi dan produktivitas
sehingga probilitas perusahaan dapat
dipertahankan pada tingkat yang

7
memungkinkan untuk membiayai
pertumbuhan seterusnya.
b. Sebagai penggerak pembangunan
Sejalan dengan program pemerintah
dalam pembangunan perekonomian
nasional tertera dalam UUD 1945, yang
diharapkan kontribusi industrinya baik
untuk wilayah sumsel maupun nasional.
c. Sebagai stabilator
Pengadaan air bersih adalah masalah
yang tidak dapat dipisahkan masalah
stabilisator pengadaan/penyedian
pangan.
1.2.4 Distribusi dan Air Bersih
Pendistribusian dilakukan oleh masing-
masing instalasi menyediakan pompa
distribusi dengan kapasitas yang berbeda-
beda, selain pompa yang beroperasi normal
instalasi mempunyai pompa cadangan yang
digunakan pada malam hari berkapasitas
lebih kecil dari siang hari. Wilayah

8
distribusi dari setiap instalasi seperti
terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Wilayah distribusi Instalasi
Instalasi Wilayah Pendistribusian
3 Ilir Kalidoni, 3Ilir dan Sako
Rambutan Bukit Besar, Tangga Buntung,
sebagian Demang Lebar Daun,
jalan Merdeka dan jalan Kapten
A.Rivai
Ogan Seberang Ulu I dan Seberang
Ulu II.
Borang Unit Pelayanan Sako
Poligon Perumahan Bukit Sejahtera
Karang Anyar Unit Pelayanan KM 4 dan
Alang-Alang Lebar
Sumber: PDAM Tirta Musi Palembang
1.2.5 Ruang Lingkup Usaha
PDAM Tirta Musi yang terletak di kota
Palembang mempunyai lokasi Intake,
instalasi pengolahan air dan booster yang
letaknya masih berada di kota Palembang.
PDAM Tirta Musi mempunyai tujuh
booster yaitu booster Kertapati, booster
Punti kayu, booster Plaju, booster Sako
9
Kenten, booster Kalidoni, booster KM 4
dan booster Anang-Alang Lebar, serta
memiliki tiga intake yaitu: intake 1 Ilir,
intake Karang Anyar dan intake Ogan dan 6
IPA seperti tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Kapasitas pengolahan air
Instalasi
Kapasitas
pengolahan air
3 Ilir 1100 1iter per detik.
Rambutan 1020 1iter per detik.
Ogan Jakabaring 1300 liter per detik.
Borang 240 1iter per detik.
Poligon 30 1iter per detik.
600 liter per detik sampai
Karang Anyar
900 1iter per detik.
Sumber: PDAM Tirta Musi Palembang
Pemilihan 6 lokasi unit pengolahan di
Kota Palembang ini berdasarkan
pertimbangan secara umum dan ekonomis
yaitu :
a. Pemilihan secara umum
Yaitu dalam segi pemetaan
penerimaan air bersih.

10
b. Secara Ekonomis
Yaitu dengan meratanya penempatan
unit pengolahan air, maka biaya
transportasi yang diperlukan tidak
terlalu besar sehingga dapat menekan
pengeluaran.
1.2.6 Penghargaan PDAM Tirta Musi
Palembang
PDAM tirta musi sudah mendapatkan
banyak penghargaan, baik dari walikota,
maupun instansi lain di dalam dan luar
negeri. Berikut beberapa penghargaan yang
sudah diterima :
1. Piagam penghargaan citra pelayanan
prima peningkatan pelayanan publik di
bidang pelayanan dan penyediaan air
bersih tahun 2008.
2. Certificate euro promocap iwat project
granted to : PDAM Tirta Musi palembang
, for contributing to the implementation of
a european style n.r.w. strategy november
2004 until february 2007.

11
3. Piagam penghargaan atas kerjasamanya
membantu PDAM kota padang dalam
rangka pemulihan pelayanan air bersih
kepada masyarakat pasca bencana gempa
7,9 sr yang terjadi di kota padang tahun
2009.
4. Predikat kepatuhan standar pelayanan
publik uu 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publik tahun 2014.
5. Perpamsi award 2015 tentang pelayanan
terbaik air minum dan sanitasi serta
sebagai pusat pembelajaran pdam kategori
kota di atas 100.000 pelanggan pdam
wilayah 1 sumatera.
6. Piagam padmamitra award dalam wilayah
sumatera selatan tentang kegiatas csr
bidang kesejahteraan sosial.
7. Piagam penghargaan sebagai wajib pajak
pembayar pajak besar regional sumsel
babel.

12
1.2.7 Logo PDAM Tirta Musi Kota Palembang

Gambar 1. Logo PDAM Tirta Musi


Tirta : Air
Musi : Sungai Musi
Tirta Musi : Air Sungai Musi

13
1.2.8 Lokasi PDAM Tirta Musi Cabang Ogan
Palembang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Musi cabang Ogan Palembang terletak di
4 Jalan Pangeran Ratu, RT 24, RW 09, Kel. 15
Ulu, Kec. Seberang Ulu 1, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30257. Adapun denah lokasi
Intalasi Pengolahan Air (IPA) Ogan PDAM
Tirta Musi Palembang dapat dilihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Tirta Musi PDAM IPA Ogan

14
1.2.8 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi
Palembang

Gambar 3. Struktur Organisasi PDAM Tirta


Musi

15
1.3 Profil Pembimbing Kerja Praktik
Pada Kerja Praktik di PDAM Tirta Musi Ogan
Palembang dibimbing oleh ibu Roesnelly, ST.
Berikut ini merupakan Curricullum Vitae
pembimbing Kerja Praktik di PDAM Tirta Musi
Ogan Palembang.
Nama : Roesnelly, ST
Agama : Islam
Tempat/Tgl Lahir : Palembang, 15 Juni 1978
Status : Menikah
Jabatan : Analis Instalasi PDAM
Tirta Musi IPA Ogan
Alamat : Jl. PDAM Perum.
Profesional C-01, Bukit
Lama
Pendidikan Terakhir :-S-1 Teknik Kimia
Riwayat Pendidikan :-SD Negeri 153 Palembang
- SMP Negeri 2 Palembang
- SMA Negeri 8 Palembang
- D3 Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya
- S-1 Teknik Kimia Taman Siswa

16
Adapun foto bersama dengan pembimbing
Kerja Praktik, dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pembimbing Kerja Praktek


1.4 Deskripsi Kegiatan
Uraian kegiatan yang dilakukan selama satu
bulan kerja praktik di PDAM Tirta Musi
Palembang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Deskripsi kegiatan
NO Hari, Tanggal Uraian kegiatan
1. Pengenalan Analisis
Laboratorium
 Jar Test (Penentuan
dosis optimum alum)
Selasa, 24
1.  Analisis Fisik seperti
November 2020
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Sisa Klor

17
1. Pengenalan PDAM Tirta
Musi IPA Ogan
2. Pengenalan Proses
Koagulasi Pada Air Baku
3. Pengenalan Proses
Flokulasi dan Sedimentasi
Jar Test
4. Analisis fisik seperti
Rabu, 25 Turbidity, pH, Suhu,
2.
November 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.
5. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) untuk mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Kamis, 26 Turbidity, pH, Suhu,
3.
November 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.

