Anda di halaman 1dari 65

PENENTUAN KADAR ALKALINITAS

PADA AIR BAKU DI PDAM


TIRTA MUSI
sebagai
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DILABORATORIUM PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM (PDAM) TIRTA MUSI PROVINSI
SUMATERA SELATAN

Oleh :
Selpi Suriana (1730802029)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi


ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kerja praktik dengan judul
Penentuan Kadar Alkalinitas Pada Air Baku Di
Pdam Tirta Musi ” ini dengan semaksimal mungkin,
meskipun masih jauh dari kesempurnaan karena
banyaknya kekurangan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benderang seperti sekarang ini.

Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai


salah satu syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah
Kerja Praktik (KP). Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Terimakasih kepada Ibu Nurkomalasari, ST


yaitu selaku Asisten Manager Laboratorium PDAM

i
Tirta Musi dan sekaligus pembimbing KP, seluruh
analis laboratorium dan staf PDAM Tirta Musi karena
telah membantu dalam proses penulisan dan
penyusunan laporan ini. Terima kasih kepada ibu
Mariyamah M.T., selaku Kepala Program Studi
Kimia dan Ibu Leni Legasari, M. Si., selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan
masukkan dalam penyusunan laporan KP.
Dengan menyadari atas terbatasnya ilmu yang
saya miliki, hasil penelitian ini tentu jauh dari kata
sempurna. Untuk itu saya dengan senang hati
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam
penyusunan laporan selanjutnya. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.

Palembang, 15 April 2020

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PENENTUAN KADAR ALKALINITAS PADA
AIR BAKU DI PDAM TIRTA MUSI
Oleh :
Selpi Suriana (1730802029)
Telah diseminarkan pada tanggal 15 April 2020

Nama Tandatangan

Leni Legasari, M. Si :
NIP:198902122019032012

Damayanti Iskandar, M.Sc

NIDN : 2023129301

Suci Permata Sari, S.Pd., M.Si

NIDN : 2019019301

Mengetahui,
Dekan Fst
Uin Raden Fatah Palembang Ketua Program Studi

Dian Erlina,S.Pd.,M.Hum Mariyamah, M.T

NIP :1973010219990321001 NIP :198304202014032002

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................... vii
BAB I GAMBARAN UMUM KP ........................... 1
1.1 Waktu dan Tempat ............................................ 1
1.2 Profil Perusahaan .............................................. 2
1.3 Profil Pembimbing Kerja Praktik ...................... 8
1.4 Deskripsi Kegiatan .......................................... 11

BAB II STUDI KASUS ......................................... 13


2.1 Latar Belakang ................................................. 13
2.2 Rumusan Masalah ............................................ 15
2.3 Tujuan dan Manfaat ......................................... 15
2.4 Tinjauan Pustaka .............................................. 16
2.5 Metode Analisa ................................................ 40
2.6 Hasil dan Pembahasan...................................... 42
BAB III. PENUTUP ............................................... 47

iv
3.1 Kesimpulan ...................................................... 47
3.2 Saran ................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA .............................................49
LAMPIRAN ............................................................ 51

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Denah lokasi Kantor Pelayanan PDAM


Tirta Musi dan IPA Unit Rambutan ..................... 1

Gambar 1.2 Denah lokasi PDAM Tirta Musi A.Intake


Karang Anyar, B. Intake 1 Ilir,C.Intake Ogan ..... 6

Gambar 1.3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi.. 7

Gambar 1.4 Foto bersama pembimbing .................... 8

Gambar 2.1 Diagram proses pengolahan air............32

Gambar 2.2 Proses koagulasi...................................34

Gambar 2.3 Proses flokulasi....................................35

Gambar 2.4 Bak sedimentasi...................................35

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Instalasi Pengolahan Air dan Intake PDAM


Tirta Musi ............................................................. 4

Tabel 1. 2 Data Diri Pembimbing KP ......................... 9

Tabel 1. 3 Riwayat Pendidikan Pembimbing Kp ...... 10

Tabel 1. 4 Riwayat Pekerjaan Pembimbing KP ........ 10

Tabel 2. 1 Jenis-Jenis Koagulan pada pH Tertentu... 30

Tabel 2. 2 Hasil Analisis pH pada Air Baku ............. 43

Tabel 2. 3 Hasil Analisis Kadar mg/l CaCO3 ........... 44

vii
BAB I

GAMBARAN UMUM

1.1 Waktu dan Tempat


Kerja Praktik dilaksanakan selama 4 minggu
pada tanggal 30 Desember 2019 sampai dengan
30 Januari 2020 di PDAM Tirta Musi Palembang
di bagian laboratorium Instalasi Pengolahan Air.
Jadwal Kerja Praktik yaitu hari Senin-Jum’at pada
pukul 07.00-12.00 WIB.

Gambar 1.1 Denah lokasi Kantor Pelayanan


PDAM Tirta Musi dan IPA Unit Rambutan

1
1.2 Profil Perusahaan
1.2.1 Sejarah PDAM TIRTA MUSI Palembang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Musi merupakan perusahaan daerah yang
bergerak dalam bidang pengadaan dan
pendistribusian air bersih kepada masyarakat
di Kota Palembang. PDAM Tirta Musi
didirikan pada tahun 1929 oleh pemerintah
kolonial Belanda yang berlokasi di 3 Ilir
Palembang dengan nama Palembang Water
Leading (PWL). Pembangunan instalasi I
selesai pada tahun 1933 dengan kapasitas 100
liter/detik.
Setelah Indonesia merdeka perusahaan
diambil alih oleh kotamadya Palembang Seksi
Teknik Air Bersih Dinas Pekerjaan Umum
kota madya Palembang. Tahun 1963 dilakukan
penyempurnaan di bidang organisasi, yang
pada mulanya kepengurusan di bidang
penyediaan air minum diurus oleh dua unit
yang berlainan. Kegiatan produksi dan
distribusi air dilakukan oleh pekerjaan umum

2
tingkat II Palembang, sedangkan kegiatan
administrasi dan keuangan dilakukan oleh
bagian perusahaan-perusahaan Pemda
kotamadya Palembang.
Palembang Water Leading berubah
status menjadi Perusahaan Air Bersih yang
melaksanakan produksi dan administrasi pada
tanggal 21 Agustus 1963. Hal tersebut
berdasarkan surat keputusan Walikota
Palembang, Nomor: 104/UM/WK/1963. Pada
tahun 1976, Perusahaan Air Bersih berubah
statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Musi. Hal tersebut
berdasarkan Perda kota madya Daerah Tingkat
II Palembang Nomor: 1/Perda/Huk/1976
tanggal 3 April 1976 dan surat keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Selatan Nomor: 20 KPTS/IV/1976 tanggal 11
Juni 1976.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di
Kota Palembang, PDAM Tirta Musi memiliki
6 Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan dalam

3
memenuhi sumber air baku di setiap instalasi,
PDAM Tirta Musi memiliki 3 unit Intake.
Persebaran IPA dan Intake PDAM Tirta Musi
dapat dilihat pada tabel 1. 1

Tabel 1.1 Instalasi Pengolah Air dan Intake


PDAM Tirta Musi.

Instalasi Pengolahan
Nama Intake Air (IPA) yang
disuplai

IPA Karang Anyar, IPA


Intake Karang
1 Rambutan, IPA 3 Ilir,
Anyar
dan IPA Poligon

2 Intake Ogan IPA Ogan

IPA 3 Ilir, dan IPA


3 Intake 1 Ilir
Borang

4
1.2.2 Visi dan Misi Tirta Musi Palembang
a. Visi
Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Musi Palembang akan menjadi
penyedia air minum terbaik di Indonesia
melalui pelayanan prima serta menjadi
kebanggaan karyawan dan masyarakat.

b. Misi
1) Menjadikan PDAM Tirta Musi Palembang
unggul dan tangguh melalui kerja keras
dalam penyediaan air minum dengan
mengutamakan mutu dan pelayanan demi
kepuasan masyarakat.
2) Menjadi tempat karyawan PDAM Tirta Musi
untuk berprestasi dan pengembangan diri.
3) Menjadi aset dan kebanggaan masyarakat.

1.2.3 lokasi PDAM Tirta Musi Palembang


Kantor pusat Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang

5
berlokasi di Jl. Rambutan Ujung No. 1
Palembang, Sumatera Selatan.

Gambar 1.2 Denah lokasi PDAM Tirta Musi Intake


Karang Anyar, B. Intake 1 Ilir, C. Intake Ogan

6
1.2.4 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi
Palembang

Gambar 1.3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi

7
1.3 Profil Pembimbing Kerja Praktik
Pada Kerja Praktik di PDAM Tirta Musi
Palembang dibimbing oleh Ibu Nurkomalasari,
ST yaitu selaku Asisten Manager Laboratorium
PDAM Tirta Musi. Berikut ini merupakan
Curicullum Vitae pembimbing Kerja Praktik di
PDAM Tirta Musi Palembang. Foto bersama
pembimbing dapat dilihat pada gambar 1.12.

Gambar 1.4 Foto bersama pembimbing

8
Berikut ini profil lengkap pembimbing KP,
Ibu Nurkomalasari, ST.

1.3.1 Data Diri


Data personal pembimbing KP dapat dilihat di
tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Data Diri Pembimbing KP
Nama Nurkomalasari, ST

Agama Islam

No HP 0812-73691909

Email Malanuzul80@gmail.com

Status Menikah

Tempat, Tanggal Palembang,


Lahir 25 Februari 1980

Alamat JJl. Sukabangun II Lr.


Sukapandai, Pondok
Indah Regency Blok No.
05 RT/RW
25/04, Sukarami.

9
1.3.2 Riwayat Pendidikan
Riwayat Pendidikan pembimbing KP dapat
dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3 Riwayat Pendidikan Pembimbing
KP

Tahun Jurusan
2001 S1 Teknik Kimia
Universitas Taman Siswa
Palembang
2010 S1 Teknik Kimia
Universitas Taman Siswa
Palembang

1.3.3 Riwayat Pekerjaan


Riwayat Pekerjaan Pembimbing KP dapat
dilihat pada tabel 1.4
Tabel 1.4 Riwayat Pekerjaan Pembimbing KP

Tahun Pekerjaan
2002-2003 Kepala Seksi
Laboratorium Proses Pada
Pabrik Air Minum Dalam

10
Kemasan (AMDK)
2003-Sekarang Analis Laboratorium
PDAM Tirta Musi
Palembang

1.4 Deskripsi Kegiatan


kegiatan kerja praktik di PDAM Tirta Musi
Palembang Sumatera Selatan meliputi kegiatan
Pengenalan Perusahaan Daerah Air Minum, dan
pengenalan cara analisis kualitas air secara fisik
meliputi turbidity, pH, conductivity, warna dan
khlor dilaboratorium.

1.4.1 Pengenalan Perusahaan Daerah Air Minum

a. Tahap pertama adalah penjelasan proses


koagulasi pada air baku.

b. Tahap kedua adalah penjelasan pada proses


flokulasi, dan sendimentasi

c. Tahap ketiga penjelasan pada proses aerasi,


filtrasi

11
1.4.2 Analisis di Laboratorium
a. analisis turbidity
Analisis kekeruhan pada air.
c. pH
Merupakan parameter penting untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam air.
d. conductivity
Pengukuran ion dalam air.
e. warna
Analisis jernih atau tidak jernihnya air.
f. Khlor
Analisis adanya kandungan khlor dalam air.

12
BAB II

STUDI KASUS

2.1 Latar Belakang


Air baku adalah air yang berasal dari sumber
air permukaan, cekungan air tanah dan air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum. Sumber air permukaan
yaitu sungai, danau, rawa, dan mata air (Syaiful,
2014). Sumber air baku memegang peranan
penting dalam industri air minum.
Air yang baik harus memenuhi syarat secara
biologi, fisik, dan kimia sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah seperti dalam
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Salah
satu parameter yang perlu diketahui untuk
menentukan kualitas air yakni alkalinitas.
Alkalinitas merupakan kuantitas anion di dalam
air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Penilaian mengenai kadar alkalinitas pada suatu
air penting karena alkalinitas berperan sebagai

13
penyangga pada perairan terhadap perubahan pH
yang drastis.
Menurut Peraturan Menteri Negera
Lingkungan Hidup No. 02 tahun 2011
pemanfaatan air terproduksi untuk perikanan atau
produksi bahan kebutuhan manusia dari produk
perikanan menyatakan bahwa pada air tawar
alkalinitas yang baik adalah ≥ 20 mg/l. Sumber
air baku PDAM Tirta Musi adalah air tawar yang
perlu diuji kadar alkalinitasnya. Alkalinitas
berpengaruh pada pH, pH berpengaruh terhadap
proses koagulasi. Koagulasi adalah proses
pengolahan air/ limbah cair dengan
menstabilisasi partikel-partikel koloid untuk
memfasilitasi pertumbuhan partikel selama
flokulasi. Alkalinitas berperan sebagai penyangga
untuk mengetahui kisaran pH yang optimum bagi
pengguna koagulan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dilakukan penelitian tentang kajian analisis kadar
alkalinitas dan pengaruh alkalinitas terhadap
proses koagulasi.

14
2.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kadar alkalinitas pada air baku di
PDAM tirta musi ?
2. Bagaimana pengaruh alkalinitas terhadap poses
koagulasi ?

2.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari analisis ini
adalah sebagai berikut :
A. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui kadar alkalinitas pada air
baku di PDAM tirta musi
2. Untuk mengetahui pengaruh alkalinitas
terhadap proses koagulasi

B. Adapun manfaat yang diperoleh, yaitu :


Menambah wawasan penulis mengenai cara
menganalisa alkalinitas pada air baku di PDAM
Tirta Musi serta bermanfaat dalam mengetahui
kualitas air baku.

15
2.4 Tinjauan Pustaka

2.4.1 Air Baku


Air baku adalah air yang berasal dari sumber
air permukaan, cekungan air tanah dan air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum. Sumber air permukaan
yaitu sungai, danau, rawa, dan mata air Sumber air
baku memegang peranan penting dalam industri
air minum. (Syaiful, 2014).
Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran
akan kesehatan lingkungan, maka kebutuhan ini
tidak diimbangi dengan meningkatnya
ketersediaan air bersih yang cenderung menurun,
terutama kualitas air yang memburuk. Oleh
karena itu diperlukan suatu proses pengolahan
untuk memenuhi standar kualitas air yang telah
ditetapkan (Girsang, 2015). Adapun salah satu
standar yang harus dipenuhi kualitas air adalah
alkalinitas.

16
2.4.2 Alkalinitas
a. Sumber Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kuantitas anion di
dalam air yang dapat menetralkan kation
hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap
perubahan pH perairan. Pembentukan alkalinitas
yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida. Alkalinitas dihasilkan dari
karbondioksida dan air yang dapat melarutkan
sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat.
Kalsium karbonat bereaksi dengan
karbondioksida membentuk kalsium bikarbonat
Ca(HCO3)2 yang memiliki daya larut lebih tinggi
dibandingkan dengan kalsium karbonat (CaCO3).
Alkalinitas dinyatakan sebagai kadar CaCO3 dan
dapat diukur dengan titrasi volumetri
menggunakan larutan standar H2SO4. (Alviani,
2019)
Analisis alkalinitas merupakan salah satu
parameter persyaratan untuk mencegah terjadinya
pembentukan kerak atau pengendapan. Adapun

17
tujuan proses alkalinitas ini adalah jika kadar
maksimum alkalinitasnya melampaui batas yang
ditetapkan maka akan mudah terbentuk kerak atau
pengendapan. Penyusun alkalinitas terdiri dari ion
hidroksida (OH- ), karbonat (CO32-). dan
bikarbonat (HCO3-). Alkalinitas dapat ditentukan
dengan metode titrasi. Reaksi ini menunjukan
bahwa setiap ion bikarbonat berikatan dengan
satu ion hidrogen membentuk asam karbonat
seperti pada reaksi diatas. (Alviani, 2019)
b. Manfaat Alkalinitas
Alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pembuffer-an dari
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Buffer
adalah larutan yang dapat mempertahankan pH
nya dari penambahan asam dan basa. Ion – ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan
menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan
dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat
(CaCO3). Air dengan kandungan kalsium
karbonat kurang dari 100 ppm disebut dengan

18
lunak atau tingkat alkalinits sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan
ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20
ppm. (Munajat, 2003)
c. Kadar Alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia
perairan yang menunjukkan jumlah ion karbonat
dan bikarbonat yang mengikat logam golongan
alkali tanah pada perairan tawar. Perairan
mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm menunjukkan
bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap
perubahan asam atau basa sehingga kapasitas
buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, susu, dan kekuatan ion. Nilai
alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/l
CaCO3. Alkalinitas alami adalah CaCO3 yang
berasal dari organisme laut, siput, bola arang,
mutiara, dan kulit telur. Perairan dengan nilai
alkalinitas yang terlalu tinggi tidak disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan

19
nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam
natrium yang tinggi. (Effendi, 2003).
Alkalinitas atau yang dikenal dengan total
alkalinitas adalah konsentrasi total unsur basa-
basa yang terkandung dalam air dan biasanya
dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Kapasitas air
menerima protein disebut alkalinitas. Air yang
alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH
tinggi dan umumnya mengandung padatan yang
tinggi. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas
untuk menetralkan asam. Oleh karena itu
terkadang penambahan alkalinitas lebih banyak
dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak
menjadi asam. (Achmad, 2004)
d. Peranan Alkalinitas
Alkalinitas berperan dalam hal-hal
sebagai berikut :
1) Sistem Penyangga
Bikarbonat yang terdapat pada perairan
dengan nilai alkalinitas total tinggi
berperan sebagai penyangga perairan
terhadap perubahan pH yang drastis. Jika

20
basa kuat ditambahkan kedalam perairan
maka basa tersebut akan bereaksi dengan
asam karbonat membentuk garam
bikarbonat dan akhirnya menjadi
karbonat. Jika asam ditambahkan
kedalam perairan maka asam tersebut
akan digunakan untuk mengonversi
karbonat menjadi bikarbonat dan
bikarbonat menjadi asam karbonat. Hal
ini dapat menjadikan perairan dengan
nilai alkalinitas total tinggi tidak
mengalami perubahan pH secara drastis. .
(Limbong, 2008)
2) Koagulasi Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam
proses koagulasi air atau limbah bereaksi
dengan air membentuk endapan
hidroksida yang tidak larut. Ion hidrogen
yang dilepaskan bereaksi dengan ion-ion
penyusun alkalinitas berperan sebagai
penyangga untuk megetahui kisaran pH
yang optimum bagi penggunaan

21
kougulan. Dalam hal ini nilai alkalinitas
sebaiknya berada pada kisaran optimum
untuk mengikat ion hidrogen yang
dilepaskan pada proses kougulasi.
(Limbong, 2008)
3) Pengendalian Korosi
Alkalinitas merupakan parameter
yang sangat penting didalam
pengendalian korosi. Hal itu harus
diketahui disamping itu untuk
pengelompokkan dalam Lengelier
Saturasi Indeks. (Limbong, 2008)

e. Gangguan pada Analisa Alkalinitas


Gangguan yang dapat terjadi pada
saat analisa alkalinitas serta
pencegahannya yaitu :
1) sabun (detergen) dan Lumpur dapat
mempengaruhi elektroda dan
memperlambat respon pH meter.
Usahakan titrasi dilakukan dengan
perlahan untuk memberikan waktu

22
yang cukup bagi keseimbangan pH
elektroda. (Girsang, 2015)
2) Amonia, jangan dihilangkan tetapi
ikut dianalisa karena merupakan
penyebab alkalinitas juga. (Girsang,
2015)
3) Karbondioksida akan mempengaruhi
alkalinitas suatu sampel yang terbuka
terhadap udara. Hal ini dapat diatasi
dengan melakukan pengocokan,
pengadukan dan penyaringan.
(Girsang, 2015)

2.4.3 Koagulasi
Koagulasi adalah proses pengolahan air/
limbah cair dengan menstabilisasi partikel-
partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan
partikel selama flokulasi. Dengan koagulasi,
partikel-partikel koloid akan saling menarik dan
menggumpal membentuk flok. Partikel-partikel
koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit
untuk dihilangkan jika hanya dengan

23
pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila
koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara
agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang
lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat
dihilangkan dengan cepat. (Margaretha, 2012)
Alum merupakan salah satu koagulan yang
paling lama dikenal dan paling luas digunakan.
Alum dapat dibeli dalam bentuk liquid dengan
konsentrasi 8,3% atau dalam bentuk kering (bisa
berupa balok, granula, atau bubuk) dengan
konsentrasi 17%. Alum padat akan langsung
larut dalam air tetapi larutannya bersifat korosif
terhadap aluminium, besi, dan beton sehingga
tangki-tangki dari bahan-bahan tersebut
membutuhkan lapisan pelindung. Rumus kimia
alum adalah Al2(SO4)3.18H2O tetapi alum yang
disuplai secara komersial kemungkinan hanya
memiliki 14 H2O. (Kristijarti, 2013)
Ketika ditambahkan ke dalam air, alum
bereaksi dengan air dan menghasilkan ion-ion
bermuatan positif. Pembentukan flok aluminium
hidroksida merupakan hasil dari reaksi antara

24
koagulan yang bersifat asam dan alkalinitas
alami air (biasanya mengandung kalsium
bikarbonat). (Kristijarti, 2013)
Reaksi alum di dalam air yang mengandung
alkalinitas :

Al2 (SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al (OH)3 +


3CaSO4 + 6CO2

Pembentukan flok aluminium hidroksida


merupakan hasil dari reaksi antara koagulan
yang bersifat asam dan alkalinitas alami air
(biasanya mengandung kalsium bikarbonat).
Jika air kurang memiliki kapasitas alkalinitas
(buffering capacity), basa tambahan seperti
hydrated lime, sodium hidroksida (soda kaustik)
atau sodium karbonat harus ditambahkan.
(Kristijarti, 2013)
1 mg/L alum bereaksi dengan 5,3 mg/L
alkalinitas (CaCO 3). Jadi jika tidak ada basa
yang ditambahkan, alkalinitas akan turun dan
terjadi penurunan pH. Flokaluminium
hidroksida tidak dapat larut pada rentang pH

