Anda di halaman 1dari 27

 

 
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA BIOLOGI
“ UJI KUALITATIF LIPID “ 

Disusun Oleh:

 Nama : Qoyyimatul Badriyah Nur Istiqom


Istiqomah
ah
 Nim : (1610211037
(1610211037))

Shift/kelompok : 2/kelompok 8
Tanggal Praktikum : 9 Mei 2017
Tanggal Penyerahan
Penyerahan : 16 Mei 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


2017
 

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1  Tujuan
a.  Mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia lemak
 
 b. Memahami cara pembuatan sabun secara sederhana
c.  Mampu membedakan sabun dan detergen dari sifat kimia mereka
1. 2  Dasar Teori
Istilah “lipid” dipakai untuk senyawa berlemak, berminyak, dan berlilin dalam
sel. Lipid tidak larut dalam air tetapi dengan mudah dapat dilarutkan dengan pelarut
organik (non polar) seperti kloroform, eter, atau benzena. Lemak dan trigliserida
(triasilgliserol, TAG) merupakan lipid umum. Mereka merupakan sumber penting
energi dalam tubuh, karena metabolisme oksidatif lemak akan menghasilkan ATP
dalam jumlah besar. Lipida yang lain merupakan komponen struktural utama dari

membran, sebagai prekursor dari senyawa-senyawa esensial lain, sebagai insulator dll.
Lipid diklasifikasi menurut fungsi, lokalisasi dan struktur. Secara struktur, lipid
diklasifikasikan sebagai senyawa yang mengandung asam lemak dan yang tidak
mengandung asam lemak. Kelompok pertama ditandai dengan golongan lemak netral
atau triasilgliserol, gliserolfosfolipida atau gliserolfosfatida, plasmogen, spingolipida,
dsb. Triasilgliserol (TAG) merupakan suatu ester asam lemak dengan gliserol.
Dengan demikian, hidrolisis sempurna TAG menghasilkan asamlemak dan gliserol.
Asam lemak bila direaksikan dengan suatu basa menghasilkan garam asam lemak
(sabun). Koresterol merupakan sterol dari hewan dan adalah senyawa siklik dengan

struktur kimianya.
Meskipun koresterol mempunyai kelarutan dalam air yang sangat kecil,
kelarutannya dalam darah cukup tinggi karena adanya lipoprotein (plasma
lipoprotein) yang mempunyai affinitas yang tinggi terhadap koresterol. Komponen
lipida menyebaabkan rendahnya densitas lipoprotein bila dibandingkan dengan
densitas albumin atau globulin. Berdasarkan data ultrasentrifugasi (metode pemisahan
lipoprotein), lipoprotein dibagi atas 5 bentus densitas (g/mL):
1.  Siklomikron (<96)
2.  Lipoprotein densitas sangat rendah atau VLDL (<1,006)
 
3. Lipoprotein densitas sedang atau IDL (1,006
( 1,006 – 
 –  1,019)
 1,019)
4.  Lipoprotein densitas rendah, LDL (1,019 – 
(1,019 –  1,063)
 1,063)
 

5.  Lipoprotein densitas tinggi, HDL (1,063 – 


(1,063 –  1,210)
 1,210)

Koresterol memegang peranan penting bagi makhluk hidup sebagai:

1.  Suatu komponen dari membran sel. Koresterol membuat membran menjadi
lebih kompak, khususnya pada sel otak dan saraf
2.  Prekursor berbagai hormon steroid, seperti progesteron, testosteron, estradiol,
dan stigmasterol
3.  Prekursor asam-asam empedu

Lipid adalah kelompok


kelompok senyawa
senyawa organik kedua terbesar selain karbohidrat
dan protein yang terdapat dalam tumbuhan, hewan dan manusia. Lipid memiliki
 peranan penting dalam struktur dan fungsi
fungsi sel. Lipid mengacu pada golongan senyawa
hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar , lipid tidak larut
dalam pelarut polar seperti air, alcohol, eter, kloroform dan aseton. Fungsi biologis
terpenting lipid diantaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen structural
membrane sel, dan sebagai pensinyalan sel. Berdasarkan kelarutannya tersebut, lipid
dapat diperoleh dengan cara ekstrasi dari jaringan hewan atau tumbuhan dengan
menggunakan pelarut nonpolar.

Lipid diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar yaitu:


1.  Lipid sederhana merupakan senyawa ester asam lemak dan gliserol. Contohnya
minyak dan lemak
2.  Lipid kompleks (gabungan) merupakan senyawa eter asam lemak yang memiliki
gugus lain selain alcohol dan asam lemak. Contohnya fosfolipid, glikolipid dan

lipoprotein
3.  Derivat lipid merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid.
Contohnya vitamin larut lemak, kolestrol

Proses ketengikan dapat dipercepat oleh cahaya, kelembaban, pemanasan


aktivitas mikroba. Asam lemak terdiri dari asam lemak jenuh yang tidak memiliki
ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap.Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh, sedangkan asam
lemak tak jenuh banyak terdapat di dalam lemak nabati.Asam lemak tak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena reaksi adisi brom pada ikatan rangkap.
 

Kelompok senyawa lipid lainnya yang tidak larut dalam air seperti fosfolipid
dan sterol merupakan komponen penting membrane sel. Kolestrol adalah golongan
sterol utama yang banyak terdapat di alam.Untuk mengetahui keberadaan kolesterol,
dapat dilakukan uji kolestrol dengan pereaksi Lieberman Burchard.

Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah
sebagai berikut:

1.  Uji kelarutan lipid

Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
 berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar

sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.


2.  Uji acrolein

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein
digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak
dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik
air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh
atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih.

3.  Uji kejenuhan pada lipid

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji


apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi
Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang
diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut.
Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil
dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak

 jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat
strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus
 

hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan


timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning
 bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan


rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod
huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
huble.

4.  Uji ketengikan

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang

disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl.
Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan
menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal
ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida
(Syamsu 2007).

5.  Uji salkowski untuk koresterol

Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk


mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
 berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut
terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah
dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau
(Pramarsh 2008).
 

6.  Uji lieberman buchard

Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji
ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke
dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan
kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat
ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme
yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam
campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk
ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan
warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2013).
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya
warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.

 
7. Uji Penyabunan
Lemak/minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa
kuat seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan
sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh
alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus,
 panjang tak bercabang) dengan gugus utama – 
utama  – COOH
COOH dalam bentuk ester/gliserida
yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol

suhu tinggi.
8.  Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
 berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan kedalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. Molekul lemak
 berinteraksi dengan molekul pelarut organik dalam bentuk interaksi hidrofibik,
sehingga lemak tersebar merata diatara pelarut organik dan dikelilingi senyawa

tersebut.
 

Pada umumnya, lemak dan minyak tidak laut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene atau pelarut non-polar lainnya.

9.  Uji Pembentukan Emulsi


Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam
cairan lain mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang
stabil, ditemukan suatu zat pengemulsi yang disebut zat emulsifier yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Zat emulsifier dapat
 berupa protein, gom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun
air. Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak,
sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama sama
lain. Tipe emulsi salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar
(misalnya air) sedangkan lainnya relatif nonpolar (misalnya minyak). Lemak dan
minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi stabil bila
terdapat emulsifier.
10.  Uji keasaman lipid
Minyak murni umunya bersifat netral, sedangkan yang sudah tengik
 bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi
menghasilkan aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan
 pada lemak atau minyak dapat dipetcepat oleh adanya cahaya, kelembaban,
 pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu. Sebaliknya zat yang dapat
menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidasi.
Prinsip:
a)  saponifikasi: bila lemak dan minyak dipanaskan dengan alkali maka asam
lemak bebas dan gliserol akan dibebaskan.
 b)   pembentukan sabun: adanya alkali akan bereaksi dengan asam lemak untuk
membentuk garam NA atau K yang memberi kenampakan sifat-sifat larutan
yang mengandung sabun.
 

BAB II
METODOLOGI
2.1  Alat dan Bahan
2.1.1  Alat: gelas kimia 250 mL, gelas arloji, wadah air es,
e s, kertas saring, centrifuge,
 porselen tetes, penjepit ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes.
2.1.2  Bahan: NaOH 6 N, minyak kelapa murni, minyak kelapa tengik, minyak
kelapa curah, NaCl pekat, detergen cair, sabun colek, HCl 0,05 N, NaCl 0,02
 N, CaCl2 0,0 N, minyak tanah, isopropanol, asam asetat glacial, FeCl 3, asam
sulfat pekat, asam asetat anhidrida, etanol, batu, albumin, larutan empedu, es
 batu.
2.2  Cara Kerja
2.2.1  Penyabunan Minyak Kelapa
a.  Memasukkan 10 mL etanol kedalam gelas kimia ukuran 250 mL.
 b.  Menambahkan 15 mL NaOH 6 N.
c.  Menambahkan 15 mL minyak kelapa dan aduk.
d.  Menambahkan 3-4 potong batu didih dan tutup gelas kimia dengan gelas
arloji.
e.  Memanaskan campuran dengan nyala api kecil sambil diaduk. Lakukan
 pemanasan dan pengadukan selama 15 menit hingga campuran menjadi
kental.
f.  Mendinginkan campuran.
g.  Menambahkan 50 mL larutan NaCl jenuh sambil
s ambil diaduk.
h.  Menyaring produk yang dihasilkan.
i.  Mencuci produk (sabun) dengan 15 mL air es. Melakukan pencucian 2 kali.
 j.  Mengeringkan dan membandingkan produk sabun komersil.
2.2.2  Uji Kelarutan Lipid
a.  Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut diisi
dengan air suling, alkohol 96%, eter, kloroform, dan laturan Na 2CO3 0,05%
sebanyak 1 mL.
 b.  Menambahkan pada setiap tabung reaksi 2 tetes minyak kelapa murni.
c.  Mengocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat.
d.  Mengamati sifat kelarutannya.
e.  Mengulangi percobaan dengan mengganti minyak kelapa murni dengan
minyak kelapa curah dan tengik.
 

2.2.3  Uji Pembentukan Emulsi


a.  Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1: diisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa murni.
Tabung 2: diisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2 tetes larutan
 Na2CO3 0,5%.
Tabung 3: diisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2 tetes larutan
sabun.
Tabung 4: diisi 2 mL larutan albumin 2%, dan 2 tetes minyak kelapa murni
 b.  Mengocok semua tabung lalu dibiarkan beberapa saat.
c.  Mengamati terjadi pembentukan emulsi.
d.  Mengulangi percobaan dengan mengganti minyak kelapa murni dengan
minyak kelapa curah dan minyak kelapa tengik.
2.2.4  Uji Keasaman Lipid
a.  Meneteskan sedikit minyak kelapa murni pada porseli tetes.
 b.  Menguji dengan kertas lakmus.
c.  Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
d.  Mengulangi percobaan dengan menggunakan minyak kelapa curah dan
minyak kelapa tengik.
 

BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1  Tabel Pengamatan


Perlakuan Pengamatan

Penyabunan Minyak Kelapa Sebelum pemanasan: terdapat endapan diatas


 berwarna kuning keruh
Waktu pemanasan: terdapat gelembung
Setelah pemanasan: terdapat endapan diatas
 berwarna kuning keruh

Kelarutan Lipid 1)  Minyak kelapa murni:


Tabung 1: terdapat minyak diatas larutan (tidak
larut)
Tabung 2: tidak larut
Tabung 3: larut
Tabung 4: larut
Tabung 5: tidak larut
2)  Minyak kelapa curah:
Tabung 1: larut
Tabung 2: tidak larut
Tabung 3: larut
Tabung 4: tidak larut
Tabung 5: tidak larut
3)  Minyak kelapa tengik:
Tabung 1: tidak larut
Tabung 2: tidak larut
Tabung 3: larut
Tabung 4: larut
Tabung 5: larut

Uji pembentukan Emulsi 1)  Minyak kelapa murni:

Tabung 1: berwarna bening, minyak tidak


menyatu (minyak diatas)
 

Tabung 2: berwarna bening, terdapat gumpalan


diatas berwarna putih
Tabung 3: minyak hilang dan berbusa
Tabung 4: minyak hilang atau tercampur
2)  Minyak kelapa curah:
Tabung 1: berwarna bening, minyak tidak
menyatu (minyak diatas)
Tabung 2: berwarna bening, terdapat gumpalan
diatas berwarna putih
Tabung 3: minyak hilang dan berbusa
Tabung 4: minyak hilang atau tercampur
3)  Minyak kelapa tengik:
Tabung 1: terjadi emulsi, berwarna bening dan
terdapat lingkaran cincin kuning
Tabung 2: terjadi emulsi, warna keruh dan
terdapat lingkaran cincin kuning
Tabung 3: tidak terjadi emulsi, warna keruh
dan terdapat lingkaran cincin kuning
Tabung 4: terjadi emulsi, berwarna coklat,
terdapat lingkaran cincin warna coklat tua
dibawah dan coklat diatas

Uji keasaman Lipid 11.  Minyak kelapa murni:

Lakmus merah: berwarna coklat muda


Lakmus biru: berwarna biru keabu-abuan

2) Minyak kelapa curah:


Lakmus merah: berwarna coklat muda
Lakmus biru: berwarna biru keabu-abuan
3) Minyak kelapa tengik:
Lakmus merah: berwarna coklat tua
Lakmus biru: berwarna ungu
 

3.2  Dokumentasi
Uji Minyak Sebelum Sesudah Keterangan
Sebelum
 pemanasan:
terdapat endapan
diatas berwarna
kuning keruh
Penyabunan Minyak
Waktu pemanasan:
Minyak kelapa murni
terdapat gelembung
Kelapa
Setelah pemanasan:
terdapat endapan
diatas berwarna
kuning keruh

A A sebelum larutan

 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh dan

Minyak tidak larut

kelapa murni
B B
sebelum larutan
A: air suling
 berwarna bening,
B: alkohol sesudah larutan
96%
Kelarutan  berwarna keruh dan
Lipid C: eter tidak larut

D: kloroform C C
sebelum larutan

E: Na2CO3   berwarna bening,

0,5% sesudah larutan


 berwarna keruh dan
larut
 

D D
sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh dan
larut

E E
sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh dan
tidak larut

A A sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh dan
tidak larut

B B sebelum larutan
Minyak  berwarna bening,
kelapa curah sesudah larutan

A: air suling  berwarna keruh dan


tidak larut
B: alkohol
96%
C C sebelum larutan
C: eter
 berwarna bening,
D: kloroform sesudah larutan
 berwarna kuning
E: Na2CO3 
keruh dan larut
0,5%
 

D D sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh dan
larut

E E sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna keruh
terdapat gumpalan
minyak di atasnya
dan tidak larut

A A sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna kuning
Minyak keruh dan tidak
kelapa tengik larut

A: air suling B B sebelum larutan

B: alkohol  berwarna bening,

96% sesudah larutan


 berwarna keruh dan
C: eter
tidak larut
D: kloroform  

E: Na2CO3  C C sebelum larutan


0,5%  berwarna bening,
sesudah larutan
 berwarna kuning
keruh dan larut
 

D D sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah berwarna
keruh dan larut

E E sebelum larutan
 berwarna bening,
sesudah larutan
 putih dan larut

A A berwarna bening,
minyak tidak
menyatu (minyak
diatas)

Minyak
kelapa murni B B berwarna bening,
A.  Air terdapat gumpalan
B.  Air+ diatas berwarna
Uji

Pembentuka  Na2CO3   putih


0,5%
n Emulsi
C.  Air+ C C minyak hilang dan
sabun  berbusa
D.  Albumin

D D
minyak hilang atau
 

tercampur

 
A A berwarna bening,
minyak tidak
menyatu (minyak
diatas)

