Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI INSTALASI VIDEO GAME PADA SISWA KELAS XI TAV.

2
SMK N 1 KANDEMAN DENGAN MODEL PROJECT WORK TAHUN 2014-2015.

HASIL BELAJAR ; HASIL ULANGAN(ANAK TTD)LEMBAR DISKUSI/LAPORAN


DISKUSI,SIKAP(DISIPLIN/ANGKET/. -ADA KONDISI AWAL-

CTH ANGKET ;

1. APAKAH ANDA MEMAHAMI MATERI PELAJARAN YG BARU SAJA DISAMPAIKAN


2. APAKAH ANDA TERTARIK DG KEGIATAN YG BARU SAJA DILKSANAKAN
3. APAKAH ANDA SENANG KEGITAN BELAJAR MENGAJAR DI BENGKEL
4. BGM PENAMPILAN GURU PADA SAAT MENYAMPAIKAN PELAJARAN
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENELITIAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMK merupakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja, beradaptasi di lingkungan kerja dan

melihat peluang ataupun menjadi wiraswasta sebagaimana tujuan SMK yang ditetapkan dalam

penjelasan pasal 15 undang-undang SISDIKNAS, yaitu SMK sebagai satuan pendidikan menengah

yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu dan menyiapkan

peserta didik agar menjadi manusia produktif yang mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan

pekerjaan yang ada di Dunia Usaha dan Industri sebagai tempat kerja tingkat menengah sesuai

dengan kompetensi dalam Program Keahlian yang dipilihnya.

Program Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik

sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan dan keterampilan yang luas dan kuat untuk

menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan

kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. Program produktif berisi mata diklat yang lebih menitik beratkan pada

pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip

dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi

kompentensi untuk bekerja (Depdiknas, 2004). Kompetensi Instalasi Video Game merupakan salah

satu program produktif yang diajakan untuk peserta didik SMK Negeri 1 Kandeman pada Program

Keahlian Teknik Audio Video, telah mendapatkan perhatian khusus dalam pemberian materi dan

pencapaian ketuntasan kompetensi tersebut. Bahkan video game sudah dikenal oleh sebagian besar

peserta didik SMK Negeri 1 Kandeman pada Program Keahlian Teknik Audio Video, karena di

masyarakat umum sudah banyak rental video game yang dapat peserta didik mainkan.
Sekalipun demikian menurut catatan dokumen nilai hasil ulangan harian kompetensi pada

siswa SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 tahun 2014/2015 masih menunjukkan sebagian besar

(>80%) siswa belum tuntas, dan berdasarkan catatan obeservasi, mayoritas siswa SMK Negeri 1

Kandeman kelas XI TAV 2 tahun 2014/2015 (>85%) mampu memainkan game dengan baik tetapi

dalam mengistalasi dan menyebutkan fungsi konsol video game belum menguasai. Jika masalah ini

tidak segera diatasi, berbagai resiko pendidikan akan muncul, yaitu; (i) mayoritas siswa SMK Negeri

1 Kandeman kelas XI TAV tidak kompeten pada kompetensi Instalasi Video Game; (ii) sebagaian

besar siswa SMK Negeri 1 Kandeman pada tahun diklat 2014/2015 akan mendapatkan nilai ujian

Produktif rendah; (iii) kualitas lulusan/tamatan SMK Negeri 1 Kandeman akan mengecewakan.

Peningkatan penguasaan kompetensi-kompetensi Mata Diklat Produktif umumnya telah

banyak dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pelatihan melalui kegiatan MGMP, Pendidikan dan

Sertifikasi dari BKSP dan Lembaga Sertifikasi bagi guru-guru SMK Negeri 1 Kandeman, namun

demikian masih sedikit informasi mengenai efek pelatihan guru tersebut terhadap peningkatan

kinerja siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan alternatif strategi baru bagi peningkatan hasil

belajar siswa mata diklat Produktif pada kompetensi Instalasi Video Game melalui pembelajaran

dengan metode Project Work. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memperbaiki

berbagi pendekatan pendidikan yang selama ini di gunakan untuk memecahkan masalah

penguasaan kompetensi-kompetensi Produktif di SMK Negeri 1 Kandeman.

Untuk mengatasi fenomena yang terjadi maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan

memberikan manfaat pada peningkatan jumlah siswa yang menguasai kompetensi Instalasi Video

Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh

beberapa indikator utama yaitu; (i) pada akhir tahun pelajaran 2014/2015 sebagian besar siswa SMK

Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 pada kompetensi Instalasi Video Game memperoleh nilai

ulangan akhir semester dalam katagori tuntas; (ii) makin banyak siswa berminat dan kreatif dalam
belajar Mata Diklat Produktif; dan (iii) menciptakan suasana kelas menyenangkan/kondusif bagi

pembelajaran Instalasi Video Game.

