Anda di halaman 1dari 18

Penyakit tiroid adalah gangguan yang disebabkan oleh kelainan bentuk atau fungsi kelenjar tiroid.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan bukan penyakit yang menular.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher dan berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid
yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar tiroid dan hormon tiroid akan
menimbulkan gejala penyakit tiroid yang berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya. Penyakit
tiroid terjadi ketika kelenjar tiroid mengalami perubahan bentuk, serta menghasilkan hormon tiroid yang
terlalu sedikit (hipotiroidisme) atau terlalu banyak (hipertiroidisme). Perubahan bentuk kelenjar tiroid
sendiri dapat disebabkan oleh penyakit gondok, nodul tiroid, dan kanker tiroid.

Jenis dan Penyebab Penyakit Tiroid

Penyakit tiroid yang umum ditemukan adalah:

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi ketika jumlah hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid terlalu
sedikit.

Hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah penyakit tiroid yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan dalam tubuh.

Penyakit gondok

Penyakit gondok adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang terlihat sebagai benjolan di

Nodul tiroid

Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi air yang terbentuk dalam kelenjar tiroid. Benjolan ini
dapat berupa tumor jinak atau kista.

Kanker Tiroid

Kanker tiroid adalah penyakit tiroid yang terjadi akibat munculnya jaringan kanker pada kelenjar tiroid.

Penyebab penyakit tiroid berbeda-beda, tergantung jenisnya. Beberapa kondisi yang menjadi penyebab
dan pemicu munculnya penyakit tiroid, antara lain:

Kekurangan yodium (iodium).


Peradangan pada kelenjar tiroid atau tiroiditis.

Faktor genetik.

Pasca melahirkan.

Autoimun.

Gangguan pada kelenjar pituitari atau hipofisis.

Penyakit tiroid dapat terjadi pada siapa saja, namun terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang
berisiko menderita sakit tiroid, di antaranya:

Berjenis kelamin wanita.

Berusia diatas 60 tahun.

Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tiroid.

Memiliki riwayat menderita penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit autoimun.

Pernah menjalani pengobatan dengan iodium radioaktif.

Pernah menjalani operasi tiroid.

Pernah menjalani radioterapi pada dada.

Ciri-Ciri dan Gejala Penyakit Tiroid

Tergantung jenis penyakitnya, gejala yang timbul pada penyakit tiroid adalah munculnya benjolan di
leher. Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul adalah gejala akibat perubahan hormon tiroid,
apakah hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa:

Tremor.

Turunnya berat badan.

Mudah berkeringat.

Gangguan tidur.

Gugup, cemas, dan mudah tersinggung.


Jantung berdebar.

Penderita hipotiroidisme dapat mengalami gejala berupa:

Mudah

Mudah lupa.

Mudah merasa kedinginan.

Kulit dan rambut menjadi

Suara serak.

Pembengkakan pada bagian tubuh (edema).

Khusus perempuan, menstruasi yang lebih banyak dari biasanya.

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika muncul gejala-gejala penyakit tiroid, yaitu muncul benjolan di leher atau gejala
hipertiroidisme dan hipotiroidisme.

Jika Anda menderita sakit tiroid, lakukan kontrol rutin untuk pengobatan penyakit tiroid. Kontrol rutin ke
dokter endokrin bertujuan untuk memantau perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan.

Hipotiroidisme dan hipertiroidisme dapat menimbulkan komplikasi berupa koma miksedema dan krisis
tiroid. Kedua kondisi tersebut merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani. Oleh
karena itu, segera ke IGD bila Anda menderita penyakit tiroid dan timbul gejala demam, kejang, atau
tidak sadarkan diri.

Diagnosis Penyakit Tiroid

Proses diagnosis penyakit tiroid membutuhkan pemeriksaan yang detail. Namun, dokter terlebih dahulu
akan menanyakan gejala-gejala yang dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik untuk mencari penyebabnya. Salah satunya adalah dengan memeriksa benjolan di leher.

Setelah memeriksa pasien, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang. Jenis pemeriksaan tersebut
meliputi:
Tes darah

Tes darah dilakukan untuk evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Dengan tes darah dapat diukur kadar hormon
tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone). Dari tes ini, dapat diketahui apakah pasien mengalami
hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

Pemindaian

Selain tes darah, dapat juga dilakukan pemindaian melalui USG tiroid atau nuklir tiroid. Dari
pemeriksaan tersebut, dapat diketahui ukuran serta jenis benjolan yang dialami pasien.

Biopsi

Jika diduga penyakit tiroid yang diderita adalah kanker tiroid, dokter dapat menyarankan pasien
menjalani biopsi. Biopsi dilakukan untuk mengambil sampel jaringan tiroid dan dianalisis di
laboratorium.

Pengobatan Penyakit Tiroid

Jenis pengobatan penyakit tiroid tergantung jenis dan penyebabnya. Terdapat tiga cara yang biasanya
dilakukan dalam penanganan penyakit tiroid, yaitu:

Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis penyakit tiroid
yang dialami. Fungsi obat-obatan yang diberikan umumnya adalah untuk:

Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh pada hipotiroid.

Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh pada hipertiroid.

Menghancurkan sel-sel tiroid.

Pemberian obat-obatan juga ditujukan untuk mengatasi gejala lain yang timbul, seperti menurunkan
detak jantung yang meningkat.
Terapi iodium radioaktif

Terapi iodium radioaktif atau nuklir tiroid dilakukan dengan cara menyuntikkan iodium radioaktif ke
dalam tubuh yang kemudian diserap oleh kelenjar tiroid. Iodium radioaktif berperan untuk
menghancurkan jaringan tiroid abnormal.

Operasi

Operasi yang biasanya dilakukan pada penyakit tiroid adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau
tiroidektomi. Prosedur ini bisa dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar atau
benjolan yang terdapat di dalam kelenjar.

Beberapa penyakit tiroid memerlukan terapi kombinasi, dan penderitanya mungkin perlu menjalani
pengobatan seumur hidup. Meskipun demikian, dengan pengobatan yang tepat, penyakit tiroid tidak
membahayakan nyawa.

Komplikasi Penyakit Tiroid

Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit tiroid tergantung pada jenis dan penyebab penyakit tiroid
yang diderita. Namun secara umum, penyakit tiroid dapat menimbulkan komplikasi berupa:

Krisis tiroid

Krisis tiroid terjadi ketika hipertiroidisme tidak ditangani dengan baik dan menyebabkan tingginya kadar
hormon tiroid dalam tubuh. Kondisi tersebut menyebabkan berbagai organ tubuh bekerja dengan cepat
hingga memicu kegagalan fungsi sejumlah organ. Krisis tiroid merupakan kondisi darurat yang perlu
segera ditangani.

Koma miksedema

Koma miksedema terjadi ketika hipotiroidisme tidak ditangani dengan baik, hingga memengaruhi fungsi
otak. Sama halnya dengan krisis tiroid di hipertiroidisme, koma miksedema pada penderita
hipotiroidisme perlu segera ditangani.

Pencegahan Penyakit Tiroid


Langkah pencegahan penyakit tiroid tergantung penyebab dan faktor risikonya. Sebagai contoh,
hipotiroidisme akibat kekurangan asupan yodium dapat dicegah dengan mengonsumsi garam
beryodium.

Seseorang yang menderita penyakit yang bisa berisiko menimbulkan penyakit tiroid, seperti diabetes
dan penyakit celiac, perlu berkonsultasi dengan dokter secara berkala untuk memantau perkembangan
penyakit

Kelenjar paratiroid adalah kelenjar penghasil hormon paratiroid yang berperan penting dalam mengatur
kadar kalsium dalam darah. Jika kelenjar ini mengalami gangguan, maka Anda berisiko mengalami
berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan tulang.

Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher, tepatnya di belakang kelenjar tiroid.
Kelenjar paratiroid terdiri dari 4 kelenjar kecil yang ukurannya sebesar kacang polong. Meskipun
ukurannya kecil, kelenjar paratiroid memiliki fungsi yang besar bagi tubuh.

Mengenal Fungsi dan Gangguan Kelenjar Paratiroid - Alodokter

Beberapa Fungsi Kelenjar Paratiroid

Berikut ini adalah beberapa fungsi kelenjar paratiroid:

Mengatur pelepasan kalsium dari tulang ke aliran darah.

Mengendalikan penyerapan kalsium dari makanan atau minuman pada saluran pencernaan.

Merangsang pembentukan vitamin D pada ginjal.

