Anda di halaman 1dari 20

DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA

SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU


PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS - SPESIFIKASI TEKNIS


I. SYARAT – SYARAT UMUM

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2010 Tentang


Kenavigasian

2. Undang –undang no 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 64, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4849)

3. Peraturan-peraturan Standard

1) Peraturan Beton Indonesia - PBI 1971 (NI 1-2)


2) Tata Cara Penghitungan Struktur Beton - SK SNI T15-1991-03
3) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 ( PUBI 1982 )
4) Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ( NI - 8 )
5) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung ( PPI –83 )
6) American Concrete Institute – ( ACI 318 - 89 )
7) American Society for Testing and Materials –( ASTM )
8) Recommended Practice for Concrete Formwork ( ACI 347-68 ).
9) Standart Industri Indonesia –( SII )

4. Persyaratan Bahan - Bahan

1) Semen Portland memenuhi specifikasi ASTM C-150 -78A atau PUBI-1982


Bab A-I.dan NI-8, SII 0013-81
2) Bahan Addictive memenuhi specifikasi sebagai berikut
a) Air-entraining admixtures, ASTM C 260
b) Water reducing, retarding, dan accelerating admixtures, ASTM C 494.
c) Pozzolanic admixtures, ASTM C 618
3) Air
Memenuhi syarat-syarat ASTM C 94, PUBI-1982 Bab A-III, PBI-1971 Bab
3.6. dan AFNOR P18-303 dan NZS-3121/1974.
4) Agregat
Memenuhi syarat-syarat ASTM C 33 atau PUBI-1982 pasal 11 Bab A-V, PBI-
1971 Bab 3.3, 3.4, 3.5.dan SII 0404-80.& SII 0079-79/0087-75/0075-75.

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. PAPAN NAMA PROYEK ( Satuan : buah )

a. Uraian Pekerjaan : Pemasangan papan nama yang isinya


identitas proyek dengan ukuran 80 cm x
120 cm

b. Bahan material : Tiang kayu kaso 5/7 dan papan nama dari
triplek 9 mm bingkai kayu reng di cat dan
ditulis identitas proyek dan dikerjakan
dengan rapi.

c. Metode pelaksanaan : Papan nama proyek dipasang dibagian


depan lokasi pekerjaan yang dapat terlihat.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
d. Waktu pelaksanaan : Dipersiapkan pada awal pekerjaan, sebelum
memulai pekerjaan fisik bangunan.

e. Kriteria kinerja produk : Didasarkan unit terpasang dengan ukuran


dan bahan sesuai butir a dan b.

2. PENGUKURAN AREA ( satuan : M1)

a. Uraian Pekerjaan : Melaksanakan pengukuran luas area


menggunakan alat ukur total station/ EDM ,
dimulai dari titik BM ( benchmark ) untuk
menentukan axis-axis bidang yang akan
dilaksanakan pengerukan. Melaksanakan
pemasangan patok-patok / tanda ukur pada
tempat yang permanen ( tidak mudah hilang
) sebagai tanda batas area dan peil/ elevasi
batas pengerukan yang akan dilaksanakan.

b. Bahan material : Kayu kaso 5/7, papan kayu 2/20, benang


nylon , pipa baja Ø 2.5 inch dengan plat
baja yang dibuat khusus, bamboo, cat
kayu/besi, pilox

c. Metode pelaksanaan : Pelaksanaan penentuan Peil ( elevasi ) dan


axis bidang dilakukan bersama dengan
konsultan pengawas, perencana dan
Pemberi Tugas yang hasil ukurnya
dibuatkan dokumentasi dalam Berita Acara
tertulis. Untuk pekerjaan dengan
menggunakan patok bamboo yang sudah
diberi tanda ketinggian setiap 1 meter
sepanjang batang bambu yang akan
ditanam kedasar kolam labuh dengan titik –
titik tanam yang ditentukan oleh konsultan
pengawas atau sesuai gambar rencana.
Pemasangan tanda ukur peil/ elevasi dapat
dipakai patok kayu atau pot besi yang diberi
tanda cat/ pilox atau tanda pilox/cat pada
bidang permanen.

d. Waktu Pelaksanaan : Pengukuran dan pematokan dilaksanakan


setelah kontraktor menerima Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) dan penyerahan
lapangan.

e. Kriteria kinerja produk : Didasarkan luas bidang yang akan


dilaksanakan.

3. PEKERJAAN PASANG BOUWPLANK ( satuan : Meter )

a. Uraian Pekerjaan : Meliputi pekerjaan pengukuran dan pasang


bouwplank sebagai batas – batas ukur
pekerjaan konstruksi yang akan dibangun
seperti Bangunan, talud , dermaga dll

b. Bahan material : Tiang kayu kaso 5/7 dan papan kayu


ukuran 20x30 cm dan benang ukur serta
alat ukur waterpass.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
c. Metode pelaksanaan : Dilaksanankan pengukuran batas-batas
bidang yang akan dikerjakan konstruksinya
meliputi panjang lebar , ketinggian dan
axis konstruksi kemudian dibuatkan
bouwplank. Penempatan bouwplank sedapat
mungkin diluar bidang yang akan dibangun
konstruksi.

d. Waktu pelaksanaan : Dipersiapkan pada awal pekerjaan, sebelum


memulai pekerjaan fisik bangunan.

e. Kriteria kinerja produk : Didasarkan unit terpasang dengan ukuran


dan bahan sesuai butir a dan b.

4. PEKERJAAN PENGADAAN AIR KERJA ( satuan : lumpsum )

a. Uraian Pekerjaan : Pekerjaan meliput pengadaan air kerja


untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (
pengecoran, dll ) dan kebutuhan personil/
pelaksana lapangan selama masa
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

b. Bahan material : Air kerja untuk keperluan kerja harus


memenuhi persyaratan/standard yang
ditentukan , harus bersih dari kotoran, tidak
berbau dan bebas bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan/ kwalitas mutu
beton Tidak diizinkan Penggunaan Air Laut (
mengadung kadar garam ) atau Air tadah
hujan sebagai bahan campuran adukan.

c. Metode pelaksanaan : Pelaksanaan pengadaan air bersih dari luar


lokasi kerjadan dari sumber yang telah
mendapat persetujuan dari direksi/
konsultan pengawas dan dilampirkan hasil
test laboratorium kandungan kimia dalam
air.

d. Waktu Pelaksanaan : Diadakan sebelum pekerjaan dilaksanakan


dan selama pelaksanaan pekerjaan.

e. Kriteria kinerja produk : Kwantitas

5. PEKERJAAN PENERANGAN DAN LISTRIK KERJA ( satuan : lumpsum )

a. Uraian Pekerjaan : Pekerjaan meliputi pengadakan penerangan


dilokasi pekerjaan untuk menunjang kerja
malam ( over time ) dan untuk
keperluan opersional alat-alat kerja selama
masa pelaksanaan pekerjaan.

b. Bahan material : no item

c. Metode pelaksanaan : Pengadaan listrik kerja harus dari sumber


yang dapat dipertanggung jawabkan dan
aman dari bahaya yang tidak diinginkan
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
serta mendapat persetujuan dari direksi/
konsultan pengawas. Penggunaan BBM
untuk kebutuhan genset atau alat berat ,
harus diadakan sendiri oleh kontraktor dari
luar pulau dan dapat dipertanggung
jawabkan legalitasnya.
d. Waktu Pelaksanaan : Diadakan sebelum pekerjaan dilaksanakan

e. Kriteria kinerja produk: Kwantitas

6. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LOKASI KERJA ( satuan : M2 )

a. Uraian Pekerjaan : Pekerjaan meliputi pembersihan lahan


tempat untuk digunakan tempat kegiatan
dan pembersihan setelah pelaksanaan
pekerjaan selesai.
b. Bahan material : no item

c. Tahapan pelaksanaan :Pembersihan lahan dari alang-alang atau


sampah pada lahan yang akan digunakan
untuk keperlauan proyek.

d. Waktu Pelaksanaan : Dilaksanakan sebelum dan sesudah


pelaksanaan pekerjaan.

e. Kriteria kinerja produk : Kwantitas

7. PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI ( satuan Trip )

a. Uraian Pekerjaan : Pekerjaan meliputi pengadaan angkutan


alat berat dan bbm dari gudang ke
dermaga, dan dari dermaga asal ke
dermaga tujuan dan sebaliknya termasuk
biaya bongkar muat didermaga nya.
seperti excavator, ponton, mesin pancang
tongkang dan mesin-mesin kerja.

b.Metode pelaksanaan : Kontraktor menyiapkan semua keperluan


dan kebutuhan untuk mengangkut alat-alat
berat dari gudang ke dermaga, dermaga ke
kapal, dari kapal kelokasi kerja dan
sebaliknya, antara lain mengadakan alat
bantu crane service ,dan truck tailler .

c. Waktu Pelaksanaan : Dilaksanakan sebelum dan sesudah


pelaksanaan pekerjaan.

d. Kriteria kinerja produk : kwantitas.

8. PEKERJAAN ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI (satuan : lumpsum )

a. Uraian Pekerjaan :Pekerjaan meliputi pembuatan gambar


kerja, Administrasi teknis selama masa
pelaksanaan pekerjaan dan pembuatan
foto-foto progress pekerjaan mulai 0%,
25%, 50% ,100 % .
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

b. Bahan material : no item

c. Tahapan Pelaksanaan : Kontraktor harus membuat rencana kerja ,


gambar gambar kerja , permohonan ijin
kerja, approval material , laporan- laporan ,
test lab dan foto- foto progress pekerjaan
selama masa pelaksanaan

d. Waktu Pelaksanaan :Dilaksanakan sebelum dan sesudah


pelaksanaan Setiap item pekerjaan mulai
progress 0% sampai Dengan mencapai
100%.

e. Kriteria kinerja produk : Kwantitas/autentik

III. PEKERJAAN STRUKTUR

1. PEKERJAAN PEMANCANGAN

Dalam pekerjaan pemancangan terdapat beberapa proses tahapan kerja yang


harus dilakukan :

a. Pengukuran dan marking titik pondasi pancang


Lakukan pengukuran axis bangunan dan titik-titik pemancangan sesuai gambar
perencanaan dengan alat ukur teodolite dan diberi tanda /marking dari pasak
yang diberi warna,tujuanya untuk memudahkan operator alat berat melihat
area pemancangan.
b. Mobilisasi Peralatan kerja pemancangan seperti mini pile drive.
c. Mobilisasi material tiang pancang Sheet Pile Segi empat ukuran 220 x 500 cm
dengan panjang 6 meter/ batang.Tiang pancang beton disusun sesuai bagian
penggunaannya yaitu Bottom,Middle, Top dan disusun pada tempat yang dekat
dengan lokasi pemancangan serta mudah dijangkau crane atau sling penarik
tiang pancang.Tiang pancang diberi tanda ketinggian per satu meter dengan
cat /pilox.
d. Rencanakan arah gerak pemancangan (squence work) agar alat pancang dapat
bekerja efektif mudah dalam manuver dan efisien dalam waktu kerja. sehingga
dapat dicapai hasil pemancangan yang sempurna yaitu tepat pada titiknya,
tegak lurus, tiang pancang tidak patah, tercapai sattlement yang direncanakan
dan aman dalam pelaksanaan.Recana kerja alat pancang terlebih dahulu
mendapat persetujuan pengawas lapangan.