B B berwarna bening,
Minyak
terdapat gumpalan
kelapa curah
diatas berwarna
A.  Air
 putih
B.  Air+
 Na2CO3 
C C minyak hilang dan
0,5%
 berbusa
C.  Air+
sabun
D.  Albumin

D D minyak hilang
atau tercampur

A A terjadi emulsi,
Minyak
 berwarna bening
kelapa tengik
dan terdapat
A.  Air
lingkaran cincin
B.  Air+
kuning
 Na2CO3 
0,5% B B terjadi emulsi,
C.  Air+ warna keruh dan
sabun terdapat lingkaran
D.  Albumin cincin kuning
 

C C tidak terjadi
emulsi, warna
keruh dan terdapat
lingkaran cincin
kuning

D D terjadi emulsi,
 berwarna coklat,
terdapat lingkaran
cincin warna coklat
tua dibawah dan
coklat diatas
Lakmus Merah
 berwarna coklat

Minyak muda

kelapa murni Lakmus Biru


 berwarna biru
keabu-abuan

Lakmus Merah
 berwarna coklat
muda
Uji Minyak
Keasaman kelapa curah Lakmus Biru
Lipid  berwarna biru
keabu-abuan

Lakmus Merah
 berwarna coklat tua

Minyak
kelapa tengik Lakmus Biru
Berwarna ungu
 

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami akan membahas uji kualitatif lipid yang bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik kimia lemak, cara pembuatan sabun secara sederhana, dan
membedakan sabun dan detergen dari sifat kimianya. Lipid adalah kelompok senyawa
organik kedua terbesar selain karbohidrat dan protein y
yang
ang terdapat dalam tumbuhan, hewan
dan manusia. Lipid memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Pada uji
kualitatif lipid kami menggunakan beberapa uji diantaranya:

4. 1  Penyabunan Minyak Kelapa

Uji reaksi penyabunan, pada percobaan ini menguji sifat-sifat sabun untuk menguji
kesadahannya. Lemak/minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH
dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak
oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam
karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis dengan gugus utama  – COOH
COOH dalam bentuk
ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol
suhu tinggi. Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang
mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam
lemak. Sabun dapat terbentuk dari bahan utama yaitu soda (sodium hidroksida) dan minyak.
Setelah itu dilakukan pemanasan sehingga bisa diketahui banyaknya busa yang dihasilkan.

Pada praktikum sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni.
Kami memasukkan 10 mL etanol kedalam gelas kimia ukuran 250 mL kemudian
menambahkan NaOH 6 N.setelah itu menambahkan 15 mL minyak kelapa murni dan diaduk.
Hasil perubahan yang terjadi sebelum pemanasan adalah terdapat endapan diatas berwarna
kuning keruh. Kemudian menambahkan 3-4 batu didih dan menutupnya dengan gelas arloji
kemudian memanaskan dengan nyala api kecil sambil diaduk selama 15 menit hingga
campuran menjadi kental. Hasil perubahan yang terjadi saat pemanasan adalah terdapat
gelembung. Kemudian mendinginkan campuran setelah dingin menambahkan 50 mL larutan
 NaCl jenuh dan sambil diaduk. Hasil perubahan yang terjadi setelah pemanasan adalah
terdapat endapan diatas berwarna kuning keruh Setelah itu menyaring produk yang
dihasilkan. Kemudian mencuci produk (sabun) dengan 15 mL air es dan melakukan
 

 pencucian sebanyak 2 kali. Setelah itu mengeringkan dan membandingkan dengan produk
sabun komersial. Hal ini menunjukkan bahwa jika terbentuk endapan, maka larutan sudah
 bersifat sadah. Terbentuk endapan yang disebabkan oleh kemampuannya untuk
mengendapkan ion Mg, Ca dan alkali tanah. Semakin banyak endapan yang terbentuk berarti
semakin sadah.

