Anda di halaman 1dari 3

sumardyono

MENGAPA DIBUTUHKAN ALAT PERAGA (MATEMATIKA)?

Pendahuluan

Terlepas dari subjek matematika atau pun yang lain, keberadaan alat peraga
merupakan salah satu sarana/media dalam pembelajaran. Namun benarkah
keberadaan alat peraga matematika dalam pembelajaran matematika hanya sebagai
sebuah keniscayaan sebagai sarana? Adakah peran yang lebih strategis sifatnya?
Dapatkah peserta didik sukses dalam belajar matematika tanpa penggunaan alat
peraga?

Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, dalam makalah singkat ini kita akan
membahas serba singkat mengenai berbagai argumentasi mengapa alat peraga
matematika perlu dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika.

Beberapa argumentasi pokok

1. Bercermin pada teori perkembangan peserta didik (teori Piaget)

Piaget membagi perkembangan intelektual ke dalam beberapa tahap berikut:


a. Tahap sensori-motorik (0 – 2)
b. Tahap pra-operional (2 – 7)
c. Tahap operasional konkrit (7 – 11)
d. Tahap operasional formal (11 ke atas)

Walaupun periode tahapan tidak dapat kita terima apa adanya, namun perkembangan
tahap-tahap tersebut telah diterima luas. Berkait dengan itu, setiap peserta didik tentu
saja akan melewati masa perkembangan pra-operasional maupun operasional konkrit.
Dalam tahap-tahap ini, untuk belajar matematika (atau apa pun) peserta didik
memerlukan bantuan alat peraga matematika.

Seperti telah disinggung di depan, periode tahapan kadang berbeda dari teori
Piaget. Bahkan Orton menyuguhkan periode yang berbeda jauh pada pembelajaran
matematika.

Disampaikan saat kunjungan UNWIDA, di Hari  tahun 2007


sumardyono

Kemampuan Kemampuan Kemampuan


Um tinggi ----- rata-rata ----- rendah Um
ur 1 --
Sensormotorik -- ur
1
2 2
3 3
4 Praoperasional 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 Operasional konkrit 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 Operasional formal 16
17 17
18 18
19 19

2. Bercermin pada teori belajar (teori Bruner)

Ada tiga bentuk representasi:


a. modus enaktif (perbuatan)
b. modus ikonik (gambar)
c. modus simbolik (bahasa)

Nah, dalam pembelajaran matematika peserta didik dapat belajar matematika melalui
modus enaktif dan ikonik sebelum mulai dengan belajar modus simbolik. Peranan alat
peraga matematika menjadi penting.

Aksioma-aksioma dasar teori belajar: mudah ke sulit, khusus ke umum, sederhana ke


kompleks, konkrit ke abstrak, menghendaki pemanfaatan alat peraga matematika
secara maksimal.

3. Becermin pada teori intelegensi ganda (teori Gardner)

Gardner membagi kecerdasan menjadi 7 tipe: verbal/linguistik, logis/matematis,


musikal/ritmik, visual/spasial, kinestetik/tubuh, intrapersonal, dan interpersonal.
Setiap peserta didik memiliki dominansi yang berbeda-beda. Ada siswa yang unggul
dalam hal logis/matematis, ada pula yang unggul dalam hal visual/spasial. Karena itu
fasilitasi yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar
peserta didik secara optimal.

Disampaikan saat kunjungan UNWIDA, di Hari  tahun 2007


sumardyono

Alat peraga matematika dalam bentuknya yang visual dan dapat dimanipulasi serta
dapat meningkatkan komunikasi, menjadi alternartif yang tak dapat diabaikan dalam
pembelajaran .

Selain itu, kita juga mengenal berbagai tipe gaya belajar: auditori, visual, kinestetik.
Alat peraga dapat memfasilitasi peserta didik yang dominan memiliki tipe belajar
kinestetik.

Beberapa hal yang perlu disadari

Walaupun alat peraga matematika penting dalam pembelajaran, namun perlu disadari
beberapa hal.

1. Alat peraga matematika bukan guru, namun guru bukan operator/orator. Alat
peraga bagian dari fasilitas belajar dan guru adalah fasilitator.
2. Alat peraga matematika dapat menimbulkan miskonsepsi. Tiap alat peraga
matematika memiliki batas penggunaan, dan bila saatnya tiba maka harus
ditinggalkan dan mulai bermain abstraksi.
3. Tidak setiap pembelajaran konsep matematika membutuhkan alat peraga
matematika.
4. Utamakan menggunakan alat peraga matematika pada konsep-konsep yang
esensial dan cukup sulit bagi siswa.
5. Gunakan alat peraga matematika yang memberi ruang kepada siswa untuk
berpikir sendiri dan menemukan sendiri konsep matematika.
6. Gunakan alat peraga matematika yang memberi kesempatan siswa untuk
berdialog atau berkomunikasi sesamanya.
7. Gunakan alat peraga yang memenuhi kualitas konsep, kualitas komunikasi,
kualitas keamanan, dan kualitas penanganan.

Disampaikan saat kunjungan UNWIDA, di Hari  tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai