Lebih dari 80% perdagangan dunia dilaksanakan melalui laut, 40% melalui perairan Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan data dan informasi hidro-oseanografi yang akurat, berupa peta laut Indonesia yang dapat memberikan jaminan keselamatan bagi-kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia. Hidrografi juga memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan kelautan, seperti pembangunan pulau-pulau kecil, pengembangan pariwisata bahari, pembuatan peta tematik area konservasi laut, zonasi laut, data untuk analisa pertahanan laut nasional, serta pembangunan pelabuhan, alur Pelabuhan, dan alur strategis untuk tol laut dalam rangka mewujudkan Poros Maritim Dunia. Berdasarkan kebutuhan akan informasi hidro-oseanografi, maka pemerintah mendirikan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal). Luasnya laut Indonesia tidak hanya memberikan manfaat, namun juga memberikan ancaman bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Dalam mengantisipasi bencana tersebut, perlu adanya data hidrografi di daerah rawan bencana, misalnya pulau Sumba. Pulau Sumba seringkali dilanda gempa yang berkaitan dengan pergerakan tektonik di laut. Oleh karena itu, Pulau Sumba diprioritaskan oleh Pushidrosal untuk dilakukan survei dan pemetaan hidro-oseanografi. Survei hidrogafi ikut berkembang dengan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya data hidrografi dalam mitigasi bencana. Data survei hidro-oseanografi yang didapat, digunakan untuk menetapkan pantai untuk fasilitas sandar guna pergeseran logistik dan jalur evakuasi di sekitar daerah bencana, serta pemuktahiran data hidrografi, yang merupakan hal yang sangat penting demi suksesnya misi bantuan kemanusiaan penganggulangan bencana.