4. 2  Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap berbagai
macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila
lipid dilarutkan kedalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut. Hal
tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang
sama-sama nonpolar. Molekul lemak berinteraksi dengan molekul pelarut organik dalam
 bentuk interaksi hidrofibik, sehingga lemak tersebar merata diatara pelarut organik dan
dikelilingi senyawa tersebut. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak laut dalam air, tetapi

sedikit larut dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene atau pelarut non-polar lainnya. Pada praktikum kami menggunakan beberapa
sample dan larutan untuk mengetahui kelarutan lipid pada suatu larutan yaitu:

Pada sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Pada tabung 1
mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak
diatas larutan (tidak larut). Tabung 1 tidak larut karena air dan minyak memiliki massa jenis
yang berbeda. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol 96% kemudian menambahkan 2 tetes
minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat.
Hasilnya adalah terdapat minyak diatas larutan (tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya
hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam
alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini
diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 3, mengisi 1 mL eter
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 3
larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga minyak dapat larut pada eter. Pada
tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
 

terdapat minyak (larut). Tabung 4 larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Pada tabung 5, mengisi 1 mL Na 2CO3  0,5%
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak (tidak larut).
Seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena larutan Na2CO3  merupakan larutan
nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan larutan nonpolar. Apabila larutan nonpolar
dicampurkan dengan larutan nonpolar maka keduanya akan tercampur atau larut.
Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya
kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci,
dan terjadi kesalahan pada praktikan.

Jadi pada sample pertama minyak yang larut adalah pada tabung 3 dan 4 sedangkan pada
tabung 1, 2, dan 5 minyak tidak larut.

Pada sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Pada tabung 1

mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat
minyak (larut). Tabung 1 larut seharusnya tidak larut karena air dan minyak memiliki massa
 jenis yang berbeda. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample
ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol
96% kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak diatas larutan
(tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena

sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada
tabung 3, mengisi 1 mL eter kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
terdapat minyak (larut). Tabung 3 larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga
minyak dapat larut pada eter. Pada tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian
menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai homogen dan
 biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak (tidak larut). Tabung 4 tidak larut

seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor
 

 penyimpangan
 penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat
yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada
tabung 5, mengisi 1 mL Na2CO3 0,5% kemudian menambahkan 2 tetes minyak
mi nyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat
minyak (tidak larut). Seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena larutan Na 2CO3 
merupakan larutan nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan larutan nonpolar. Apabila
larutan nonpolar dicampurkan dengan larutan nonpolar maka keduanya akan tercampur atau
larut. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya
kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci,
dan terjadi kesalahan pada praktikan.

Jadi pada sample kedua minyak yang larut adalah pada tabung 1 dan 3 sedangkan pada
tabung 2, 4, dan 5 minyak tidak larut.
Pada sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Pada tabung 1
mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak
diatas larutan (tidak larut). Tabung 1 tidak larut karena air dan minyak memiliki massa jenis
yang berbeda. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol 96% kemudian menambahkan 2 tetes
minyak kelapa tengik. Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat.
Hasilnya adalah terdapat minyak diatas larutan (tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya
hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam
alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini
diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 3, mengisi 1 mL eter
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 3
larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga minyak dapat larut pada eter. Pada
tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
terdapat minyak (larut). Tabung 4 larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Pada tabung 5, mengisi 1 mL Na 2CO3  0,5%
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 5
larut karena larutan Na2CO3 merupakan larutan nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan
 

larutan nonpolar. Apabila larutan nonpolar dicampurkan dengan larutan nonpolar maka
keduanya akan tercampur atau larut.
Jadi pada sample ketiga minyak yang larut adalah pada tabung 3, 4, dan 5 sedangkan pada
tabung 1 dan 2 minyak larut.
4. 3  Uji Pembentukan Emulsi