Riset atau penelitian ini berfokus pada peningkatan jumlah siswa yang mampu menguasai

komptensi Instalasi Video Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2. Penelitian ini dilakukan

secara kolaboratif dengan rekan sejawat yang cenderung mempunyai fenomena masalah yang sama.

Kolaborator setiap periode tertentu melakukan diskusi refleksi untuk meningkatkan validasi

pengamatan. Adapun yang dimaksud kompetensi Produktif dalam penelitian ini adalah materi

kompetensi Instalasi Video Game dengan metode Project Work, yang dimaksud adalah

pembelajaran dengan pendekatan. Maka peneliti yang sehari-hari sebagai guru pengajar tertarik

untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dengan

menerapkan pendekatan project Work dalam mengajarkan mata diklat produktif yang diasuhnya

sehingga dapat membuat siswa termotivasi dan semangat pada mata diklat produktif kompetensi

Instalasi Video Game, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi Instalasi

Video Game.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan catatan hasil belajar siswa, dan hasil-hasil ulangan harian serta pengamatan

sehari-hari terhadap siswa : “sebagian besar siswa SMK Negeri 1 Tulis Kelas I (>80%) belum

menguasai kompetensi Instalasi Video Game dengan baik”. Setelah diadakan kolaborasi dengan

rekan sejawat dari guru-guru mata diklat yang lain, masing-masing mengemukakan bahwa masalah

yang sama ini cenderung dialaminya. Padahal dari guru sudah ditatar, Materi mudah, siswa sudah

mengetahui bahkan sering memainkan game sebelum materi disampaikan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini meningkatkan jumlah siswa yang

menguasai kompetensi Instalasi Video Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 secara nyata,

sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya prestasi/ hasil belajar siswa.


Tujuan Khusus penelitian ini adalah pada akhir penelitian tindakan kelas (PTK) tahun

2014/2015 jumlah siswa kelas XI TAV 2 yang menguasai kompetensi Instalasi Video Game dengan

baik secara signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa indicator utama yaitu :

1 Sekurang-kurangnya 85% siswa kelas XI TAV 2 mendapat nilai ulangan harian mata diklat

produktif kompetensi Instalasi Video Game 8 (Delapan puluh).

2 Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan akhir semester mata diklat produktif

kompetensi Instalasi Video Game 75 (Tujuh puluh lima)

3 Sekurang-kurangnya 75% siswa termotivasi terhadap mata diklat produktif kompetensi

Instalasi Video Game.

4 Sekurang-kurangnya 75% guru peneliti tindakan kelas memiliki pertambahan

pengetahuan/pengalaman setelah saling berkolaborasi, sebagaimana tercermin dalam mutu/

kualitas learning log (catatan/jurnal harian) dan refleksi siswa.

D. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan yang jelas, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi siswa dalam mengikuti KBM kompetensi instalasi video game

dengan menggunakan projeck work.

2. Manfaat bagi siswa dapat meningkatkan prestasi belajar

3. Manfaat guru dapat memilih model-model pembelajaran

4. Manfaat untuk sekolah, mutu KBM di sekolah dapat meningkat.

5. Manfaat untuk sekolah mempunyai guru yang profesional.

6. Bahan masukan bagi kepala sekolah untuk memperoleh potret hasil belajar siswa di

sekolah dan sebagai kontrol proses kegiatan belajar (KBM).


7. Evaluasi diri guru mata diklat sehingga mengetahui potret diri kinerja dan manajemen

pengelolaan kelasnya.

8. Rujukan penerapan pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Bagian ini membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian

tindakan kelas (PTK). Landasan teori berurutan akan dibicarakan mengenai

Kegiatan Belajar Mengajar, hasil belajar, pembelajaran model Project Work,

pengertian belajar , dan hasil belajar

1 Kegiatan Belajar mengajar

a. Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu proses interaksi antara

komponen-komponen pengajaran untuk mencapai tujuan.

Adapun yang termasuk komponen-komponen Kegiatan Belajar

Mengajar, yaitu : tujuan yang diharapkan, bahan pengajaran, siswa dan

guru, metode yang digunakan dan evaluasi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar di

SMK

1. Masukan Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu proses, berhasilnya proses

untuk mencapai tujuan sangat ditentukan oleh individu-individu yang

terlibat dalam Kegiatan belajar mengajar yaitu siswa dan guru .