18
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Jum’at, 27
4. baku IPA Ogan dan Air
November 2020
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Senin, 30 Turbidity, pH, Suhu,
5.
November 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.

19
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Selasa, 1 baku IPA Ogan dan Air
6.
Desember 2020 bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Rabu, 2
7. Turbidity, pH, Suhu,
Desember 2020
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air

20
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Kamis, 3 baku IPA Ogan dan Air
8.
Desember 2020 bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
Jum’at, 4 2. Analisis fisik seperti
9.
Desember 2020 Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air

21
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Senin, 7 baku IPA Ogan dan Air
10.
Desember 2020 bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
Selasa, 8
11. 2. Analisis fisik seperti
Desember 2020
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),

22
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

Rabu, 9
12. LIBUR
Desember 2020
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Kamis, 10 baku IPA Ogan dan Air
13.
Desember 2020 bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.

14. Jum’at, 11 1. Jar Test (Penentuan dosis

23
Desember 2020 optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
4. Pengambilan data pengaruh
pengadukan dan waktu
sedimentasi terhadap
turbidity dan pH air sungai
ogan

1. Jar Test (Penentuan dosis


optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Senin, 14 Turbidity, pH, Suhu,
15.
Desember 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.

24
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Selasa, 15
16. baku IPA Ogan dan Air
Desember 2020
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Rabu, 16 Turbidity, pH, Suhu,
17.
Desember 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.

25
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Kamis, 17
18. baku IPA Ogan dan Air
Desember 2020
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Jum’at, 18 Turbidity, pH, Suhu,
19.
Desember 2020 Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
baku IPA Ogan dan Air
bersih tiap jam.

26
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
1. Jar Test (Penentuan dosis
optimum alum)
2. Analisis fisik seperti
Turbidity, pH, Suhu,
Conductivity, (TDS),
Warna, dan Chlor pada Air
Senin, 21
20. baku IPA Ogan dan Air
Desember 2020
bersih tiap jam.
3. Jam 08.30 dan Jam 10.30
pengambilan sampel ke
lapangan ( sedimen dan
filter) dengan mengukur
kekeruhan dan pH.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk
penjernihan air antara lain :
a. Intake
Intake adalah unit pengambil atau
penangkap air dari sumber air. Pada
bangunan intake terdapat penyaring kasar
(bar screen) yang berfungsi sebagai

27
penyaring kotoran-kotoran seperti kayu dan
sampah yang terdapat dalam air. Intake harus
diletakkan di lokasi yang mudah dicapai agar
dapat memenuhi kebutuhan air baku dan
dirancang sesuai kuantitas yang optimal
(Kembara. 2018).
b. Cascada
Cascada adalah tempat sumber air baku
dialirkan.

Gambar 5. Cascada IPA Ogan


c. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses
pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan
air baku sehingga membentuk campuran yang
homogen. Dengan koagulasi, partikel-partikel
koloid akan saling menarik dan menggumpal

28
membentuk flok. Partikel-partikel koloid
yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk
dihilangkan jika hanya dengan pengendapan
secara gravitasi (Margaretha, 2012).
Koagulan yang digunakan di PDAM Tirta
Musi adalah aluminium sulfat.

Gambar 6. Koagulasi IPA Ogan


d. Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan
dari partikel – partikel hasil koagulasi
menjadi partikel yang lebih besar dan
mempunyai kecepatan mengendap yang lebih
besar, Bahan koagulan yang dipakai, pH dan
lamanya pengadukan merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi proses
berlangsungnya flokulasi. (Afriani, 2007).

29
Flokulasi dilakukan dengan baik yang diberi
pengaduk horizontal atau partikel.
Pengadukan ini berputar pelan yang
tujuannya memperbesar ukuran flok. Untuk
membentuk kumpulan partikel yang
mengendap ini dilakukan pengadukan cepat
selama 20-30 menit yang akan menyebabkan
tumpukan partikel yang akan membentuk
ukuran partikel yang lebih besar.

Gambar 7. Flokulasi IPA Ogan


e. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses
pemisahan partikel padat dengan fluida cair
berdasarkan berat jenis. Pada unit
sedimentasi ini air yang telah mengalami
proses flokulasi kemudian akan dialirkan

30
dimana flok-flok yang mempunyai berat
jenis yang besar akan terendapkan, dan
mempunyai fungsi sebagai tempat
pengendapan flok-flok hasil dari flokulasi.

Gambar 8. Sedimentasi IPA Ogan


f. Aerasi
Aerasi merupakan proses
penggabungan oksigen kedalam air untuk
menghilangkan senyawa organik dan
senyawa-senyawa penyebab bau dan rasa
yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
dalam air. Aerasi dipergunakan pula untuk
menghilangkan kandungan gas-gas terlarut,
oksidasi kandungan besi dan mangan dalam
air, mereduksi kandungan ammonia dalam air
melalui proses nitrifikasi dan untuk
31
meningkatkan kandungan oksigen terlarut
agar air terasa lebih segar (Sazili, 2019).

Gambar 9. Aerasi IPA Ogan


g. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pemisahan
materi padatan (kotoran) berupa zat padat
tersuspensi dengan cara melewatkan air
melalui suatu media (filter). Filtrasi
dikelompokkan menjadi dua yaitu saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter
terbuka) dan saringan pasir lambat. Setelah
filter digunakan dalam jangka waktu tertentu,
filter akan mengalami penyumbatan,
sehingga perlu dilakukan pembersihan
(Afriani, 2007).

