2
SMK N 1 KANDEMAN DENGAN MODEL PROJECT WORK TAHUN 2014-2015.
CTH ANGKET ;
PENDAHULUAN
pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja, beradaptasi di lingkungan kerja dan
melihat peluang ataupun menjadi wiraswasta sebagaimana tujuan SMK yang ditetapkan dalam
penjelasan pasal 15 undang-undang SISDIKNAS, yaitu SMK sebagai satuan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu dan menyiapkan
peserta didik agar menjadi manusia produktif yang mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di Dunia Usaha dan Industri sebagai tempat kerja tingkat menengah sesuai
Program Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik
sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan dan keterampilan yang luas dan kuat untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan
kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Program produktif berisi mata diklat yang lebih menitik beratkan pada
pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip
dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi
kompentensi untuk bekerja (Depdiknas, 2004). Kompetensi Instalasi Video Game merupakan salah
satu program produktif yang diajakan untuk peserta didik SMK Negeri 1 Kandeman pada Program
Keahlian Teknik Audio Video, telah mendapatkan perhatian khusus dalam pemberian materi dan
pencapaian ketuntasan kompetensi tersebut. Bahkan video game sudah dikenal oleh sebagian besar
peserta didik SMK Negeri 1 Kandeman pada Program Keahlian Teknik Audio Video, karena di
masyarakat umum sudah banyak rental video game yang dapat peserta didik mainkan.
Sekalipun demikian menurut catatan dokumen nilai hasil ulangan harian kompetensi pada
siswa SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 tahun 2014/2015 masih menunjukkan sebagian besar
(>80%) siswa belum tuntas, dan berdasarkan catatan obeservasi, mayoritas siswa SMK Negeri 1
Kandeman kelas XI TAV 2 tahun 2014/2015 (>85%) mampu memainkan game dengan baik tetapi
dalam mengistalasi dan menyebutkan fungsi konsol video game belum menguasai. Jika masalah ini
tidak segera diatasi, berbagai resiko pendidikan akan muncul, yaitu; (i) mayoritas siswa SMK Negeri
1 Kandeman kelas XI TAV tidak kompeten pada kompetensi Instalasi Video Game; (ii) sebagaian
besar siswa SMK Negeri 1 Kandeman pada tahun diklat 2014/2015 akan mendapatkan nilai ujian
Produktif rendah; (iii) kualitas lulusan/tamatan SMK Negeri 1 Kandeman akan mengecewakan.
banyak dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pelatihan melalui kegiatan MGMP, Pendidikan dan
Sertifikasi dari BKSP dan Lembaga Sertifikasi bagi guru-guru SMK Negeri 1 Kandeman, namun
demikian masih sedikit informasi mengenai efek pelatihan guru tersebut terhadap peningkatan
kinerja siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan alternatif strategi baru bagi peningkatan hasil
belajar siswa mata diklat Produktif pada kompetensi Instalasi Video Game melalui pembelajaran
dengan metode Project Work. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memperbaiki
berbagi pendekatan pendidikan yang selama ini di gunakan untuk memecahkan masalah
Untuk mengatasi fenomena yang terjadi maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan
memberikan manfaat pada peningkatan jumlah siswa yang menguasai kompetensi Instalasi Video
Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh
beberapa indikator utama yaitu; (i) pada akhir tahun pelajaran 2014/2015 sebagian besar siswa SMK
Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 pada kompetensi Instalasi Video Game memperoleh nilai
ulangan akhir semester dalam katagori tuntas; (ii) makin banyak siswa berminat dan kreatif dalam
belajar Mata Diklat Produktif; dan (iii) menciptakan suasana kelas menyenangkan/kondusif bagi
Riset atau penelitian ini berfokus pada peningkatan jumlah siswa yang mampu menguasai
komptensi Instalasi Video Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2. Penelitian ini dilakukan
secara kolaboratif dengan rekan sejawat yang cenderung mempunyai fenomena masalah yang sama.
