Anda di halaman 1dari 24

MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

PENGUASAAN PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN


(Personal Mastery and Leadership)

1. INTEGRITAS

MODUL PELATIHAN
PENINGKATAN
KAPABILITAS MANAJERIAL
KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

DIREKTORAT KEMITRAAN DAN PENYELARASAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
[ INTEGRITAS ] i
DAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TAHUN 2021
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

DAFTAR ISI

Halaman
I. Deskripsi Materi 3

II. Capaian Pembelajaran 4

III. Metode Pembelajaran 5

IV. Isi Materi 6

V. Latihan 21

VI. Evaluasi/Penilaian 24

@ FEM IPB 2021 Tim Pelatihan dan Peningkatan Kapabilitas Manajerial Kepala SMK Berbasis Industri

Kerjasama antara:
DIREKTORAT KEMITRAAN DAN PENYELARASAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
dan
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

[ INTEGRITAS ] 2
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

I. DESKRIPSI MATERI

Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan membangun visi,


tujuan dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus tentang diri dan
lingkungannya serta mengaktualisasikan kepemimpinan wirausaha yang
dibutuhkan SMK dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Mata
diklat menjelaskan pengertian, ruang lingkup dan pentingnya integritas untuk
dimiliki oleh setiap orang khususnya pemimpin. Mata diklat ini juga menjelaskan
berbagaikarakteristik yang dapat dikembangkan oleh para peserta untuk menjadi
pemimpinyang berintegritas.

[ INTEGRITAS ] 3
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

II. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu membangun


visi, tujuan, dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus tentang diri dan
lingkungannya serta mengaktualisasikan kepemimpinan wirausaha yang
dibutuhkan sekolahnya dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis.
Lebih spesifik peserta diharapkan mampu menjelaskan apa itu integritas, mengapa
integritas diperlukan oleh para pemimpin, dan karakteristik-karakteristik
pemimpinyang berintegritas.

[ INTEGRITAS ] 4
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

III. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini adalah:


1. Metode ceramah: Dosen menjelaskan materi diklat yang dilengkapi
dengancontoh yang relevan
2. Metode Pembelajaran Aktif (Active Learning):
a) Dosen meminta peserta untuk memberikan contoh lain yang sesuai
materidiklat
b) Storytelling dan diskusi
c) Brainstorming

[ INTEGRITAS ] 5
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

IV. ISI MATERI

Banyak orang berpikiran bahwa uang dan jabatan adalah segalanya


dalam menjalani kehidupan karena hampir segala urusan perlu uang, dan
jabatan bisa menghasilkan banyak uang. Tidak sedikit pula orang yang
memandang bahwa, kalau bekerja bukan hanya masalah uang, tapi hidup
tanpa uang pastinya akan kerepotan. Tentu pemikiran tersebut tidak salah,
tapi tak sepenuhnya benar. Hasrat terhadap uang dalam bekerja adalah sah-
sah saja. Menurut Hadiatmojo (2012), bukan hanya uang yang
menggerakkan seseorang untuk berprestasi dalam bekerja, apalagi untuk
seorang pemimpin. Masih ada hal lainnya yang sama penting, bahkan lebih
penting dari sekedar uang, yang merupakan pertaruhan bagi kredibilitas
seorang pemimpin. Hal ini, membuat para pemimpin akan tetap antusias dan
bersemangat untuk berprestasi dalam pekerjaannya.
Tidak bisa dipungkiri, jika pengamatan tidak dilakukan secara
mendalam. maka banyak pemimpin (CEO) beranggapan, meningkatkan
kinerja bawahan memerlukan sistem pengupahan dengan gaji yang tinggi.
Para CEO selanjutnya merasa our strength is our people. Padahal tidak
sedikit fenomena di lapangan yang menunjukkan mereka yang bergaji tinggi
tidak serta merta mampu memberikan prestasi yang diharapkan. Bahkan
untuk hadir secara rutin apalagi hadir tepat waktu, masih mengalami kendala
yang serius (deflated morale), bagaimana mau diajak meningkatkan
produktivitas?
Warren Buffet, CEO Berkshire Hathaways mengatakan dia akan
memperhatikan tiga hal saat menyeleksi karyawannya. Tiga hal yang
diperhatikannya adalah kecerdasan, energi, dan integritas. Buffet
menambahkan, jika hal yang terakhir tidak dimiliki, dua hal lainnya akan
menjadi boomerang yang mematikan untuk perusahaan. Sama halnya
dengan seleksi calon pejabat publik untuk bisa dilantik menjadi pejabat
tinggi tinggi negeri di Indonesia, seperti menteri, calon pejabat tersebut
harus mendatangani dokumen yang disebut pakta integritas. Jangankan
pemimpin negeri, atau karyawan perusahaan ternama, saat ini para
mahasiswa baru di beberapa universitas juga diminta untuk menanda tangani
pakta integritas. Integritas pada saat ini seperti suatu kualitas yang harus
dimiliki oleh setiap pribadi, dan tentunya termasuk para pemimpin lembaga
pendidikan. Apa sebenarnya yang disebut sebagai integritas?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Kementerian
Pendidikan danKebudayaan, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang
memancarkan kewibawaan atau kejujuran. Selain itu, menurut Oxford