e. Setting peralatan pancang (pile drive) pada lokasi titik pemancangan.

f. Tiang pancang beton yang akan ditanam ditarik pakai kabel sling dengan mini
drive pile sampai masuk dalam hammer head dan disetting kelurusannya
dengan bantuan alat ukur theodolite.

g. Apabila tiang pancang sudah tegak lurus maka pemancangan dapat dimulai.
Pemancangan dimulai dari tiang bagian bottom , middle dan top.
h. Untuk penyambungan tiang pancang perlu disiapkan plat sambung yaitu mesin
las. Pengelasan sambungan harus penuh , kuat dan antara tiang harus tegak
lurus agar saat dipancang tiang beton tidak pecah atau miring.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
i. Untuk kepastian pemberhentian pemancangan, pada pemancangan ¼ terakhir
dilakukan kalendering,apabila S(rencana)˃S(lapangan),pemancangan dapat
dihentikan.Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua tiang pancang
perencanaan terpancang pada posisinya.

j. Lakukan tahapan pemancangan tersebut diatas untuk seluruh titik pondasi


sesuai dengan perencanaan. Setelah proses pemancangan selesai dilaksanakan
maka proses selanjutnya adalah proses pemotongan tiang pancang yang
dilakukan dengan tujuan mendapatkan titik ikatan dengan struktur pondasi di
atasnya,dalam hal ini membutuhkan beberapa peralatan kerja,yaitu :

1. Palu besar (min.5 kg)


2. Pasak besi baja
3. Gerinda potong beton
4. Alat ukur (waterpass)

k. Elevasi pemotongan tiang pancang harus sesuai dengan rencana pada gambar
pile maupun pondasi.
l. Tentukan garis batas elevasi pemotongan (COP/Cut Off Pile) dengan
menggunakan alat ukur waterpass.
m. Tandai dengan garis acuan untuk batas potongan
n. inspeksi dan koordinasi dengan konsultan perencana tentang nilai elevasi yang
telah ditentukan.

2. PEKERJAAN BETON

A. URAIAN UMUM PEKERJAAN

a. Pekerjaan meliputi penyediaan semua tenaga kerja,material semen/PC,


Pasir beton , Split ukuran 2/3, air kerja, kayu kaso ukuran 5/7, balok
6/12 dan multiplex tebal 9 mm dan 12 mm, additive beton
(waterproofing dan anti korosif), alat berat excavator, mini crane,
ponton, mesin molen, vibrator concrete ,alat bantu kerja lain, dan
begisting baja , besi tulangan ukuran sesuai gambar rencana , dan
bahan lain yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.

b. Pekerjaan Beton ini meliputi, beton talud, beton coisson dan Dermaga
atau sebagaimana yang disebutkan /ditunjukkan dalam gambar rencana.

3. PEKERJAAN BEGISTING

1) URAIAN PEKERJAAN

a) Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi


syarat-syarat PBI 1971 N. I-2 dan Recommended Practice for Concrete
Formwork ACI 347-68.

b) Pekerjaan bekisting meliputi semua bagian bekisting dan perancahnya


baik yang sementara maupun permanen yang diperlukan untuk dapat
membentuk suatu konstruksi. Bekisting yang baik harus
memperhatikan bentuk struktur yang akan dibuat, kekuatan baik saat
pengecoran berlangsung atau dalam masa pematangan beton,
kelurusan, elevasi dan posisinya harus memenuhi toleransi yang
dipersyaratkan.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
c) Bekisting harus dapat membentuk beton sesuai dengan ukuran yang
dipersyaratkan. Bekisting harus mempunyai cukup kekuatan untuk
menahan tekanan yang terjadi pada waktu pengecoran dan juga harus
cukup kaku untuk menjaga ukuran beton dalam toleransi yang
diijinkan. Bekisting harus diperkuat dengan cukup pengaku dalam arah
melintang, memanjang dan dalam bidang mendatar.

d) Material begisting dapat berupa triplek / multiplek dengan ketebalan


tertentu dengan rangka dan pengaku dari kayu kaso atau balok,
begisting baja dengan terot besi sebagai pengaku dan pengunci, untuk
begisting yang tertanam tanah ( pondasi ) dapat digunakan pasangan
bataco atau bata merah. Untuk begisting Dermaga digunakan bahan
multiplex.

e) Sebelum pengecoran beton dimulai, Direksi/ konsultan pengawas akan


memeriksa dengan teliti dan membuat lembar check list untuk
menolak, merevisi/memperbaiki, atau memberi persetujuan secara
tertulis atas pekerjaan pemasangan bekisting yang telah dilaksanakan
apabila telah terpenuhi semua specifikasi teknis yang disyaratkan.

f) Persetujuan tidak berarti kontraktor pelaksanan bebas atau terlepas


dari tanggung jawab atas pekerjaannya.

g) Bekisting dan perancahnya harus direncanakan sedemikian rupa


sehingga dapat dengan cepat dan mudah dipindahkan tanpa pukulan
atau guncangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada beton hasil
pengecoran yang dapat mengurangi kekuatan beton .