Kolaborator setiap periode tertentu melakukan diskusi refleksi untuk meningkatkan validasi
pengamatan. Adapun yang dimaksud kompetensi Produktif dalam penelitian ini adalah materi
kompetensi Instalasi Video Game dengan metode Project Work, yang dimaksud adalah
pembelajaran dengan pendekatan. Maka peneliti yang sehari-hari sebagai guru pengajar tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dengan
menerapkan pendekatan project Work dalam mengajarkan mata diklat produktif yang diasuhnya
sehingga dapat membuat siswa termotivasi dan semangat pada mata diklat produktif kompetensi
Instalasi Video Game, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi Instalasi
Video Game.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan catatan hasil belajar siswa, dan hasil-hasil ulangan harian serta pengamatan
sehari-hari terhadap siswa : “sebagian besar siswa SMK Negeri 1 Tulis Kelas I (>80%) belum
menguasai kompetensi Instalasi Video Game dengan baik”. Setelah diadakan kolaborasi dengan
rekan sejawat dari guru-guru mata diklat yang lain, masing-masing mengemukakan bahwa masalah
yang sama ini cenderung dialaminya. Padahal dari guru sudah ditatar, Materi mudah, siswa sudah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini meningkatkan jumlah siswa yang
menguasai kompetensi Instalasi Video Game di SMK Negeri 1 Kandeman kelas XI TAV 2 secara nyata,
2014/2015 jumlah siswa kelas XI TAV 2 yang menguasai kompetensi Instalasi Video Game dengan
baik secara signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa indicator utama yaitu :
1 Sekurang-kurangnya 85% siswa kelas XI TAV 2 mendapat nilai ulangan harian mata diklat
2 Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan akhir semester mata diklat produktif
D. Manfaat Penelitian
Selain mempunyai tujuan yang jelas, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat. Adapun
1. Menambah wawasan bagi siswa dalam mengikuti KBM kompetensi instalasi video game
6. Bahan masukan bagi kepala sekolah untuk memperoleh potret hasil belajar siswa di
pengelolaan kelasnya.
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
SMK
1. Masukan Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu proses, berhasilnya proses
Kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru ada sepuluh (10) yang sering
1. Menguasai bahan
2. Mengelola PBM
3. Mengelola Kelas
2. Tujuan
Suatu proses akan berlangsung dengan baik dan lancar, bilamana didorong dengan
maksud tertentu.
3. Materi Pengajaran
4. Metode Pengajaran
5. Lingkungan
a). Siswa
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMK Negeri 1 Tulis didalam
proses belajar mengajar, oleh karena itu guru harus mengetahui kondisi awal sebelum proses
belajar mengajar dimulai. Ghofur (1989:15) bahwa karakteristik atau keadaan yang berkenan
b). Guru
Guru dalam proses belajar mengajar, berfungsi sebagai pengajar, bukan mengalihkan
pengetahuan pengembangan kemahiran dan keterampilan serta pembentukan nilai dan sikap
tertentu kepada siswa (Kurikulum, 1994:8). Dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar
(Sudjana, 1989 A : 19) menjelaskan empat kemampuan yang perlu dimiliki guru, yaitu : (a)
merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola
proses belajar mengajar dan menguasai bahan pembelajaran dalam pengertian menguasai
mata pelajaran yang dia punya. Didalam penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru mata
c). Metode
digunakan dalam pembelajran fisika di kelas 1 SMK Negeri 1 Tulis Penelitian ini ingin
mengetahui pengembangan sistem evaluasi terhadap peningkatan hasil belajar fisika kelas 1.
d). Kurikulum
Yang dimaksud kurikulum adalah Kurikulum Mata diklat fisika yang disesuaikan dengan
Pedoman kurikulm 2004 yang berisi : materi atau bahan kajian yang telah disesuaikan dengan
2 Hasil Belajar
a. Jigsaw
Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik jigsaw pada pembelajaran kooperatif adalah :
(i) siswa dibagi atas bebarapa kelompok dari 2-4 orang anggota; (ii) tiap anggota kelompok diberi
nomor; (iii) guru memberi tugas (masalah) pada siswa dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa; (iv)
siswa bekerja secara aktif dalam kelompok, guru membembin dari kelompok-kelompok; (v) tentukan
ahli/nomor siswa untuk menjawab permasalahan (pertanyaan) yang diberikan; (vi) setiap ahli yang
sama bergabung untuk memecahkan masalah yang diberikan; (vii) setelah menemukan jawaban
siswa bergabung ke kelompok semula; (viii) setiap ahli menerangkan kepada anggota kelompok
tentang masalah yang telah dipecahkan bersam setiap ahli; (ix) guru menunjuk nomor siswa untuk
meminta jawaban.
