Anda di halaman 1dari 14

BAB V

ANALISA DELIVERABILITAS GAS

5.1 LATAR BELAKANG


Tujuan utama dari suatu pengujian sumur gas adalah untuk
menentukan kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Tekanan
merupakan data yang sangat penting dalam tahap perhitungan reservoir
engineering. Apabila pengujian di lakukan dengan baik hasilnya dianalisa
dengan baik maka banyak informasi yang sangat berharga di peroleh, seperti
permeabilitas efektif fluida kerusakan atau perbaikan formasi di sekeliling
lubang sumur akibat pemboran ataupun pada saat berproduksi, tekanan
reservoir, batas batas reservoir dan bentuk radius pengurasan.
5.2 TUJUAN ANALISA
Aplikasi penggunaan persamaan aliran gas dalam formasi produktif, dapat
digunakan untuk analisa karakteristik reservoir gas yang meliputi :
a. Absolute open flow potential (AOFP)
5.3 DASAR TEORI
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk berproduksi.
Uji deliverabilitas terdiri dari tiga atau lebih aliran dengan laju alir, tekanan dan
data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu. Absolute Open Flow Potential
(AOFP) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk memproduksi
gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir dasar sumur
(sandface) sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Dalam melakukan uji
deliverabilitas terdapat 3 macam metode yang dapat dilakukan, antara lain Back
Pressure Test, Isochronal Test dan Modified Isochronal Test.
5.3.1. Back Pressure Test
Metode ini ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929). Back pressure
adalah suatu metode pengujian sumur gas untuk mengetahui kemampuan sumur
berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-
beda. Pelaksanaan tes ini dimulai dengan menutup sumur hingga tekanan
reservoir stabil. Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga
aliran mencapai stabil, dan mengganti laju produksinya dengan mengubah ukuran
choke lainnya tanpa melakukan penutupan sumur. Lama waktu pencapaian
kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas batuan.
5.3.2. Isochronal Test
Cullender (1955) mengusulkan suatu cara tes berdasarkan anggapan, bahwa
jari-jari daerah penyerapan yang efektif (rD) adalah fungsi dari tD dan tidak
dipengaruhi oleh laju produksi. Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan
selang waktu yang sama, akan memberikan grafik log ΔP2 vs log qsc yang linier
dengan harga eksponen n yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
tekanan stabil (PR), yang dilanjutkan dengan pembukaan sumur, sehingga
menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi
stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai
tekanan mencapai stabil (PR).
5.3.3. Modified Isochronal Test
Katz (1959) mengembangkan prosedur MIT yang pada prinsipnya hampir
sama dengan Isochronal test, akan tetapi penutupan dan pembukaan sumur saat
pengujian tidak perlu mencapai tekanan stabil (P R), serta selang waktu penutupan
dan selang waktu aliran sumur dibuat sama besar, hal ini sesuai untuk reservoir
yang mempunyai permeabilitas kecil karena tekanan rata-ratanya PR lama dicapai.
5.3.4 Metode Analisa Uji Deliverabilitas Gas
Analisa data hasil uji deliverabilitas gas digunakan untuk menentukan indikator
produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP). Untuk
keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu:
1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional),
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT (ψ).
5.3.4.1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional)
Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt mengembangkan suatu persamaan empiris
yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan pada sumur gas.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan
tekanan kuadrat (square pressure), seperti berikut ini:
...........................................................
......... (5-1)

keterangan:
qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva
deliverabilitas yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverabilitas yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh
faktor inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara
0.5 - 1
Pr ̅= Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan 5-12 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

............................................ (5-2)

Harga eksponen n pada Persamaan 5-13 adalah n = 1/slope, atau:

............................................ (5-3)

Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut:

................................................................................ (5-4)

Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi garis


lurus pada dan dibaca pada harga qsc. Sedangkan besarnya harga
AOFP adalah sama dengan harga qsc pada harga Pwf sebesar 14.7 psi.
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak memperhatikan
faktor deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
5.3.4.2. Metode Analisis Jones-Blount-Glaze ]
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan
pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode
ini digunakan untuk menentukan koefisien turbulensi b dan koefisien laminar a.
Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk:
.. (5- 5)

Keterangan: Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.


Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μ = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 = (2.33×1010/k1.201).
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
s = Faktor skin
Persamaan 5-13 bila dibagi dengan qsc akan menghasilkan:

........................................................ (5-6)

dengan koefisien aliran laminar a adalah:

..................................................... (5-7)

Karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen b :
………..................................................... (5-8)

Bila diplot antara ΔP2/qsc vs qsc pada kertas grafik kartesian akan
memberikan suatu garis lurus dengan slope b yang menunjukkan derajat aliran
turbulen di dalam sumur dan intercept a yang menunjukkan kerusakan formasi.
Harga b akan berubah setiap waktu ketika adanya perubahan pola aliran ke dalam
lubang sumur. Efek dari perubahan ini dalam tahapan komplesi sumur dapat
dievaluasi dengan membandingkan kedua harga b:

Jika hanya panjangnya komplesi yang berubah, maka

Untuk harga b = 0, maka ΔP/q = a atau

Harga laju produksi gas (qsc) dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan berikut:

.............................................. (5-9)

Hubungan antara ΔP/q dengan laju alir yang kemudian didapatkan


parameter a dan b seperti Gambar 6.1. berikut:
Gambar 5.1.
Grafik ΔP2/q vs q
(Chaudry, 2003)

Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan qsc pada harga Pwf
sebesar 0 psi.