25
yang relatif sempit, dan akan bervariasi
tergantung air yang diolah. Oleh karenanya,
kontrol pH menjadi penting dalam koagulasi,
tidak hanya untuk menyisihkan kekeruhan dan
warna, tetapi juga untuk menjaga residu terlarut
tetap berada dalam jumlah minimum untuk
membantu sedimentasi. Nilai pH optimum
koagulasi sebaiknya dijaga dengan
menambahkan asam seperti asam sulfat, tidak
dengan menambahkan koagulan yang berlebih.
pH optimum untuk koagulasi menggunakan
alum, sangat tergantung pada karakteristik air
yang diolah, biasanya berada dalam rentang 5-8.
(Kristijarti, 2013)
Residu alkalinitas dalam air berperan untuk
mencegah perubahan pH dan membantu
presipitasi koagulan. Alkalinitas biasanya tidak
menjadi masalah kecuali jika alkalinitas air yang
hendak diolah terlalu rendah. Dalam hal ini,
alkalinitas dapat ditingkatkan dengan
menambahkan lime, soda kaustik, atau sodium
karbonat. Bahan kimia yang digunakan dalam

26
proses koagulasi air atau limbah bereaksi dengan
air membentuk endapan hidroksida yang tidak
larut. Ion hidrogen yang dilepaskan bereaksi
dengan ion-ion penyusun alkalinitas, sehingga
alkalinitas berperan sebagai penyangga untuk
mengetahui kisaran pH yang optimum bagi
pengguna koagulan. Dalam hal ini nilai alkalinitas
sebaiknya berada pada kisaran optimum untuk
mengikat ion hidrogen yang dilepaskan pada
proses koagulasi. (Kristijarti, 2013)
Pada proses koagulasi terjadinya
penambahan koagulan harus tau pH yang akan
ditambahkan koagulan karena setiap koagulan
berbeda-beda pada kisaran pH berapa koagulan
bisa bereaksi.
faktor-faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi sebagai berikut :
a. Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai
pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi.
Bila suhu air diturunkan , maka besarnya
daerah pH yang optimum pada proses kagulasi

27
akan berubah dan merubah pembubuhan dosis
koagulan. (Rahimah, 2016)
b. Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada
pertimbangan segi ekonomis dan daya
efektivitas dari pada koagulan dalam
pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk
larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam
bentuk serbuk atau butiran. (Rahimah, 2016)
c. Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air
terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh
anion lebih bsar daripada kation. Dengan
demikian ion natrium, kalsium dan magnesium
tidak memberikan pengaruh yang berarti
terhadap proses koagulasi. (Rahimah, 2016)

d. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh
kadar asam atau basa yang terjadi dalam air.
Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok

28
dengan menghasil ion hidroksida pada
reaksihidrolisa koagulan. (Rahimah, 2016)
e. Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan
baik bila berada pada daerah pH yang
optimum. Untuk tiap jenis koagulan
mempunyai pH optimum yang berbeda satu
sama lainnya. (Rahimah, 2016)
Tabel 2.1 jenis-jenis koagulan pada pH
tertentu
Proses Rentang pH Keterangan
Kimia Dosis,
mg/l
Soda (Ca 150-500 9,0- Untuk koagulasi koloid
(OH)2) 11, dan penghilangan P. Air
0 limbah dengan kebiasaan
rendah dan tinggi
kandungan Pnya. Reaksi
dasar :
Ca(OH)2 + Ca (HCO3)2
2CaCO3 + 2H2O
MgCO3 + Ca(OH)2
Mg(OH)2 + CaCO3

29
Aluminiu 75-250 4.5- Untuk koagulasi koloid
m Sulfat 7,0 dan penghilangan P. Air
Al2(SO4)3. limbah dengan kebasaan
18 H2O tinggi dan P rendah -
stabil. Reaksi dasar :
Al2(SO4)3 + 6H2O
2Al(OH)3 + 3H2SO4

Ferri 35-150 4,0- Untuk koagulasi koloid


Chloride 7,0 dan penghilngan P.
FeCl3.6H2 FeCl3 + 3H2O
O Fe(OH)3 + 3HCl
Ferro 70-200 4,0- Air limbah dengan
Sulfat 7,0 kebasaan tinggi dan P
FeSO4. rendah-stabil
7H2O Sisa air besi (Leaching) di
efluen dapat dikontrol dan
limbah besi diizinkan
Polyalumi 75-250 4,5-
nium 7,0
Chloride
Al13(OH)2
2.(SO4)2.C

30
l15

2.4.4 Metode Potensiometri


Metode potensiometri ini menggunakan
pH meter dimana dalam mengukur pH sample
memakai elektroda yang bersih. pH meter
adalah suatu volmeter elektronik dengan
resistans input yang tinggi. Untuk titrasi
dilakukan dengan asam sulfat dan pada setiap
lebih kurang dari 0,5 ml penambahan asam
sulfat kedalam sampel secara perlahan diaduk
untuk memberikan waktu yang cukup bagi
kesetimbangan elektroda. Nilai pH hasil titrasi
dibaca setelah setiap penambahan H2SO4
tersebut, atau dilakukan dengan pencatatan
dengan rekorder. Dekat titik ekivalensi pH
mulai berubah dengan cepat dan volume titran
yang ditambah harus sekecil mungkin. Pada
pengukuran pH yang secara nyata untuk
mengetahui titik akhir yang setimbang didalam
penentuan alkalinitas dapat jadi semakin baik

31
dengan menggunakan titrasi elektrometris.
Perubahan nilai pH pada pH meter waktu
titrasi asam-basa memperlihatkan titik akhir
titrasi atau ekivalen. (Limbong, 2008)
2.4.5 Pengolahan Air
Menurut Mulyadi (2019), proses
pengolahan air secara umum terdiri dari
beberapa tahap yaitu, Intake, Cascada.
Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Aerasi,
Filtrasi, Desinfektan, Netralisasi, Reservoir, dan
Distribusi. Mekanisme proses pengolahan air
dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram proses pengolahan air