Siswa adalah individu yang belajar dan menerima pengetahuan dari

guru, sedangkan guru adalah individu yang mengarahkan siswa agar

terjadi tindak belajar secara terarah, terencana dan terprogram.

a) Karakteristik siswa SMK

Karakteristik siswa adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki

siswa. Karakter ini mempengruhi proses belajar-mengajar,

karena dalam kegiatan belajar mengajar tujuan akhirnya adanya

terjadinya perubahan pada diri siswa secara positif meliputi kecerdasan,

kemampuan dan ketrerampilan.

b) Kemampuan yang dimiliki guru SMK

Kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru ada sepuluh (10) yang sering

disebut sebagai sepuluh Kompetensi Guru. Adapun kesepuluh kompetensi

guru adalah sebagai berikut :

1. Menguasai bahan

2. Mengelola PBM

3. Mengelola Kelas

4. Menggunakan Media atau Sumber

5. Menguasai Landasan-landasan Kepemimpinan

6. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar.

7. Menilai Prestasi siswa untuk keperluan pengajaran


8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10. Memahami prinsip-ptinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan untuk keperluan pengajaran

2. Tujuan

Suatu proses akan berlangsung dengan baik dan lancar, bilamana didorong dengan

maksud tertentu.

3. Materi Pengajaran

4. Metode Pengajaran

5. Lingkungan

Gambar 1 Komponen-komponen yang mempengaruhi PBM (Depdikbud, 1994)

Bagian-bagian tersebut adalah :

a). Siswa

Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMK Negeri 1 Tulis didalam

proses belajar mengajar, oleh karena itu guru harus mengetahui kondisi awal sebelum proses

belajar mengajar dimulai. Ghofur (1989:15) bahwa karakteristik atau keadaan yang berkenan

dengan kemampuan awal meliputi kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucap

dan kemampuan bergerak.

b). Guru
Guru dalam proses belajar mengajar, berfungsi sebagai pengajar, bukan mengalihkan

pengetahuan pengembangan kemahiran dan keterampilan serta pembentukan nilai dan sikap

tertentu kepada siswa (Kurikulum, 1994:8). Dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar

(Sudjana, 1989 A : 19) menjelaskan empat kemampuan yang perlu dimiliki guru, yaitu : (a)

merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola

proses belajar mengajar dan menguasai bahan pembelajaran dalam pengertian menguasai

mata pelajaran yang dia punya. Didalam penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru mata

diklat fisika yang mengajar pada kela 1 SMK Negeri 1 Tulis.

c). Metode

Metode yang dimaksud adalah penggunaan sistem evaluasi berstruktur yang

digunakan dalam pembelajran fisika di kelas 1 SMK Negeri 1 Tulis Penelitian ini ingin

mengetahui pengembangan sistem evaluasi terhadap peningkatan hasil belajar fisika kelas 1.

d). Kurikulum

Yang dimaksud kurikulum adalah Kurikulum Mata diklat fisika yang disesuaikan dengan

Pedoman kurikulm 2004 yang berisi : materi atau bahan kajian yang telah disesuaikan dengan

tingkat kemampuan siswa (Depdikbud, Kurikulum, 2004:7).

e). Sarana Prasarana

Laboratorium, , perpustakaan, lingkungan kelas.

2 Hasil Belajar

Hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi


pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Depdikbud, 1994).
Hasil belajar mencakup tiga aspek ranah (domain) atau sasaran pendidikan, yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil Belajar ranah kognitif menurut taksonomi
Bloom yang dikutip Sudjana (1989 B:49) antara lain; (a) unsur pengetahuan, pada umumnya
menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti batasan peristilahan, pasal, hukum, dalail,
rumus, nama orang, nama tempat; (b) unsur pemahaman, pada umumnya menyangkut
kemampuan, makna suatu konsep yakni pemahaman terjemahan dan pemahaman eksplorasi;
(c) aplikasi, yaitu kesanggupan menggunakan konsep, ide, rumus dalam situasi baru; (d)
analisis, yakni kesanggupan menguraikan dan memecahkan suatu integritas ke dalam unsur
yang mempunyai arti; (e) sintesis, yakni kesanggupan menyatukan unsur yang bermakna
menjadi suatu integritas; dan (f) evaluasi, yakni kesanggupan memberi pertimbangan,
keputusan tentang nilai berdasarkan pendapat dan pertimbangan yang dimilikinya dan kriteria
yang dipakainya. Taksonomi tipe ranah afektif menurut Kurthwol yang dikutip Purwanto
(1989), meliputi; (a) menyimak; (b) menanggapi; (c) menghargai; (d) mengorganisasi nilai;
dan (e) karakteristik nilai

3 Teknik Pembelajaran Kooperatif

Teknik pembelajatan kooperatif ada beberapa macam antara lain :

a. Jigsaw

Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik jigsaw pada pembelajaran kooperatif adalah :