32
Gambar 10. Filtrasi IPA Ogan
h. Balancing
Balancing merupakan proses
pemberian gas klor dan kapur yang bertujuan
untuk menghilangkan bakteri maupun
mikroorganisme di dalam air dan untuk
meningkatkan pH air.
i. Reservoir
Reservoir merupakan bak
penampungan air bersih yang akan
didistribusikan. Fungsi utama dari reservoir
adalah untuk menyeimbangkan antara debit
produksi dan debit pemakaian air. Seringkali
untuk waktu yang bersamaan, debit produksi
air bersih tidak dapat selalu sama besarnya
dengan debit pemakaian air. Pada saat jumlah

33
produksi air bersih lebih besar daripada
jumlah pemakaian air, maka kelebihan air
tersebut untuk sementara disimpan dalam
reservoir, dan digunakan kembali untuk
memenui kekurangan air pada saat jumlah
produksi air bersih lebih kecil daripada
jumlah pemakaian air (Sazili, 2019).

Gambar 11. Reservoir IPA Ogan

34
BAB II
STUDI KASUS

2.1 Latar Belakang


Air merupakan suatu bahan pokok yang
sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang
ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada
suatu daerah sangat mempengaruhi kehidupan
mahluk hidup. Jika terdapat banyak sumber air
bersih pada suatu daerah dapat dipastikan akan
banyak orang yang menempati daerah tersebut.
Namun, yang menjadi permasalahan pada
lingkungan masyarakat pada saat ini yaitu
terdapat suatu daerah dengan kepadatan
masyarakat yang tinggi namun tidak memiliki
sumber air bersih yang mencukupi untuk
kebutuhan mereka. Air bersifat universal solvent
(pelarut berbagai macam zat) oleh karena itu air
sangat mudah tercemar oleh kondisi lingkungan.
Air dapat tercemar oleh berbagai kontaminan
antara lain padatan tersuspensi, minyak, logam

35
berat, detergen, padatan terlarut dan sebagainya.
Oleh karena itu disimpulkan bahwa air di alam
harus melewati tahap pengolahan terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk keperluan tertentu
(Kencanawati, 2017).
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
merupakan suatu badan usaha yang melayani
masyarakat dalam penyediaan air minum. Dalam
sistem produksinya, PDAM menggunakan sungai
sebagai sumber penyedia air baku yang akan
diolah dan kemudian didistribusikan ke seluruh
masyarakat yang menjadi pelanggannya.
Keberhasilan dari air olahan yang dihasilkan
dapat dilihat dari tingkat kekeruhan, keasaman,
maupun kandungan kontaminan – kontaminan
lainnya yang membahayakan bagi manusia.
Pada kenyataannya air yang dihasilkan dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang
telah dikonsumsi oleh masyarakat selama ini,
masih menemukan beberapa masalah, yaitu jika
air tersebut diendapkan atau didiamkan untuk
beberapa saat, maka akan terbentuk endapan yang

36
terkadang menghasilkan aroma yang kurang
sedap. Bau dari air tersebut terkadang seperti
berbau bahan kimia yaitu bau yang berasal dari
klorin atau yang dikenal masyarakat sebagai
kaporit. Dan keadaan ini membuat masyarakat
kurang puas akan air yang mereka dapatkan
walaupun mau tidak mau mereka tetap
menggunakan air tersebut. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan penelitian
dengan mengkaji pengaruh pengadukan dan
waktu sedimentasi yang bertujuan untuk
menjernihkan air baku yang digunakan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam
sistem produksinya.
2.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan studi
kasus pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengadukan dan waktu
sedimentasi dalam penambahan dosis
aluminium sulfat pada proses penjernihan air
(Jar Test)?

37
2. Bagaimana hubungan proses pengadukan dan
waktu sedimentasi dengan persyaratan
kualitas air minum yang ditinjau pada
parameter pH, dan Kekeruhan (Turbidity)?
2.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan berdasarkan studi kasus pada
penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengaruh pengadukan dan
waktu sedimentasi dengan penambahan dosis
aluminium sulfat pada proses penjernihan air
(Jar Test)
2. Dapat mengetahui hubungan proses
pengadukan dan waktu sedimentasi dengan
persyaratan kualitas air minum yang ditinjau
pada parameter pH, dan Kekeruhan
(Turbidity).
Adapun manfaat berdasarkan studi kasus pada
penelitian ini ialah memberikan informasi bahwa
pengaruh proses pengadukan dan waktu
sedimentasi dengan penambahan dosis aluminium
sulfat dapat mengolah air baku dari PDAM Tirta
Musi IPA Ogan Palembang menjadi air minum.

38
2.4 Tinjauan Pustaka
1. Air
Air merupakan senyawa kimia paling
berlimpah di alam yang berbentuk cairan,
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak ada
rasa (Susana, 2003). Air adalah bahan alam
yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan dan tanaman yaitu sebagai media
pengangkutan zat-zat makanan dan
merupakan sumber energi serta berbagai
keperluan lainnya (Sasongko, Widyastuti dan
Priyono, 2014). Air juga merupakan zat yang
paling penting bagi manusia setelah udara.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata
65% dari total berat badannya. Bebarapa
organ tubuh manusia mengandung air dalam
jumlah yang banyak yaitu, otak 74,5%, tulang
22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah
sebanyak 83% air (Chandra, 2007).
2. Air Baku
Air baku adalah air yang berasal dari
sumber-sumber air yang dapat dilakukan

39
pengelolaan menjadi air bersih (Sjamsidi,
Hanafi, dan Soemarno 2013). Sebagian besar,
air baku untuk penyediaan air bersih diambil
dari air permukaan seperti sungai, danau, dan
sebagainya. Salah satu langkah penting
pengolahan untuk mendapatkan air bersih
adalah menghilangkan kekeruhan dari air
baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh
adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang
berukuran sangat kecil. Partikel-partikel
koloid tersebut tidak lain adalah tanah liat,
sisa tanaman, ganggang, dan sebagainya
(Narita, 2011).
Air baku yang diperuntukan bagi
konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan
sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain (Chandra, 2007) :
1) Bebas dari kontaminan atau bibit
penyakit
2) Bebas dari substansi kimia yang
berbahaya dan beracun

40
3) Tidak berasa dan berbau
4) Dapat dipergunakan untuk mencukupi
kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5) Memenuhi standar minimal yang
ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
3. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang khas,
yaitu (Effendi, 2012) :
1) Air memiliki wujud cair yang berada
pada kisaran tubuh yang sesuai untuk
kehidupan yaitu 0oC – 100oC. Titik beku
air berada pada suhu 0oC dan titik
didihnya pada suhu 100oC. Jika air
berada di rentan suhu tersebut, maka
akan berbentuk gas atau padatan.
2) Air bersifat sebagai penyimpan panas
yang sangat baik karena perubahan suhu
yang terjadi berlangsung lambat,
sehingga hal tersebut dapat menjaga suhu
bumi agar tetap sesuai dengan makhluk