32
a. Intake
intake adalah unit pengambil atau
penangkap air dari sumber air. Pada bangunan
intake terdapat penyaring kasar (bar screen)
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran-
kotoran seperti kayu dan sampah yang terdapat
dalam air. Intake harus diletakkan di lokasi
yang mudah dicapai agar dapat memenuhi
kebutuhan air baku dan dirancang sesuai
kuantitas yang optimal (Kembara. 2018).
b. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran bahan
kimia (koagulan) dengan air baku sehingga
membentuk campuran yang homogen. Dengan
koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling
menarik dan menggumpal membentuk flok.
Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya
terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan
pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila
koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara
agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih
besar maka koloid-koloid tersebut dapat
dihilangkan dengan cepat. (Margaretha, 2012)

33
Gambar 2.2 Proses koagulasi

c. Flokulasi
Proses pembentukan flok akan berjalan
dengan baik jika pembubuhan koagulan sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan. Flokulasi
merupakan proses penggabungan antar partikel
sehingga menjadi partikel-partikel yang lebih
besar (flok) sehingga lebih mudah mengendap
secara gravitasi. Bahan koagulan yang dipakai,
pH dan lamanya pengadukan merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses
berlangsungnya flokulasi. (Afriani, 2007).
Flokulasi dilakukan dengan baik yang
diberi pengaduk horizontal atau partikel.
Pengadukan ini berputar pelan yang tujuannya
memperbesar ukuran flok. Untuk membentuk

34
kumpulan partikel yang mengendap ini
dilakukan pengadukan cepat selama 20-30
menit yang akan menyebabkan tumpukan
partikel yang akan membentuk ukuran partikel
yang lebih besar.

Gambar 2.3 Proses flokulasi

d. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu cara penjernihan
air, dimana air dilewatkan pada suatu bak,
untuk jangka waktu tertentu, dimana air
mengalir pelan-pelan (kecepatan rendah)
sehingga partikel yang berat jenisnya lebih
besar akan segera mengendap.

Gambar 2.4 Bak sedimentasi

35
e. Aerasi
Aerasi merupakan suatu proses dalam
menambahkan konsentrasi oksigen yang
terkandung di dalam air. Fungsi utama aerasi
dalam pengolahan air adalah melarutkan
oksigen ke dalam air untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut
dalam air, serta membantu pengadukan air.
Aerasi dipergunakan pula untuk
menghilangkan kandungan gas-gas terlarut,
oksidasi kandungan besi dan mangan dalam
air, mereduksi kandungan ammonia dalam air
melalui proses nitrifikasi dan untuk
meningkatkan kandungan oksigen terlarut agar
air terasa lebih segar (Sazili, 2019).
f. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan
dan larutan, dimana larutan tersebut
dilewatkan melalui suatu media berpori atau
materi berpori lainnya guna manyisihkan
partikel tersuspensi yang sangat halus (Saputri,

36
2011). Filtrasi dikelompokkan menjadi dua
yaitu saringan pasir cepat (filter bertekanan
dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat.
Setelah filter digunakan dalam jangka waktu
tertentu, filter akan mengalami penyumbatan,
sehingga perlu dilakukan pembersihan.
Pembersihan dapat dilakukan melalui
pencucian dengan udara dan pencucian dengan
air (pencucian permukaan filter dengan
penyemprotan dan pencucian dengan
backwash) (Afriani, 2007).
g. Desinfektan
Desinfeksi air bersih berfungsi untuk
menghilangkan bakteri patogen yang biasanya
menggunakan klorin dikenal dengan proses
klorinasi. Keefektifan desinfektan dalam
membunuh dan menonaktifkan
mikroorganisme berdasarkan pada tipe
desinfektan yang digunakan, tipe
mikroorganisme, waktu kontak air dengan
desinfektan, suhu air, dan karakteristik kimia
air lainnya (Saputri, 2011).

37
h. Netralisasi
Proses netralisasi dalam pengolahan air
sangat diperlukan untuk mencapai pH air yang
ditentukan. Tujuan netralisasi adalah untuk
menaikkan atau menurunkan pH air sampai
diperoleh pH air yang tertentu dengan
menambahkan asam atau basa. Dalam proses
pengolahan air dengan penambahan koagualan
tawas dan proses klorinasi akan menyebabkan
pH air turun dan terkadang pH air hasil
pengolahan lebih rendah dari baku mutu, yang
disyaratkan . Oleh sebab itu, perlu dinaikkan
dengan penambahan basa mencapai pH sesuai
dengan baku mutu air minum.
i. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai bak
penampung atau penyimpan air, baik dari hasil
olahan (jika menggunakan pengolahan)
maupun langsung dari sumber mata air. Selain
itu, bak penampung berfungsi untuk mengatasi
masalah naik turunnya kebutuhan air dan
merupakan bagian dari pengelolaan distribusi

38
air di masyarakat. Fungsi utama dari reservoir
adalah untuk menyeimbangkan antara debit
produksi dan debit pemakaian air. Seringkali
untuk waktu yang bersamaan, debit produksi
air bersih tidak dapat selalu sama besarnya
dengan debit pemakaian air. Pada saat jumlah
produksi air bersih lebih besar daripada jumlah
pemakaian air, maka kelebihan air tersebut
untuk sementara disimpan dalam reservoir,
dan digunakan kembali untuk memenui
kekurangan air pada saat jumlah produksi air
bersih lebih kecil daripada jumlah pemakaian
air (Sazili, 2019).

2.5 Metode Analisis


2.5.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam analisis
adalah sebagai berikut : Gelas ukur 50 ml, labu
erlenmeyer 125 ml, pipet ukur, pH meter, Stirer,
hotplate.