Uji pembentukan emulsi bertujuan untuk mengetahui terjadinya pembentukan emulsi


dari minyak. Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain
mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, ditemukan suatu
zat pengemulsi yang disebut zat emulsifier yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
antara kedua fase cairan. Tipe emulsi salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
 bersifat polar (misalnya air) sedangkan lainnya relatif nonpolar (misalnya minyak). Lemak
dan minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi stabil bila terdapat
emulsifier. Pada praktikum ini kami menggunakan beberapa bahan dan larutan untuk menguji
adanya emulsi yang terjadi diantaranya:

Sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah berwarna bening, minyak tidak menyatu (minyak
diatas). Tabung 1 tidak terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori dan air yang memiliki ikatan hidrogen yang menyebabkan sifat
 polar yang sangat susah larut dalam minyak yang bersifat nonpolar sehingga kedua cairan
saling memisah. Pada tabung 2, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2 tetes
larutan Na2CO3 0,5%. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya

adalah berwarna bening, terdapat gumpalan diatas berwarna putih. Tabung 2 terbentuk emulsi
yang tidak stabil karena adanya air pada campuran tersebut sehingga walaupun sebenarnya
minyak dalam pelarut soda akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak bebas dalam
larutan bereaksi dengan soda
soda membentuk sabun. Pada tabung 3, mengisi
mengisi 2 mL air, 2 tetes
minyak kelapa murni, dan 2 tetes larutan sabun. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak hilang dan berbusa. Tabung 3 terjadi
 pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori dan sabun
mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang biasa disebut
 pengemulsi. Pada tabung 4, mengisi 2 mL larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa

murni. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak
hilang atau tercampur. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi
 

sesuai dengan dasar teori dan mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan yang biasa disebut pengemulsi. Pada tabung 5, seharusnya menggunakan empedu
namun kami tidak membawa bahannya pada saat praktikum. Menurut literatur larutan
empedu ditambahkan 2 tetes minyak kelapa, kedua larutan tersebut dapat larut. Hal ini terjadi
karena di dalam larutan empedu terdapat garam empedu yang berperan sebagai emulsifier
yang dapat menurunkan nilai tegangan permukaan diantara kedua fase cairan.
Jadi pada sample pertama yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 3 dan 4
sedangkan yang tidak mengalami pembentukan emulsi pada tabung 1 dan 2.

Sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian dikocok
dikocok dengan kuat
kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah berwarna bening, minyak tidak menyatu (minyak
diatas). Tabung 1 tidak terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori dan air yang memiliki ikatan hidrogen yang menyebabkan sifat

 polar yang sangat susah larut dalam minyak yang bersifat nonpolar sehingga kedua cairan
saling memisah. Pada tabung 2, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa curah, dan 2 tetes
larutan Na2CO3 0,5%. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya
adalah berwarna bening, terdapat gumpalan diatas berwarna putih. Tabung 2 terbentuk emulsi
yang tidak stabil karena adanya air pada campuran tersebut sehingga walaupun sebenarnya
minyak dalam pelarut soda akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak bebas dalam
larutan bereaksi dengan soda
soda membentuk sabun. Pada tabung 3, mengisi 2 mL air, 2 tetes
minyak kelapa curah, dan 2 tetes larutan sabun. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak hilang dan berbusa. Tabung 3 terjadi

 pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori dan sabun
mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang biasa disebut
 pengemulsi. Pada tabung 4, mengisi 2 mL larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa
curah. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak
hilang atau tercampur. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi
sesuai dengan dasar teori dan mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan yang biasa disebut pengemulsi.

Jadi pada sample kedua yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 3 dan 4
sedangkan yang tidak mengalami pembentukan emulsi pada tabung 1 dan 2.
 

Sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, berwarna bening dan terdapat
lingkaran cincin kuning. Tabung 1 mengalami pembentukan emulsi mungkin karena minyak
yang tengik sehingga dapat menyatu dengan air yang bersifat polar. Pada tabung 2, mengisi
2 mL air, 2 tetes minyak kelapa tengik, dan 2 tetes larutan Na 2CO3 0,5%. Kemudian dikocok
dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, warna keruh dan
terdapat lingkaran cincin kuning. Tabung 2 mengalami pembentukan emulsi mungkin karena
minyak yang tengik sehingga dapat menyatu dengan air yang bersifat polar dan larutan soda.
Pada tabung 3, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak
minyak kelapa tengik, dan 2 tetes larutan sabun.
Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terjadi
emulsi, warna keruh dan terdapat lingkaran cincin kuning. Tabung 3 tidak terjadi
 pembentukan emulsi mungkin karena minyak yang tengik sehingga minyak tidak dapat
menyatu dengan sabun yang merupakan larutan emulsifier. Pada tabung 4, mengisi 2 mL
larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, berwarna coklat, terdapat lingkaran
cincin warna coklat tua dibawah dan coklat diatas. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi
karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori.

Jadi pada sample ketiga yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 1,2, dan 4
sedangkan pada tabung 3 tidak mengalami pembentukan emulsi.

4. 4  Uji Keasaman Lipid

Minyak murni umunya bersifat netral, sedangkan yang sudah tengik bersifat asam.
Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton,
dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipetcepat
oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu.
Sebaliknya zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidasi.
Pada praktikum kami menggunakan beberapa sample dan kertas lakmus yaitu:

Pada sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Meneteskan
 beberapa tetes minyak kelapa murni pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan

warna menjadi warna coklat muda dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna biru keabu-abuan. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak
 

sesuai dengan dasar teori seharusnya perubahan warna yang terjadi tetap sesuai warna kertas
lakmus karena minyak kelapa murni bersifat netral. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan.

Pada sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Meneteskan
 beberapa tetes minyak kelapa curah pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan
warna menjadi warna coklat muda dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna biru keabu-abuan. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori seharusnya perubahan warna yang terjadi tetap sesuai warna kertas
lakmus karena minyak kelapa curah bersifat netral. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan.

Pada sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Meneteskan
 beberapa tetes minyak kelapa tengik pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan
warna menjadi warna coklat tua dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak
t idak sesuai dengan
dasar teori seharusnya pada kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan pada kertas
lakmus biru berwarna merah karena minyak
minyak kelapa curah bersifat asam. Kemungkinan
Kemungkinan
terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang
tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan

 pada praktikan.
 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Lipid tidak larut dalam air (pelarut polar) sedangakan larut dalam pelarut nonpolar
misalnya eter, kloroform, dan Na2CO3. Penambahan minyak kelapa terhadap sabun, Na 2CO3,
eter dan larutan empedu membentuk emulsi yang stabil sedangkan pada air tidak membentuk
emulsi. Minyak tengik bersifat lebih asam dibandingkan minyak murni dan minyak curah.
Minyak membentuk endapan pada saat uji penyabunan yang disebabkan oleh kemampuannya
untuk mengendapkan ion Mg, Ca dan alkali tanah. Semakin banyak endapan yang terbentuk
 berarti semakin sadah.
 

DAFTAR PUSTAKA

fika Puspita, laporan uji kualitatif lipid kimdas 2, online,


https://www.academia.edu/10130379/Laporan_Uji_Kualitatif_Lipid_Kimdas_2_  
(diakses tanggal 8 mei 2017 pukul 18.43)

Jeanne Isbeanny Lfh, uji kualitatif lipid, online,


https://www.academia.edu/8147053/uji_kualitatif_Lipid
https://www.academia.edu/8147053/uji_kualitatif_Lipid  (diakses tanggal 08 mei 2017
 pukul 20.15)

Girindra Aisjah. 1990. Biokimia


1990. Biokimia 1. Jakarta. PT Gramedia

Sudarmo Unggul. 2013. Kimia


2013. Kimia.. Jakarta. PT Gelora Aksara Pratama

Tim Mata Kuliah Biokimia. 2017.  Petunjuk Praktikum Biokimia.


Biokimia. Jember : Universitas
Muhammadiyah Jember.

Anda mungkin juga menyukai