41
hidup dan mencegah terjadinya stress
pada makhluk hidup.
3) Air memerlukan panas yang tinggi untuk
proses penguapan. Sebaliknya, proses
perubahan uap air menjadi cairan juga
melepaskan energi panas yang besar. Hal
tersebut merupakan faktor utama dalam
penyebaran panas yang baik di bumi.
4) Air merupakan pelarut yang sangat baik
dan bisa melarutkan berbagai jenis bahan
kimia, sehingga dapat memungkinkan
melarutkan bahan-bahan toksik yang
masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk
hidup untuk dikeluarkan kembali.
5) Air memiliki tegangan permukaan yang
tinggi sehingga air dapat membasahi
suatu bahan dengan sangat baik dan
memungkinkan beberapa organisme
seperti insekta dapat merayap di
permukaan air. Tegangan permukaan
yang tinggi tersebut juga dapat
memungkinkan terjadinya sistem kapiler

42
yaitu mampu bergerak dalam pipa
dengan lubang kecil. Karena adanya
sistem kapiler dan air sebagai pelarut
yang baik, air bisa membawa nutrien
yang ada di dalam tanah menuju ke
jaringan tumbuhan.
6) Pada saat membeku, air akan
merenggang sehingga es mempunyai
nilai densitas yang lebih rendah daripada
air dan es akan dapat mengapung di air.
Air adalah satu-satunya senyawa yang
mempunyai sifat ini.
4. Kualitas Air
Secara langsung atau tidak langsung
pencemaran akan berpengaruh terhadap
kualitas air. Kondisi air antara satu daerah
dengan daerah lain tidak sama karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara
kualitas, air bersih harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Syarat fisik

43
Air yang baik seharusnya jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Parameter fisis ini selain penting efeknya
terhadap kesehatan, juga sering berguna
bagi masyarakat umum untuk
membedakan kualitas air tanpa uji
laboratorium sehingga orang mudah
mengetahui kualitas air dari fisiknya saja.
b. Syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung
racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampui batas
uang telah ditentukan. (Sutrisno dan
Suciastuti, 2006). Air bersih yang baik
biasanya memiliki derajat keasaman (pH)
yang netral, kesadahan yang rendah, tidak
mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfida dan fenolik, tidak
mengandung bahan organik, tidak
mengandung garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan
Cr (Kusnaedi, 2010). Sedangkan menurut

44
Permenkes RI No 32 tahun 2017 tentang
Standar Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan
Pemandian Umum, batas maksimum kadar
Fe yang diperoleh dalam air untuk
keperluan higiene sanitasi maksimum
adalah 1 mg/l.
c. Syarat bakteriologis
Menurut Kusnaedi (2010), persyaratan
mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh
air adalah:
1) Tidak mengandung bakteri pathogen,
misalnya bakteri golongan colli,
Salmonella typhi,Vibrio chlotera.
Kuman- kuman ini mudah tersebar
melalui air (transmitted by water).
2) Tidak mengandung bakteri non-
pathogen, seperti actionmycetes,
phytoplankton coliform, dadocera.
Berdasarkan Permenkes RI No 32

45
tahun 2017 tentang Standar Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, Dan
Pemandian Umum, batas kadar
maksimum yang diperoleh untuk
parameter E.coli dan bakteri coliform
yaitu 0 (nol) per 100 ml sampel. Air
yang mengandung golongan coli
dianggap telah terkontaminasi
(berhubungan) dengan kotoran
manusia. Dengan demikian
bateriologik, tidak langsung diperiksa
dengan indicator bakteri golongan coli
(Sutrisno dan Suciastuti, 2006).
5. Parameter Kualitas Air
Kualitas air dalam hal analisis kualitas
air mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi
yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
untuk kehidupan manusia, pertanian, industri,
rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak,

46
1995). Kualitas air yaitu sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain dalam air. Kualitas air
dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan
terlarut, conductivity, dan sebagainya),
parameter kimia (pH, Oksigen terlarut, BOD,
kadar logam, zat organik dan sebagainya)
(Effendi, 2003).
Persyaratan kualitas air bersih untuk
keperluan domestik Persyaratan mengenai
kualitas air bersih yang digunakan adalah
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun
2010 seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Standar kualitas air bersih
Kadar
Jenis Parameter Satuan
maksimum
Parameter yang
berhubungan
langsung dengan
kesehatan

Parameter
Mikrobiologi Jumlah per 100 0
E. Coli ml sampel 0
Total bakteri Jumlah per 100
Koliform ml sampel

47
Kimia Anorganik
Arsen mg per liter 0,01
Flourida mg per liter 1,5
Kromium mg per liter 0,05
Kadmium mg per liter 0,003
Nitrit mg per liter 3
Nitrat mg per liter 50
Sianida mg per liter 0,07
Selenium mg per liter 0,01

Parameter tidak Satuan Kadar


berhubungan maksimum
langsung dengan
kesehatan

Parameter Fisik
Bau - Tidak berbau
Warna TCU 15
Total zat Mg per liter 500
padat terlarut
Kekeruhan NTU 5
Rasa - Tidak berasa
Suhu °C Suhu udara
Parameter kimia
Alumunium mg per liter 0,5
Besi mg per liter 0,3
Kesadahan mg per liter 500
Khlorida mg per liter 250
Mangan mg per liter 0,4
pH 6,5 sampai 8,5
Seng mg per liter 3
Sulfat mg per liter 250
Tembaga mg per liter 2
Amonia mg per liter 1,5
Sumber: Peraturan menteri kesehatan nomor
492 tahun 2010

48
Parameter kualitas air yang di uji dalam
percobaan ini adalah kekeruhan (Turbidity)
dan pH.
1) Kekeruhan (Turbidity)
Turbidity (Kekeruhan) merupakan sifat
pembiasan atau penyerapan optik dari
suatu cairan yang dihitung dalam satuan
Nephelometric Turbidity Unit (NTU) (SNI
06-6989. 25-2005). Kekeruhan disebabkan
adanya kandungan partikel terlarut dalam
air baik yang bersifat organik maupun
anorganik. Nilai kekeruhan air yang tinggi
maka akan melindungi mikroorganisme
dari efek desinfeksi sehingga air
mengandung mikroorganisme patogen
yang berbahaya terhadap tubuh manusia.
Kekeruhan dalam air minum tidak boleh
melebihi 5 NTU (Nephelometric Turbidity
Unit) (Permenkes RI, nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990), tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air).
Penurunan kekeruhan ini sangat