(i) siswa dibagi atas bebarapa kelompok dari 2-4 orang anggota; (ii) tiap anggota kelompok diberi

nomor; (iii) guru memberi tugas (masalah) pada siswa dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa; (iv)

siswa bekerja secara aktif dalam kelompok, guru membembin dari kelompok-kelompok; (v) tentukan

ahli/nomor siswa untuk menjawab permasalahan (pertanyaan) yang diberikan; (vi) setiap ahli yang

sama bergabung untuk memecahkan masalah yang diberikan; (vii) setelah menemukan jawaban

siswa bergabung ke kelompok semula; (viii) setiap ahli menerangkan kepada anggota kelompok

tentang masalah yang telah dipecahkan bersam setiap ahli; (ix) guru menunjuk nomor siswa untuk

meminta jawaban.

b. Roundrobin

Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik roundrobin pada pembelajaran kooperatif

adalah: (i) siswa dibagi atas beberapa kelompok, terdiri dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota kelompok

diberi nomor; (iii) guru memberi tugas (pertanyaan) pada siswa dalam bentuk Lembar Kegiatan

Siswa; (iv) siswa diberi waktu untuk berfikir dan bekerja dalam kelompok, guru berkeliling

membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lain; (v) setiap siswa dari tiap kelompok diberi

kesempatan memberi pendapat (jawaban) dari masalah yang diberikan guru; (vi) kelompok
menentukan jawaban yang paling tepat dari hasil diskusi; (vii) guru siswa menunjuk dengan

memanggil nomor anggota untuk memberikan jawaban.

c. Round Table

Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik round table pada pembelajaran kooperatif

adalah : (i) siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota kelompok diberi

nomor; (iii) guru atau siswa menyiapkan 1 lembar kerta dan 1 pena dalam satu kelompok; (iv) guru

memberikan masalah/ pertanyaan / lembar kegiatan siswa; (v) siswa diberi kesempatan belajar dan

bekerja; (vi) setiap siswa dalam kelompok memberikan jawaban berupa tulisan dalam kertas yang

telah disediakan; (vii) kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi; (viii) guru menunjuk siswa

dengan cara memanggil nomor anggota kelompok untuk memberikan jawaban; (ix) guru memberi

kartu hadiah pada siswa/anggota kelompok yang berhasil dengan baik menjawab pertanyaan.

d. Numbered head together

Langkah-langkah yang digunakan dalam tekanik numbered head together pada pembelajaran

kooperatif adalah : (i) siswa dibagi dalam kelompok yang terdir dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota

kelompok diberi nomor; (iii) guru memberikan masalah/pertanyaan/lember kegiatan siswa pada

setiap kelompok; (iv) siswa diberi waktu berfikir dan bekerja; (v) siswa menundukkan kepala secara

berhadapan-hadapan; (vi) setiap siswa memberi pendapat dalamkelompok; (vii) guru berkeliling

membimbing siswa saat bekerja kelompok; (viii) kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi;

(ix) guru menunjuk nomor siswa untuk memberi jawaban dari pertanyaan/ masalah yang diberikan;

(x) guru memberi kartu hadiah pada siswa/

anggota kelompok yang berhasil dengan baik menjawab pertanyaan.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran kooperatif di atas, tentu seorang guru peneliti

harus benar-benar menguasai salah satu teknik dari pembelajaran yang digunakan, untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan.


4 Pembelajaran Model Science, Environment, Technology and Society (SETS)

Pendidikan sain dalam kontek SETS diharapkan dapat membekali siswa dalam pengetahuan

yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka, SETS seharusnya dihubungkan secara luas dalam

jangkauan pemikiran siswa yang akan dicapai serta kesesuaian topik yang diajarkan berhubungan

erat dengan kehidupan siswa sehari-hari (Binaja, 1996:2).

guru memberi kartu hadiah pada siswa/anggota kelompok yang berhsil dengan baik

menjawab pertanyaan.SETS diartikan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Pengajaran SETS ditujukan untuk mengajarkan siswa untuk mengerti masing-masing elemen SETS,

dan mengerti pentingnya hubungan antara elemen-elemen SETS, serta dapat bertindak secara global

untuk menyelesaikan masalah-maslah lingkungan dan mencakup masalah-masalah sosial dalam

kehidupan sehari-hari. Hubungan elemen-elemen SETS dapat digambarkan seperti berikut :

Technology

Science Society

Environment

Gambar 2 . Hubungan timbal balik antar elemen SETS

Berdasarkan gambar 2 di atas hubungan timbal balik antara ilmu pengetahuan, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Relevansi metode

dan strategi pengajaran, penilaian, dan pencapaian sesuatu yang benar dalam pembelajaran fisika,
diharapkan siswa dapat mempelajari ilmu pengetahuan (science), secara berhasil guna, sebagaimana

yang diharapkan dalam kompetensi hukum-hukum newton.

