Anda di halaman 1dari 23

MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

PENGUASAAN PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN


(Personal Mastery and Leadership)

2. MOTIVASI DIRI

MODUL PELATIHAN
PENINGKATAN
KAPABILITAS MANAJERIAL
KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

DIREKTORAT KEMITRAAN DAN PENYELARASAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
[ MOTIVASI DIRI ] i
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TAHUN 2021
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

DAFTAR ISI

Halaman

I. Deskripsi Materi 3

II. Capaian Pembelajaran 4

III. Metode Pembelajaran 5

IV. Isi Materi 6

V. Latihan 20

VI. Evaluasi/Penilaian 22

@ FEM IPB 2021 Tim Pelatihan dan Peningkatan Kapabilitas Manajerial Kepala SMK Berbasis Industri

Kerjasama antara:
DIREKTORAT KEMITRAAN DAN PENYELARASAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
dan
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

[ MOTIVASI DIRI ] 2
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

I. DESKRIPSI MATERI

Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan membangun visi, tujuan
dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus tentang diri dan lingkungannya
serta mengaktualisasikan kepemimpinan wirausaha yang dibutuhkan SMK dalam
menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Mata diklat mengenai motivasi diri
(self motivation) memberikan gambaran tentang pentingnya motivasi diri bagi
seorang pemimpin, bagaimana hubungan kepemimpinan dengan motivasi dan
implementasi motivasi diri bagi pemimpin dalam organisasi.

[ MOTIVASI DIRI ] 3
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

II. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu membangun visi,


tujuan, dan nilai-nilai melalui proses belajar terus menerus tentang diri dan
lingkungannya serta mengaktualisasikan kepemimpinan wirausaha yang dibutuhkan
sekolahnya dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Lebih spesifik
peserta diharapkan dapat memahami pentingnya motivasi diri bagi seorang pemimpin,
hubungan kepemimpinan dengan motivasi, dan mampu mengimplementasikan
motivasi diri dalam organisasi yang dipimpin.

[ MOTIVASI DIRI ] 4
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

III. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini adalah:


1. Metode ceramah: Dosen menjelaskan materi diklat yang dilengkapi dengan contoh
yang relevan
2. Metode Pembelajaran Aktif (Active Learning):
a) Dosen meminta peserta untuk memberikan contoh lain yang sesuai materi diklat
b) Storytelling dan diskusi
c) Brainstorming

[ MOTIVASI DIRI ] 5
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

IV. ISI MATERI

A. Motivasi Diri Bagi Pemimpin


Semua pemimpin bahkan orang biasa sekalipun, pernah mengalami memiliki
suatu semangat yang luar biasa dalam mengerjakan suatu kegiatan, tapi pada saat
tertentu mengalami juga dimana semangat menjadi sangat lemah.bahkan nyaris
menolak mengerjakan apapun. Hal ini tentu berbeda, dengan sekelompok orang yang
terbiasa dengan bermalas-malasan atau menunda-nunda waktu. Semangat untuk
berkarya dan berprestasi kadang muncul begitu saja dari dalam diri, tapi tak jarang
karena kegiatan yang menantang atau ada faktor luar lainnya. Dorongan yang
mampu membuat seseorang semangat, antusias dan berenergi untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku biasa disebut motivasi.
Motivasi adalah dorongan dalam diri yang berhubungan dengan perilaku
(energizing), arah (directing), konsistensi usaha (sustaining) yang dilakukan
seseorang dalam bekerja. Motivasi ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang dan
tujuan, sesuai dengan keilmuan yang dikembangkan oleh para ahli. Pada dasarnya,
motivasi berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari individu sendiri dan yang dating
dari luar individu. Kemunculan motivasi dari dalam diri individu bisa dikarenakan
kesadaran alamiah atau hasil pembelajaran sepanjang perjalanan hidupnya.
Sedangkan yang dari luar diri, berasal dari orang-orang dan lingkungan yang
berinteraksi dengan individu.
David McCelland dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996)
mengungkapkan bahwa semua orang dewasa bertingkah laku secara beragam
tergantung pada kekuatan dari berbagai motif pada dirinya dan karakteristik situasi
serta kesempatan. Karakteristik situasi akan menentukan motif apa dan tingkah laku
seperti apa yang akan muncul. Pada dasarnya setiap orang memiliki tiga macam
motif sosial, yaitu motif prestasi, motif berkelompok/bersahabat dan motif
kekuasaan dengan tingkat yang berbeda.
Menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996) McClelland menguatkan pada
tiga kebutuhan diantaranya adalah 1) kebutuhan prestasi yang tercermin dari
keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi.
Seseorang dianggap memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi, apabila ia memiliki
keinginan untuk berprestasi lebih baik. Seseorang dapat menentukan suatu tujuan
dengan memperhitungkan risiko dan berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan
inovatif. 2) kebutuhan afiliasi yang ditujukan dengan adanya persahabatan. Motivasi
afiliasi ditunjukkan apabila seseorang ingin berada bersama orang lain dan ingin
menikmati persahabatan. 3) kebutuhan kekuasaan yang tercermin pada seseorang
yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain dengan mengatur perilakunya dan
membuat orang lain terksan kepadanya serta selalu menjaga reputasi dan
kedudukannya. Ketiga kebutuhan/motif sosial memiliki pola perbuatan, yakni:

[ MOTIVASI DIRI ] 6
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Tabel 1. Pola Perbuatan Tiga Kebutuhan Sosial


Motif Berprestasi Motif Afiliasi Motif Berkuasa
 Mengambil tanggung  Sering bergaul dengan  Aktif dalam menjalankan
jawab secara pribadi atas orang lain, sering kebijakan suatu organisasi
perbuatan, Menentukan berbicara dimana ia menjadi
sendiri standar prestasi  Lebih mementingkan anggota
dan berpatokan pada aspek-aspek interpersonal  Peka terhadap struktur
standar tersebut dari pekerjaannya dari pengaruh interpersonal dai
 Mengambil risiko yang aspek-aspek yang suatu kelompok atau
wajar artinya tidak akan menyangkut tugas dalam organisasi
melakukan hal yang pekerjaannya  Mempunyai koleksi
dianggap terlalu mudah  Berusaha mendapatkan benda-benda atau
dan terlalu sulit persetujuan orang lain memasuki organisasi-
 Mencoba mendapatkan  Melaksanakan tugas-tugas organisasi yang
umpan balik terhadap secara lebih efektif bila mempunyai prestise
perbuatannya bekerja sengan orang lain  Mencoba membantu
 Berusaha melakukan dalam suasana kerjasama orang lain sedangkan
sesuatu dengan cara baru bantuan tersebut tidak
yang kreatif diminta atau diinginkan
orang tersebut

Selain itu kita juga mengenal teori motivasi yang dikemukakan Abraham
Maslow. Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi
kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri) (Hamner dan Organ 2005).
Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang.
Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini adalah kebutuhan yang telah dipenuhi
memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang
cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak
mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya,
kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian
kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan,
kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar
yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum,
perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman.

[ MOTIVASI DIRI ] 7
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa
aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja,
jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat
mereka tidak lagi bekerja.

Gambar 1 Teori Hierarkhi Motivasi Abraham Maslow


Sumber: www. google.com

3. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi
yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik,
rekreasibersama dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas
prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta
efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.
Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang
sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan,
keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Kebutuhan aktualisasi diri
cenderung memiliki potensi yang meningkat, karena orang mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri
senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

[ MOTIVASI DIRI ] 8
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Sementara teori motivasi Herzberg yang dikenal dengan teori dua faktor
mengungkapkan bagaimana seorang pemimpin mampu mengendalikan faktor-
faktor yang menghasilkan kepuasan dan ketidakpuasan kerja (Herzberg
2006).Ternyata faktor yang memengaruhi seseorang dalam organisasi adalah
motivasi. Motivasi sebagai faktor sumber kepuasan kerja adalah prestasi,
promosi,penghargaan dan tanggung jawab. Sementara faktor lingkungan kerja
sebagaisumber ketidakpuasan kerja yang bersumber dari kondisi kerja, hubungan
dengan rekan kerja, teknik pengawasan dan gaji. Faktor ini tidak akan
menimbulkanmotivasi, tetapi justru menjadikan faktor motivasi tidak berfungsi
atau menghasilkan hal yang negatif.

Gambar 2. Tipe Motivasi Berdasarkan Self-Determination Theory (SDT)


Sumber: Deci dan Ryan (2000)

Deci dan Ryan (2000) menyebutkan dalam teori motivasi Self-


Determination Theory (SDT) bahwa teori ini berkaitan dengan aturan perilaku dan
faktor-faktor memengaruhi aturan tersebut. Seseorang mungkin sering mengalami
lack of motivation dalam melakukan kegiatan karena ada hambatan yang dialami
dalam melakukannya. Menurut teori SDT terdapat beberapa jenis tipe motivasi yang
digambarkan dalam sebuah kontinum. Berdasarkan Gambar 2 tipe motivasi terdiri
atas amotivation, extrinsic motivation, dan intrinsic motivation. Amotivation
menunjukkan tidak adanya motivasi dalam melakukan suatu aktivitas. Ketika
seseorang tidak punya motivasi berarti tidak ada niat dalam melakukan apa yang
sedang mereka lakukan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena merasa kurang mampu,
beranggapan bahwa tidak akan
menghasilkan sesuatu sesuai harapan, atau beranggapan kurang perlu/kurang
penting melakukan hal tersebut.
Extrinsic motivation mengacu pada partisipasi dalam suatu aktivitas untuk
memenuhi tuntutan external. Terdapat empat regulasi dalam extrinsic motivation
yakni:

[ MOTIVASI DIRI ] 9
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

1. External regulation terjadi ketika seseorang dipengaruhi oleh sebuah


penghargaan atau mendapat ancaman dari luar. Bentuk regulasi ini mengurangi
motivasi intrinsik. Contohnya: seseorang melakukan aktivitas karena untuk
mendapatkan pujian dari orang.
2. Introjected Regulation merupakan keterlibatan perasaan emosional seseorang
terhadap pekerjaannya, seperti adanya perasaan bangga apabila mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik atau perasaan malu dan bersalah apabila
gagal melakukan tugasnya. Introjected regulation semacam peraturan internal
yang masih cukup mengendalikan karena orang melakukan tindakan tersebut
dengan perasaan tertekan, untuk menghindari rasa bersalah atau kecemasan atau
untuk mencapai ego mereka. Introjection adalah keterlibatan ego di mana
seseorang melakukan suatu tindakan dalam rangka untuk meningkatkan atau
mempertahankan self-esteem dan perasaan bahwa mereka berharga
3. Identified regulation menggambarkan situasi dimana seseorang menerima suatu
nilai dari sebuah perilaku dan terjadi ketika dimotivasi oleh personal goals.
Meskipun perilaku ini berasal dari diri sendiri, identified regulation masih
dipertimbangkan masuk dalam motivasi ektrinsik karena keputusan melakukan
sesuatu dikendalikan oleh produk atau hasil dari luar (contohnya, memperbaiki
penampilan) sebagai kebalikan dari rasa kesenangan atau rasa berprestasi.
4. Integrated regulation tidak hanya karena nilai-nilai dari perilaku tersebut yang
penting tetapi juga nilai-nilai tersebut digabungkan sehingga perilaku tersebut
berintegrasi dan berkorelasi dengan nilai-nilai pribadi lainnya. Meskipun
terintegrasi penuh, perilaku ini masih dalam kategori motivasi eksternal karena
tujuan berperilaku masih untuk mencapai tujuan yang penting secara individu
sebagai sebuah keluaran yang bernilai. Contohnya, seorang atlet
mempertimbangkan kemampuan berolahraganya sebagai bagian dari identitas.
Mereka mungkin termotivasi latihan untuk mempertahankan performanya dan
menunjukkan statusnya sebagai seorang atlet.
Intrinsic motivation adalah sebuah motivasi untuk melakukan sesuatu untuk
kepentingan sendiri, kepuasan, kesenangan serta sebuah tantangan pribadi tanpa
adanya penghargaan dari luar (contohnya, saya melakukan suatu aktivitas karena hal
ini menyenangkan). Saat memotivasi diri sendiri, faktor yang memotivasi adalah
recognition dan responsibility. Motivator yang paling besar pada diri adalah
keyakinan bahwa diri bertanggung jawab pada tindakan dan perilaku sendiri. Ketika
seseorang menerima tanggung jawab, semua menjadi lebih baik (kualitas,
produktivitas, relationship, dan kerjasama). Sementara untuk memotivasi orang lain,
dapat dilakukan dengan memberi penghargaan (reward), menghargai, menciptakan
pekerjaan lebih menarik, menjadi pendengar yang baik, dan memberi tantangan.
Secara umum motivasi diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang saling memberikan
warna terhadap aktivitas manusia, yaitu:
1. Motivasi Positif

[ MOTIVASI DIRI ] 10
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Motivasi positif didasarkan atas keinginan manusia untuk mencari keuntungan


tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi positif adalah proses
membangkitkan motif yang diarahkan pada usaha untuk memengaruhi orang lain
agar dapat bekerja secara baik dan antusias dengan memberikan keuntungan
(reward) tertentu kepadanya.
2. Motivasi Negatif
Motivasi negatif seringkali diartikan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa
takut yang berlebihan sehingga akan membuat ruang gerak terbatas dan tidak
dapat mencapai tujuan organisasi.
3. Motivasi dari Dalam
Motivasi dari dalam muncul pada diri seseorang ketika melakukan pekerjaan dan
bersumber dari dalam dirinya sendiri. Artinya kebahagiaan seseorang muncul saat
dia bekerja dan menyenangi pekerjaan itu. Motivasi muncul dari dalam diri
individu, karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk berbuat dan
sadar bahwa hal itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan.
4. Motivasi dari Luar
Motivasi dari luar merupakan motivasi yang muncul akibat adanya pengaruh yang
ada di luar pekerjaan dan di luar diri seseorang tersebut. Motivasi dari luar
seringkali dikaitkan dengan imbalan (reward). Dalam hal ini dapat diartikan
bahwa seseorang bekerja karena ada dorongan dari luar yaitu keinginan yang
harus dicapai yang bersumber dari faktor-faktor di luar diri seseorang.
Kepemimpinan dan motivasi adalah dua hal yang berbeda, namun memiliki
kaitan khususnya dalam konteks dunia kerja dan interaksi antar manusia. Keith Davis
(1989) mengungkapkan bahwa organisasi tanpa kepemimpinan merupakan kelompok
manusia yang tidak teratur dan tanpa tujuan. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi
yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan
tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, berarti kepemimpinan
dengan motivasi memiliki ikatan yang kuat.
Motivasi diri bagi pemimpin organisasi sangat penting. Seorang pemimpin
bertanggung jawab terhadap semangat timnya agar tetap termotivasi untuk
menyelesaikan berbagai hal. Ada sebuah quote menarik “untuk menjadi pemimpin
yang efisien, Anda harus bisa memotivasi diri” artinya seorang pemimpin harus
mengenali dirinya, tahu apa yang dibutuhkannya, dan memiliki dorongan kuat untuk
mencapai tujuan. Ketika pemimpin mampu memotivasi diri sendiri, barulah ia dapat
memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama atau organisasi.
Semua pemimpin memiliki motivasi diri dengan tingkat tertentu. Dengan
memperbaiki motivasi dapat meningkatkan tingkat motivasi tersebut. Ada beberapa
cara yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat
motivasi diri bagi seorang pemimpin yaitu diantaranya:

[ MOTIVASI DIRI ] 11
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

1. Sehat; menjaga kebutuhan fisik dan memberikan energi baik sangat diperlukan
untuk dapat tetap termotivasi. Oleh karena itu seorang pemimpin harus istirahat
cukup dan makan makanan sehat.
2. Jaringan; berada di sekitar orang lain yang termotivasi (passionate) akan
membantu menjaga tingkat motivasi agar tetap tinggi. Cara yang dapat dilakukan
adalah dengan mengikuti konferensi, seminar, atau kelompok diskusi lainnya.
3. Fokus; tetap fokus pada tujuan dan selalu ingat alasan ingin mencapainya.
4. Kembali ke awal; kebanyakan pemimpin yang memiliki motivasi diri mempunyai
rutinitas atau rangkaian kebiasaan tertentu yang mereka lakukan setiap hari, seperti
membaca materi yang menginspirasi untuk jangka waktu tertentu. Temukan
kebiasaan mana yang paling sesuai dan lakukan setiap hari.
5. Bersenang-senang; temukan cara menyenangkan diri untuk menjaga tingkat
motivasi diri misalnya dengan bersantai sejenak.
Randy Franzier dalam artikelnya menuliskan bahwa motivasi diri penting bagi
seorang pemimpin karena hal-hal berikut diantaranya:
1. Produktivitas. Kurangnya motivasi memengaruhi produktivitas diri dan tim.
Ketika orang lain melihat Anda semangat dalam menyelesaikan tugas, maka
mereka akan termotivasi untuk bekerja lebih keras.
2. Kepercayaan. Seringkali saat memeriksa pekerjaan yang sudah selesai dari daftar
tugas menghasilkan kepercayaan diri. Seperti yang diungkapkan Aristoteles bahwa
“kegembiraan terletak pada hasil akhir” meskipun dalam prosesnya terdapat
rintangan.
3. Mengurangi stres. Ketika kurang motivasi seringkali menimbulkan pikiran negatif
yang membebani dan menciptakan stres. Jika ini terjadi maka cara tercepat yang
perlu dilakukan untuk menggantikan sikap negatif tersebut adalah kekuatan positif.
4. Hidup tanpa penyesalan. Evaluasi diri perlu dilakukan di penghujung hari.
Tanyakan pada diri apakah ada sesuatu yang dikatakan, lakukan, atau hindari yang
tidak diharapkan untuk dilakukan? Mulailah hari berikutnya dengan motivasi
untuk berbuat lebih baik
5. Kemajuan dalam karir. Motivasi diri seorang pemimpin biasanya diukur dari hasil
motivasi itu sendiri. Misalnya untuk mencapai tujuan, maka harus bergerak ke
depan, menaiki anak tangga kesuksesan dan mendorong rasa lelah yang akhirnya
akan bermanfaat saat sampai di tujuan.

B. Penerapan Motivasi Diri bagi Pemimpin Organisasi

Manusia dalam bekerja memiliki tuntutan atau kebutuhan yang menjadi


motif untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu aktivitas di dalam perusahaan.
Motif-motif itulah yang mendasari motivasi. Salah satu model motivasi yangterkenal
adalah HAM-Hygiene and Motivator atau yang lebih dikenal dengan Two- Factor

[ MOTIVASI DIRI ] 12
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Theory yang digagas oleh Frederick Herzberg (Hadiatmojo 2012).