b. Roundrobin
adalah: (i) siswa dibagi atas beberapa kelompok, terdiri dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota kelompok
diberi nomor; (iii) guru memberi tugas (pertanyaan) pada siswa dalam bentuk Lembar Kegiatan
Siswa; (iv) siswa diberi waktu untuk berfikir dan bekerja dalam kelompok, guru berkeliling
membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lain; (v) setiap siswa dari tiap kelompok diberi
kesempatan memberi pendapat (jawaban) dari masalah yang diberikan guru; (vi) kelompok
menentukan jawaban yang paling tepat dari hasil diskusi; (vii) guru siswa menunjuk dengan
c. Round Table
Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik round table pada pembelajaran kooperatif
adalah : (i) siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota kelompok diberi
nomor; (iii) guru atau siswa menyiapkan 1 lembar kerta dan 1 pena dalam satu kelompok; (iv) guru
memberikan masalah/ pertanyaan / lembar kegiatan siswa; (v) siswa diberi kesempatan belajar dan
bekerja; (vi) setiap siswa dalam kelompok memberikan jawaban berupa tulisan dalam kertas yang
telah disediakan; (vii) kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi; (viii) guru menunjuk siswa
dengan cara memanggil nomor anggota kelompok untuk memberikan jawaban; (ix) guru memberi
kartu hadiah pada siswa/anggota kelompok yang berhasil dengan baik menjawab pertanyaan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam tekanik numbered head together pada pembelajaran
kooperatif adalah : (i) siswa dibagi dalam kelompok yang terdir dari 2-4 orang; (ii) tiap anggota
kelompok diberi nomor; (iii) guru memberikan masalah/pertanyaan/lember kegiatan siswa pada
setiap kelompok; (iv) siswa diberi waktu berfikir dan bekerja; (v) siswa menundukkan kepala secara
berhadapan-hadapan; (vi) setiap siswa memberi pendapat dalamkelompok; (vii) guru berkeliling
membimbing siswa saat bekerja kelompok; (viii) kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi;
(ix) guru menunjuk nomor siswa untuk memberi jawaban dari pertanyaan/ masalah yang diberikan;
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran kooperatif di atas, tentu seorang guru peneliti
harus benar-benar menguasai salah satu teknik dari pembelajaran yang digunakan, untuk mencapai
Pendidikan sain dalam kontek SETS diharapkan dapat membekali siswa dalam pengetahuan
yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka, SETS seharusnya dihubungkan secara luas dalam
jangkauan pemikiran siswa yang akan dicapai serta kesesuaian topik yang diajarkan berhubungan
guru memberi kartu hadiah pada siswa/anggota kelompok yang berhsil dengan baik
Pengajaran SETS ditujukan untuk mengajarkan siswa untuk mengerti masing-masing elemen SETS,
dan mengerti pentingnya hubungan antara elemen-elemen SETS, serta dapat bertindak secara global
Technology
Science Society
Environment
Berdasarkan gambar 2 di atas hubungan timbal balik antara ilmu pengetahuan, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Relevansi metode
dan strategi pengajaran, penilaian, dan pencapaian sesuatu yang benar dalam pembelajaran fisika,
diharapkan siswa dapat mempelajari ilmu pengetahuan (science), secara berhasil guna, sebagaimana
Guru peneliti diharapkan mampu menentukan bagaimana menerapkan konsep SETS ini pada
siswa sebagai keperluan siswa itu sendiri, masyarakat dan menekan isue akibat kemajuan ilmu
Titik utama penerapan SET adalah bagaimana SETS dapat menolong manusia sejak dini
dapat menciptakan ”surga dunia” dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat pada umumnya
Pengajaran sains (fisika) dihubungkan dengan SETS akan bermakna bila strategi yang
digunakan guru menarik. Strategi yang dimaksud dalam penelitian tindakan kelas ini adalah strategi
pembelajaran kooperatif dengan teknik round table. Menurut Udin SW (1992) ; Keterkaitan
kurikulum dengan SETS, bahwa terjadinya belajar pada siswa merupakan faktor utama yang paling
penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran sains (fisika). Agar hal ini dapat tercapai, bahasa
yang digunakan hendaknya dapat dimengerti oleh siswa, keseuaian dengan teknologi yang ada,
karena di sekitar kehidupan kita penuh dengan hasil teknologi, dan juga memperhatikan tingkat
Pendidikan sains (Fisika) perlu memasukkan unsur sikap, yaitu pada konteks individu dan
masyarakat, disamping unsur content dan proses dari sains, karena dalam pendidikan sains unsur
Hakekat pembelajaran fisika yang diinginkan sains yaitu agar pencapaian kompetensi siswa
yang diharapkan dengan cara : membelajarkan siswa untuk memahami hakekat sains (proses dan
produk), mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati dan ketekunan, serta sadar akan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif. Pendekatan
Science, Environmet, Tchnology, and Society (SETS) penting bagi penyusun kurikulum satuan
Menurut Joyce (1980) bahwa : ”kekuatan sesuatu pendidikan terletak pada kemampuan
dan mengadaptasikannya kepada tipe dan karakterisktik siswa”. Lebih lanjut Joseph Piil dalam
hikayat (1983) menegaskan bahwa: ”pendidikan sains dengan pendekatan SETS merupakan gagasan
yang cukup besar yang dikembangkan di Amerika Serikat. Gerakan keberanian, kesungguhan untk
belajar melalui isue-isue di masyarakat yang ada kaitannya dengan fiska dan teknologi dirasakan
lebih dekat, lebih nyata dan lebih punya arti bila dikembangkan dengan komptensi-kompetensi dan
a. Menggunakan sains (fisika) untuk memperbaiki kehidupan dirinya dan untuk menghadapi
perkembangan teknologi.