Meningkatkan penyerapan kalsium di ginjal dan mencegah ginjal membuang kalsium melalui urine.

Membuat ginjal mengeluarkan fosfat melalui urine.

Meningkatkan kadar magnesium dalam darah.


Kadar kalsium dalam tubuh diatur secara ketat oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Normalnya, kelenjar
paratiroid memproduksi hormon paratiroid ketika jumlah kalsium dalam darah berkurang atau terlalu
rendah. Jika kadar kalsium naik dan kembali normal, produksi hormon paratiroid akan berhenti.

Sebaliknya, ketika kadar kalsium dalam darah terlalu tinggi, kinerja kelenjar paratiroid akan dihambat
sementara oleh hormon kalsitonin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid. Hormon kalsitonin ini juga
berfungsi untuk menurunkan kadar kalsium yang berlebihan agar kadar kalsium di dalam darah kembali
normal.

Gangguan pada Kelenjar Paratiroid

Pada kasus tertentu, dapat terjadi gangguan pada kelenjar paratiroid yang membuat kelenjar ini
memproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon paratiroid. Hal ini tentu saja dapat mengganggu
keseimbangan kadar kalsium dalam darah.

Masalah kesehatan yang mungkin terjadi akibat gangguan pada hormon dan kelenjar paratiroid antara
lain:

1. Hiperparatiroidisme

Hiperparatiroidisme terjadi ketika kadar hormon paratiroid dalam darah terlalu tinggi. Akibatnya, tulang
dapat menjadi rapuh (osteoporosis) dan terjadi pembentukan batu ginjal.

Penyakit hiperparatiroidisme ini belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Namun, faktor genetik
dan penyakit tertentu, seperti kanker atau tumor kelenjar paratiroid, diduga dapat menyebabkan
terjadinya hiperparatiroidisme.

Hiperparatiroidisme sering kali tidak menunjukkan tanda atau gejala yang jelas. Namun,
hiperparatiroidisme terkadang dapat menimbulkan beberapa gejala berikut ini:

Nafsu makan menurun.

Gangguan pencernaan, seperti, mual, muntah, dan sembelit.


Sering buang air kecil.

Tubuh terasa lemah dan selalu lelah.

Nyeri tulang dan sendi.

Sakit perut.

Nyeri punggung

Sulit konsentrasi dan mudah lupa.

2. Hipoparatiroidisme

Hipoparatiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar paratiroid kurang aktif dan membuat kadar hormon
paratiroid dalam tubuh terlalu rendah. Penyakit ini membuat kadar kalsium dalam darah dan tulang
berkurang serta kadar fosfor meningkat.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit autoimun, kelainan bawaan pada kelenjar
paratiroid, rendahnya kadar magnesium dalam darah, komplikasi dari operasi pengangkatan kelenjar
tiroid maupun paratiroid, atau efek samping dari terapi radiasi kanker.

Penderita hipoparatiroidisme dapat merasakan beberapa gejala berikut:

Gangguan sensorik, seperti kesemutan, muncul sensasi perih, atau mati rasa, di bibir, jari tangan, dan
jari kaki.

Nyeri otot atau kram di bagian kaki, perut, atau wajah.

Spasme atau kram otot, terutama di sekitar mulut, tangan, lengan, dan tenggorokan.

Nyeri saat menstruasi.

Rambut rontok.

Kulit menjadi kering dan kasar.

Kuku menjadi rapuh.

Masalah psikologis, seperti mudah cemas atau depresi.

3. Pseudohipoparatiroidisme
Pseudohipoparatiroidisme adalah penyakit genetik yang sangat langka. Penyakit ini terjadi ketika tubuh
tidak dapat merespons atau merasakan adanya hormon paratiroid dalam tubuh. Penderita kelainan
genetik ini mengalami gejala seperti hipoparatiroidisme, padahal kadar hormon paratiroid dalam
tubuhnya normal.

4. Kanker paratiroid

Kanker paratiroid adalah jenis kanker langka yang biasanya menyerang salah satu dari 4 kelenjar
paratiroid. Kanker paratiroid lebih sering menyerang orang berusia 40-an atau 50-an. Gejala kanker
paratiroid umumnya menyerupai gejala hiperparatiroidisme beserta munculnya benjolan di leher, baik
benjolan di leher kanan atau pun kiri, suara serak, dan kesulitan menelan.