Hygiene berkaitan dengan lingkungan kerja dan karena itu bawahan akan
terdorong untuk bekerja secara optimum selalu dikaitkan dengan kebijakan
perusahaan, kondisi kerja, hubungan kerja dengan atasan, bawahan, dan sesama
rekan kerja, uang (gaji, insentif, bonus), status, kehidupan pribadi, keamanan kerja,
dan kenikmatan atau fasilitas lainnya (fringe benefits). Sementara itu, motivator
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, yakni adanya kesempatan untuk
berprestasi, pemberian kesempatan untuk berkembang, pengakuan/penghargaan atas
kinerja yang luar biasa, kesempatan untuk menentukan cara kerja dan
mengendalikan pekerjaan sendiri, dan adanya kesempatan bernisiatif.
Dalam hygiene, apabila lingkungan kerja jelek, tidak sebagaimana yang
diharapkan bawahan, maka bawahan akan kecewa. Sebaliknya, jika sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan, maka tidak akan ada keluhan dari bawahan. Hygiene
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan bawahan tidak berkaitan dengan
kepuasan. Kepuasan hanya ada di wilayah motivator, artinya apabila hal- hal yang
ada pada pekerjaan memberikan arti dan makna yang besar bagi kariernya,maka ada
kepuasan. Namun apabila sebaliknya, maka bawahan tidak memiliki kepuasan kerja.
Sebagai contoh yaitu perusahaan yang dengan royal memberikan uang (gaji,
insentif, bonus, dan sejenisnya) yang besar, janganlah buru-buru berharap bahwa
bawahan akan memiliki daya dorong yang kuat untuk memberikan kontribusi yang
optimum dan merasakan adanya kepuasan kerja. Kenaikan gaji secara rutin akan
menimbulkan kontra produktif apalagi ketika bawahan merasa bahwa kenaikan gaji
adalah hak. Apa yang terjadi apabila rutinitas kenaikan gaji itu tiba-tiba terhenti atau
tidak dapat dilakukan oleh perusahaan karena satu dan lain hal? Gaji memanghak
bawahan, akan tetapi kenaikan gaji harus berhubungan dengan kinerja.
Dengan demikian motivational factors merupakan faktor-faktor yang sifatnya
"increase motivation wben satisfied”, sementara hygiene atau yang sering
diistilahkan pula dengan maintenance factors adalah faktor-faktor yang
menyebabkan "discontent when not satisfied". Keduanya tetap berkaitan dan tidak
bisa dipisahkan dalam kenyataan dan situasi kerja yang mengharuskan setiap
bawahan bekerja dengan full speed karena motivator tidak akan berhasil tanpa
hygiene yang baik.
Seorang pemimpin dan bawahan harus memiliki jiwa kepemimpinan dan
motivasi. Pemimpin yang efektif harus mengetahui faktor-faktor yang memotivasi
orang lain. Pemimpin harus dapat memahami kebutuhan dasar bawahan, rekan kerja,
dan atasannya. Seorang pemimpin menggunakan kepemimpinannya sebagai sarana
untuk memotivasi orang lain. Di bawah ini merupakan pedoman penting tentang
motivasi:
a. Menyelaraskan dan menyesuaikan kebutuhan bawahan dengan kebutuhan
organisasi. Sebagai seorang pemimpin, harus memastikan bahwa bisnis tersebut
memiliki moral dan etika yang sama dengan yang dicari pada bawahannya.

[ MOTIVASI DIRI ] 13
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Pemimpin harus memastikan bahwa bawahannya didorong dan dilatih dengan


cara sesuai untuk memenuhi kebutuhan bisnis.
b. Apresiasi dan penghargaan adalah motivator utama yang memengaruhi seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menghargai perilaku yang baik/luar
biasa dengan sedikit penghargaan atau sertifikat dapat menjadi motivator yang
hebat.
c. Menjadi panutan juga merupakan motivator utama yang memengaruhi orang
dalam mencapai tujuannya. Seorang pemimpin harus memberikan contoh yang
baik untuk memastikan bawahannya tumbuh dan mencapai tujuan organisasi
secara efektif.
d. Mendorong individu untuk terlibat dalam perencanaan dan penyelesaian masalah
penting. Tidak hanya memotivasi mereka, tetapi juga mengajarkan faktor kunci
dalam pengambilan keputusan. Selain itu, ini akan membantu setiaporang untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peran mereka dalam
organisasi.
e. Mengembangkan moral dan semangat tim tentunya memiliki dampak kunci pada
kesejahteraan organisasi. Keadaan emosional seseorang membentuk tatanan
moralnya. Tindakan dan keputusan seorang pemimpin memengaruhi moral
bawahannya. Oleh karena itu, ia harus selalu waspada terhadap keputusan dan
aktivitasnya. Semangat tim adalah jiwa organisasi. Pemimpin harus selalu
memastikan bawahannya menikmati menjalankan tugasnya sebagai tim dan
menjadikan diri mereka bagian dari rencana organisasi. Para pemimpin seringkali
dihadapkan pada masalah karyawan yang mengalami deflated morale, tentu saja
ini ujian bagi para pemimpin. Apakah akan mendiamkannya dengan alibi sudah
terjadi sejak lama, atau berusaha untuk mendapatkan solusi untuk mengatasi
masalah, antara lain apa yang telah dikemukakan oleh Hadiatmojo (2012):
i. Release and realize. Sebagai pimpinan harus menyadari realitas (realize)
bahwa "no management team alone can solve the problems". Oleh karena itu,
perlu ada keterbukaan dan kerja sama. Hal ini berarti sebagai seorang
pimpinan harus sejauh mungkin "release control”. Pengawasan yang
berlebihan hanya akan mematikan kreativitas dan menyebabkan adanya
ketidakpercayaan.
ii. Demonstate support. Pemberian dukungan adalah hal sangat "essensial for
success”. Pimpinan tidak cukup let them do pada saat memberikan tugas.
Dukungan sarana dan komitmen penuh dari pimpinan sangat perlu, kalau
tidak siap-siaplah menghadapi kenyataan, bahwa partisipation and focus will
wane alias diterpa angin kelesuan karyawan.
iii. Clear direction. Meski standard operating proceduress sudah ada, dalam
situasi tertentu seorang pimpinan perlu melakukan secara jelas direct for
action agar setiap anggota tim mendengan benar arah yang dituju. A sense of
emergency perlu dijelaskan dari awal kalau memang situasinya sangat
berisiko.