Guru peneliti diharapkan mampu menentukan bagaimana menerapkan konsep SETS ini pada

siswa sebagai keperluan siswa itu sendiri, masyarakat dan menekan isue akibat kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi terhadap lingkungan.

Titik utama penerapan SET adalah bagaimana SETS dapat menolong manusia sejak dini

dapat menciptakan ”surga dunia” dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat pada umumnya

dan pada siswa SMK Negeri 1 Tulis pada khususnya.

Pengajaran sains (fisika) dihubungkan dengan SETS akan bermakna bila strategi yang

digunakan guru menarik. Strategi yang dimaksud dalam penelitian tindakan kelas ini adalah strategi

pembelajaran kooperatif dengan teknik round table. Menurut Udin SW (1992) ; Keterkaitan

kurikulum dengan SETS, bahwa terjadinya belajar pada siswa merupakan faktor utama yang paling

penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran sains (fisika). Agar hal ini dapat tercapai, bahasa

yang digunakan hendaknya dapat dimengerti oleh siswa, keseuaian dengan teknologi yang ada,

karena di sekitar kehidupan kita penuh dengan hasil teknologi, dan juga memperhatikan tingkat

perkembangan kemampuan siswa itu sendiri.

Pendidikan sains (Fisika) perlu memasukkan unsur sikap, yaitu pada konteks individu dan

masyarakat, disamping unsur content dan proses dari sains, karena dalam pendidikan sains unsur

sikap penting dikempbangkan selain unsur konsep.

Hakekat pembelajaran fisika yang diinginkan sains yaitu agar pencapaian kompetensi siswa

yang diharapkan dengan cara : membelajarkan siswa untuk memahami hakekat sains (proses dan

produk), mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati dan ketekunan, serta sadar akan nilai-

nilai yang ada dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif. Pendekatan
Science, Environmet, Tchnology, and Society (SETS) penting bagi penyusun kurikulum satuan

pendidikan maupun para guru sains itu sendiri.

Menurut Joyce (1980) bahwa : ”kekuatan sesuatu pendidikan terletak pada kemampuan

memanfaatkan berbagai pendekatan, kemudian memadukannya dengan arah pendidikan tersebut,

dan mengadaptasikannya kepada tipe dan karakterisktik siswa”. Lebih lanjut Joseph Piil dalam

hikayat (1983) menegaskan bahwa: ”pendidikan sains dengan pendekatan SETS merupakan gagasan

yang cukup besar yang dikembangkan di Amerika Serikat. Gerakan keberanian, kesungguhan untk

belajar melalui isue-isue di masyarakat yang ada kaitannya dengan fiska dan teknologi dirasakan

lebih dekat, lebih nyata dan lebih punya arti bila dikembangkan dengan komptensi-kompetensi dan

teori-teori fisika itu sendiri.

Mengembangkan program SETS yang mempunyai karakterisktik yaitu mempersiapkan para

siswa sebagai berikut :

a. Menggunakan sains (fisika) untuk memperbaiki kehidupan dirinya dan untuk menghadapi

perkembangan teknologi.

b. Agar dapat mengahadapi isue-isue teknologi dalam masyarakat dengan penuh tanggung

jawab.

c. Agar memahami pengetahuan dasar untuk dapat menangani isue-isue SETS

Dalam pendekatan SETS siswa dilibatkan untuk menerapkan komptensi-kompetensi fisika

pada kehidupan sehari-hari. Penerapan kompetensi fisika ada pada teknologi. Dengan demikian

siswa mengenali teknologi yang adadi sekitarnya, kemudian dari obeservasi ke lingkungan, siswa

menemukan sendiri simpulan atau komptensi-komptensi yang ada. Dalam hal ini guru peneliti

membimbing siswa memperoleh komptensi-komptensi yang di tuju.

5 Tinjauan Materi Hukum Newton


a. Hukum I Newton

Pada dasarnya setiap benda bersifat lembam. Ini berarti bahwa benda itu mempunyai sifat

mempertahankan keadaannya. Bila benda itu sedang bergerak, maka benda itu bersifat “ingin”

bergerak terus. Demikian pula, bila benda itu tidak bergerak, maka benda itu bersifat

mempertahankan keadaannya, baik benda itu diam maupun bergerak.

Sifat lembam itu dapat dijelaskan dengan gejala-gejala berikut:

Contoh hukum I Newton

Dua buah anak timbangan yang sama masing-masing digantungkan pada sebuah timbangan dengan

seutas benang sejenis dan sama tebalnya. Di bagian bawah masing-masing anak timbangan itu

diikatkan pula seutas benang. (gambar 1)

Apakah yang terjadi bila benang nomor (2) ditarik ke bawah kuat-kuat dengan sekali

hentakan saja? Karena sifat lembam anak timbangan itu, benang nomor (2) itulah yang utus. Dengan

sekali hentakan benang itu tidak cukup kuat untuk melawan kelembaman anak timbangan itu yang

berhasil mempertahankan keadaannya yang semula.