2) PERENCANAAN PEMASANGAN BEGISTING

a) Perencanaan bekisting dan konstruksinya harus dapat dipertanggung


jawabkan oleh kontraktor.

b) Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban – beban


vertikal dan lateral serta beban bergerak diatasnya seperti yang
ditentukan pada Recommended Practice for Concrete Formwork ACI
347-68, termasuk pula peninjauan terhadap beban angin, kekuatan
ijin, dsb. yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

c) Lendutan maksimum permukaan bekisting beton ekspose adalah


1/400 bentang antara anggota struktur.

d) Konstruksi bekisting harus cukup rapat untuk mencegah hilang atau


lolosnya adukan beton. Untuk membuat pojokan (beveling) pada
beton ekspose dapat dipergunakan chamfer strips/ list profil kayu
yang disisipkan pada bagian pojok sebelah dalam begisting.

e) Agar dapat memenuhi toleransi yang diperlukan, bekisting dapat


dibuat sedikit melengkung melengkung keatas (lawan lendutan) untuk
mengantisipasi terjadinya lendutan pada saat beton mengeras.

f) Pada perancah harus dipersiapkan alat-alat untuk penyetelan (wedges


atau jacks) dan semua penurunan yang terjadi harus
diperbaiki/diangkat selama pengecoran. Bekisting harus diberi
pengaku yang cukup terhadap refleksi lateral.

g) Bukaan sementara harus diberikan pada dasar bekisting kolom,


dinding beton dan pada titik – titik lain yang diperlukan untuk
pembersihan dan pemeriksaan sebelum beton dicor.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
h) Perlengkapan bekisting yang tertanam sebagian atau seluruhnya
didalam beton, seperti ties dan hanger, harus merupakan produksi
keluaran dari pabrik. Kawat yang non fabrikasi tidak boleh
dipergunakan. Ties pada bekisting harus dipasang sedemikian
sehingga ujung fastener dapat dipindahkan tanpa menimbulkan
kerusakan pada permukaan beton. Sesudah ujung fastener
dipindahkan, bagian ties yang tertanam dipotong dari muka bekisting
beton tidak kurang dari 2 diameter atau 2 kali ukuran ties terkecil
untuk permukaan beton ekspose, dalam segala hal jarak ini tidak
boleh kurang dari 20 mm. Jika permukaan beton tidak untuk
diekspose, ties bekisting boleh dipotong rata dengan permukaan
bekisting.

3) PERSIAPAN PERMUKAAN BEGISTING

a) Sebelum dipasang, semua permukaan bekisting dan material yang


tertanam harus bersih dari akumulasi mortar atau grout dari
pengecoran sebelumnya dan dari material asing lainnya.

b) Kecuali ditentukan lain, permukaan bekisting harus diperlakukan


sebagai berikut :
Sebelum dipasang, permukaan beton harus dilapisi dengan bahan
yang mencegah penyerapan air, melekatnya beton pada bekisting dan
tidak mengotori permukaan beton. Dapat dipakai bahan release
agent atau sealer atau nonabsorptive liner yang disetujui oleh
konsultan pengawas.
Sisa material pelapis tidak boleh menggenangi bekisting atau pada
bagian beton mengeras dimana akan dicor beton.

4) PEMBONGKARAN BEGISTING

a) Begisting kayu untuk dinding beton, talud , dan bagian lain yang tidak
menahan berat beton dapat segera dilepas sesudah beton dianggap
cukup keras atau atas instruksi Konsultan Pengawas, sehingga tidak
rusak pada saat pembongkaran begisting. Jika diperlukan perbaikan
atau perlakuan pada permukaan beton harus segera dilakukan dan
diikuti dengan perawatan beton sesuai specifikasi yang ditentukan.

b) Begisting dan perancah yang digunakan untuk memikul berat beton (


balok beton dan plat beton ) boleh dilepas setelah beton mencapai
kekuatan minimum 75% dari kekuatan beton yang dipersyaratkan.

c) Pembongkaran begisting harus mengikuti ketentuan yang tercantum


dalam PBI 1971 N.I-2 pasal 5.8 tetapi tidak boleh kurang dari :
~ Sisi balok, dinding dan kolom ( unloaded ) ……………………24 hari
~ Pelat (proplet in place )………………………………………….......… 3 jam
~ Sisi bawah balok…………………………………………………...............7 hari
~ Penyangga plat antara balok .……………………………………........7 hari
~ Penyangga Balok…………….……………………………………............14 hari
~ Penyangga Centilever……….……………………………………..........28 hari

d) Pada saat begisting dilepas tidak boleh terjadi lendutan atau distorsi
yang besar dan kerusakan pada beton, baik karena pembongkaran
penyangga ataupun proses pelepasan begisting.

e) Begisting tidak boleh dipakai kembali jika terdapat tanda tanda


permukaannya telah rusak, robek atau cacat yang dapat mengurangi
mutu permukaan beton . Permukaan begisting yang dipakai berulang
harus benar-benar bersih dan dilapisi pelumas lagi sebelum dipakai
kembali.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

f) Selama pelaksanakan pengecoran beton begisting harus diamati terus


menerus agar tidak terjadi penurunan/penyimpangan dari elevasi
rencana, kelurusan, ketegaklurusan kelengkungan yang diharapkan.
Jika dalam pelaksanaan pengecoran terjadi penurunan yang tidak
diharapkan maka pekerjaan harus dihentikan dan konstruksi yang
gagal harus bongkar kemudian perancah diperbaikan dan diperkuat
lagi agar pengecoran dapat diulang.