39
Adapun bahan yang digunakan dalam analisis
adalah sebagai berikut : H2SO4 0,1 N 100 ml, air
baku 50 ml.

2.5.2 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada
kerja praktik adalah sebagai berikut :
1. disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. diambil sampel air baku rambutan sebanyak
50 ml.
3. dimasukkan air baku 50 ml ke dalam
erlenmeyer.
4. diukur pH awal
5. dititrasi 0,1 ml H2SO4 0,1 N pada erlenmeyer
1.
6. diulangi titrasi dengan 0,2 ml H2SO4 0,1 N,
diukur pH jika pH nya 4,5 maka sudah
mencapai titik akhir titrasi.
7. Dilkukan titrasi dengan 0,3 ml H2SO4 0,1 N
jika belum mencapai titik akhir titrasi.

40
8. diulangi langkah kerja diatas pada air baku
ogan,3 ilir, 1 ilir dan borang

2.5.3 Perhitungan Kadar mg/l CaCO3

mg/l CaCO3

= V(H2SO4) x N (H2SO4) X BM CaCO3 X 1000

ml sampel

Keterangan :

1. V(H2SO4) adalah volume H2SO4 yang terpakai.


2. N (H2SO4) adalah Normalitas yang dipakai 0,1
N.
3. BM CaCO3 adalah 50 gr/mol
4. ml sampel adalah sampel yang dipakai untuk
dianalisis.
2.6 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.6.1 Hasil
Hasil analisis air baku di PDAM Tirta Musi
dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 2.2 Hasil Analisis pH Air Baku

41
Sampel Volume pH awal pH akhir
H2SO4

Air baku 0,3 ml 6,3 4,5


rambutan

Air baku 0,2 ml 5,5 4,5


ogan

Air baku 1 0,2 ml 5,4 4,5


ilir

Air baku 0,2 ml 5 4.5


borang
Tabel 2.3 Hasil Analisis Kadar mg/l CaCO3

mg/l CaCO3 Baku


Volu mutu
me mg/l
H2S Rambutan Ogan 1 Borang
O4 Ilir

42
0,1 10 mg/l 10 10 10 mg/l ≥ 20
mg/l mg/ mg/l
l
0,2 20 mg/l 20 20 20 mg/l ≥ 20
mg/l mg mg/l
/l
0,3 30 mg/l 30 30 30 mg/l ≥ 20
mg/l mg/ mg/l
l
0,4 40 mg/l 40 40 40 mg/l ≥ 20
mg/l mg/ mg/l
l

2.6.2 Pembahasan
Alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ion – ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan
menaikkan pH. Untuk mengetahui berapa kadar
alkalinitas dalam air dilakukan dengan metode
titrasi. Pada analisis ini titik akhir titrasi
alkalinitas adalah 4,5. Ketika alkalinitas
berdasarkan kandungan karbonat dan bikarbonat,
maka nilai pH pada titik setimbang titrasi
ditentukan oleh jumlah CO2 yang terbentuk pada

43
saat titrasi. Selama CO2 tidak dapat membuat air
tidak lebih asam dari pH 4,5 maka nilai pH 4,5
tersebut digunakan untuk penentuan titik akhir
titrasi alkalinitas.
menurut peraturan menteri negara
lingkungan hidup no. 02 tahun 2011 pemanfaatan
air terproduksi untuk perikanan atau produksi
bahan kebutuhan manusia menyatakan bahwa air
tawar yang mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm
adalah air yang baik. Berdasarkan tabel 2.3
didapatkan kadar alkalinitas air baku rambutan,
ogan, 1 ilir, borang, yaitu : 30 mg/l, 20 mg/l, 20
mg/l, 20 mg/l.
Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukkan bahwa air baku di PDAM Tirta
Musi tingkat alkalinitasnya sedang dan relatif
stabil terhadap perubahan asam atau basa
sehingga kapasitas buffer lebih stabil. Kadar
alkalinitas air baku di PDAM Tirta Musi baik
untuk proses koagulasi.
Koagulasi adalah proses pencampuran
bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga

44
membentuk campuran yang homogen. Dengan
koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling
menarik dan menggumpal membentuk flok. Pada
proses koagulasi alkalinitas berfungsi sebagai
penyangga untuk mengetahui kisaran pH yang
optimum untuk menggunakan kougulan. PDAM
Tirta Musi menggunakan koagulan alum, dimana
koagulan aluminium sulfat dapat bereaksi pada
pH optimum 4,5-7,0. pH yang didapat pada tabel
2.2 pada setiap air baku dari pH 5-6, pada pH ini
sangat baik pada proses koagulasi.
Pembentukan flok aluminium hidroksida
merupakan hasil dari reaksi antara koagulan yang
bersifat asam dan alkalinitas alami air (biasanya
mengandung kalsium bikarbonat). (Kristijarti,
2013)
Reaksi alum di dalam air yang mengandung
alkalinitas :

Al2 (SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al (OH)3 +


3CaSO4 + 6CO2

45
Jika air kurang memiliki kapasitas
alkalinitas (buffering capacity), basa tambahan
seperti hydrated lime, sodium hidroksida (soda
kaustik) atau sodium karbonat harus ditambahkan.

46
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan kerja praktik yang dilakukan


didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar alkalinitas pada air baku rambutan,


borang, 1 ilir, dan ogan adalah 30 mg/l, 20
mg/l, 20 mg/l, 20 mg/l.
2. alkalinitas berfungsi sebagai penyangga untuk
mengetahui kisaran rentang pH yang
optimum untuk menggunakan kougulan. pH
awal dari setiap air baku mulai dari pH 5-6,
dan pH sesudah penambahan adalah pH 4,5.
Dimana rentang pH untuk koagulan alum
adalah pH 4,5-7. Alkalinitas pada air baku di
PDAM Tirta Musi baik, karena sesuai dengan
kisaran pH optimum untuk koagulan
aluminium sulfat.