Lain halnya bila benang yang tergantung itu ditarik ke bawah berangsur-angsur makin kuat.

Dalam keadaan demikian, anak timbangan itu ikut bergerak sesuai dengan gerakan benang nomor

(4). Pada waktu anak timbangan bergerak ke bawah, bekerjalah gaya tarik pada benang nomor (3)

yang besarnya sama dengan gaya tarik pada benang nomor (4) ditambah berat badan. Dengan

demikian benang nomor (3) putus lebih dulu.

Sifat kelembaman itu juga terasa pada kita sendiri pada waktu kita naik kendaraan, misalnya

mobil, bis, kereta api dan sebagainya. Bila mobil yang kita tumpangi sekonyong-konyong direm,

tubuh kita akan terdorong ke depan. Pada waktu kita berdiri di dalam kereta api, tubuh kita akan

terdorong ke belakang bila sekonyong-konyong kereta itu bergerak maju.

Maka kesimpulan yang kita peroleh dari peristiwa di atas ialah: Setiap benda dalam keadaan

berhenti mempunyai kecenderungan untuk tetap diam; sedangkan bila benda sedang bergerak,

benda itu cenderung untuk bergerak terus.

Sifat cenderung yang demikian itulah yang diartikan sebagai kelembaman (inertia). Dari

gejala-gejala tersebut Sir Isac Newton (1642-1727) menghasilkan hukum I tentang gerak sebagai

berikut:

“Setiap benda akan bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan gaya yang bekerja

pada benda itu.” Hukum ini juga disebut hukum kelembaman.

Bagaimanakah dengan dua orang yang mendorong sebuah peti besar dari dua sisi yang

berlawanan? Apakah memenuhi Hukum I Newton? Dua orang tersebut mendorong peti dengan gaya

yang sama besar tetapi berlawanan arah, sehingga tidak mengubah keadaan gerak peti. Kita katakan

bahwa kedua gaya yang dihasilkan oleh dua orang tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan

demikian, Hukum I Newton akan lebih mudah dipahami apabila kita menyatakannya dengan: sebuah

benda akan tetap bergerak dengan kelajuan konstan kecuali jika pada benda bergerak gaya yang

tidak seimbang.
Anda dapat menerapkan Hukum I Newton untuk menunjukkan sesuatu yang barangkali

cukup mengejutkan. Untuk itu, lakukan percobaan berikut. Letakkan selembar kertas HVS di atas

meja yang licin, misalnya meja yang terbuat dari kaca. Kemudian, di atas meja letakkan benda yang

cukup berat, misalnya gelas seperti pada gambar (1). Kemudian, tariklah kertas tersebut perlahan-

lahan. Apa yang terjadi? Gelas ikut bergerak karena anda memberi gaya tarik secara terus-menerus

dalam waktu yang cukup lama. Sekarang, cobalah anda menarik kertas tersebut dengan cepat dalam

sekali hentakan. Apa yang akan terjadi? Kertas bisa tertarik tanpa terjadinya gerakan pada gelas.

Pada kasus perrtama, karena gaya yang diberikan cukup lama, gelas tidak dapat

mempertahankan keadaan diamnya, sehingga akibatnya gelas ikut bergerak. Pada kasus kedua,

karena gaya yang diberikan dalam waktu yang sangat singkat, gelas masih dapat mempertahankan

keadaan diamnya, sehingga gelas tidak bergerak sedikitpun, walaupun anda berhasil menarik kertas

dari bawah gelas.

b. Hukum II Newton
Dari Hukum I Newton kita ketahui bahwa gaya total yang bekerja pada benda bisa

menimbulkan percepatan pada benda, yang ditandai dengan bergeraknya benda dari keadaan diam.

Yang menjadi pertanyaan kita barangkali adalah berapakah besarnya percepatan a yang dihasilkan

oleh sebuah gaya F pada sebuah benda bermassa m? untuk mengetahui jawabannya, kita dapat

melakukan 2 percobaan mengukur percepatan benda jika massanya bervariasi dan jika gayanya

bervariasi berikut ini.

Pada percobaan, di mana massa benda kita buat bervariasi, gaya yang menarik benda

(beban) kita pertahankan tetap nilainya. Diagram dari percobaan ini tampak pada gambar (3). Dalam

percobaan ini, kita memvariasikan nilai m, sedangkan beban M yang bertindak sebagai gaya tarik

harus tetap.

Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa, percepatan benda berbanding terbalik dengan massa

benda. Hasil ini sesuai dengan intulsi kita, bahwa ketika kita mendorong benda yang berat, gerakan

benda yang kita dorong pun lambat; tetapi katika kita mendorong benda yang ringan, benda yang

kita dorong akan bergerak lebih cepat. Jika dituliskan secara matematika, hasil percobaan ini adalah
1
a?
m …………………………………....(1.1)

Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa percepatan benda berbanding lurus dengan

besarnya gaya yang bekerja pada benda. Hasil ini sesuai dengan intulsi kita, bahwa ketika kita

mendorong benda dengan lebih kuat, benda akan bergerak lebih cepat, sementara ketika kita

mendorong benda dengan gaya yang lebih kecil, benda bergerak lebih lembat. Jika ditulis secara

matematika, hasil percobaan ini adalah :

Dari dua hasil percobaan tersebut bisa kita tuliskan antara gaya, massa, dan percepatan, yaitu

F
a? m atau F ? ma………………………….(1.2)

secara umum, jika pada benda bekerja lebih dari satu gaya, maka persamaan di atas bisa

dituliskan sebagai berikut.

? F ? ma……………………………………………………….(1.3)

Persamaan tersebut merupakan ungkapan matematis dari Hukum II Newton, yang menyatakan:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda

yang sebanding dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa

benda.”

Pada Hukum I Newton tersirat pengertian gaya secara kualitatif, sedangkan dalam Hukum II

Newton ini gaya, yang dapat mengubah gerakan benda, dijelaskan secara kuantitatif.

Dari Hukum IINewton ini kita bisa menyimpulkan bahwa gaya sebesar 1 Newton dapat

menyebabkan percepatan 1 m/s 2 pada benda yang bermassa 1 kg atau percepatan sebesar 2 m/s 2

pada benda yang bermassa 1 kg dikenakan gaya 2 Newton.

c. Hukum III Newton

Gambar di bawah ini menunjukkan seorang anak yang duduk di papan yang beroda menarik secara

tidak langsung tali yang kuat pada sebuah dinding. Ia beserta papan yang didudukinya itu bergerak

ke arah dinding, padahal ia memberikan gaya yang arahnya menjauhi dinding.


Telah diketahui bahwa setiap benda yang mendapat gaya akan bergerak searah gaya itu.

Kesimpulan yang kita peroleh : ada gaya penggerak yang arahnya sama dengan arah anak itu

bergerak. Gaya penggerak ini dikenal sebagai gaya reaksi (F’) dari gaya tarik tangan anak itu sebagai

gaya aksi (F). maka dapat dibuat kesimpulan: Untuk setiap aksi terdapatlah reaksi yang besarnya

sama dan arahnya berlawanan.

“Apabila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang ke dua ini mngerjakan

pada benda pertama gaya yang sama besarnya tetapi arahnya berlawanan. (Hukum III Neeton

tentang gerak)”

Marilah kita tinjau beberapa keseimbangan. Dalam tinjauan ini kita membatasi diri pada

gaya-gaya yang sebidang. Sebuah buku terletak di meja. (gambar). Jika massa buku 1kg maka

beratnya w = 9,8 Newton. Karena ternyata buku itu terletak diam di meja, maka harus ada gaya lain

yang bekerja pada buku itu yang segaris kerja, sama besarnya dan berlawanan arahnya dengan w.

Gaya ini ditimbulkan oleh meja pada buku itu; gaya ini biasanya disebut gaya normal (N)

karena tegak lurus bidang sentuh persekutuan.


Jika W ditafsirkan sebagai gaya yang bekerja pada meja yang ditimbulkan oleh buku (aksi),

maka N adalah gaya yang bekerja pada buku yang ditimbulkan oleh meja (reaksi).

Berdirilah Anda di dekat dinding, kemudian dorong dinding tersebut dengan tangan, apa yang Anda

rasakan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sir isac Newton memberikan suatu jawaban.

Jika anda mngerjakan gaya tersebut pada sebuah benda, benda itu akan mengerjakan gaya

pada anda yang sama besarnya, tetapi dengan arah yang berlawanan. Pernyataan tersebut terkenal

sebagai Hukum III Newton, atau sering disebut sebagai Hukum aksi-reaksi. Semakin besar gaya aksi

yang anda berikan pada dinding semakin besar pula gaya reaksi.