Gangguan kelenjar paratiroid yang disebabkan oleh faktor genetik mungkin tidak bisa dicegah.

Namun, di luar faktor genetik, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit kelenjar paratiroid dan menjaga agar kelenjar ini dapat berfungsi dengan baik, yaitu rutin
berolahraga, mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, serta tidak merokok.

Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala ke dokter untuk mengevaluasi
fungsi kelenjar paratiroid. Jika terdapat kelainan pada kelenjar paratiroid, dokter akan memberikan
pengobatan sesuai jenis penyakit pada kelenjar tiroid yang Anda alami beserta penyebabnya.

Kata hipotalamus berasal dari dua kata Yunani yang diterjemahkan menjadi “di bawah thalamus.”
Talamus itu sendiri adalah bagian otak yang berfungsi menyampaikan informasi sensorik dan bertindak
sebagai pusat persepsi nyeri.

Hipotalamus terletak di pangkal otak, di bawah thalamus dan di dekat kelenjar pituitari. Semua otak
mahkluk bertulang belakang (vertebrata) memiliki hipotalamus. Pada manusia, ukurannya hampir sama
dengan almond.

Hipotalamus adalah area kecil di pusat otak yang memiliki banyak peran penting. Hipotalamus yang
tidak berfungsi baik dapat menyebabkan banyak masalah dalam tubuh.
Apa fungsi hipotalamus?

Untuk bisa berfungsi normal, kondisi tubuh perlu tetap berjalan normal dan seimbang. Tugas utama
hipotalamus adalah untuk menjaga kondisi ini sebisa mungkin. Caranya, hipotalamus bertindak sebagai
penghubung antara endokrin dan sistem saraf. Hipotalamus merangsang endokrin untuk memproduksi
hormon lewat sinyal saraf dan mengedarkannya ke seluruh tubuh.

Nah, hormon-hormon inilah yang kemudian membantu mengatur berbagai fungsi fisiologis tubuh,
seperti:

Suhu tubuh

Rasa haus dan lapar

Emosi

Siklus tidur

Gairah seks

Persalinan

Tekanan darah dan detak jantung

Produksi asam lambung

Keseimbangan cairan tubuh

Sinyal yang diterima oleh hipotalamus akan memberi tahunya apakah keseimbangan sudah tercapai
atau tidak. Apabila tidak, hipotalamus akan mengalirkan hormon yang dibutuhkan pada aliran darah
untuk membantu tubuh mengembalikan keseimbangannya.

Contohnya, apabila hipotalamus menerima pesan bahwa suhu tubuh terlalu panas, hipotalamus akan
memerintahkan endokrin untuk menghasilkan keringat guna mendinginkan tubuh. Sebaliknya apabila
suhu terlalu dingin, hipotalamus akan membuat tubuh merinding untuk menghasilkan panas.

Hormon-hormon yang diproduksi hipotalamus


Bersamaan dengan kelenjar pituitari, hipotalamus mengendalikan seluruh sistem endokrin, meliputi
kelenjar adrenal, ginjal dan tiroid yang menghasilkan banyak hormon pada tubuh.

Hormon yang dilepaskan oleh hipotalamus meliputi:

Hormon antidiuretik: untuk meningkatkan jumlah air yang diserap darah melalui ginjal

Hormon pelepas kortikotropin: untuk membantu mengatur metabolisme dan respons imun

Hormon pelepas gonadotropin: untuk memberi tahu kelenjar pituitari memproduksi hormon yang
menjaga fungsi organ-organ seksual

Oksitosin: yang terlibat dalam beberapa proses, termasuk produksi ASI, pengaturan suhu tubuh dan
kendali siklus tubuh

Hormon pengendali prolaktin: yang memberi kelenjar pituitari untuk memulai atau menghentikan
produksi ASI pada ibu menyusui

Hormon pelepas thyrotropin: yang mengaktivasi fungsi tiroid, menyebabkan dilepaskannya hormon
yang meregulasi metabolisme, kadar energi dan tumbuh kembang.

Gangguan yang mungkin terjadi pada hipotalamus adalah

Gangguan yang membuat hipotalamus tidak lagi berfungsi secara baik dianggap sebagai penyakit
hipotalamik. Penyebab paling umum dari gangguan hipotalamus adalah cedera fisik pada kepala yang
dapat mengakibatkan dampak atau kerusakan pada hipotalamus. Cedera fisik juga termasuk efek
samping operasi, radiasi, dan tumor. Selain itu, faktor genetik juga dapat menjadi penyebab dari
penyakit hipotalamik.