49
diperlukan karena selain ditinjau dari segi
estetika yang kurang baik juga proses
desinfeksi untuk air keruh sangat sukar,
hal ini disebabkan karena penyerapan
beberapa koloid dapat melindungi
organisme dari desinfektan (Saputra,
2016).
2) pH (Kadar Keasaman)
pH adalah kadar keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki
oleh suatu larutan. Nilai pH mempunyai
range skala 0 hingga 14. Air dikatakan
netral bila mempunyai pH dengan nilai 7.
Artinya larutan atau air mengandung
konsentrasi yang seimbang antara ion H+
dan OH- . Substansi yang mempunyai pH
kurang dari 7 dikatakan bersifat asam dan
mengandung lebih banyak H⁺
dibandingkan dengan ion OH⁻. Substansi
dengan pH lebih rendah dikatakan lebih
bersifat asam dan substansi dengan pH

50
lebih dari 7 dikatakan bersifat basa. Nilai
pH 7 – 8,5 merupakan kisaran nilai yang
ideal untuk produktifitas biologi,
sedangkan nilai pH dibawah 4 akan
merugikan bagi kehidupan akuatik.
Kebanyakan organisme akuatik tidak
menyukai kisaran fluktuasi harian pH yang
lebar karena pada kondisi ini akan
berdampak pada kematian organisme.
Oleh karena itu, air dengan kisaran
fluktuasi pH yang rendah akan lebih
mendukung bagi kehidupan akuatik
(Ayuniar dan Hidayat, 2018).
Menurut Ayuniar dan Hidayat (2018),
pengaruh langsung pH terhadap ikan dan
udang yaitu nilai pH 4 berdampak titik
mati asam, nilai pH 4-5 berdampak tidak
adanya reproduksi, nilai pH 6-9
pertumbuhan terbaik, nilai pH 9-11 dapat
menyebabkan pertumbuhan lambat dan
untuk nilai pH 11 berdampak titik mati
basa. Nilai pH untuk kebanyakan tambak

51
air tawar antara 6-9 dengan kisaran
fluktuasi harian 1 atau 2 unit. Air payau
biasanya mempunyai nilai pH 8-9 dan
fluktuasi pH harian biasanya lebih rendah
dibandingkan tambak air tawar. Fluktuasi
harian pH dihasilkan dari perubahan
tingkat fotosintesis oleh fitoplankton dan
tanaman akuatik lainnya dalam merespon
fotoperiod harian.
6. Pengadukan
Pengadukan (mixing) merupakan suatu
aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih
zat agar diperoleh hasil campuran yang
homogen. Pada media fase cair, pengadukan
ditujukan untuk memperoleh keadaan yang
turbulen (bergolak). Aplikasi pada bidang
teknologi lingkungan pengadukan digunakan
untuk proses fisika seperti pelarutan bahan
kimia dan proses pengentaian (thickening),
proses kimiawi seperti koagulasi – flokulasi
dan disinfeksi, proses biologis untuk
mencampur bakteri dan air limbah. Proses

52
pengadukan sangat berpengaruh terhadap
proses flokulasi yaitu proses penggabungan
inti flok sehingga menjadi flok berukuran lebih
besar. Pengadukan pada proses koagulasi
merupakan suatu proses pemberian energi agar
terjadi tumbukan antar partikel tersuspensi dan
koloid agar terbentuk gumpalan (flok)
sehingga dapat dipisahkan melalui proses
pengendapan dan penyaringan. Partikel dan
koloid yang dihasilkan dari proses
elektrokoagulasi pada umumnya bermuatan
listrik sama yang menyebabkan terjadinya
tumbukan antar partikel (terjadi gerak Brown).
Hal ini berakibat terjadinya suatu suspense
yang sangat stabil. Flokulator umumnya dibuat
secara seri seiring penurunan kecepatan
putaran agar diperoleh pencampuran
sempurna, yaitu partikel dapat saling
berkontak, sehingga diperoleh hasil akhir yang
memuaskan (Muliadi, 2015).

53
7. Jenis Pengadukan
Jenis pengadukan dalam pengolahan air
dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan
pengadukan dan metode pengadukan. Menurut
Muliadi (2015) berdasarkan metodenya,
pengadukan dibedakan menjadi pengadukan
mekanis, pengadukan hidrolisis, dan
pengadukan pneumatic.
a. Pengadukan Mekanis
Pengadukan mekanis adalah metode
pengadukan dengan menggunakan alat
pengaduk berupa impeller yang digerakkan
dengan motor bertenaga listrik. Umumnya
pengadukan mekanis terdiri dari motor,
poros pengaduk, dan gayung pengaduk
(paddle). Jenis paddle dapat dibedakan
menjadi 3, Flat paddles 2 blades , Flat
paddles 4 blades, Flat paddles 6 blades
pada Gambar 12 (Arum dan Indaryanto,
2004).

54
Gambar 12. Jenis Paddle
Sumber : (Arum dan Indaryanto, 2004)
Pada pengadukan mekanis, yang
berperan dalam menghasilkan tenaga
pengadukan ialah bentuk dan ukuran alat
pengaduk serta kecepatan alat pengaduk itu
diputar oleh motor (bertenaga listrik).
Hubungan antar variabel itu dapat ditulis
dalam persamaan Reynold (2.1) (Anggarani
et al. 2015).
𝑃 = 𝐾𝑇 . 𝑛3 . 𝐷𝑖 5 . ρ (2.1)
Dimana :
P = Tenaga pengadukan (Nm/det)
𝐾𝑇 = Konstanta pengaduk untuk aliran
turbulen (Tabel 6)
𝑛 = Kecepatan putaran (rps)

55
𝐷𝑖 = Diameter pengaduk (m)
ρ = massa jenis air (kg/m3)
Tenaga pengadukan dihasilkan oleh suatu
sistem pengadukan, misalnya alat pengaduk dan
kecepatan putarannya, aliran air, hembusan
udara, dan sebagainya. Pengadukan Perhitungan
tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung
pada jenis pengadukannya (impeller) (Arum dan
Indaryanto, 2004).
Tabel 6. Konstanta pengaduk untuk aliran
turbulen pada jenis impeller
Jenis Impeller 𝐾𝑇
Propeller, pitch of 1, 3 blades 0,32
Propeller, pitch of 2, 3 blades 1,00
Turbine, 4 flat blades, vaned disc 5,31
Turbine, 6 flat blades, vaned disc 5,75
Turbine, 6 curved blades 4,80
Fan turbine, 6 blades at 45 ° 1,65
Shroude turbine, 6 curved blades 1,08
Shrouded turbine, with stator, no 1,12
baffles