b. Agar dapat mengahadapi isue-isue teknologi dalam masyarakat dengan penuh tanggung
jawab.
pada kehidupan sehari-hari. Penerapan kompetensi fisika ada pada teknologi. Dengan demikian
siswa mengenali teknologi yang adadi sekitarnya, kemudian dari obeservasi ke lingkungan, siswa
menemukan sendiri simpulan atau komptensi-komptensi yang ada. Dalam hal ini guru peneliti
Pada dasarnya setiap benda bersifat lembam. Ini berarti bahwa benda itu mempunyai sifat
mempertahankan keadaannya. Bila benda itu sedang bergerak, maka benda itu bersifat “ingin”
bergerak terus. Demikian pula, bila benda itu tidak bergerak, maka benda itu bersifat
Dua buah anak timbangan yang sama masing-masing digantungkan pada sebuah timbangan dengan
seutas benang sejenis dan sama tebalnya. Di bagian bawah masing-masing anak timbangan itu
Apakah yang terjadi bila benang nomor (2) ditarik ke bawah kuat-kuat dengan sekali
hentakan saja? Karena sifat lembam anak timbangan itu, benang nomor (2) itulah yang utus. Dengan
sekali hentakan benang itu tidak cukup kuat untuk melawan kelembaman anak timbangan itu yang
Dalam keadaan demikian, anak timbangan itu ikut bergerak sesuai dengan gerakan benang nomor
(4). Pada waktu anak timbangan bergerak ke bawah, bekerjalah gaya tarik pada benang nomor (3)
yang besarnya sama dengan gaya tarik pada benang nomor (4) ditambah berat badan. Dengan
Sifat kelembaman itu juga terasa pada kita sendiri pada waktu kita naik kendaraan, misalnya
mobil, bis, kereta api dan sebagainya. Bila mobil yang kita tumpangi sekonyong-konyong direm,
tubuh kita akan terdorong ke depan. Pada waktu kita berdiri di dalam kereta api, tubuh kita akan
Maka kesimpulan yang kita peroleh dari peristiwa di atas ialah: Setiap benda dalam keadaan
berhenti mempunyai kecenderungan untuk tetap diam; sedangkan bila benda sedang bergerak,
Sifat cenderung yang demikian itulah yang diartikan sebagai kelembaman (inertia). Dari
gejala-gejala tersebut Sir Isac Newton (1642-1727) menghasilkan hukum I tentang gerak sebagai
berikut:
“Setiap benda akan bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan gaya yang bekerja
Bagaimanakah dengan dua orang yang mendorong sebuah peti besar dari dua sisi yang
berlawanan? Apakah memenuhi Hukum I Newton? Dua orang tersebut mendorong peti dengan gaya
yang sama besar tetapi berlawanan arah, sehingga tidak mengubah keadaan gerak peti. Kita katakan
bahwa kedua gaya yang dihasilkan oleh dua orang tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan
demikian, Hukum I Newton akan lebih mudah dipahami apabila kita menyatakannya dengan: sebuah
benda akan tetap bergerak dengan kelajuan konstan kecuali jika pada benda bergerak gaya yang
tidak seimbang.