5) MATERIAL UNTUK BEGISTING

a) Bekisting dapat dibuat dari kayu, plywood, baja , pasangan bataco


atau material lain yang disetujui konsultan pengawas.

b) Papan kayu yang dipakai tidak boleh mempunyai ketebalan kurang


dari 25 mm. Untuk Kontruksi berat (Retaining Wall/ dinding beton,
Sloof ,Balok Beton , Kolom beton dan Plat beton tebal plywood/triplek
tidak boleh kurang dari 12 mm, Begisting baja terbuat dari baja
lembaran dengan rangka yang sesuai dan diperkuat dengan baja siku,
baja T, atau tirot besi.

c) Minyak atau bahan release agent untuk pelapis begisting harus dari
bahan yang tidak merusak dan mengurangi mutu beton hasil
pengecoran. Bahan pelepas (release agent) harus dipakai secara teliti
sesuai dengan instruksi konsultan pengawas.

d) Untuk konstruksi berat dibutuhkan penyangga perancah dengan


pondasi beton atau pondasi tiang sementara.

4. PEKERJAAN PEMBESIAN

1) URAIAN PEKERJAAN

a) Gambar kerja harus menunjukan semua ukuran, posisi penulangan


beserta perlengkapannya yang harus disetujui Konsultan Pengawas/
direksi sebelum pelaksanaan dimulai.
b) Semua besi tulangan harus berasal dari sumber produksi/ supplier
yang disetujui Direksi/ Konsultan Pengawas
c) Sertifikat Asli dari pabrik dan sertifikat test besi tulangan yang akan
digunakan dalam pekerjaan harus diserahkan kepada Direksi/
Konsultan Pengawas. Sertifikat harus menunjukkan analisa kimia serta
hasil uji tarik dan lentur besi. Untuk benda uji harus diambil 2 sample
atau 1 sample tiap 7000 kg dengan panjang masing masing 100 cm
dari tiap ukuran (diameter) besi tulangan dan ditest di laboratorium uji
yang ditunjuk Direksi/ Konsultan Pengawas.

2) SPESIFIKASI BAJA TULANGAN

a) Semua baja tulangan yang dipakai adalah baja ulir dengan


kekuatan tarik leleh minimum 3900 kgf/cm2 (BJTD 40 ) dan baja
polos dengan kekuatan tarik leleh minimum 2400 kgf/cm2.
b) Jika dipersyaratkan pengelasan baja tulangan harus mengikuti
persyaratan AWSD 1.4 dan tidak diperkenankan pengelasan
pada tulangan yang bersilangan ( tack welding) kecuali atas
pesetujuan Direksi/ Konsultan Pengawas.
c) Memenuhi Standart Nasional Industri (SNI)
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
3) TOLERANSI PABRIK DAN PEMASANGAN

Tulangan yang digunakan untuk pembesian beton harus


difabrikasi dengan toleransi yang tercantum dalam ACI 315.
Pemasangan tulangan harus mengikuti toleransi sebagai berikut
:
 Jarak bersih kepermukaan begisting +- 5 mm
 Jarak minimum antara dua tulangan +- 5 mm
 Tulangan atas pada plat dan balok
 Tinggi 200 mm atau kurang +- 5 mm
 Tinggi > 200 mm tapi < 600 mm +- 10 mm
 Tinggi > 600 mm +- 25 mm
 Terhadap kedudukan tulangan bersilang +- 50 mm
 Terhadap kedudukan tulangan memanjang+- 50 mm

4) SYARAT PELAKSANAAN

a) Sebelum pemasangan baja tulangan harus dibersihkan dari


karat, sisik, bahan lumpur, minyak atau bahan lain yang melekat
yang dapat merusak / mengurangi daya lekat terhadap beton.
b) Pembengkokan semua baja tulangan harus dalam keadaan
dingin kecuali ditentukan lain oleh direksi. Pada baja tulangan
dengan kekuatan tarik leleh tinggi tidak diperkenankan dilakukan
pembengkokan kembali.
c) Tulangan untuk sambungan yang keluar dari beton yang sudah
dicor (stater bar) harus dilindungi dari korosi.
d) Sebelum pengecoran beton pekerjaan pemasangan tulangan
akan diperiksa Direksi/ Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan/ ijin tertulis pelaksanaan pengecoran. Persetujuan
tidak berarti Kontraktor bebas / terlepas dari tanggung
jawabnya.
e) Sambungan yang tidak ditunjukkan dalam gambar harus
diletakkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga sedikit mungkin
mempengaruhi kekuatan struktur. Secara umum sambungan
harus diletakkan disekitar tengah-tengah bentangan balok.
Sambungan tulangan kolom dan dinding harus dibawah lantai
plat, balok dan diatas pondasi.

