Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KE 4

FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Drs. H Agus Marsidi M.Si

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
APRILINI SAFITRI. JS
210405500009
C/2021

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022
1. Pancasila sebagai ideologi bangsa!
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang
pengertian dasar, ide atau citacita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang
tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga citacita itu sekaligus merupakan dasar,
pandangan, paham. Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif
bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya
kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang berKemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-
Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan. Pancasila sebagai ideologi nasional selain
berfungsi sebagai cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga
berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia.

2. Keselarasan tujuan negara dengan tujuan pendidikan!


Dalam UU tentang sistem pendidikan nasional terdapat dalam Bab III tentang “Hak
warga negara untuk memperoleh pendidikan” pasal 6 yaitu: Setiap warga negara
berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar
memperoleh pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang sekurang-kurangnya
setara dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan tamatan pendidikan
dasar,maka dari itu pendidikan berhubungan dengan negara karena warga negara
berhak mendapatkan kesemptan ubruk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Tujuan
pendidikan disebut dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 3 adalah
sebagai berikut “pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab". Dalam tujuan pendidikan seperti tersebut
tadi, terdapat beberapa kata kunci antara lain iman dan takwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan demokratis. Konsekuensinya adalah kriteria atau
bisa juga disebut sebagai evaluasi pendidikan yang diterapkan harus mampu melihat
sejauh mana ketercapaian setiap hal yang disebutkan dalam tujuan tersebut. Evaluasi
harus mampu mengukur tingkat pencapaian setiap komponen yang tertuang dalam
tujuan pendidikan yaitu tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Dari
penjelasan tersebut tampak sinkron antara konsep pendidikan yang dituangkan oleh
pemerintah dengan konsep pendidikan masyarakat.

3. Analisis filsafat tujuan pendidikan di indonesia!


Menurut hasil penelitian tidak ada dokumen filsafat pendidikan Indonesia yang
diresmikan oleh pemerintah dan dijadikan pedoman serta landasan dalam praktek
pendidikan di Indonesia sekarang ini. Bahkan Dokumen rasional yang mendasari UU
Sisdiknas saja tidak disertakan dalam UU Sisdiknas, sehingga orang hanya tahu
undang-undangnya yang tertulis, tetapi tidak tahu mengapa undang-undang itu
akhirnya dirumuskan demikian dan diterima. Akibatnya, dalam membaca UU
Sisdiknas, kita merasa kering dan kurang berani untuk menganalisis secara lebih
mendalam.Dengan tidak adanya dokumen filosofi tertulis yang dapat dipakai
pegangan, maka akibatnya adalah dalam praktek pendidikan orang dapat
mengembangkan filsafatnya sendirisendiri, yang penting tidak melanggar UU yang
ada. Akibat tidak adanya dokumen tertulis, maka juga menjadi cukup sulit mencari
titik temu dalam pemecahan permasalahan pendidikan yang lebih mendalam. Dalam
UU Sisdiknas (2003) dituliskan pendidikan sebagai “usaha sadar dan terencana
quntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (pasal 1).
Sedangkan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk “berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggungjawab”(pasal 3). Dalam UU Pendidikan
tahun 1989 rumusannya jauh lebih baik, yaitu tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (1989, ps 4). Dari rumusan di atas, sangat jelas
bahwa tujuan pendidikan nasional bukan hanya untuk mengembangkan segi
pengetahuan (segi kognitif), tetapi pribadi manusia yang lebih utuh dan menyeluruh.
Termasuk didalamnya adalah segi spiritual, moral, fisik, kepribadian, sikap
demokratis dan tanggungjawab sebagai warga bangsa. Dalam bahasa pendidikan,
manusia Indonesia yang diharapkan terjadi adalah manusia yang utuh. Rumusan
tujuan pendidikan tersebut memang baik, namun menurut sebagian masyarakat belum
menjadi rumusan yang khas pendidikan nasional bangsa Indonesia. Rumusan itu
masih umum yang juga dapat menjadi rumusan pendidikan Negara lain. Menurut
masyarakat masih perlu ditambahkan secara eksplisit menjadi manusia Indonesia
yang Pancasilais; manusia Indonesia yang mau hidup dalam kesatuan sebagai anak
bangsa dalam perbedaan. Karakter manusia yang ada dalam Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika perlu dijadikan salah satu karakter yang perlu dipunyai dan
dikembangkan oleh setiap pendidikan di Negara ini. Atau barangkali rumusan
“menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab” perlu lebih
dijabarkan dalam sikap yang lebih jelas bagi orang muda. Bila memang tujuan
pendidikan adalah membantu berkembangnya manusia muda menjadi manusia
Indonesia yang utuh, kiranya pendidikan nasional sendiri juga perlu diselenggarakan
secara holistik, bukan terpotong-potong

Anda mungkin juga menyukai