Anda dapat menerapkan Hukum I Newton untuk menunjukkan sesuatu yang barangkali
cukup mengejutkan. Untuk itu, lakukan percobaan berikut. Letakkan selembar kertas HVS di atas
meja yang licin, misalnya meja yang terbuat dari kaca. Kemudian, di atas meja letakkan benda yang
cukup berat, misalnya gelas seperti pada gambar (1). Kemudian, tariklah kertas tersebut perlahan-
lahan. Apa yang terjadi? Gelas ikut bergerak karena anda memberi gaya tarik secara terus-menerus
dalam waktu yang cukup lama. Sekarang, cobalah anda menarik kertas tersebut dengan cepat dalam
sekali hentakan. Apa yang akan terjadi? Kertas bisa tertarik tanpa terjadinya gerakan pada gelas.
Pada kasus perrtama, karena gaya yang diberikan cukup lama, gelas tidak dapat
mempertahankan keadaan diamnya, sehingga akibatnya gelas ikut bergerak. Pada kasus kedua,
karena gaya yang diberikan dalam waktu yang sangat singkat, gelas masih dapat mempertahankan
keadaan diamnya, sehingga gelas tidak bergerak sedikitpun, walaupun anda berhasil menarik kertas
b. Hukum II Newton
Dari Hukum I Newton kita ketahui bahwa gaya total yang bekerja pada benda bisa
menimbulkan percepatan pada benda, yang ditandai dengan bergeraknya benda dari keadaan diam.
Yang menjadi pertanyaan kita barangkali adalah berapakah besarnya percepatan a yang dihasilkan
oleh sebuah gaya F pada sebuah benda bermassa m? untuk mengetahui jawabannya, kita dapat
melakukan 2 percobaan mengukur percepatan benda jika massanya bervariasi dan jika gayanya
Pada percobaan, di mana massa benda kita buat bervariasi, gaya yang menarik benda
(beban) kita pertahankan tetap nilainya. Diagram dari percobaan ini tampak pada gambar (3). Dalam
percobaan ini, kita memvariasikan nilai m, sedangkan beban M yang bertindak sebagai gaya tarik
harus tetap.
Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa, percepatan benda berbanding terbalik dengan massa
benda. Hasil ini sesuai dengan intulsi kita, bahwa ketika kita mendorong benda yang berat, gerakan
benda yang kita dorong pun lambat; tetapi katika kita mendorong benda yang ringan, benda yang
kita dorong akan bergerak lebih cepat. Jika dituliskan secara matematika, hasil percobaan ini adalah
1
a?
m …………………………………....(1.1)
Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa percepatan benda berbanding lurus dengan
besarnya gaya yang bekerja pada benda. Hasil ini sesuai dengan intulsi kita, bahwa ketika kita
mendorong benda dengan lebih kuat, benda akan bergerak lebih cepat, sementara ketika kita
mendorong benda dengan gaya yang lebih kecil, benda bergerak lebih lembat. Jika ditulis secara
Dari dua hasil percobaan tersebut bisa kita tuliskan antara gaya, massa, dan percepatan, yaitu
F
a? m atau F ? ma………………………….(1.2)
secara umum, jika pada benda bekerja lebih dari satu gaya, maka persamaan di atas bisa
? F ? ma……………………………………………………….(1.3)
Persamaan tersebut merupakan ungkapan matematis dari Hukum II Newton, yang menyatakan:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
yang sebanding dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa
benda.”
Pada Hukum I Newton tersirat pengertian gaya secara kualitatif, sedangkan dalam Hukum II
Newton ini gaya, yang dapat mengubah gerakan benda, dijelaskan secara kuantitatif.
Dari Hukum IINewton ini kita bisa menyimpulkan bahwa gaya sebesar 1 Newton dapat
menyebabkan percepatan 1 m/s 2 pada benda yang bermassa 1 kg atau percepatan sebesar 2 m/s 2
Gambar di bawah ini menunjukkan seorang anak yang duduk di papan yang beroda menarik secara
tidak langsung tali yang kuat pada sebuah dinding. Ia beserta papan yang didudukinya itu bergerak
Kesimpulan yang kita peroleh : ada gaya penggerak yang arahnya sama dengan arah anak itu
bergerak. Gaya penggerak ini dikenal sebagai gaya reaksi (F’) dari gaya tarik tangan anak itu sebagai
gaya aksi (F). maka dapat dibuat kesimpulan: Untuk setiap aksi terdapatlah reaksi yang besarnya
“Apabila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang ke dua ini mngerjakan
pada benda pertama gaya yang sama besarnya tetapi arahnya berlawanan. (Hukum III Neeton
tentang gerak)”
Marilah kita tinjau beberapa keseimbangan. Dalam tinjauan ini kita membatasi diri pada
gaya-gaya yang sebidang. Sebuah buku terletak di meja. (gambar). Jika massa buku 1kg maka
beratnya w = 9,8 Newton. Karena ternyata buku itu terletak diam di meja, maka harus ada gaya lain
yang bekerja pada buku itu yang segaris kerja, sama besarnya dan berlawanan arahnya dengan w.