Penyebab lainnya dari penyakit hipotalamik dapat meliputi:

Gangguan makan

Pola makanan yang tinggi lemak jenuh


Gangguan genetik yang menyebabkan penumpukkan zat besi berlebih pada tubuh

Malnutrisi

Peradangan

Infeksi

Perdarahan berlebih

Gejala-gejala dari penyakit hipotalamus

Gejala-gejala bervariasi tergantung pada penyebab penyakit serta hormon apa yang tidak ada. Pada
anak-anak, tanda-tanda meliputi pertumbuhan dan pubertas yang abnormal.

Apabila penyakit disebabkan oleh tumor, gejala dapat meliputi pandangan kabur, kehilangan
penglihatan dan sakit kepala.

Pernahkah Anda mendengar kelenjar adrenal? Kelenjar adrenal merupakan kelenjar kecil yang berperan
dalam memproduksi beberapa jenis hormon di dalam tubuh. Meskipun kecil, kelenjar adrenal memiliki
fungsi yang sangat besar bagi tubuh. Untuk itu, ketahui lebih jauh fungsi kelenjar adrenal berikut ini.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki dua buah kelenjar adrenal. Kedua kelenjar ini terletak di atas ginjal
dan berukuran kurang lebih separuh ibu jari. Meski berukuran kecil, namun kelenjar adrenal memainkan
peranan penting dalam memproduksi hormon dan mendukung berbagai fungsi di dalam tubuh.
Sehingga, gangguan pada kelenjar ini akan mengakibatkan dampak yang besar bagi tubuh.

Kelenjar Adrenal, Si Kecil dengan Fungsi Besar - Alodokter

Fungsi Kelenjar Adrenal

Kerja kelenjar adrenal di dalam tubuh diatur oleh organ lain, salah satunya kelenjar pituitari di otak.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian utama, yaitu korteks adrenal (bagian luar) dan medula adrenal
(bagian dalam). Korteks adrenal bertanggung jawab dalam memproduksi tiga jenis hormon, yaitu
aldosteron yang mengatur elektrolit dalam tubuh dan tekanan darah, kortisol yang mengontrol kadar
gula darah dan metabolisme, dan gonadokortikoid yang mengatur hormon seks. Jika korteks adrenal
berhenti berfungsi, maka proses metabolisme di dalam tubuh pun akan terhenti dan mengakibatkan
munculnya penyakit.

Sedangkan, medula adrenal berperan dalam mengeluarkan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradenalin) pada saat stres. Kedua hormon ini memiliki fungsi yang serupa, yaitu
bertugas meningkatkan aliran darah ke otot, merangsang jantung berdetak lebih cepat, mempersiapkan
tubuh menghadapi keadaan darurat, memicu pelepasan gula darah, meningkatkan kewaspadaan pikiran
dan mengirimkan sinyal antara sel-sel saraf di otak. Sementara itu, hormon norepinefrin secara klinis
biasanya dipakai untuk meningkatkan aliran dan tekanan darah ketika tekanan darah dalam tubuh
berada jauh di bawah normal (syok).

Bila hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal terlalu banyak ataupun terlalu sedikit, tubuh bisa
menjadi sakit. Gangguan fungsi kelenjar adrenal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kelainan genetik, gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi, tumor, dan perdarahan.

Beberapa Penyakit Kelenjar Adrenal

Ada beberapa penyakit yang dapat memengaruhi fungsi kelenjar adrenal, yaitu:

Sindrom Cushing

Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh kelebihan hormon kortisol dalam waktu yang lama. Kondisi ini
umumnya sering dialami wanita dan mereka yang berusia 25-40 tahun. Gejala yang ditimbulkan dari
sindrom Cushing antara lain kenaikan berat badan, wajah sembab dan kemerahan, berjerawat, tubuh
terasa sangat lelah, otot melemah, serta meningkatknya tekanan darah dan kadar gula darah. Bila
menyerang anak-anak, sindrom Cushing dapat menyebabkan obesitas dan pertumbuhan yang
terhambat.