47
3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian alkalinitas lebih


spesifik yaitu penyusun utama alkalinitas adalah
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), dan
perbandingan kesadahan dengan alkalinitas.

48
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Nur Fajri. 2007. Evaluasi Desain Instalasi
Pengolahan Air PDAM Ibu Kota Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal
Presipitasi, vol. 3 no. 2.
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta :
Yogyakarta
Alviani, Surry dan Amri Yulida. 2019. Analisis
Kuantitatif Air Boiler di PT. Jurnal Sains dan
Terapan. Vol. 1, No. 2
Effendi, 1. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan .
Yogyakarta : Kanisus
Girsang, Amalia. A. 2015. Analisis Alkalinitas Pada
Air Reservoir di PDAM TIRTANADI. Skripsi
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas Analisa Dan
Permasalahan Untuk Air Industri. Medan. Karya
Ilmiah
Munajat, A dan N.S. Budiana. 2003. Pestisida Nabati
Untuk Ikan. Jakarta : Swadaya.
Kembra, T. Ryven Trias. 2018. Optimalisasi Instalasi
Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirta Daroy Kota
Bandar Aceh Terhadap Tingkat Kekeruhan Air
Saat Musim Penghujan. Skripsi.

49
Margaretha dan dkk. 2012. Pengaruh Kualitas Air
Baku Terhadap Dosis Dan Biaya Koagulan
Aluminium Sulfat Dan Poly Aluminium Chloride.
Jurnal Teknik Kimia.Vol.18, No.4
Mulyadi, Dedy. 2019. Standar Operasional PDAM Tirta
Musi. Palembang: PDAM

Kristijarti, Prima A dan dkk. 2013. Penentuan Jenis


Koagulan dan Dosis Optimum untuk
Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam
Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu
X. Laporan Penelitian.
Rahimah, Zikri dan dkk. 2016. Pengolahan Limbah
Deterjen Dengan Metode Koagulasi flokulasi
Menggunakan Koagulan Kapur Dan PAC.
Vol.5, No. 2
Saputri, Afrike Wahyuni. 2011. Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Minum (IPA) Babakan PDAM
Tirta Kerta Raharja Kota Tanggerang. Skripsi.
Sazili, Muhammad. 2019. Standar Operasional
Pengolahan Air PDAM Tirta Musi Palembang.
Palembang: PDAM.
Syaiful, M. 2014. Efektivitas Alum Dari Kaleng Minuman
Bekas Sebagai Koagulan Penjernihan Air. Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 20, No. 4

50
Lampiran
1. gambar hasil kegiatan KP

Gambar 1. sampel air baku Gambar 2. Alat

Pengambilan H2SO4
Air baku 50 ml pekat

51
Gambar 3. Pengecekan
Ph setiap penambahan
Dititrasi dengan H2SO4 H2SO4

52
2. Perhitungan kadar alkalinitas CaCO3
1. air baku rambutan
mg/l CaCO3

= V(H2SO4) x N (H2SO4) X BM CaCO3 X 1000

ml sampel

= 0,3 ml x 0,1 N x 50 gr/mol x 1000

50 ml

= 30 mg/l

2. air baku ogan, 1 ilir, dan borang


mg/l CaCO3
= V(H2SO4) x N (H2SO4) X BM CaCO3 X 1000

ml sampel

= 0,2 ml x 0,1 N x 50 gr/mol x1000

50 ml

= 20 mg/l

53
3. Kegiatan KP
NO Hari, tanggal Uraian Kegiatan
Senin, 30
1 Pengenalan PDAM Tirta Musi
Desember 2019
Analisis kualitas air secara
Selasa, 31
2 fisik meliputi turbidity, pH,
Desember 2019
conductivity, warna dan khlor
Analisis kualitas air secara
Kamis, 2
3 fisik meliputi turbidity, pH,
Januari 2020
conductivity, warna dan khlor
Analisis kualitas air secara
Jum’at, 3
4 fisik meliputi turbidity, pH,
Januari 2020
conductivity, warna dan khlor
Senin , 6 Januari Pengenalan IPA Karang
5
2020 Anyar, IPA Ogan
Analisis kualitas air secara
Selasa, 7 Januari
6 fisik meliputi turbidity, pH,
2020
conductivity, warna dan khlor
Analisis kualitas air secara
Rabu , 8 Januari
7 fisik meliputi turbidity, pH,
2020
conductivity, warna dan khlor
Kamis, 9 Analisis Kandungan Alkalinity
8
Januari 2020 Pada Air Baku Rambutan

54
Jum’at, 10 Analisis Kandungan Alkalinity
9
Januari 2020 Pada Air Baku Ogan
Senin, 13 Analisis Kandungan Alkalinity
10
Januari 2020 Pada Air Baku 1 Ilir
Analisis kualitas air secara
Selasa, 14
11 fisik meliputi turbidity, pH,
Januari 2020
conductivity, warna dan khlor
Rabu, 15 Analisis Kandungan Alkalinity
12
Januari 2020 Pada Air Baku Borang
Analisis kualitas air secara
Kamis, 16
13 fisik meliputi turbidity, pH,
Januari 2020
conductivity, warna dan khlor
14 Jum’at, 17 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
15 Senin, 20 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
16 Selasa, 21 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
17 Rabu, 22 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,

55
conductivity, warna dan khlor

18 Kamis, 23 Analisis kualitas air secara


Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
19 Jum’at, 24 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
20 Senin, 27 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
21 Selasa, 28 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
22 Rabu, 29 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor
23 Kamis,30 Analisis kualitas air secara
Januari 2020 fisik meliputi turbidity, pH,
conductivity, warna dan khlor

56
HIMPUNAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI KIMIA
ANGKATAN TAHUN 2016
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2020

57

Anda mungkin juga menyukai