Gaya ini ditimbulkan oleh meja pada buku itu; gaya ini biasanya disebut gaya normal (N)
maka N adalah gaya yang bekerja pada buku yang ditimbulkan oleh meja (reaksi).
Berdirilah Anda di dekat dinding, kemudian dorong dinding tersebut dengan tangan, apa yang Anda
rasakan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sir isac Newton memberikan suatu jawaban.
Jika anda mngerjakan gaya tersebut pada sebuah benda, benda itu akan mengerjakan gaya
pada anda yang sama besarnya, tetapi dengan arah yang berlawanan. Pernyataan tersebut terkenal
sebagai Hukum III Newton, atau sering disebut sebagai Hukum aksi-reaksi. Semakin besar gaya aksi
yang anda berikan pada dinding semakin besar pula gaya reaksi.
Pendekatan kooperatif dan SETS dalam persilangan dapat membuat siswa lebih berfikir ilmiah
karena materi yang dibahas berhubungan dengan hasil teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan
Pembelajaran STS akan menghilangkan anggapan bahwa belajar sains merupakan pelajaran
yang tak bermakna. Dengan pembelajaran STS siswa akan mengerti hakekat belajar sains dan
menjadikan sains menjadi ilmu yang sangat dekat dengan diri manusia (Sutrisno, 1999)
C. Kerangka Befikir
terhadap probable cause (penyebab) untuk memutuskan bentuk intervensi (action/solution) yang
akan diterapkan. Berdasarkan analisis fishbone diagram tersebut peneliti mengemukakan penyebab
>80% siswa
belum
tuntas
metode
METODE GURU
Untuk menentukan akar penyebab masalah sebagian besar siswa (>80%) belum menguasai
kompetensi fisika, guru peneliti melakukan wawancara terhadap siswa SMK Negeri 1 Tulis.
Penyebab timbulnya masalah sementara ini, berdasarkan: (i) kolaborasi dengan rekan-rekan
sejawat; (ii) pengamatan nyata (observasi) sehari-hari oleh peeliti; dan (iii) hasil wawancara, adalah
faktor dalam proses belajar mengajar mata diklat fisika, sehingga intervensi yang dikembangkan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran kooperatis dan science, environment,
technology, and societ diharpakan dapat meningkatkan jumlah siswa yang dapat mengusai
langkah tindakan yang dilakukan dan juga pengumpulan data. Dengan demikian pelaku penelitian
tindakan kelas memiliki bahan kajian untuk refleksi, diskusi, dan penentuan langkah-langkah
selanjutnya. Hal ini diharapkan berlaku terus-menerus, bertahap dan berulang (siklus). Langkah-
langkah pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini diprogramkan dalam 2 (dua) siklus.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan diskripsi teoritik dan paradigma dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
Ho = Tidak ada pengaruh pendekatan pembelajaran koopertaif dan SETS terhadap
peningkatan hasil belajar fisika sub komptensi hukum newton kelas I TP SMK
Negeri 1 Tulis tahun diklat 2006/2007
Ha = Ada pengaruh pendekatan pembelajaran koopertaif dan SETS terhadap
peningkatan hasil belajar fisika sub komptensi hukum newton kelas I TP SMK
Negeri 1 Tulis tahun diklat 2006/2007
BAB 111
METODOLOGI PENELITIAN
AGUSTUS
No. Rencana Kegiatan
JUNI 2015 2015 SEPTEMBER OKTOBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan/Pelatihan (IHT)
1
PTK
Penyusunan Proposal/
2
Pendampingan
4 Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
Siklus II
Penyusunan Laporan/
5
Pendampingan
6 Penyerahan Laporan
Penulisan Artikel/
7
Pendampingan
8 Seminar
B. SUBJEK PENELITIAN
C. SUMBER DATA
TES,
E. VALIDASI DATA
F. ANALISIS DATA
G. INDIKATOR KINERJA
H. PROSEDUR PENELITIAN