.................................................... (5-10)

Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas,


tetapi pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena
untuk mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar a diperlukan sekurang-
kurangnya dua uji aliran yang stabil.
5.3.4.3. Metoda Analisa LIT
Metode LIT atau metode Eropa merupakan uji deliverability gas yang
menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT) dalam bentuk
pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga μz akan
tergantung.pada tekanan. Metode analisa tersebut untuk kisaran harga
2000<P<4000 psia, namun demikian penggunaan metode ψ berlaku untuk semua
harga tekanan.
Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT)
adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Tekanan (p)

................................................ (5-11)
2. Pendekatan Tekanan Kuadrat (p2)
.......................................... (5-12)

3. Pendekatan Pseudo-Pressure (ψ)

.............................................. (5-13)

Bagian pertama ruas kanan (A.qsc) Persamaan di atas menunjukkan


hubungan penurunan tekanan yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (bqsc2) merupakan hubungan
penurunan tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Karena analisa pseudo-pressure dianggap lebih teliti dan dapat digunakan
pada semua kisaran tekanan reservoir, maka pendekatan LIT menggunakan
pseudo-pressure dan untuk selanjutnya disebut sebagai pendekatan LIT(Ψ).
Dari Persamaan 5-24, plot antara (ΔΨ-bqsc2) vs qsc pada kertas grafik log-
log akan memberikan garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverabilitas yang
stabil, dimana harga A dan B dapat dicari dari persamaan berikut ini:

.................................... (5-14)

........................................... (5-15)

Keterangan N = banyaknya poin-poin data.


Plot Uji Deliverabilitas- Metode Eropa antara Pseudo-pressure vs qsc
ditunjukkan Gambar 6.2. berikut:
Gambar 5.2.
Plot Uji Deliverability-Metode Eropa
(Chaudry, 2003)

Harga laju produksi gas dapat dihitung dengan menggunakan penyelesaian


persamaan kudrat berikut ini untuk berbagai harga ΔΨ:
….................................................... (5-16)
Sedangkan besarnya AOFP sama dengan qsc pada harga Ψ sebesar 0 psi.

5.4 DATA DAN PERHITUNGAN


5.4.1. Data
 Case Sumur Gas TM#1
 Tekanan Initial (Pi) = 1450 psi
 Suhu (Tf) = 183 0 F = 643 R
5.4.2. Perhitungan
 Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional)
Tabel V-1.
Tabel Data Modified Isochronal Testing (Flowing)
Lama Q P P2 dP2
Jenis Kegiatan
Kegiatan Mscf/d psia Psia2 Psia2
Shut in     781 609273,914  
Open Well on
5697,97
19 mm 4 765,83 586495,589 22778,325
Shut in 4   781 609633,024  
Open Well on
6204,9
21 mm 4 763,56 583023,874 26609,150
Shut in 4   781 609726,723  
Open Well on
6449,79
23 mm 4 761,9 580491,610 29235,113
Shut in 4   781 609726,723  
Open Well on
6701,31
25 mm 4 760,21 577919,244 31807,478
Shut in 0,233333333   766 587200,364 14 menit
Open Well on
6526,29
23 mm 8 761,87 580445,897 29280,826
a. Untuk mendapatkan nilai AOFP , dibutuhkan nilai faktor turbulensi (n) dan
nilai konstanta deliverabilitas (C).
b. Nilai faktor turbulensi (n) dapat ditentukan dengan memplot grafik ΔP2 vs
qsc, kemudian melakukan trendline pada grafik tersebut sehingga dapat
diketahui slope-nya. Nilai faktor turbulensi (n) adalah 1/slope. Didapatkan
nilai faktor turbulensi sebesar 0.50841
n = (Log qsc 2 – Log qsc 1) /( Log (Pr2 – Pwf2)2 – Log (Pr2 – Pwf2)1)
= (log 7000 – log 6000) / (log 34230,77 – log 25277,78)
=0,50841
c. Setelah diketahui faktor turbulensinya, selanjutnya mencari nilai konstanta
deliverabilitas dengan menggunakan persamaan 5-4, dimana nilai ΔP2 dan
qsc dari extended flow nya, didapatkan nilai konstanta deliverabilitas sebesar
34,97788Mscfd/Psi
C = Qsc / (Pr2 – Pwf2)n
=6526,29 / (29280,826) 0,50841
= 34,97788 Mscfd/Psi
d. Setelah diketahui nilai faktor turbulensi dan nilai konstanta deliverabilitas,
selanjuntya menentukan nilai AOF, dengan menganggap nilai Pwf = 0,
didapatkan nilai AOF sebesar 30540,238 Mscfd atau 30,540238 MMscfd
e. Menghitung AOFP, dengan meanggap nilai Pwf = 14,7 psia.
AOFP = C (Pr2 – Pwf2)n
=8,95736 Mscfd/Psi (609273,914-14,72) 0,508
= 22455,817 Mscfd
f. Membuat tabel Pwf vs qsc, dengan mengasumsikan beberapa data Pwf untuk
membuat kurva IPR.

Tabel V-2.
Tabel Data kurva IPR
Pwf q
780,56 0
13328,4
700 4
19388,2
600 5
23347,9
500 5
26158,2
400 4
300 28156,6
29503,8
200 4
30284,3
100 6
30540,2
0 3
IPR
900

800

700

600 5.
5.
500 G
Pwf (psia)

q vs Pwf R
400 A
Grafi FI
300 k 5.1. K
Kurva
200
IPR
100

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

q (Mscf/d)
Pseudo-Pressure vs Q
20000000

18000000

16000000

14000000

12000000

10000000

8000000

6000000

4000000

2000000

0
25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000

Grafik 5.2.
Pseudo-Pressure
100000... Deliverability Curve

10000...
1

Anda mungkin juga menyukai