Anda di halaman 1dari 2

Penulis : poltak efriko butar-butar

Kurikulum Merdeka Belajar


Kehadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru diharapkan membawa perubahan
yang besar dalam mengembangkan dunia Pendidikan Indonesia kearah yang lebih baik dan
sampai sejauh ini sudah ada 4 episode yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang sampai saat ini disambut positif oleh kalangan dunia
Pendidikan meskipun tidak lepas dari pro dan kontra tetapi rasanya hal tersebut merupakan
hal yang wajar karena bagaimanapun akan sangat sulit untuk membuat semua pihak senang
dalam menerima sebuah kebijakan untuk perubahan.  

Salah satu pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh beberapa pendidik ke saya dalam sebuah
forum formal dan nonformal adalah apa kurikulum yang kita pakai di sekolah, apakah masih
menggunakan kurikulum 2013 versi revisi? Karena sejak dimunculkannya kebijakan episode
1 mereka belum ada kejelasan kurikulum apa yang akan digunakan seperti Menteri-menteri
Pendidikan dan kebudayaan sebelumnya bahkan ada sebuah sekolah yang menunda
perubahan kurikulumnya karena menunggu kebijakan baru dari pemerintah akan kurikulum
yang akan digunakan sekolah di seluruh pelosok Nusantara.

Menurut penulis sebenarnya pertanyaan tersebut tidak perlu lagi ditanyakan karena
Kemendikbud sendiri melalui kebijakan Merdeka Belajar sudah jelas terlihat mengenai
kurikulum yang akan digunakan oleh setiap sekolah di Nusantara ini. Jika berbicara
mengenai kurikulum, pemerintah memberikan kebebasan dalam hal kurikulum yang
digunakan oleh masing-masing sekolah, tinggal bagaimana sekolah menyikapi kebijakan
tersebut dengan mengimplementasikan di sekolah masing-masing sesuai dengan goal/tujuan
yang akan dicapai oleh sekolah.

Sebenarnya jika sekolah sudah memahami apa yang dimaksudkan dalam Merdeka belajar
maka setiap sekolah seharusnya mampu menciptakan kurikulum sendiri untuk mencapai goal
yang akan dicapai sekolah dan hal tersebut sangatlah positif karena masing-masing sekolah di
daerah dapat menciptakan kurikulum sendiri sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di
daerah tersebut bukan dengan melakukan penyeragaman seperti yang telah dilakukan
sebelumnya mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam. 

Misalkan sebuah sekolah yang berada di daerah Laut akan menciptakan kurikum yang
berbasis kelautan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dapat lebih tepat
sasaran begitupun dengan daerah-daerah lain.

Hal ini semakin dipertegas dengan kebijakan episode 4 dimana Kemendikbud akan
melibatkan organisasi penggerak untuk membantu sekolah menjadi sekolah penggerak. 

Jika dilihat secara seksama organisasi penggerak juga akan membantu sekolah dalam
menciptakan kurikulum baru sesuai dengan goal yang akan dicapai oleh sekolah termasuk 6
karakter (beraklak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkhebinekaan
global) yang ditetapkan oleh Kemendikbud meskipun pada dasarnya sekolah diberikan
kebebasan untuk menambah karakter yang ingin dimiliki oleh peserta didiknya.

Kehadiran organisasi pengerak dan juga relawan nantinya akan memperkaya sekolah akan
penerapan kurikulum baru, metode pembelajaran yang baru, implementasi
penggunaan teknologi dalam pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lain sebagainya yang
bertujuan menghasilkan perubahan proses pembelajaran di kelas karena seperti yang
disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Jika di kelas belum ada perubahan maka sekolah belum melakukan perubahan karena itu
diharapkan dengan program organisasi dan relawan penggerak dapat melahirkan perubahan
baru dalam proses pembelajaran di kelas dengan kurikulum yang tepat sesuai dengan kondisi
dan situasi sebuah sekolah. Salam Merdeka Belajar.

https://www.kompasiana.com/poltakbutarbutar8687/5e6b5006097f36798e4ca062/kurikulum-
merdeka-belajar#

Anda mungkin juga menyukai