56
Flat paddles, 2 blades (single 2,25
paddle)
Flat paddles, 4 blades 2,75
Flat paddles, 6 blades 3,82
Sumber : (Reynolds dan Richards, 1996)
b. Pengadukan Hidrolisis
Pengadukan hidrolisis adalah
pengadukan yang memanfaatkan gerakan
air sebagai tenaga pengadukan. Sistem
pengadukan ini menggunakan energi
hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran
hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa
energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau
adanya lompatan hidrolik dalam suatu
aliran.
c. Pengadukan Pneumatic
Pengadukan pneumatic adalah
pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung yang dimasukkan
kedalam air sehingga menimbulkan gerakan
pengadukan. Injeksi udara bertekanan ke
dalam suatu badan air akan menimbulkan

57
turbulensi, akibat lepasnya gelembung
udara ke permukaan air. Makin besar
tekanan udara, kecepatan gelembung udara
yang dihasilkan makin besar dan diperoleh
turbulensi yang makin besar pula.
Jenis pengadukan dalam pengolahan air
dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan
pengadukan dan metode pengadukan.
Berdasarkan kecepatan pengadukan dibedakan
menjadi pengadukan cepat dan pengadukan
lambat.
a. Pengadukan Cepat
Tujuan pengadukan cepat dalam
pengolahan air adalah untuk menghasilkan
turbulensi air sehingga mendispersikan
bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air.
Secara umum, pengadukan cepat adalah
pengadukan yang dilakukan pada gradien
kecepatan berkisar antara 100 hingga 1000
per menit. Pengadukan cepat ini haruslah
dilakukan pada aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang besar.

58
Maka dalam hal ini dapat dilihat dari
besarnya kehilangan energi atau perbedaan
muka air (Muliadi, 2015).
b. Pengadukan Lambat
Tujuan pengadukan lambat dalam
pengolahan air adalah untuk menghasilkan
gerakan air secara perlahan sehingga terjadi
kontak antar partikel untuk membentuk
gabungan partikel yang berukuran besar.
Pengadukan lambat digunakan pada proses
flokulasi, hal ini bertujuan untuk
pembesaran inti penggumpalan. Gradien
kecepatan diturunkan secara perlahan agar
gumpalan yang telah terbentuk tidak pecah
lagi dan berkesempatan untuk bergabung
dengan yang lain membentuk gumpalan
yang lebih besar. Penggabungan inti
gumpalan sangat tergantung pada
karakteristik flok dan nilai gradient
kecepatan.
Dalam hal mekanis, pengadukan dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa

59
konfigurasi. Diantaranya adalah konfigurasi
dasar, daun, gerbang, jari maupun helix.
Namun yang lebih sering digunakan adalah
pengadukan dengan konfigurasi dasar, hal
ini disebabkan karena konfigurasi ini dapat
melakukan pengadukan cepat maupun
pengadukan lambat (Muliadi, 2015).
2.5 Metode Analisa
1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Beaker glass 1000 ml
2. Pipet ukur 10 ml ; 25 ml
3. Bola Karet
4. Turbidimeter
5. Beaker Glass 100 ml
6. Alat Jar test
7. pH meter
Bahan :
1. Larutan induk tawas 1%
2. Langkah Kerja :
1) Ambil sampel air baku sebanyak ± 4
liter.

60
2) Masukkan sampel air baku ke dalam
masing-masing beaker glass tergantung
banyaknya pengaduk yang ada di alat
Jar Test. Isi air baku ke dalam beaker
glass sampai tanda batas 1 liter.
3) Ambil sampel air baku, ukur turbidity
dan pH air baku terlebih dahulu. Bila
pH rendah maka harus dinaikkan
terlebih dahulu sampai pH menjadi 6.0
– 7.0 dengan menggunakan larutan
kapur 0.1%.
4) Letakkan beaker glass pada masing-
masing mixer di alat Jar Test.
5) Tambahkan larutan induk tawas 1 %
dengan dosis yang telah ditentukan ke
dalam masing-masing beaker.
Penentuan dosis alum dapat dilihat
pada tabel acuan dosis alum.
6) Turunkan pengaduk dan atur posisi
pengaduk sehingga tidak menyentuh
beaker.

61
7) Koagulasi, dilakukan pengadukan
dengan kecepatan 150 rpm selama 1
menit. Koagulasi merupakan proses
pemecahan partikel padat didalam air
sehingga membentuk ion H⁺dan OH⁻.
8) Flokulasi, dilakukan 3 kali
pengadukan, pengadukkan pertama
dengan kecepatan 55 rpm selama 3
menit, pengadukan kedua dengan
kecepatan 35 rpm selama 5 menit dan
pengadukkan ketiga dengan kecepatan
22 rpm selama 7 menit. Flokulasi
merupakan proses penggabungan
partikel halus hasil koagulasi menjadi
flok atau kumpulan partikel yang
ukurannya cukup besar.
9) Sedimentasi, dilakukan tanpa
pengadukan selama 10,15, dan 20
menit. Sedimentasi merupakan proses
pemisahan partikel padat dengan fluida
cair berdasarkan berat jenis.

62
10) Pipet air supernatant (cairan bagian
tengah yang paling bening) pada
masing-masing beaker lalu masukkan
tabung turbidity yang bersih. Catat
turbidity-nya
11) Ambil 60 ml air supernatant tadi
dengan menggunakan beaker glass 100
ml kemudian ukur pH air di tiap-tiap
beaker.
12) Perhatikan hasil yang didapat dan
ambil kualitas air yang turbiditynya
baik tetapi nilai pH yang tidak terlalu
rendah.
2.6 Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang
standar peraturan menteri kesehatan nomor
492 tahun 2010 dalam memenuhi kadar
maksimum turbidity dan nilai pH dari hasil
perlakuan pengadukan dan waktu sedimentasi
diperoleh analisa data sebagai berikut.