5. PEKERJAAN BETON COR ( PURING CONCRETE )

1) URAIAN PEKERJAAN

a) Spesifikasi ini meliputi beton struktural yang dicor dilokasi pekerjaan


yang digunakan .
b) Segala sesuatu yang tertulis dalam spesifikasi ini tetapi tidak
tercantum dalam gambar detail atau sebaliknya, dinyatakan berlaku
seperti bila tercantum pada kedua-duanya.
c) Dalam hal ada perbedaan diantara gambar detail dan spesifikasi,
yang tertulis dalam spesifikasi dinyatakan yang berlaku, tetapi
kontraktor utama tetap diwajibkan sebelumnya untuk melaporkan
kepada Direksi/konsultan pengawas tentang hal tersebut dan yang
akan memberikan keputusan secara tertulis.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
2) BAHAN-BAHAN ADUKAN BETON

a) Semen Portland

Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat ASTM C-150 atau


PUBI-1982 Bab A-I.Kecuali ditentukan atau dipersyaratkan lain,
harus digunakan semen type I atau Type II, ASTM C 150. Semen
yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang
dipakai pada waktu menentukan campuran beton. Semua semen
yang dikirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak dan lengkap
disertai merk atau cap dari pabrik.

b) Bahan Additive Beton


Jika dipersyaratkan atau diperbolehkan, bahan additive beton harus
memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
(i) Air-entraining admixtures, ASTM C 260
(ii) Water reducing, retarding,accelerating admixtures,ASTM C 494.
(iii) Pozzolanic admixtures, ASTM C 618
(iv)Bahan additive yang dipakai dalam pekerjaan harus sama
dengan yang dipakai pada waktu menentukan campuran beton.

c) Air
Air yang dipakai sebagai pencampur adukan beton harus bersih dari
kotoran dan larutan yang dapat merusak / mengurangi mutu beton ,
serta memenuhi syarat-syarat ASTM C 94, PUBI-1982 Bab A-III, PBI-
1971 Bab 3.6.

d) Agregate

a) Agregat beton harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 33 atau


PUBI- 1982 Bab A-V, PBI-1971 Bab 3.3, 3.4, dan 3.5.

b) Agregat halus dan agregat kasar harus dianggap sebagai


material yang terpisah. Tiap ukuran agregat kasar, maupun jika
dipakai kombinasi dua ukuran atau lebih, harus memenuhi
syarat-syarat ukuran yang ditentukan dalam ASTM dan PBI.

3) PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL

a) Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari pengaruh


udara luar dan kelembaban. Penyimpanan dan penggunaan agregat
harus diatur sedemikian untuk menghindari pemisahan agregat dan
untuk mencegah tercampurnya dengan material lain atau agregat
dengan ukuran yang berbeda.
b) Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin
kadar air dalam pasir merata. Untuk mencegah perbedaan kadar air
yang besar, agregat yang dibasahi sebelumnya diperbolehkan
berada ditempat penyimpanan sampai minimum 12 jam sebelum
digunakan.
c) Bahan additive harus disimpan ditempat yang dapat
menghindarkan bahan dari pencemaran, penguapan, atau
d) kerusakan. Untuk bahan additive yang digunakan dalam bentuk
gumpalan atau larutan yang tidak stabil, harus disediakan alat
pengaduk untuk menjamin distribusi yang baik dari unsur-
unsurnya.
e) Bahan additive yang cair harus dilindungi dari perubahan
temperatur yang dapat mempengaruhi karakteristiknya.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
4) CAMPURAN BETON

(i) Umum
Beton untuk semua bagian pekerjaan harus ditentukan mutu dan
kemampuannya untuk dicor tanpa terjadi pemisahan pada material-
materialnya. Pada saat mengeras, beton harus mencapai kekuatan
karakteristik yang dipersyaratkan oleh spesifikasi dan gambar
detail.

(ii) Kekuatan
Kekuatan tekan karakteristik yang dipersyaratkan harus
berdasarkan kekuatan tekan beton kubus 150 mm umur 28 hari
dan tidak kurang dari K = 275 kg/cm2.

(iii) Daya Tahan dan Kekentalan Beton

a) Kekentalan beton harus dipilih dengan memperhatikan ukuran


penampang yang akan dicor, jumlah tulangan, alat pemadat
atau penggetar yang dipakai sehingga beton dapat dipadatkan
dengan baik tanpa menimbulkan pemisahan agregat maupun
mengakibatkan kelebihan air naik ke permukaan. Faktor air-
semen dipilih supaya memenuhi persyaratan kekuatan dan
kekentalan beton, tetapi harus dibatasi sehingga menghasilkan
mutu beton dengan daya ketahanan yang cukup. Jika tidak
ditentukan lain, faktor air-semen maksimum ditentukan
sebagai berikut :

TABEL 3.1. FAKTOR AIR SEMEN


Pekerjaan Beton Slump (mm) Jumlah semen Faktor air
minimum per m3
Semen
Beton (kg)
Maksimum
Pondasi, 50 – 125 325 0.50
Pelat, balok
Kolom, dinding 75 - 150 325 0.53
Perkerasan 50 – 75 275 0.60

b) Uji slump harus berdasarkan ASTM C 143, PBI-1971.


Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan
ditanam logam alumunium atau logam galvanis, harus
dibuktikan dengan uji yang menunjukkan air untuk
campuran beton, termasuk yang dibawa oleh agregat dan
bahan additive yang dipakai, tidak akan mengandung
jumlah ion klorida yang dapat merusak beton.