B. Penelitian Yang Relevan

Pendekatan kooperatif dan SETS dalam persilangan dapat membuat siswa lebih berfikir ilmiah

karena materi yang dibahas berhubungan dengan hasil teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan

kualitas hasil belajar meningkat (Asmarawati, 2000)

Pembelajaran STS akan menghilangkan anggapan bahwa belajar sains merupakan pelajaran

yang tak bermakna. Dengan pembelajaran STS siswa akan mengerti hakekat belajar sains dan

menjadikan sains menjadi ilmu yang sangat dekat dengan diri manusia (Sutrisno, 1999)

C. Kerangka Befikir

Sebagai landasan pemecahan masalah, peneliti menggunakan analisis fishbone diagram

terhadap probable cause (penyebab) untuk memutuskan bentuk intervensi (action/solution) yang

akan diterapkan. Berdasarkan analisis fishbone diagram tersebut peneliti mengemukakan penyebab

timbulnya masalah, sebagai berikut :


LINGKUNGAN SISWA

lokasi sekolah motivasi belajar rendah

Sarana belajar kuranag catatan tertib

Pengaruh siaran TV alat tulis tidak memadai

Banyak pekerjaan di rumah miskonsepsi

>80% siswa
belum
tuntas

Kurang tepat struktur pengajaran kurang

Tidak menggunakan peraga penguasaan materi kurang

Tidak bervariasi kurang trampil menggunakan

metode
METODE GURU

Untuk menentukan akar penyebab masalah sebagian besar siswa (>80%) belum menguasai

kompetensi fisika, guru peneliti melakukan wawancara terhadap siswa SMK Negeri 1 Tulis.

Penyebab timbulnya masalah sementara ini, berdasarkan: (i) kolaborasi dengan rekan-rekan

sejawat; (ii) pengamatan nyata (observasi) sehari-hari oleh peeliti; dan (iii) hasil wawancara, adalah

faktor dalam proses belajar mengajar mata diklat fisika, sehingga intervensi yang dikembangkan

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran kooperatis dan science, environment,
technology, and societ diharpakan dapat meningkatkan jumlah siswa yang dapat mengusai

kompentensi fisika dengan baik.

Untuk memecahkan masalah perlu disusun langkah-langkah tindakan, monitoring setiap

langkah tindakan yang dilakukan dan juga pengumpulan data. Dengan demikian pelaku penelitian

tindakan kelas memiliki bahan kajian untuk refleksi, diskusi, dan penentuan langkah-langkah

selanjutnya. Hal ini diharapkan berlaku terus-menerus, bertahap dan berulang (siklus). Langkah-

langkah pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini diprogramkan dalam 2 (dua) siklus.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan diskripsi teoritik dan paradigma dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
Ho = Tidak ada pengaruh pendekatan pembelajaran koopertaif dan SETS terhadap
peningkatan hasil belajar fisika sub komptensi hukum newton kelas I TP SMK
Negeri 1 Tulis tahun diklat 2006/2007
Ha = Ada pengaruh pendekatan pembelajaran koopertaif dan SETS terhadap
peningkatan hasil belajar fisika sub komptensi hukum newton kelas I TP SMK
Negeri 1 Tulis tahun diklat 2006/2007

BAB 111

METODOLOGI PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN (TEMPAT DAN WAKTU)

-TEMPAT SMK N 1 KANDEMAN, WAKTU MAX 3 BULAN (JULI MINGGU KE 3 S.D


OKTOBER MINGGU KE 2)
DIBUAT TABEL , PENELITIAN INI DILAKSANAKAN 3 BULAN DIMULAI MINGGU KE 3
BULAN JULI 2015 S. D BLN OKTOBER MINGGU KE 2.
DIBUAT RENG2AN/SETTING
PERSIAPAN......
SIKLUS....
Tabel 2

JADWAL KEGIATAN PTK

Waktu (minggu ke-)

AGUSTUS
No. Rencana Kegiatan
JUNI 2015 2015 SEPTEMBER OKTOBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan/Pelatihan (IHT)
1
PTK                                

Penyusunan Proposal/
2
Pendampingan                                

3 Penyerahan Proposal Final                                

4 Pelaksanaan Penelitian                                

  Siklus I                                

  Siklus II                                

Penyusunan Laporan/
5
Pendampingan                                

6 Penyerahan Laporan                                

Penulisan Artikel/
7
Pendampingan                                

8 Seminar                                

9 Penerbitan Jurnal Ilmiah                                

B. SUBJEK PENELITIAN

SUBJEKNYA SISWA KELAS XI TAV 2, SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2015/2016.

C. SUMBER DATA

D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA


1. TEKNIK

NON TES =OBSERVASI (ALAT:CEKLIS, )ANGKET, WAWANCARA,

TES,

2. ALAT PENGUMPULAN DATA

E. VALIDASI DATA

DARI DATA YG TERKUMPUL

F. ANALISIS DATA

DENGAN MELALUI TIDAKAN KELAS, DENGAN 4 TAHAPAN DIANALISIS KOMPARATIF

DESKRIPTIF.PERBANDINGAN KONDISI AWAL, SIKLUS 1 SIKLUS 2 DG DESKRIPTIF

G. INDIKATOR KINERJA

H. PROSEDUR PENELITIAN

MENYIAPKAN RPP, DAFDIR, ANEKDOT,

Anda mungkin juga menyukai