63
Tabel 7. Analisa Data 1 (perlakuan pengadukan
dan waktu sedimentasi)
Turbidity Turbidity
Perlakuan Waktu
Awal Akhir pH pH
No
Pengadukan Awal Akhir
(NTU) (NTU) (menit)
(rpm)
Pengadukan
1 Cepat 30,6 33 6,44 5,71 1
(100 rpm )
Flokulasi
(58 rpm) 3
2 33 21 5,71 5,82
(38 rpm) 4
(22 rpm) 7
Sedimentasi
3 21 2,32 5,82 5,83 20
(0 rpm)
Ket : NTU = Nephelometric Turbidity Unit
Adapun analisa data 2 dari hasil perlakuan
pengadukan dan waktu sedimentasi dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Analisa Data 2 (perlakuan pengadukan
dan waktu sedimentasi)
Turbidity Turbidity
Perlakuan Waktu
Awal Akhir pH pH
No
Pengadukan Awal Akhir
(NTU) (NTU) (menit)
(rpm)
Pengadukan
1 Cepat 29,6 28,4 6,09 5,52 1
(150)
Flokulasi
2 28,4 25,6 5,52 5,71
(58) 3

64
(38) 4
(22) 7
Sedimentasi 3,17 5,79 10
3 (0) 25,6 2,68 5,71 5,81 15
2,39 5,82 20
Ket : NTU = Nephelometric Turbidity Unit
2. Pembahasan
Analisa data pengadukan dan waktu
sedimentasi ini dilakukan di laboratorium
PDAM tirta musi Ogan Palembang. Sampel
yang diambil ialah air baku sungai ogan.
Analisis pengadukan ini di uji dengan metode
jar test. Jar test merupakan metode standar
yang digunakan untuk menguji proses
koagulasi dengan pengadukan. Dalam metode
tersebut jenis koagulan yang digunakan dalam
pengolahan air baku menjadi air bersih ialah
aluminium sulfat / alum. Aluminium sulfat
merupakan turunan aluminium yang paling
luas penggunaannya dan tersedia secara
komersil dalam bentuk bubuk dan cair.
Aluminium sulfat sebagian besar tidak larut
pada harga pH antara 5 – 7 (Mayasari,

65
Hastarina, and Apriyani 2019) Dosis alum
yang digunakan pada metode ini ialah 42 ppm.
Pada analisa data yang pertama diperoleh
hasil turbidity pada pengadukan cepat ialah
33,0 NTU, dilanjutkan dengan flokulasi
diperoleh 21,0 NTU, kemudian proses
sedimentasi tanpa pengadukan diperoleh 2,32
NTU. Sedangkan kadar keasaman pada
pengadukan cepat ialah 5,71, dilanjutkan
dengan flokulasi diperoleh kadar keasaman
5,82, kemudian saat proses sedimentasi tanpa
pengadukan diperoleh kadar keasaman 5,83.
Berdasarkan dari data tersebut terjadi
penurunan nilai turbidity dan kenaikan kadar
keasaman terhadap waktu sedimentasi yang
dapat dilihat pada kurva dibawah ini.

66
Turbidity (NTU)
40
Turbidity (NTU)

Turbidity (NTU)
30

20

10

0
0 5 10 15 20 25
Waktu (Menit)
Gambar 13. Kurva analisa turbidity 1

pH
6.6
6.4
pH
6.2
pH

6
5.8
5.6
0 10 20 30
Waktu (menit)
Gambar 14. Kurva analisa kadar keasaman 1
Selanjutnya, pada analisa data yang kedua
diperoleh hasil turbidity pada pengadukan cepat
ialah 28,4 NTU, dilanjutkan dengan flokulasi
diperoleh 25,6 NTU, kemudian proses
sedimentasi tanpa pengadukan dengan variasi
waktu diperoleh 3,17 NTU pada waktu

67
sedimentasi 10 menit, 2,68 NTU pada waktu 15
menit, dan 2,39 pada waktu 20 menit. Sedangkan
kadar keasaman pada pengadukan cepat ialah
5,52, dilanjutkan dengan flokulasi diperoleh kadar
keasaman 5,71, kemudian saat proses sedimentasi
tanpa pengadukan dengan variasi waktu diperoleh
kadar keasaman 5,79 pada waktu sedimentasi 10
menit, 5,81 NTU pada waktu 15 menit, dan 5,82
pada waktu 20 menit. Berdasarkan dari data
tersebut terjadi penurunan nilai turbidity dan
kenaikan kadar keasaman terhadap waktu
sedimentasi yang dapat dilihat pada kurva
dibawah ini.

Turbidity (NTU)
40
Turbidity (NTU)

30

20
Turbidity (NTU)
10

0
0 5 10 15 20 25
Waktu (Menit)

Gambar 15. Kurva analisa turbidity 2

68
pH
6.2
6.1 pH
6
5.9
pH

5.8
5.7
5.6
5.5
5.4
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 16. Kurva analisa kadar keasaman 2


Berdasarkan hasil data turbidity dan pH
yang diperoleh menggunakan jenis pengadukan
mekanis. Pengadukan mekanis dalam metode ini
menggunakan jenis impeller yakni flat paddles 2
blade. Jenis impeller ini berukuran diameter 0,085
meter dan lebar 0,025 meter (Arum dan
Indaryanto, 2004) yang berputar dengan
kecepatan antara lain 100 rpm, 58 rpm, 38, rpm,
dan 22 rpm, sehingga tenaga pengadukan yang
dihasilkan masing-masing 4,6 x 10⁻² Nm.det⁻¹,
8,9 x 10⁻³ Nm.det⁻¹, 2,5 x 10⁻³ Nm.det⁻¹, dan 3,68
x 10⁻⁷ Nm.det⁻¹. Besarnya tenaga pengadukan ini
dipengaruhi oleh kecepatan putaran, diameter

69
pengaduk, massa jenis air dan konstanta pengaduk
untuk aliran turbulen. Besarnya diameter impeller
sangat berhubungan dengan besarnya kecepatan
relatif impeller terhadap fluida. Dengan
bertambahnya kecepatan relatif pengadukan,
maka akan meningkatkan nilai gradien kecepatan
di dalam fluida, sehingga mempermudah proses
dispersi koagulan di dalam fluida agar
menghasilkan bentuk flok yang sempurna untuk
penurunan nilai turbidity(Arum dan Indaryanto,
2004).
Penurunan nilai turbidity ini dipengaruhi
oleh faktor kecepatan pengadukan. Kurangnya
kecepatan putaran akan menyebabkan koagulan
tidak dapat terdispersi dengan baik, tetapi apabila
kecepatan putaran terlalu tinggi, flok akan
terpecah kembali sehingga terjadi pengendapan
tidak sempurna pada proses sedimentasi(Arum
dan Indaryanto, 2004). Oleh karena itu kecepatan
pengadukan dilakukan 4 tahap dengan
pengurangan tiap tahap kecepatan pengadukan