[ INTEGRITAS ] 6
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Dictionary, integritas adalah kualitas untuk jujur dan memiliki prinsip moral
yang kuat. Intisari dari dua kamus tersebut juga selaras dengan apa yang
dipikirkan oleh Stephen R. Covey (1989), dimana ia menyatakan dengan
tegas bahwa integritas adalah kejujuran. Kejujuran yang lebih, dimana kita
menyesuaikan realita kepada apa yang kita katakan. Melakukan apa yang
dikatakan dan mengatakan apa yang dilakukan. Dengan kata lain, menepati
janji, dan memenuhi ekspektasi. Dengan demikian seseorang yang memiliki
integritas akan selalu bertindak secara jujur dan benar, dan dari setiap
tindakannyaakan senantiasa meninggalkan kesan yang baik dan mulia.
David DeWolf (2011), mengembangkannya dan menekankan pada
perihal konsistensi dalam integritas. Konsistensi yang dimaksud adalah
konsistensi dengan apa yang dilakukan, dan dikatakannya secara terus
menerus. Jika integritas dianalogikan sebagai struktural integritas sebuah
pesawat terbang, apabila berbagai bagian dan komponen lainnya bekerja
secara baik maka pesawat terbang tersebut dapat menjalankan fungsinya,
yaitu mengantarkan penumpang ke tujuannya. Namun pesawat terbang akan
akan kehilangan kendali apabila ada sedikit inkonsistensi, seperti retakan,
dalam integritas struktural pesawatnya. Integritas pribadi atau seorang
pemimpin pun akan diragukan jika tidak ada konsistensi dalam
kehidupannya.
Integritas ini merupakan hal yang esensial bagi siapa saja, termasuk
para pemimpin lembaga bisnis maupun non bisnis. Seorang individu akan
dianggap memiliki integritas apabila apa yang dilakukan sama dengan apa
yang dikatakan. Istilah yang mudah diingat perihal hal ini adalah Walk the
Talk (Hadiatmojo, 2012). Walk the Talk adalah situasi di mana "satunya
perkataan dan perbuatan". Para pemimpin yang Walk the Talk akan
bertindak secara konsisten atas apa yang diucapkan, sehingga para pengikut
atau bawahan dari pemimpin tersebut dapat dengan jelas mengetahui apa
tujuan dan arah dari lembaga ini di masa depannya. Bahkan apabila satu
lembaga bekerja dengan prinsip Walk the Talk, bukan suatu hal yang tidak
mungkin untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sebelumnya.
Karena kejujuran akan berujung pada kepercayaan di antara tim sehingga
muncul kolaborasi dalam pemikiran, inisiatif, dan tindakan-tindakan yang
dapat membawa keberkahan dan keberhasilan.
Integritas bukanlah slogan semata, akan tetapi sebuah kata yang
memerlukan pembuktian. Dalam kamus lainnya, kamus Webster
menyebutkan bahwa integritas adalah adalah “the firm adherence to a code
of moral values”, atau kepatuhan yang kuat akan kode dari nilai moral.
Dalam konteks kelembagaan, jika seorang pemimpin lembaga pendidikan
bekerja dengan mengabaikan moral atau nilai-nilai yang berlaku dalam

[ INTEGRITAS ] 7
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

lembaga tersebut maka pekerjaannya akan tidak menghasilkan performa


yang maksimal, dan tidak menjadi contoh model yang baik bagi para
bawahannya. Karena integritas merupakan prinsip dan nilai-nilai moral,
maka integritas memerlukan keinginan dan kesediaan seseorang untuk
menjadi "fully responsible and accountable". Responsibility dalam konteks
ini dapat dimaknai sebagai komitmen individu yang sesuai dengan nilai-
nilai, kepercayaan, dan perilaku. Sedangkan untuk accountability di sini
berarti menerima konsekuensidari perilaku, dan jika dibutuhkan, "make it
right" atau memperbaikinya (Edward
M. Marshal). Dengan menjunjung tinggi hal ini, maka kita akan dipercaya
oleh orang lain di dalam lembaga yang kita pimpin apabila kita bertanggung
jawab penuh pada perilaku kita sesuai dengan norma, etik, dan aturan yang
berlaku di lembaga. Selain itu kita pun harus bersedia menyerahkan diri, jika
dibutuhkan, untuk menanggung konsekuensi yang ada sesuai dengan apa
yang kita lakukan. Perlu dipahami pula, bahawa Semakin tinggi integritas
seseorang, semakin besar pembuktian tindakan yang diperlukan, sehingga
bisa dikatakan untuk memiliki integritas tinggi itu memerlukan dedikasi
yang luar biasa tinggi pula. Dengan integritas yang tinggi, muncul pula
kepercayaan (trust) dan kredibilitas (credibility)yang mungkin tidak ternilai
di dalam karir seseorang
Apabila pemimpin memiliki integritas yang tinggi, maka setiap
individu yang ada di dalam lembaga tersebut akan merasa percaya diri dan
antusias, yang pada akhirnya akan menciptakan workforce yang termotivasi,
di mana setiapbawahan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja dan
akan selalu berusaha untuk memberikan hasil kerja yang terbaik. Ketika
para bawahan paham benar tentang apa yang dimaksudkan oleh pemimpin,
maka kita akan percaya kepada pemimpin tersebut, bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip kerja yang diarahkannya, dan akan memiliki visi
yang sama untuk lembaga tersebut. Apabila situasi ini terjadi, bisa
dipastikan pemimpin tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari
bawahannya. Begitu pula sebaliknya bawahannya akan mendapatkan
kepercayaan dari pemimpinnya. Dengan kata lain akan terdapatmutual trust,
dimana pemimpin dan bawahan saling percaya. Bukan distrust satu terhadap
yang lain.
Kata integritas sendiri merupakan turunan dari bahasa latin integer
yang dapat diartikan sebagai menyeluruh, komplit. Terkait hal ini, Henry
Cloud dalam bukunya Integrity (2006), menjelaskan bahwa integritas itu
lebih dari persoalan etika dan moral saja, tapi merupakan keseluruhan
karakter. Untuk menjelaskan halini dengan lebih jelas, Cloud menyampaikan
sebuah dialog dimana seorang pebisnis terkenal ditanya mengapa pebisnis

