Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Teori - teori
Motivasi”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori-teori Motivasi dan kebutuhan
akan pendidikan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Raha, 15 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang...................................................................................................................
1
b. Rumusan masalah..............................................................................................................
1
c. Tujuan...............................................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi.......................................................................................................... 2
B. Konsep-konsep motivasi................................................................................................... 2
C. Tujuan Motivasi................................................................................................................ 2
D. Teori – teori Motivasi........................................................................................................ 3
E. Model pengukuran motivasi.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP


Kesimpulan...................................................................................................................................
10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Motivasi memiliki peranan yang penting dalam proses pendidikan,
baik bagi pengajar maupun siswa. Seorang pengajar perlu memiliki motivasi agar dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswanya. Sedangkan bagi siswa, motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar
sehingga siswa tersebut senang belajar dan mendapat prestasi yang baik.
Seorang mahasiswa perlu memiliki motivasi belajar karena terkadang sebagian besar
orang mengalami penurunan keinginan untuk belajar ketika di perguruan tinggi. Penurunan
hasrat untuk belajar ini bisa disebabkan karena berbagai hal, baik dari luar maupun dalam
individu tersebut. Maka pentinglah adanya motivasi belajar, karena motivasi ini akan
menumbuhkan semangat seorang mahasiswa untuk belajar sehingga bisa menyelesaikan
study tepat pada waktunya dan memperoleh nilai yang memuaskan atau cumlaude.
Karena itulah motivasi belajar sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa agar siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam bidang pendidikan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Motivasi?
2. Apa saja konsep Motivasi?
3. Apa tujuan motivasi?
4. Apa saja teori-teori motivasi?
5. saja model pengukuran motivasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Motivasi.
2. Mengetahui konsep-konsep motivasi.
3. Mengetahui tujuan motivasi.
4. Mengetahui teori-teori motivasi.
5. Mengetahui Model pengukuran motivasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau bahasa
Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme
yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal
yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai
kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu
tindakan yang dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam
untuk berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi
juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi mempunyai
peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar
tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi
lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga
harus diterangkan dalam aktivitas sehari-hari.

B. Konsep Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut
1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif
dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui
kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga
kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.[1]

C. Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan
motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan yang diharapkan dan diteyapkan di dalam kurikulum sekolah.

D. Teori-teori motivasi
1. Teori hedonisme
Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau
kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa
tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat
duniawi. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan, bahwa semua orang cenderung
menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang
mendatangkan kesenangan.

2. Teori naluri
Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme
terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang memengaruhi
anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Menurut teori
naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-
kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbbuatan yang akan dilakukan.

3. Teori reaksi yang dipelajari


Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang
berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan ditempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau
seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau
pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan
kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

4. Drive Theory
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang
dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.

5. Teori Arousal
Teori ini kememukakan oleh Elizabeth Duffy. Menurutnya, organisme tidak
selalu berusaha menghilangkan ketegangan tetapi justru tidak sebaliknya, di mana
organisme berusahan meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis adalah
ketegangan optimum yang sifatnya subyektif.

6. Teori Atribusi
Atribusi ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alasan
terhadap) kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Misalnya guru yang tidak
enak mengajar, kesehatan yang tidak optimal, pelajaran tidak menarik,
ketidakberuntungan, kurang usaha, kurangnya kemampuan, pekerjaan terlalu sulit, salah
strategi dn lain-lain.

7. Teori kebutuhan Maslow (Need Hierarchy Theory)


Setiap manusia memiliki needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic
factor) yang kemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Maslow
kemudian membuat teori heararki kebutuhan manusia tersebut. Teori yang ia
kembangkan pada intinya menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dapat
digolongkan ke dalam lima tingkatan, yaitu:
a. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat.
b. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual.
c. kebutuhan akan kasih sayang (love needs).
d. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status.
e. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)


kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya
sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang
jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang
dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal,
mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang
unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi”
tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh
Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti
anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan
pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama
yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan
pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
8. Teori Motivasi Sosial (McClelland)
McClelland menyatakan bahwa tingkah laku seseorang timbul karena pengaruh
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam konsep McClelland tentang motivasi, terdapat tiga
kebutuhan pokok dalam diri seseorang yang mendorong tingkah laku yaitu:
a. Need for achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur
berdasarkan standart kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebuthuhan itu
berhubungan erat dengan belajar dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk
mencapai prestasi tertentu.
b. Need for affilistion, merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam
hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk
mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
c. Need for power, mrupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang
lain. Kebutuhan ini menyebabkan seseorang tidak atau kurang memedulikan
perasaan orang lain.

9. Teory “ERG” Clyton Alderfer


Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan
pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah
tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat
persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer.
Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam
teori Maslow; “Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat
menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self
actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis
kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya.
 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
 Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.
Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada
kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya
kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
10. Teory “Dua Faktor” Herzberg
Teori yang dikembangkan Herzberg dikenal sebagai Model Dua Faktor, yaitu
faktor motivasional dan faktor hygiene atau ‘pemeliharaan’. Faktor motvasional adalah
hal-hal bersifat instrinsik (bersumber dari dalam diri seseorang) yang mendorong
prestasi, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya elstrinsik (bersumber dari luar diri) yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupannya.

11. Teori Keadilan


Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi
bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh hasil yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang siswa biasanya menggunakan
empat hal sebagai pembanding, yaitu :
 Harapannya tentang jumlah hasil (nilai) yang dianggapnya layak diterima
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti kehadiran, melaksanakan tugas (makalah),
presensi tugas dan keaktifan dikelas.
 Hasil (nilai) orang lain, yang memiliki kualifikasi sama dengan siswa.
 Hasil (nilai) siswa instansi pendidikan lain di kawasan yang sama serta melakukan
kegiatan sejenis.
 Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai tingkat dan jenis nilai yang
merupakan hak para siswa.

12. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b)
tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut
ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.

13. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapa )


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori
ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika
seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar,
yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori
harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian
kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya
serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu.
Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai
tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.

14. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan
sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang
berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif.
Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai
penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan
perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan
tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari
atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik
tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja
lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya,
misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin
bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di
kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali
mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi
indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif
perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk
modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus
selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi
pula.

15. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.


Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para
ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik,
dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa
yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal
adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c)
organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang
berlaku dan cara penerapannya.

E. Model Pengukuran Motivasi


Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh
McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
2. Berani mengambil dan memikul resiko
3. Memiliki tujuan realistik
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik


orang yangmempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
2. Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan.
3. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4. Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5. Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
7. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan:
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Konsep
Motivasi:
1. Model Tradisional
2. Model Hubungan Manusia
3. Model Sumber Daya Manusia.

Tujuan motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Teori-
teori motivasi :
1. Teori hedonisme,
2. Teori naluri,
3. Teori reaksi yang dipelajari,
4. Drive Theory,
5. Teori Arousal,
6. Teori Atribusi,
7. Teori kebutuhan Maslow (Need Hierarchy theory),
8. Teori Motivasi Sosial (McClelland),
9. Teory “ERG” Clyton Alderfer,
10. Teory “Dua Faktor” Herzberg,
11. Teori Keadilan,
12. Teori penetapan tujuan (goal setting theory),
13. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ),
14. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku,
15. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Ngalim Purwanto. 2007.Psikolog Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.


Abdul Rahman Shaleh.2008. Psikologi : suatu pengantar dalam perspektif islam. Jakart a:
Kencana.
Eva latifah.2012. pengantar psikolog Pendidikan. Yogyakarta : Pedagogia.
http://hamdanial.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teori-motivasi.html
http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/
http://tkampus.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html

Anda mungkin juga menyukai