70
dengan data yang dapat dilihat pada tabel 7 dan
tabel 8.
Pengurangan tiap tahap kecepatan
pengadukan pada metode ini terjadi pembentukan
flok yang berukuran besar hingga mudah
diendapkan pada proses sedimentasi (Anggarani
et al. 2015). Proses sedimentasi ini dilakukan
dengan variasi waktu yakni (10, 15, 20) menit
yang dapat dilihat pada tabel 8.
Berdasarkan analisis data kadar maksimum
turbidity yang memenuhi syarat PERMENKES
No.492 th 2010 terdapat pada hasil sedimentasi
dengan variasi waktu 10,15, dan 20 menit. Seiring
dengan syarat PERMENKES No.492 th 2010
kadar turbidity yang diperoleh melalui
pengadukan dan waktu sedimentasi ini tidak
banyak mengandung partikel bahan tersuspensi
yang menyebabkan warna/rupa yang berlumpur
atau kotor. Hal ini disebabkan semakin cepat
pengadukan yang dilakukan, maka akan semakin
jauh penyebaran yang terjadi pada ion Al3+ yang
dilepaskan sehingga mengakibatkan ion Al3+

71
dapat lebih banyak mengikat polutan – polutan
yang terdapat dalam air. Sedangkan pada kadar
keasaman tidak memenuhi syarat PERMENKES
No.492 th 2010, hal ini dikarenakan koagulan
yang digunakan bersifat asam sehingga
mempengaruhi kadar keasaman pada air baku
yang diolah menjadi air bersih. Oleh karena itu
perlu penambahan konsentrasi kapur (CaO).
Dengan penambahan kapur ini akan bereaksi
dengan air sehingga menghasilkan ion OH⁻ dalam
larutannya untuk menaikkan kadar keasaman dari
air yang dihasilkan. Kemudian pada Al3+ yang
terdapat pada alum akan terhidrolisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif,
selanjutnya koloid Al(OH)3 yang terbentuk akan
mengabsorpsi, menggumpalkan, dan
mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
Berikut reaksi yang terjadi disaat perlakuan
pengadukan dan waktu sedimentasi :
Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 ↓ + 3H+
CaO + H2O  Ca(OH)2

72
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengaruh
pengadukan dan waktu sedimentasi dengan
penambahan dosis aluminium sulfat pada proses
penjernihan air dalam metode jar test yakni
dengan semakin cepat pengadukan yang
dilakukan, maka akan semakin jauh penyebaran
yang terjadi pada ion Al3+ yang dilepaskan dari
anoda sehingga mengakibatkan ion Al3+ dapat
lebih banyak mengikat polutan –polutan yang
terdapat dalam air yang kemudian mengendap
dengan variasi waktu sedimentasi yang telah
ditentukan.
Kemudian hubungan proses pengadukan
dan waktu sedimentasi dengan persyaratan
kualitas air minum pada kekeruhan (Turbidity)
yang dihasilkan mengalami penurunan setalah

73
pengadukan dan setelah variasi waktu sedimentasi
yang dilakukan dengan hasil analisa data turbidity
adalah 2,32 NTU dan 2,39 NTU sedangkan hasil
analisa data kadar keasaman adalah 5,83 dan 5,82.

3.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya
yakni dengan menguji parameter – parameter lain
yang sesuai dengan persyaratan air bersih
berdasarkan Permenkes Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum/Air Bersih.

74
DAFTAR PUSTAKA

Anggarani, Bernaded O K A, Dosen Pembimbing,


Dosen Co-pembimbing, and Jurusan Teknik
Lingkungan. 2015. “Peningkatan Efektifitas
Proses Koagulasi-Flokulasi Dengan Coagulation-
Flocculation Process Using Aluminium Sulphate
And.”

Arum, Tantri Mayang, and Hari Wiko Indaryanto.


2004. “Penentuan Kondisi Optimum Pengadukan
Dalam Proses Koagulasi Determination of
Optimum Mixing Condition.” Jurnal Purifikasi
5(3): 121–26.

Ayuniar, Ligar Novi, and Jafron Wasiq Hidayat. 2018.


“Analisis Kualitas Fisika Dan Kimia Air Di
Kawasan Budidaya Perikanan Kabupaten
Majalengka.” Jurnal EnviScience 2(2): 68–74.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan


Lingkungan. Jakarta: EGC.

Effendi, Hefni. 2012. Telaa Kualitas Air Bagi

75
Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan
Perairan. 7th ed. Yogyakarta: KANSIUS.

Mayasari, Rizka, Merisha Hastarina, and Eka


Apriyani. 2019. “Analisis Turbidity Terhadap
Dosis Koagulan Dengan Metode Regresi Linear
(Studi Kasus Di PDAM Tirta Musi Palembang
).” Jurnal Integrasi Sistem Industri 6(2): 117–25.

Muliadi, Dedi. 2015. “Universitas Sumatera Utara 7.”


: 7–37.

Narita, Kadek. 2011. “Penerapan Jaringan Syaraf


Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawas Pada
Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih.”
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Reynolds, Tom D, and Paul A Richards. 1996. “Unit


Operations and Processes in Environmental
Engineering 2nd Ed.” PWS series in
engineering.: 25,350,749.

Saputra, Akip. 2016. “Pengukur Kadar Keasaman Dan


Kekeruhan Air Berbasis Arduino.” Fakultas

76
Teknik: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sasongko, Endar Budi, Endang Widyastuti, and


Rawuh Edy Priyono. 2014. “Kajian Kualitas Air
Dan Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat
Di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap.”
Jurnal Ilmu Lingkungan 12(2): 72.

Sjamsidi, M, Imam Hanafi, and Soemarno. 2013.


Pengelolaan Dan Pemanfaatan Air Baku. UB
Press.

SNI 06-6989. 25-2005. “Air Dan Air Limbah Bagian


25-Cara Uji Kekeruhan Dengan Nefelometer.”

Susana, Tjutju. 2003. “Air Sebagai Sumber


Kehidupan.” Oseana 28(3): 17–25.

77
78
79
80
81
82
83
LAMPIRAN

Gambar 1. Alat Jar


Test Gambar 2. Bahan

Gambar 3. sebelum Gambar 4. saat


pengadukan pengadukan

84
Gambar 5. flokulasi Gambar 6. Sedimentasi

Gambar 8. saat
Gambar 7. saat pengukuran pH
penambahan dosis
alum

85
HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI KIMIA
ANGKATAN TAHUN 2018 (MOL18DEN)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG

86

Anda mungkin juga menyukai