[ MOTIVASI DIRI ] 14
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

iv. Meeting tools. Sering orang lupa bahwa mekanisme meeting akan
mempercepat proses dan progres. Namun agenda harus ada a ground rules
untuk setiap meeting agar tidak bicara ke sana ke mari, tetapi fokus. Meeting
harus mereview apa-apa yang diputuskan dalam meeting sebelumnya dan
setelah meeting harus ada action items yang harus dilakukan berikutnya.
v. Check progress. Kelemahan kita adalah dalam mendokumentasikan segala
kejadian, sehingga sering lupa atau lemah dalam melakukan penelusuran
sejauh mana progres telah berlangsung. Oleh karena itu, dalam check
progress perlu kepemilikan data perkembangan setiap aktivitas. PDCA
(Plan, Do, Check, Action) adalah alat yang layak dilakukan.
vi. Share progress. Di perusahaan Roll Royce terdapat tradisi a 15-minute
weekly buddles (berkerumun mojok sebentar) di setiap unit kerja guna
memberikan informasi perkembangan bagi para karyawan yang tidak terlibat
dalam tim kerja. Tujuannya adalah updating information tentang kinerja
perusahaan dan untuk memperkuat employees engagement. Dengan share
progress ini, maka para karyawan akan semakin tinggi komitmen kerjanya
dan bersemangat.
Di luar semua itu, apabila terdapat karyawan yang memang tidak senapas dengan
irama kerja sebagai anggota tim, maka darah segar perlu dimasukkan, daripada
terus menahan darah lama yang lama-lama akan beku, dan tidak lagi mampu
membuat sesuatu yang beda atau kinerja yang selalu meningkat. Kalau salah satu
anggota sudah tidak berbuat apa-apa lagi, jangan ragu lakukan tindakan tegas,
kalau perlu “Dorong orang itu ke luar halaman” kata Jim Collin.
f. Seorang pemimpin harus mengambil posisi sebagai bawahan dan melihat sesuatu
dari sudut pandang bawahan. Pemimpin harus berempati dengan mereka saat
masa-masa sulit sekalipun. Berempati dengan masalah pribadi membuat mereka
lebih kuat secara mental dan emosional.Pekerjaan yang bermakna dan menantang
yang diselesaikan menanamkan rasa pencapaian diantara bawahan. Pemimpin
harus membuat bawahan mereka merasa bahwa mereka melakukan pekerjaan
penting yang diperlukan untuk kesejahteraan dan kesuksesan organisasi. Aspek
motivasi ini mendorong mereka untuk mencapai tujuan.
Orang cenderung termotivasi melihat dan bergaul dengan orang-orang yang
penuh gairah (passionate), meski orang-orang tersebut mungkin bukan orang-orang
qualifed atau the most knowledgeable dalam sesuatu bidang atau pekerjaan. Hal itu
karena soal enthusiastic attitudes, yakni membuat orang berpikir dan memimpikan
sesuatu yang ingin dicapai atau berani mengambil risiko dalam pekerjaannya.
Dengan antusiasme, orang-orang akan selalu membuat segala sesuatu menjadi lebih
baik, sehingga akan mendorong orang lebih baik dan membuat pekerjaan lebih
menyenangkan. Antusiasme, menurut Santosa (2010) sebagai semangat yang
membara. Orang-orang yang antusias adalah orang-orang yang penuh optimisme,
karena disana ada keyakinan untuk sesuatu hal yang bisa dan pasti bisa diselesaikan

[ MOTIVASI DIRI ] 15
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

atau didapatkan. Mereka terus bergerak, tak kenal lelah, tak ada formula menyerah
bagi mereka, sehingga tidak ada satu pun kemajuan menakjubkan untuk diraih tanpa
antusiasme. Karena itu teruslah bangun dan kobarkan bara antusiasme kalau kita
ingin mendapatkan sesuatu yang menakjubkan dalam hidup, karier, atau dalam
keinginan mewujudkan mimpi- mimpi. Optimisme. Orang yang optimis adalah
orang yang memiliki pikiran dan keyakinan optimis sejak dari awal. Bagi mereka
everything is impossible until it's possible. Seorang pelayar sejati akan selalu
berpendirian bahwa dia tidak dapat mengubah arah angin, akan tetapi dia bisa
menyesuaikan layar kapal untuk menuju tujuan akhir. Seseorang yang hidup penuh
optimisme selalu saja menemukan jalan dan apabila ada hambatan selalu bisa
menyesuaikan situasi. Energi. Orang yang antusias selalu optimis, dan optimisme
selalu menimbulkan energi, dan energy is vibratorial power, yakni kekuatan yang
terus bergetar dan selalu bergetar sepanjang jalan menuju akhir perjalanan, akhir dari
cita-cita yang kita impikan. Energi adalah mata uang yang fundamental yang dapat
kita belanjakan untuk mendapatkan high performance. Energi adalah kekuatan
tersembunyi, tidak kelihatan, tetapi dapat dirasakan. Apa yang kita rasakan ketika
energi timbul adalah gairah, muka cerah, dan sumringah.
Secara umum untuk memotivasi bawahan terlebih dahulu perlu melihat
kebutuhan (need) bawahan. Kita bisa bicara motivasi dengan menggunakan model
Maslow (Hierarchy of Needs), David McClelland (nAch), Herzberg (Hygiene and
Motivators), Alderfer (ERG), dan sebagainya. Namun mungkin itu rumit. Lebih baik
bicara secara umum saja, meski ada titik singgung dengan semua model tersebut.
Orang-orang atau para bawahan sebenarnya termotivasi dengan sendirinya apabila
kita dapat menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang membuat mereka senang
dan nyaman sehingga tanpa disadari akan bekerja dengan produkif. Secara umum
bawahan akan termotivasi karena beberapa faktor, diantaranya:
1. Pekerjaan yang menarik dan menantang. Tidak ada bawahan yang tidak
terergugah minat dan semangat kerjanya apabila diberikan pekeriaan yang
menarik dan selalu membuatnya aktif, sehingga ada perasaan tumbuh dan
berkembang. Bawahan tidak akan membelanjakan tenaga dan pikirannya untuk
mendapatkan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang dipikirkan biasa akan
direspon secara biasa-biasa pula.
2. Suasana yang memberikan trust (kepercayaan). Salah satu ungkapan untuk
memberikan kepercayaan kepada bawahan adalah memberikan tahu mereka dan
selalu memberian kesempatan mengetahui tentang segala sesuatu yang terjadi di
perusahaan, sehingga terbentuk suasana yang saling percaya. Kalau bawahan
tidak diberi tahu tentang perkembangan perusahaan, mereka akan merasa tidak
dipercaya. Suasana saling percaya adalah suasana yang efektif untuk membentuk
tim kerja yang kuat.
3. Membuat bawahan secara personal bertanggung jawab pada hasil. Ini cara yang
powerfull untuk membangun kompetensi dan meningkatkan percaya diri kepada