Penyakit Addison

Penyakit Addison dapat terjadi ketika kelenjar adrenal mengalami kerusakan, sehingga membuat tubuh
kekurangan hormon kortisol. Wanita dan orang berusia 30-50 tahun rentan terkena penyakit ini.
Penyakit Addison menimbulkan gejala berupa tubuh merasa kelelahan, kehilangan nafsu makan, berat
badan menurun, otot melemah, bad mood, merasa sering haus, pusing, pingsan, kram, bibir atau gusi
menjadi kehitaman.

Pheochromocytoma
Penyakit pheochromocytoma merupakan tumor jinak yang berkembang di kelenjar adrenal. Biasanya
kondisi ini dapat memengaruhi salah satu ataupun kedua kelenjar adrenal. Penyakit pheochromocytoma
bisa terjadi pada semua kelompok usia, namun paling banyak dialami pada usia 20-50 tahun. Gejala
yang ditimbulkan dari kondisi ini, antara lain sakit kepala, tremor, sesak napas, berkeringat secara
berlebih, serta tekanan darah tinggi.

Hipoplasia adrenal kongenital

Merupakan penyakit bawaan lahir akibat kelainan genetik yang menyebabkan kelenjar adrenal tidak
berfungsi dengan baik, sehingga memengaruhi hormon yang diproduksi. Penyakit ini lebih banyak
diderita oleh laki-laki, dan gejalanya dapat muncul sejak lahir. Namun beberapa kasus, baru terdeteksi
saat penderitanya sudah berusia lebih tua. Pada bayi, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan
elektrolit, dehidrasi, tekanan darah rendah, gula darah rendah, serta kelainan pada organ seksual.

Anda dapat menjaga kesehatan kelenjar adrenal dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, mengurangi konsumsi gula dan kafein, mengurangi stres, serta
menghindari konsumsi junk food.

Tidak hanya organ tubuh besar yang harus dijaga, kelenjar adrenal yang kecil pun memiliki peran yang
tidak sedikit bagi tubuh. Jika terdapat keluhan terkait gangguan kelenjar adrenal, Anda disarankan untuk
berkonsultasi ke dokter.

Metabolic syndrome atau sindrom metabolik adalah sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi
secara bersamaan. Gangguan itu meliputi peningkatan tekanan darah tinggi, penumpukan lemak di
perut, serta kenaikan kadar gula darah, kolesterol, dan trigliserida.

Seseorang dikatakan menderita sindrom metabolik jika mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi, yaitu
hipertensi, hiperkolesterolemia, trigliserida tinggi, diabetes, dan obesitas.

alodokter-sindrom-metabolik

Bila berlangsung dalam jangka panjang, sindrom metabolik bisa meningkatkan risiko serangan jantung
dan stroke. Namun, perkembangan sindrom metabolik dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup
sehat setiap hari.
Gejala Sindrom Metabolik

Seperti telah dijelaskan di atas, sindrom metabolik merupakan sekumpulan gangguan yang terjadi
bersamaan. Oleh karena itu, gejala yang muncul adalah gejala dari kelima kondisi tersebut. Gejala-gejala
tersebut meliputi:

Perut membuncit

Sering merasa haus

Frekuensi buang air kecil meningkat

Tubuh mudah lelah

Sakit kepala

Pegal-pegal

Sesak napas

Sering kali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya sudah mengalami sindrom metabolik, karena
gejalanya tidak muncul atau dianggap sesuatu yang biasa terjadi.

Waspadai penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, hiperkolesterolemia, dan trigliserida tinggi dengan
rutin kontrol ke dokter, sehingga masing-masing penyakit dapat terdeteksi sejak dini.

Kapan harus ke dokter

Periksakan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah Anda secara berkala, meskipun tidak ada
gejala hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Jika Anda didiagnosis menderita salah satu dari ketiga
kondisi tersebut, periksakan diri ke dokter secara rutin untuk memantau perkembangan penyakit dan
mengevaluasi pengobatan, serta untuk mencegah munculnya komplikasi.

Kunjungi dokter gizi jika Anda merasa berat badan Anda tidak ideal dan perut terlihat buncit. Dokter gizi
akan menyusun rencana pola makan dan olahraga yang harus Anda lakukan.