[ INTEGRITAS ] 8
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

tersebut tidak menginvestikasikan kekayaannyauntuk membeli perusahaan


di luar bidang pebisnis tersebut, seperti perusahaan pesawat terbang, tim
olah raga yang terkenal, dan sejenisnya seperti yang banyak dilakukan oleh
pebisnis lainnya. Pebisnis tersebut menjawab "Saya tidak tahu bisnis-bisnis
tersebut dan saya tidak berinvestasi pada bisnis yang saya tidak ketahui.
Tapi saya akan berinvestasi pada orangnya. Jika saya mengetahui karakter
orang (pemimpin perusahaan) tersebut, seperti bagaimana dia
mengoperasikan perusahaannya, bagaimana pertimbangan atau keputusan
yang dia miliki dan seterusnya. Jika saya mengetahui karakter tersebut,
maka saya akan berinvestasi". Karakter yang dimaksud dalam dialog diatas
tidak lain adalah integritas dari orang atau pemimpin yang sedang
didiskusikan. Dalam dialog tersebut, dapat ditekankan kembali bahwa
integritas itu bukanlah tentang performa dari seorang pemimpin atau
pegawai (Hadiatmojo, 2012).
Kita sudah menyadari bahwa integritas adalah sesuatu hal yang
penting untuk dimiliki oleh setiap pribadi, dan tentunya para pemimpin
lembaga pendidikan. Namun terkadang sulit untuk membayangkan
bagaimana karakter yang berintegritas dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, Cloud (2006) menjabarkan ada enam sifat karakterikstik yang
dapat menjadikan seorang individuatau pemimpin secara holistik, tumbuh,
memiliki integritas, dan sukses. Cloud merumuskan enam sifat karakteristik
ini berdasarkan pengalamannya di bidang psikologi, dan pengalamannya
bekerja bersama berbagai pemimpin perusahaan- perusahaan Fortune 500.
Karakteristik-karakteristik yang dimaksud adalah:
1) Dapat Dipercaya
2) Berorientasi pada Kejujuran
3) Fokus terhadap Hasil
4) Dapat Menerima Realita Negatif
5) Berorientasi pada Perkembangan (diri)
6) Rendah hati
Menurut Cloud (2006), enam sifat karakteristik ini, jika diintegrasikan
secara utuh, dapat melebihi berkah, talenta, ataupun kemampuan seseorang
dalam menentukan kesuksesan seseorang. Karena karakter seseorang, yang
berintegritas lah, yang akhirnya dapat menentukan apakah otak, talenta,
kompentensi, tenaga, dan energi bisa digerakkan bersama-sama menuju
kesuksesan. Layaknya pesawat terbang yang memiliki struktural integritas
yang kuat dengan bantuan pilot, co-pilot, kru, mesin, dan komponen lainnya
lah yang berhasil bekerja bersama menerbangkannya ke tujuan.
Cloud (2006) mengatakan salah satu cara dalam mengobservasi
karakteryang kita miliki, termasuk enam sifat karakter di atas, adalah melihat
kepada "wake" atau riak, ombak kecil yang kita buat. Seperti perahu yang
menimbulkan riak dibagian belakangnya saat melaju di air, setiap individu

[ INTEGRITAS ] 9
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

pun meninggalkan riaknyasaat melaju di kehidupan. Ada dua sisi dari setiap
riak yang ditinggalkan: sisi tugas, dan sisi hubungan dengan orang lain.
Dalam kata lain, apa tugas-tugas yang telahkita selesaikan dan bagaimana
kita menangani hubungan dengan orang di sekitarkita.
Sebagai contoh, ada seseorang atau pemimpin yang dapat
menyelesaikan banyak tugas, namun para koleganya tidak mau bekerja
sama dengan dirinya lagi.Sebaliknya, ada seseorang atau pemimpin yang
dicintai oleh orang-orang, namuntidak pernah menghasilkan sesuatu. Dua
contoh tersebut tidak menghasilkan riakyang bagus. Cloud menyampaikan
riak yang bagus adalah riak yang menyelesaikan tugas dan memberikan
imbas yang positif kepada orang yang terlibat.
Mengintegrasikan keenam sifat karakter di atas, bisa menjadikan
pemimpin yang meninggalkan riak yang bagus. Setelah kita bisa
mengobservasi dan menyadari riak yang kita sudah buat, kita bisa
melanjutkan ke penguasaan pribadi untuk meningkatkan karakter kita
melalui enam karakter yang telah disebutkan. Keenam karakter ini bisa kita
pelajari, kuasai, dan integrasikan untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
Keenam sifat karakter di atas membuat pemimpin bisa mencapai
tuntutan realita. Realitanya sebagai pemimpin, Anda harus menghasilkan
sesuatu, dan untuk itu, membutuhkan kerja sama dengan orang lain.
Pemimpin yang memiliki keenamkarakter itulah yang memiliki integritas
dan bisa memenuhi tuntutan realita.

1. Dapat Dipercaya
Mendapatkan kepercayaan dalam memimpin sebuah lembaga hanya
bisa dilakukan apabila orang di dalamnya memercayai bahwa pemimpinnya
mengakui dan mengerti apa yang dipirkirkan dan dikhawatirkan olehnya.
Ketika pemimpin dipercaya, maka anggota tim atau bawahan akan
mengikuti dan mendukung pemimpin tersebut dalam mencapai tujuan
lembaganya.
Untuk membangun kepercayaan, pemimpin harus membuat koneksi
yang otentik dengan orang-orang di sekitar dan menunjukkan rasa
empatinya. Pemimpin yang berempati harus bisa mendengar dan memahami
dengan baik. Pemimpin yang berempati adalah pemimpin yang mampu
memahami orang lain sebagai individual,mencoba mengerti pengalaman apa
yang dialami oleh individu tersebut. Empati membuat pemimpin dapat
berkomunikasi secara efektif terhadap orang-orang yangdipimpinnya.
Sebaliknya dari koneksi otentik via empati ini adalah mengacuhkan
atau menginvalidasi pengalaman yang dialami oleh orang di sekitarnya.
Sebagai contoh, saat karyawannya mengeluh, hindari perkataan yang