[ MOTIVASI DIRI ] 16
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

bawahan. Cobalah berikan kepada bawahan pekerjaan atau tugas yang menantang
kemampuannya, kemudian beri dukungan ketika ia mengerjakannya. Semakin
tertantang, akan semakin membuat ia bergairah, kreatif, dan produktif.
4. Tumbuh dan berkembang. Banyak atau semua bawahan sadar bahwa dalam
bekerja yang diharapkan adalah adanya growth and promotion, baik dalam karir
ataupun kehidupan pribadi dan keluarganya. Seseorang bawahan mengetahui
bahwa uang akan mengikutinya selama ia mampu menunjukkan kontribusi yang
luar biasa kepada perusahaan.
5. Penilaian kerja terhadap para bawahan hendaknya merupakan bagian dari proses
untuk memotivasi para bawahan. Alat dan metode penilaian, mengomunikasikan
proses dan hasil penilaian, dan terbukanya kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang karena penilaian kerja adalah hal-hal yang antara lain selalu terkait
dengan sejauh mana penilaian berdampak kepada motivasi kerja. Dalam tahap
tertentu uang memang menjadi motivasi, tapi uang bukan segalanya, sifatnya
hanya mengurangi atau meniadakan keluhan memberikan kepuasan kerja. Tugas
yang memberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Tak kurang-kurangnya
seseorang bawahan yang tetap betah bekerja dengan gaji relatif rendah ia
mendapatkan manfaat atas kemajuan dan meningkatnya skills dan competencies
setiap mengerjakan tugas. Uang menjadi nomor dua karena ia sadar.
Salah satu the Art of Motivation adalah Press the Right Buttons kata Morey
Stettner dalam Skills for new managers. Ibarat kita menghadapi mesin komputer,
disana banyak tombol yang harus ditekan untuk mendapatkan tampilan layar sesuai
yang kita harapkan. Menekan tombol yang salah (the wrong button) akan lain
hasilnya. Tidak ada cara tunggal untuk memotivasi para bawahan, karena bawahan
masing-masing berbeda. Motivation begins with Empathy. Untuk bisa berempati,
perlu ada jawaban atas pertanyaan: "kalau saya menjadi bawahan, masalah apa saja
yang paling banyak saya hadapi?" Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan
tersebut, bertemulah dengan bawahan Anda, lantas ngobrol dan dengarkan dengan
penuh perhatian atas komentar bawahan Anda tentang hal tersebut. Tidak perlu
waktu lama, Anda akan mendapat jawaban atas pertanyaan Anda.
What motives do people have. Apa yang dicari atau menjadi motif bawahan
dalam bekerja? Paling tidak, menurut Stettner, Anda akan menemukan 6 (enam)
motif yang dimiliki oleh bawahan, yakni attainment (meningkatkan skills), power
(memiliki pengaruh), belonging (rasa memiliki), independence (kebebasan dalam
berkreasi), respect (penghargaan), dan equity (keadilan dan tidak ada bias dari
pimpinan). Jarang sekali satu orang memerlukan keenam motif tersebut. Mungkin
hanya satu atau beberapa saja yang menjadi motif seseorang dalam bekerja karena
bawahan datang dengan latar belakang yang berbeda. Sebagai seorang pemimpin,
kalau Anda sering bertemu dan berbicara bersama bawahan, maka akan segera
menemukan salah satu atau beberapa motif yang dimiliki oleh masing-masing dari
bawahan Anda.