(iv) Ukuran Maksimum Agregat Kasar


Baik butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari
tebal plat atau tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara
batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari
pembatasan ini dizinkan, apabila menurut penilaian
Direksi/konsultan pengawas, cara-cara pengecoran beton adalah
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-
sarang kerikil.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

(v) Bahan Additive


1. Jika dipersyaratkan atau diperbolehkan penggunaan bahan
addictive, berlaku pembatasan sebagai berikut :

2. Jumlah kalsium klorida tidak boleh melebihi 2 persen berat


semen. Jumlah kalsium klorida harus ditentukan dengan cara
yang dijelaskan dalam AASHTO T260.

3. Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan ditanam


atau selalu bersentuhan dengan logam alumunium atau logam
galvanis, pembatasan Bagian 03300 1.3. c.3. akan berlaku
kecuali diberikan material pelindung yang disetujui
Direksi/Kuasa Pengguna Anggaran/konsultan pengawas.

4. Kecuali ditentukan lain, semua bahan additive harus digunakan


sesuai dengan petunjuk pemakaian dari pabrik.

5) CAMPURAN PERCOBAAN (Trial Mix)

Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, kontraktor diwajibkan untuk


membuat campuran percobaan (trial mix) yang harus diuji untuk
memperoleh rencana campuran yang memenuhi syarat-syarat kekuatan,
kekentalan, dsb yang telah ditentukan dalam spesifikasi ini, sample beton
harus diuji di laboratorium test beton untuk mendapatkan setifikasi lulus
uji beton yang dikeluarkan oleh laboratorium yang bersangkutan, dan
hasil test tersebut harus di sampaikan kepada Konsultan Pengawas /
Pemberi Tugas.

1) Campuran percobaan harus memenuhi pembatasan sebagai berikut.


Kombinasi material harus sama dengan yang telah diusulkan untuk
digunakan dalam pekerjaan beton.

2) Campuran percobaan dengan proporsi yang telah sesuai dengan hal


tersebut diatas, harus dibuat dengan minimum 3 faktor air semen
yang berbeda.

3) Campuran percobaan harus direncanakan untuk menghasilkan slump


25 mm dibawah slump maksimum yang diperbolehkan, dan kadar
udara maksimum yang diperbolehkan. Suhu beton pada campuran
percobaan harus dicatat.

4) Setiap perubahan faktor air semen harus dianggap sebagai campuran


baru. Untuk tiap campuran percobaan, minimum 20 kubus percobaan
harus dibuat dan dirawat berdasarkan ASTM C 192. Kubus percobaan
umur 7, 14, dan 28 hari harus diuji kekuatannya berdasarkan ASTM C
39.

5) Dari hasil uji kubus, dibuat grafik hubungan kekuatan tekan dan
faktor air semen untuk beton umur 7, 14, dan 28 hari.

6) Dari grafik ini, dipilih faktor air semen yang menghasilkan kekuatan
tekan beton yang telah ditentukan. Jumlah semen dan proporsi
campuran yang dipakai adalah yang mempunyai faktor air semen atau
jumlah semen tidak melebihi maksimumnya pada saat slump
maksimum.

7) Beton dari hasil campuran percobaan tidak boleh digunakan dalam


pekerjaan beton.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

8) Pembuatan Adukan Beton

a) Campuran material beton dimasukkan kedalam


Mesin pengaduk dimana air baru dimasukkan setelah
semen dan agregat dimasukkan terlebih dahulu.
b) Air dialirkan terus menerus selama hingga 25 persen dari lama
waktu pengadukan. Harus diperhatikan agar campuran material
c) Campuran Adukan
 Mesin pengaduk harus dapat menghasilkana dukan beton
merata selama waktu pengadukan yang ditentukan.
 Mesin pengaduk harus memiliki keterangan dari pabrik
mengenai kapasitas, jumlah putaran per menit dan mesin
pengaduk dan mesin pengaduk harus bekerja berdasarkan
kapasitas mesin tersebut.
 Campuran kurang dari 0.75 m3 harus diaduk tidak kurang dari
1 menit. Waktu pengadukan bertambah 15 detik tiap
penambahan 0.75 m3.
 Harus dijaga agar adukan tidak keluar dari mesin pengaduk
sampai waktu pengadukan tercapai. Minimum dibutuhkan tiga
perempat lama waktu pengadukan setelah air selesai
ditambahkan kedalam campuran.
 Bagian dalam mesin pengaduk harus bersih dari gumpalan
beton sisa yang dapat mengganggu proses pengadukan.

d) Kontrol Bahan Additive

 Air-entraining admixtures, kalsium klorida, dan bahan additive


kimia lain dimasukkan kedalam mesin pengaduk sebagai
larutan dan diukur dengan alat dispensing mekanik yang tidak
dapat mempengaruhi sifat larutan.
 Cairan harus dianggap sebagai bagian dari air campuran.
 Bahan additive yang tidak dapat ditambahkan sebagai larutan
dapat ditimbang beratnya atau diukur volumenya jika
direkomendasikan demikian oleh pabrik pembuatnya.
 Jika digunakan dua atau lebih bahan additive, bahan-bahan
tersebut harus ditambahkan secara terpisah untuk
menghindari kemungkinan terjadi interaksi yang dapat
mengganggu efisiensi masing-masing bahan atau yang dapat
merugikan beton.
 Penambahan bahan additive susulan hanya bisa dilakukan jika
belum lebih dari 1 menit setelah selesai penambahan air
kedalam campuran atau pada awal tiga perempat lama waktu
pengadukan terakhir, saat mana yang tercapai lebih dulu.