[ INTEGRITAS ] 10
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

menginvalidasi seperti "get over it!", "hal itu hal yang mudah kok!" dsb. Hal
ini memperburuk komunikasi. Ketika pemimpin gagal untuk berkoneksi
dengan bawahannya, pemimpin tersebut akan kehilangan dukungan dari
work force dan membuat perpecahan internal. Karena pada akhirnya
manusia ingin diketahui dan dipahami, dan akan mencari relasi yang
berpikiran sama.
Selain itu, pemimpin bisa membangun kepercayaan dengan
memperhatikankepentingan orang disekitarnya. Pada dasarnya, setiap orang
yang bisa dipercaya akan melakukan apa yang mereka setuju untuk lakukan,
seperti kontrak pegawai. Namun tidak semua hal tentunya bisa dimuat
dalam kontrak tersebut. Sehingga pemimpin yang bisa dipercaya,
memegang kepentingan bawahannya, sama dengan kepentingan dirinya
sendiri. Kepercayaan muncul pada pemimpin jika bawahannya menyadari
dan percaya bahwa pemimpinnya tidak akan memperhatikan
kepentingannya atau kekayaannya sendiri, dan akan memperhatikan
kepentingan bawahannya dalam keadaan apapun.
Hadiatmojo (2012) juga menyatakan, selain memperhatikan
kepentingan bawahan sebagai kepentingan kita sendiri, kita dapat
memberikan pujian danpenghormatan atas diri seseorang. Kunci dari pujian
dan penghormatan ini adalah "humanizing" atau memanusiakan para
bawahan atau orang lain. Lakukan ini di kelas, ataupun di kantor karena
menurut penelitian yang dilakukan Dr. Elizabeth Hurlock (1925), pujian
dapat menjadi insentif untuk bekerja lebih giat karena setiap orang
memerlukan dorongan untuk melakukan pekerjaan terbaiknya. Pemberian
pujian dan penghormatan telah dibuktikan dapat meningkatkan antusiasme
dalam bekerja yang berujung pada peningkatan performa yang berbanding
lurus juga dengan peningkatan antusiasme tersebut. Bentuk lain dari
"humanizing" ini adalahmemberikan ucapan-ucapan yang menyenangkan,
nada yang santun, penyebutan nama ketika menyuruh atau meminta tolong,
ekspresi yang bersahabat dan sejenisnya yang membuat seseorang merasa
dihargai
Cara terakhir untuk membangun kepercayaan adalah dengan
menunjukan apa adanya. Tentu orang akan memberikan kepercayaan pada
kepemimpinan atau lembaga yang kuat. Namun, jika pemimpin menutupi
kekurangannya, dan kesulitannya dalam beradaptasi terhadap masalah, akan
terjadi pembeda antara pemimpin dengan bawahannya. Seakan membuat
membuat persona berbeda level dengan bawahannya. Pengikut atau
bawahan akan mencari model yang kuat, namunmirip dengan mereka, sama-
sama beradaptasi mengatasi kesulitan yang muncul. Pemimpin bisa
memberi nasihat kepada bawahannya dengan memberi contoh bagaimana

[ INTEGRITAS ] 11
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

melalui berbagai hambatan mirip seperti yang mereka sedang mereka


hadapi. Muncul dari interaksi-interaksi dimana pemimpin menjadi model
dari bawahannya inilah, dimana sebuah kepercayaan muncul. Jika
kepercayaan sudah didapatkan, maka jagalah dan berikan respons yang
sepadan dengan orang-orang yang memberikan kepercayaan kepada kita.
Kepercayaan akan membantu kita meninggalkan riak-riak bagus dari sisi
relasi atau hubungan.

2. Berorientasi pada Kejujuran


Tentu saja berorientasi pada kejujuran pada dasarnya diartikan tidak
berbohong. Terkadang tidak berbohong pun menjadi suatu hal yang sulit,
seperti dimana kita berbohong agar tidak menyakiti perasaan orang lain.
Larry Johnson dalam bukunya The Six Law of Absolute Honesty (2003),
menyampaikan kurang lebih ada delapan rasa takut yang membuat kita sulit
untuk jujur dalam konteks bisnis, organisasi atau lembaga, yaitu:

1) rasa takut akan hukuman


2) rasa takut akan menyakiti perasaan orang lain
3) rasa takut akan perubahan
4) rasa takut akan tidak disukai
5) rasa takut akan kehilangan dukungan
6) rasa takut akan membayar ganjarannya
7) rasa takut akan kehilangan keunggulan kompetitif
8) rasa takut akan kehilangan muka.

Semua orang pada dasarnya akan tergoda untuk melakukan


kebohongan- kebohongan akibat rasa takut yang disampaikan di atas,
namun hal-hal tersebut tidak berpengaruh bagi orang yang memiliki
integritas. Orang yang berintegritas akan jujur saat itu dibutuhkan, meskipun
kejujuran tersebut bisa jadi tidak mengenakan, memalukan dan
menyakitkan. Karena orang yang memiliki integritasakan menyadari bahwa
konsekuensi dari membohong atau tipu daya biasanya akan lebih besar
dibanding kita jujur.
Dengan menyampaikan kejujuran secara konsisten, selain Anda
sebagai pemimpin mendapatkan kepercayaan dari bawahannya, Anda akan
secarapsikologis memberikan obligasi kepada bawahan Anda untuk berlaku
sama. Perlu diingat bahwa orientasi kepada kejujuran adalah pondasi dari
masyarakat dan juga lembaga, baik bisnis maupun non-bisnis. Sebuah
lembaga akan kesulitan untuk bekerja apabila pemimpinnya secara konstan
berbohong.

[ INTEGRITAS ] 12
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Dalam konteks ini, selalu mengatakan kejujuran belum cukup untuk


menggapai kesuksesan. Untuk sukses, pemimpin juga perlu jujur pada diri
sendiri dan berhubungan kepada realita yang ada, bukan versi buatan atau
fantasi. Terkadang, orang akan takut untuk jujur dan mencari fakta
mengenai realita yang ada karena mereka takut akan konsekuensinya, atau
terlalu arogan untuk mengakui fakta yang sebenarnya. Misalnya semua
pemimpin pada era ini perlu mengakui bahwa perubahan-perubahan kepada
lembaganya yang didorong oleh perkembangan teknologi, cepat atau
lambat, mau atau tidak mau, akan datang.
Pemimpin yang sukses perlu secara berani mengahadapi secara
langsung fakta-fakta. Pemimpin yang baik bisa menginkorporasikan
informasi baru yang mungkin kontradiktif dengan pemikiran atau ide yang
dimilikinya saat ini. Jika adapemimpin yang berintegritas menghadapi ini,
pemimpin tersebut harus bisa jujur dan legowo, dan menerima informasi ini,
dan mengakomodasi fakta baru tersebut.Berkat jujur pada diri sendiri akan
realita yang ada inilah para pemimpin bisa membuat sebuah keputusan yang
sesuai dan tailored kepada kenyataan, dan meninggalkan riak bagus dari sisi
tugas.

3. Fokus terhadap Hasil


Banyak orang yang sudah mengetahui lapangan dan bidang
pekerjaannya, bekerja keras, namun tidak membuahkan hasil yang setimpal.
Jika hal ini terjadi, terkadang ini lebih kepada persoalan karakter bukan
pengetahuan akan pekerjaan tersebut.
Karakteristik yang dapat dilihat mengenai hal ini adalah
pengetahuan akan diri sendiri. Tentu saja setiap orang tidak ingin melakukan
hal yang cukup baik saja dalam pekerjaannya, tapi juga menginginkan
berkembang memenuhi potensial dirinya. Bagi orang atau pemimpin yang
menginginkan ini, mereka perlu mengetahui dirinya, dan memahami
kemampuan apa yang dimiliki oleh dirinya. Ini berarti kejujuran dan
kerendahan hati untuk evaluasi diri. Pemimpin yang tidak bisamengevaluasi
dirinya sendiri akan mengikuti ekspektasi yang ditentukan oleh oranglain dan
tidak akan menghasilkan performa yang baik. Orang yang sukses akan
melihat kemampuan terbaik dirinya dan mencoba mengembangkannya.
Cara paling mudah agar Anda dapat melihat kemampuan terbaik
masing- masing adalah dengan membuat daftar sepanjang-panjangnya
tentang apa yang Anda yakini sebagai kekuatan, suatu kemampuan,
perilaku, pengetahuan, keterampilan atau talenta yang selama ini
berkontribusi positif atas pencapaian Anda. Setelah itu Anda identifikasi,
lima saja kekuatan yang dominan, dan fokuskan pada kekuatan yang

[ INTEGRITAS ] 13
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

dominan tersebut. Selanjutnya Anda pahami, tekuni, kembangkan, dan


tegaskan sebagai kekuatan yang menandai Anda sebagai individu atau
pemimpin. Sesuatu yang membedakan Anda di antara orang lain. Dengan
fokus kepada kekuatan Anda, Anda akan lebih mengahasilkan riak bagus
dalam sisi tugas Anda. Dengan demikian pula Anda akan dilihat sebagai
orang yang memiliki integritas karena Anda telah jujur pada kekurangan
Anda, dan run with your strengths.
Hadiatmojo (2012) menemukan sebuah nasihat dari konsultan
Amerika bernama Peter Drucker yang dirasa cocok dalam konteks ini. Peter
Drucker menyampaikan: "feed opportunities and starve problems".
Dalam hal ini kita memodifikasinya menjadi "feed strengths starve
weaknesses", dimana kita memberi pupuk pada kekuatan yang kita miliki,
dan jangan berikan asupan pada kelemahan kita, maka kelemahan akan tak
terasa lagi.
Selain itu, dalam mencapai hasil, Anda sebagai pemimpin suatu
lembaga sudah barang tentu akan mengalami berbagai hambatan. Bisa jadi
ada beberapa situasi yang menyebabkan Anda tidak dapat mencapai hasil
tersebut. Orang yang memiliki integritas, apabila tidak dapat mencapai hasil
tersebut akan tetap berusahamenjadi pemenang. Pembeda antara pemenang
dan pecundang adalah pemenang kalah dengan baik, dan pecundang kalah
dengan buruk. Orang yang memiliki karakter yang berintegritas tidak akan
menyangkal kekalahannya, seberapa berat hal itu untuk dilakukan.
Pemimpin yang memiliki karakter ini akan melihat realitanya, dan
mencobauntuk move on. Terima kekalahan tersebut, belajar mengapa hal
tersebut terjadi, pelajari apa yang Anda kontribusikan sehingga hal tersebut
terjadi dan move on. Dengan begini, pemenang akan kalah lebih sedikit di
masa depan, pun jika kalah atau tidak akan mencapai hasil, akan kalah
dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya. Jika pemimpin yang tidak
memiliki integritas, apabila tidak mencapai hasil yang diinginkan akan kalah
dengan buruk, akan mencoba mencari cara yang tidak sehat. Misalnya tetap
memaksakan cara yang tidak efektif karena merasa sudah melakukan
investasi yang besar, atau bahkan melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan moral dan etika untuk mencapai hasil yang diinginkan.

4. Dapat Menerima Realita Negatif


Di setiap kehidupan, terutama kehidupan seorang pemimpin, akan
sering bertemu dengan berbagai masalah, dan isu bagaimana menemukan
solusi dari masalah tersebut. Realita tersebut tidak akan hilang. Oleh karena
itu jika pemimpin tidak bisa mengorientasikan dirinya untuk mencari solusi
dari permasalahan-permasalahan yang akan muncul, pemimpin tersebut

[ INTEGRITAS ] 14
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

akan stagnan. Hal ini tidak akan menjadi hal yang mudah, karena tidak
semua orang akan bisa melakukannya. Orang yang memiliki karakter
seutuhnya, yang berintegritas, yang dapat, bahkan mencari realita negatif
untuk diselesaikan dan mengembangkan dirinya.
Sifat yang pertama harus dimiliki oleh problem solver adalah lagi-
lagi jujur pada diri dan realitanya, tidak menghindari realita negatif atau
permasalahan yang ada. Permasalahan adalah isu untuk diambil dan
dicarikan solusinya, bukan dihindari. Masalah baik apabila diselesaikan
secara cepat, aktif dan langsung. Daribanyaknya CEO yang Cloud (2006)
wawancarai, dia menemukan bahwa pemimpin perusahaan-perusahaan
besar tersebut menerima permasalahan dan realita negatif dengan tangan
terbuka, tidak pernah menghindarinya.
Selanjutnya, setelah menyadari bahwa ada permasalahan dan
menerima realita negatif tersebut, pemimpin yang berintegritas mengambil
kepemilikan akankesalahannya dan tidak memberikan alasan apapun atas
kesalahannya tersebut. Mengambil tanggung jawab akan kesalahan, secara
langsung juga mengakui bahwakesalahan tersebut ada di dalam kontrol kita,
yang pada kesempatan yang akan datang, bisa kita perbaiki. Terkadang
orang akan membohongi diri sendiri, menyembunyikan kesalahan bahkan
menyalahkan situasi atau orang lain karena ingin dianggap tak bercela.
Sayangnya perilaku ini tidak akan mengubah realita yang ada, dan tidak
akan memberikan ruang untuk kita belajar dari kesalahan.
Salah satu keterampilan yang wajib dimiliki pemimpin dan juga
orang yangberintegritas adalah keterampilan untuk konfrontasi orang lain
atau bawahannya secara produktif. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya,
integritas itu selain jujur pada diri sendiri, juga jujur pada orang lain.
Konfrontasi isu-isu pada orang lain juga merupakan bagian dari jujur kepada
orang lain agar ada perkembangan dalam komunitas atau lembaga yang
dipimpin. Konfrontasi yang produktif menambah struktur kepada tim,
proyek, hubungan dan hidup, yang berujung pada keamanan dalam
berinteraksi. Sedangkan menghindari konfrontasi akan berakibat pada
kekacauan. Konfrontasi yang produktif adalah mendiskusikan mengenai
masalah dengan menjaga relasi hubungan Anda dan orang lain atau bawahan
tersebut. "Go hard on the issue, and soft on the person," bisa menjadi acuan
dalam yang baik untuk mencapai konfrontasi yang produktif.

5. Berorientasi pada Pengembangan Diri


Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, setiap sifat karakter
yang disebutkan harus terintegrasi dengan sifat yang lainnya, sehingga jika
ada permasalahan dalam satu sifat karakter, itu akan mempengaruhi sifat

[ INTEGRITAS ] 15
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

karakter yanglainnya. Jika semua sifat karakter sudah terintegrasi, ini akan
mendorong individu atau pemimpin untuk mengembangkan dirinya.
Setiap orang pada umumnya, akan menginginkan perkembangan
diri. Namun, jika keinginan tersebut ditantang oleh hasil yang buruk atau
kritikan, maka respon alamiah dari individu biasanya adalah protes. Jika
protes tersebut tidak menghasilkan hal yang baik, maka bisa jadi individu
tersebut akan putus asa, dan merasa pengembangan diri tidak mungkin
terjadi dan tidak akan mencoba kembali.
Orang yang berintegritas memahami dirinya dan menyadari
pengembangaan diri memiliki risiko. Orang yang berkarakter mengetahui,
seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, mereka jujur pada diri
sendiri dan akan bertanggungjawab pada konsekuensinya, baik atau buruk.
Dengan alasan itulah, rela menghadapi risiko yang ada untuk mencapai
pengembangan diri.
Pengembangan diri juga harus terjadi setiap saat agar dapat keep
ourself relevant atau membuat diri kita relevan dengan zamannya. Agar kita
selalu relevan dengan zaman yang berubah dengan cepat, kita harus
berkomitmen untuk selalu belajar sepanjang hidup kita. Baca setiap
kejadian, atau inovasi baru. Sekecil apa pun kejadian atau inovasi baru itu,
renungkan dan pikirkan, kemudian ambil sikap agar diri kita dapat
berkembang menambah kekuatan kita.
Di dalam bukunya, Cloud menyatakan bahwa mengajar adalah cara
yang sangat baik untuk berkembang. Karena cara terbaik untuk belajar
adalah mengajari orang lain, dan membantu orang lain berkembang
bersama-sama. Terakhir, orang yang sukses yang memiliki karakter
berintegritas selalu memandang dirinya apa adanya, dan memerhatikan
ketidakmampuannya, karena "you will not grow without attempting things
you are unable to do," atau kalian tidak akan berkembang tanpa melakukan
apa yang Anda tidak bisa lakukan sebelumnya.

6. Kerendahan Diri
Sifat karakteristik terakhir yang disampaikan Cloud dalam bukunya,
adalah kerendahan diri. Jika ada yang bertanya, "apakah Anda Tuhan, atau
bukan?", hampir semuanya pasti akan menjawab tentu saja tidak dan
berpikir pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sangat konyol. Tapi
jika diobservasi, beberapa orang ada yang berperilaku seakan mereka
percaya bahwa dunia, semua dan setiap orang ada untuk dirinya, selayaknya
tuhan. "They experience themselves as the center of the universe," atau
mereka merasa dirinya sebagai pusat dari seluruh dunia.

[ INTEGRITAS ] 16
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Setiap orang yang memiliki integritas harus menyadari bahwa ada


sesuatu yang lebih besar dan lebih penting darinya. Orang yang gagal
memahami ini adalah orang yang narsistik dan cenderung berperilaku egois,
yang melebih-lebihkan kemampuan dan kepentingan diri masing-masing.
Sebaliknya, orang yang memahami ini akan bersemangat bergabung pada
bagian atau misi yang besar dan lebih bermakna.
Para pengikut atau bawahan akan lebih memilih pemimpin yang
mementingkan kepentingan yang lebih besar daripada dirinya. Ketika
orang-orang melihat hal ini, melihat pemimpinnya yang berintegritas,
mereka akan berpartisipasi dan bergabung ke dalam tim. Anggota tim dalam
perusahaan akan termotivasi untuk bekerja keras, sekalipun ada hal negatif
terjadi pada perusahaan, selama mereka tahu pimpinanya kokoh dalam
menjaga integritasnya. Dengan begitu roda lembaga yang dipimpinnya akan
terus berputar. Pemimpin yang suksesadalah orang-orang yang kebanyakan
justru tidak mencari kesuksesan itu sendiri, melainkan mencoba melayani
misi yang lebih besar daripada dirinya. Pemimpin yang matang dan
berintegritas, tidak bertanya kepada kehidupan untuk memenuhi
tuntutannya, namun memenuhi tuntutan kehidupan.

Perapan Integritas dalam Kepemimpinan

Semua pemimpin dan bawahan/karyawan menginginkan suasana hati yang


gembira dalam menjalankan pekerjaannya. Mereka menyadari bahwa,
kegembiraan membawa antusias, optimis dan energi yang bisa mewujudkan
berbagai kesempatan atau apa saja yang diinginkan, dan mampu mengatasi
berbagai rintangan dan tantangan yang menghadang. Apakah hal tersebut dapat
diwujudkan? Insyaa Allaah, bisa.
Kondisi tersebut membutuhkan keterikatan yang kuat secara emosional (full
engagement), sehingga semua bagian dari tim merasakan adanya kedekatan secara
emosi, kerja, dan institusi yang menaunginya. Semua berusaha untuk bergerak
dengan building engagement atau creating an effective engagement.
Secara tekstual full engagement sebenarnya merupakan sebuah peta jalan
bagi semua orang dalam sebuah perusahaan, dari pimpinan puncak sampai
karyawan paling bawah, menjadi semakin physically energized, emotionally
connected, mentally focus, dan spiritually aligned satu sama lain, sehingga ada
perasaan menyatu atau close together. Situasi inilah yang sering disebut full
engagement, situasi yang membangkitkan energi dan setiap energi yang keluar
adalah power, semangat, dan antusiasme, yang pada gilirannya akan tercipta a
happy workforce di dalam perusahaan (Hadiatmojo 2012).

[ INTEGRITAS ] 17
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Dalam konteks organisasi secara keseluruhan, menciptaan full engagement


diakui banyak pihak sulit, namun tidak berarti tidak bisa. Lynda Dulye (2007)
memberikan tip-tip untuk terciptanya an effective engagement di dalam perusahaan.
1. Tetapkan ekspektasi yang realistis. Dalam setiap pembahasan goals setting,
kita sering mengenal konsep SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Relevant, Timelines) untuk sebuah target. Namun perlu diingat bahwa
ekspektasi yang terlalu ambisius atau berlebihan justru akan menimbulkan
nightmare atau mimpi buruk bagi siapa pun yang terlibat dalam proses
pencapaian target. Realistis harus terukur sesuai dengan kekuatan atau
resources yang dimiliki, sehingga semua anggota merasakan kenyamanan, yang
ibaratnya memakai baju, sangat pas dengan ukuran tubuh. Target besar tidak
apa, yang penting sesuai dengan ukuran kemampuan.
2. Komunikasi dua arah. Dalam tradisi komunikasi, budaya terkadang sulit
menghidupkan komunikasi dua arah atau two-way communications apalagi
kalau komunikasi terjadi antara atasan dan bawahan yang jarak rentang kendali
(span of control) terlalu jauh. Kebekuan komunikasi sering terjadi. Untuk
mengatasi kebekuan tersebut sering kali harus dipancing dengan brainstorming
atau ice-breaking sebagai pemanasan atau latihan mengemukakan pendapat dan
mencairkan kebekuan.
3. Mobilisir para pimpinan. Pelibatan dan dukungan para pimpinan unit kerja
sering membuat kerja ramai, dalam arti ada gairah bagi bawahan. Apabila para
atasan adem ayem, para bawahan boleh jadi tidak memberikan respons yang
sepadan untuk suatu agenda kerja, bisa-bisa ikutan adem-ayem.
4. Sediakan perangkat instrumen kerja. Kita sering lebih fokus pada contents
daripada prosedur dan daripada menciptakan perangkat instrumen untuk
memudahkan kerja, melakukan induksi, apalagi merancang aksi komunikasi.
Padahal semua itu akan membuat bagaimana contents dapat diinternalisasi,
dipahami, dan diwujudkan. Taruhlah contents itu adalah terciptanya happiness
at work.
5. Cek dan recek. Perlu ada pengukuran hasil atau kinerja secara reguler dan
pengenalan setiap kemajuan (progres). Hal ini diperlukan untuk segera

[ INTEGRITAS ] 18
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

menyikapi setiap timbulnya irregularities, baik yang menyangkut sikap orang-


orang yang terlibat maupun proses yang terjadi. Hidupkan situasi pembelajaran
dalam setiap proses dengan memberikan feedback atau umpan balik secara
positif. Cara sederhana untuk melakukan itu adalah PDCA (Plan-Do-Check-
Action) secara siklus di mana Action akan menjadi bahan ramuan untuk Plan
dalam langkah berikutnya. Di sini fungsi seorang pemimpin sangat penting,
yakni di Fungsi C (Check). Apabila Fungsi C tidak hidup, maka akan merusak
suasana kebatinan bawahan atau anggota tim kerja.

Apabila semua tip-tip tersebut berjalan dengan teratur, maka setiap anggota
tim kerja atau para karyawan akan mendapatkan dan merasakan adanya pelibatan
penuh dan akan tercipta learning processes dengan baik. Dari sinilah awal mula
tumbuh dan berkembangnya full engagement.

David Zinger dalam Ragan's Newsstand (2008) memberikan 6 enam kunci


untuk membuat dinamika dalam sebuah tim kerja, sehingga melahirkan
engagement di lingkungan kerja, yakni:
1. Fokus pada kontribusi. Sebagai pemimpin/karyawan, maka tetapkanlah apa
dan bagaimana bentuk kontribusi yang dapat kita berikan kepada perusahaan.
Janganlah terlalu berharap di awal tentang apa yang kita dapatkan, tetapi
curahkan pada kontribusi. Apa yang kita dapatkan kelak sungguh akan
ditentukan oleh kontribusi yang kita berikan. Focus on contribution and
banish entitlement! Buang jauh-jauh pikiran untuk mendapatkan entitlement.
Entitlement soal gampang dan pasti akan kita dapatkan kalau kita mampu
memberikan kontribusi terbaik kepada perusahaan. Kita bukan keledai yang
hanya bergerak kalau di depan diiming-imingi rumput.
2. Bertanggungjawablah. Be responsible while holding others accountable
terhadap tugas yang terkait dengan tugas rekan kerja. Jangan berharap kita
akan mendapatkan sesuatu kalau kita tidak memberikan sesuatu. Sebagai
bagian dari sebuah tim kerja, kita selayaknya selalu berfikir kolaboratif dan
kooperatif, sehingga apa yang kita lakukan akan mendapat dukungan yang
sepadan dari orang-orang lain di sekitar kita.

[ INTEGRITAS ] 19
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

3. Jaga energi. Energi adalah sebuah bahan bakar yang fundamental untuk
tumbuhnya engagement pada diri kita. Tingkatkan terus kesadaran mental,
emosional, fisik, dan spiritual dalam setiap langkah ke depan. Apabila dirasa
lemah, lakukan energy recovery, misalnya ambil cuti.
4. Tetap kuat. Kita harus senantiasa be strong. Untuk itu kita harus mengenali
kekuatan kita dan apa-apa yang membuat kita kuat. Kita sering kali tidak tahu
kekuatan kita, apalagi tahu tentang apa-apa yang membuat kita kuat. Ibarat
seorang pelari, kita tahu bahwa kita pelari cepat, tetapi kita seirng tidak tahu
mengapa kita bisa berlari dengan cepat. Demikian pula dalam dunia kerja,
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tugas atau pekerjaan adalah milik anda. Berpikirlah selalu berpegang
prinsip make your work a signature of who you are. Oleh karena itu, cintailah
pekerjaan kita dan rasakanlah bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidup kita,
dan kita adalah a piece of the company. Pekerjaan kita berantakan, maka
berantakanlah hidup kita. Perusahaan jatuh, maka jatuh pulalah kita. Ingat ada
pepatah yang bagus: nobody washes a rented car Anda sendirilah, sebagai
pemilik kendaraan yang harus mencuci mobil, jangan terlalu berharap
penyewa mobil atau orang lain yang membersihkan mobil yang kita sewakan.
6. Jangan berpikir if only. Hanya jika saya diberi bonus besar,maka baru saya
akan mengerjakannya. Tidak, itu keliru. Bekerjalah dengan sebaik-baiknya,
bonus akan datang dengan sendirinya. Oleh karena itu, pastikan bahwa kita
mesti bekerja dengan segala kekuatan dan kemampuan yang kita miliki.

[ INTEGRITAS ] 20
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

V. LATIHAN

Sebelum menunjuk dan mengangkat para menteri dalam Kabinet Indonesia


Bersatu, Presiden SBY selalu memerlukan para calon menteri menandatangani
Pakta Integritas. Kamus webster disebutkan bahwa integrity tidak lain adalah “the
firm adherence to a code of moral values”. Nah, bagaimana kalau seseorang bekerja
dengan mengabaikan moral, mengabaikan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan
kerja masing-masing. Pasti kacau. Seseorang dikatakan memiliki integritas
manakala apa yang dilakukan (action) sama dengan apa yang diucapkan. Walk the
talk, do what you say, say what you do, begitu antara lain ungkapan yang sering kita
temukan sebagai penggambaran integritas. Semakin tinggi integritas seseorang,
akan semakin memerlukan tindakan yang besar, memerlukan dedikasi yang luar
biasa. Tanpa tingkat integritas yang tinggi, hampir mustahil muncul kepercayaan
(trust) dan hampir mustahil pula seseorang akan mendapatkan atau
mempertahankan kredibilitas (credibility).
Selain merupakan “principles and moral values”, maka integritas sangat
memerlukan kesediaan seseorang untuk “to be fully responsible and accountable”.
Responsibility itu sendiri mengandung makna adanya "an individual act of
committment" sesuai dengan values, beliefs, dan behaviors. Sementara untuk
accountablility berarti menerima "the consequernces of those behaviors, and if
necessary, make it right” (E.M. Marshall). Dengan begitu kita akan dipercaya oleh
orang lain atau oleh pimpinan apabila kita bertanggung jawab penuh atas tindakan
kita sesuai dengan norma, etik, dan aturan yang berlaku serta menyediakan diri
untuk menanggung konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan

Jawablah pertanyaan berikut dengan baik!

1. Jelaskan menurut Anda apa yang dimaksud oleh integritas!

[ INTEGRITAS ] 21
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

2. Jelaskan mengapa integritas itu penting dimiliki oleh pemimpin?

3. Jelaskan berbagai cara yang dapat lakukan untuk mendapatkan


kepercayaananggota tim atau bawahan Anda!

4. Sebutkan delapan rasa takut yang dapat menghambat Anda berkata


jujur, danjelaskan bagaimana Anda akan mengatasinya!

[ INTEGRITAS ] 22
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

5. Sebutkan enam sifat karakteristik yang dapat membangun integritas, dan


jelaskan secara singkat masing-masing karakteristik tersebut!

[ INTEGRITAS ] 23
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

VI. EVALUASI / PENILAIAN

Skor Penilaian
Nomor Soal Total
50 60 70 80 90 100
1
2
3
4
5
Jumlah Nilai

[ INTEGRITAS ] 24

Anda mungkin juga menyukai