[ MOTIVASI DIRI ] 17
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

Dalam lingkungan kerja selalu saja ada penghalang yang membuat seseorang
bawahan menjadi de-inspire atau disempower. Bawahan yang kehilangan harapan
adalah bawahan yang sering disebut despair yakni merasa powerless to change
events atau ketika mereka lose sense of purpose in life. Kalau itu yang terjadi, maka
bisa menjadi penyak menular bagi bawahan yang lain. Bawahan yang mengalami
desperation (despaired people) akan mengalami ketakutan dan melakukan kompetisi
yang tidak sehat, sementara yang ada dalam suasana inspiration akan selalu
memunculkan hope and teamwork. Jalan terbaik bagi pimpinan untuk meningkatkan
inspirasi adalah bangun emosi positif dan visi yang menantang, dan jelaskan secara
teratur tentang expectations, clarification on success, measurement to success.
Dengan demikian akan selalu ada tantangan untuk terus bergerak dan mengalirnya
energi positif dalam bekerja.
Menurut Hadiatmojo (2012) bawahan yang terinspirasi tidak perlu ditakut-
takuti atau diiming-imingi sesuatu dalam menyelesaikan pekerjaan, mereka sudah
self-motivated dan tidak terpengaruh kepada faktor eksternal (seperti diiming- imingi
sesuatu untuk mencapai hasil tertentu). Oleh karena itu, mencetak bawahan yang
memiliki inspirasi adalah cara untuk maintain long-term motivation, dan cara itu akan
menjalar secara positif kepada orang- orang lain di perusahaan, menggusur despired
people, yang tidak mau kerja dan suka mencari-cari kesalahan. Untuk mengubah
orang-orang yang ada dalam desperation menjadi inspiration adalah memberikan
hope in the future karena mereka sesungguhnya ingin strive for something meaningful
in life.
Pada umumnya, karyawan akan bersemangat dan termotivasi dan akan lebih
committed to work, paling tidak ada tiga hal berikut:
1. The objective is Clear, sehingga apa yang hendak dikerjakan dapat dipahami,
Specific (untuk jenis dan sifat pekerjaannya) dan Attainable (untuk
menghindarkan seseorang frustrasi), Apabila hal-hal tersebut tidak terpenuhi,
maka boleh jadi teriadi saling lempar dan saling tuding, manakala ada sesuatu
masalah, dan akan memunculkan kambing hitam.
2. The objecive is Accepted, agar kita bisa menikmati pekerjaan sejak awal dan tidak
ada blame di kemudian hari. Prinsip penyusunan goals setting yang selama ini
banyak dilakukan di perusahaan sebenarnya adalah proses untuk membuat
objective is accepted karena selalu terjadi pembahasan yang mendalam antara
atasan dan bawahan.
3. The objective is Rewarding, dalam arti hasil pekerjaan akan memberikan manfaat
bagi karyawan, baik secara finansial maupun nonfinansial, dan berdampak pada
socially rewarding, seperti tumbuhnya business networking/relationships,
kesempatan mendapatkan refreshing course di dalam maupun di luar negeri, dan
sejenisnya.
Kita perlu mengembangkan sikap positif, bahwa pekerjaan bukanlah beban,
akan tetapi sebuah kesempatan untuk berkembang, meningkatkan kualias diri,

[ MOTIVASI DIRI ] 18
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

kesejahteraan keluarga, dan laim sebagainya. Hilangkan pikiran jangka pendek,


misalnya we commitment with salary increase, yang artinya kita baru akan komit
kalau ada kenaikan gaji dan bonus yang besar. Kalau ini yang mendasari pikiran kita,
maka manakala tidak mendaparkan kenaikan gaji dan bonus seperti yang
diharapkan, boleh jadi adalah the can be disastrous, dan yang rugi pasti perusahaan
dan kita sendiri. Perusahaan akan pay with highly cost dan diri kita bisa-bisa akan
terlempar dari orbit employees star dan fail to be future leader. Apa mau begini?
Tegaskan dari sekarang, jawabannya adalah "TIDAK", saya Tidak Mau Begitu
(Hadiatmojo, 2012).

[ MOTIVASI DIRI ] 19
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

VI. LATIHAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan baik!

1. Jelaskan hubungan kepemimpinan dengan motivasi diri yang Anda pahami!

2. Mengapa seorang pemimpin perlu memiliki motivasi diri? Berikan contoh pada
organisasi yang Anda pimpin!

[ MOTIVASI DIRI ] 20
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

3. Jelaskan salah satu teori motivasi yang Anda pahami!

4. Tindakan apa yang Anda lakukan ketika mengetahui bahwa terdapat bawahan
Anda yang kinerjanya mulai menurun?

5. Bagaimana cara Anda mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh


bawahan dalam organisasi yang Anda pimpin?

[ MOTIVASI DIRI ] 21
MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI

V. EVALUASI / PENILAIAN

Skor Penilaian
Nomor Soal Total
50 60 70 80 90 100
1
2
3
4
5
Jumlah Nilai

[ MOTIVASI DIRI ] 22
MODULPELATIHANPENINGKATANKAPABILITASPEMIMPINIALKEPALASMKBERBASISINDUSTRI

Anda mungkin juga menyukai