Serangan jantung dan stroke merupakan komplikasi sindrom metabolik yang dapat terjadi secara tiba-
tiba. Segera ke IGD rumah sakit bila muncul gejala-gejala serangan jantung dan stroke, seperti:
Kelemahan pada otot wajah atau tungkai secara tiba-tiba.

Gangguan dalam berbicara dan memahami pembicaraan.

Hilang keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh.

Sakit kepala berat yang disertai muntah.

Rasa seperti tertekan atau tertindih di dada, yang menyebar ke rahang, leher, dan punggung.

Mual, heartburn, gangguan pencernaan, dan sakit perut.

Keringat dingin.

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Metabolik

Penyebab sindrom metabolik belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa sindrom
metabolik dipengaruhi oleh penurunan sensitivitas tubuh terhadap hormon insulin, yaitu hormon yang
menurunkan kadar gula dalam darah. Pada kondisi ini, efektivitas hormon insulin jadi menurun.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang sindrom metabolik adalah:

Pola makan tidak sehat dengan terlalu banyak makan makanan yang berlemak dan makanan manis.

Tidak berolahraga secara rutin.

Memiliki kebiasaan merokok.

Bertambahnya usia.

Memiliki keluarga yang terkena sindrom metabolik.

Diagnosis Sindrom Metabolik

Dokter akan memulai pemeriksaan dengan menanyakan gejala yang dialami pasien, antara lain gejala
diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik dengan mengukur lingkar pinggang dan tekanan darah pasien, serta menjalankan tes darah untuk
memastikan diagnosis.

Seseorang dapat dikatakan menderita sindrom metabolik bila memiliki sedikitnya 3 dari 5 kriteria
berikut:
Lingkar pinggang yang besar, yaitu lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm pada wanita.

Kadar HDL atau ‘kolesterol baik’ dalam darah kurang dari 50 mg/dL.

Kadar trigliserida dalam darah lebih dari 150 mg/dL.

Tekanan darah yang konsisten di angka 140/90 mmHg atau lebih.

Kadar gula darah puasa 100 mg/dL atau lebih tinggi.

Pengobatan Sindrom Metabolik

Karena sindrom metabolik merupakan suatu kelompok penyakit, maka metode pengobatannya adalah
dengan mengobati masing-masing penyakit tersebut. Pengobatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Perubahan gaya hidup

Cara pertama untuk mengatasi sindrom metabolik adalah dengan menjalani gaya hidup sehat, misalnya
dengan:

Berolahraga ringan secara rutin, minimal 30 menit setiap hari.

Menurunkan berat badan sampai mencapai berat badan ideal.

Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran.

Membatasi asupan garam, gula, lemak jenuh, dan minuman beralkohol.

Menghentikan kebiasaan merokok.

Mengelola stres dengan baik.

Obat-obatan

Jika perubahan gaya hidup tidak mampu mengatasi kondisi pasien, dokter akan meresepkan sejumlah
obat, seperti:

Obat diuretik, penghambat beta, atau obat ACE inhibitor untuk mengatasi tekanan darah tinggi.

Obat golongan statin, misalnya atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi.


Obat diabetes, seperti metformin.

Operasi

Operasi bariatrik atau bariatric surgery dilakukan bila berat badan pasien tidak berhasil diturunkan
dengan cara lain. Selain untuk menurunkan berat badan, metode ini juga dapat mengurangi risiko pasien
terserang serangan jantung. Beberapa kondisi yang memerlukan operasi bariatrik adalah:

Pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 40.

Pasien dengan IMT antara 35-39, disertai diabetes atau hipertensi.

Untuk mendukung keberhasilan operasi bariatrik, pasien tetap perlu memiliki keinginan kuat untuk
menjalani gaya hidup sehat.

Komplikasi Sindrom Metabolik

Penderita sindrom metabolik berisiko terserang komplikasi serius, seperti stroke dan penyakit jantung.
Kedua komplikasi tersebut dipicu oleh proses aterosklerosis atau penumpukan plak di pembuluh darah.
Aterosklerosis membuat pembuluh darah menyempit dan mengeras, hingga tersumbat.

Pencegahan Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat sehari-hari. Hal-hal yang dapat
dilakukan adalah:

Berolahraga minimal 30 menit setiap hari.

Mempertahankan berat badan ideal.

Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

Membatasi asupan garam dan lemak jenuh.

Berhenti merokok.

Anda mungkin juga menyukai