e) Kontrol dan Pengukuran Suhu Air Campuran


 Adukan beton hanya disediakan dalam jumlah yang cukup
untuk keperluan saat itu. Beton yang sudah mengeras sebelum
dipakai harus dibuang dan tidak boleh dipakai lagi sebagai
bahan campuran.
 Adukan beton yang sampai ditempat pekerjaan dan
mempunyai nilai slump lebih rendah dari yang dipersyaratkan
dalam peraturan ini hanya boleh ditambah dengan air bilamana
nilai faktor air semennya atau slump maksimum yang dizinkan
tidak terlampaui.
 Penambahan air yang melampaui batas maksimum nilai faktor
air semen yang diizinkan harus diikuti dengan sejumlah
penambahan semen sedemikian sehingga dicapai nilai air
semen yang diizinkan.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
 Setiap penambahan air seperti diatas harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/Kuasa Pengguna Anggaran.

f) Kondisi Cuaca
 Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air dan
agregat dengan suhu lebih dari 31 C.
 Bahan harus dingin sebelum diaduk, atau boleh digunakan
bongkaran es yang dapat segera mencair selama pengadukan
sebagai pengganti sebagian atau seluruh kebutuhan air, hanya
jika terjadi keadaan suhu udara tinggi, slump rendah,
pengerasan cepat ataupun sambungan dingin.

3. PENGECORAN BETON

A. Persiapan Sebelum Pengecoran

1). Beton yang sudah mengeras dan material-material lain yang


tidak diperlukan harus dibersihkan dari permukaan bagian
dalam alat pengangkut.
2). Bekisting harus sudah siap tanpa genangan air, pembesian,
material ekspansion joint, angkur dan material yang hendak
ditanam dalam beton harus sudah terpasang. Semua
persiapan dan pembesian akan diperiksa dan disetujui secara
tertulis oleh Direksi/Kuasa Pengguna Anggaran/konsultan
pengawas. Persetujuan mana tidak membebaskan kontraktor
utama dari tanggung jawab atas pekerjaan yang
dilakukannya.
3). Subgrade yang semiporous harus dibasahi terlebih dahulu
untuk mencegah perembesan dan subgrade yang porous
harus dilapisi dengan material yang disetujui Direksi/Kuasa
Pengguna Anggaran/konsultan pengawas.

B. Pengangkutan Beton

1). Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air
dan agregat pada suhu lebih dari 31 C.
2). Alat pengangkut harus disetujui Direksi /konsultan
pengawas, dengan ukuran dan cara pengangkutan
sedemikian sehingga tidak terdapat tanda-tanda pengerasan
beton sebelum beton yang berdekatan selesai dicor. Alat
pengangkut harus dibersihkan pada setiap operasi atau pada
setiap berakhirnya hari kerja. Alat pengangkut dan
pelaksanaannya harus memenuhi syarat-syarat tambahan
berikut :
a. Mesin pengaduk / Mesin molen dan perlengkapan lain
dan cara operasinya harus memenuhi syarat-syarat
ASTM C 94.
b. Adukan beton harus dilindungi terhadap pengeringan
yang tidak diharapkan ataupun naiknya suhu adukan.
c. Pengguna Anggaran/konsultan pengawas unruk
mencegah pemisahan material. Mortar tidak boleh
melekat pada sabuk pada saat balik.
d. Konvoyer berujung pada sebuah gerobak pengangkut
atau pada hantaran beton.

3). Papan peluncuran harus dari logam atau berlapis logam dan
mempunyai kemiringan tidak lebih dari 1 (vertikal) : 2
(horisontal) dan tidak kurang dari 1 (vertikal) : 3
(horisontal). Papan peluncuran yang panjangnya lebih dari 6
meter dan tidak memenuhi persyaratan kemiringan harus
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
diarahkan pada suatu gerobak pengangkut untuk
didistribusikan lebih lanjut.

4). Pompa atau peralatan konvoyer angin harus sesuai dengan


kapasitas pompa. Pengecoran dengan memakai konvoyer
angin harus dikontrol agar tidak terjadi pemisahan material
pada adukan beton. Berkurangnya slump pada saat
pemompaan tidak boleh lebih dari 50 mm. Beton tidak boleh
dipompa melalui pipa alumunium atau logam campuran
alumunium.

C. Penempatan adukan beton

1). Adukan beton dituangkan secara terus menerus atau


berlapis dengan ketebalan sedemikian sehingga tidak ada
beton yang sempat mengeras yang dapat menimbulkan
bidang yang lemah dalam penampang.

2) Jika sebuah penampang tidak dapat dicor secara menerus,


sambungan pengecoran harus ditempatkan sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar atau ditempat yang
disetujui Direksi/Kuasa Pengguna Anggaran/konsultan
pengawas. Pengecoran harus dilakukan sedemikian
sehingga beton yang akan diintegrasi dengan baeton baru
masih plastis. Beton yang sudah sebagian mengeras atau
sudah tercampur dengan material asing tidak boleh
dituangkan. Pengaku sementara didalam bekisiting harus
diambil apabila pengecoran beton sudah mencapai elevasi
dimana tidak diperlukan lagi pengaku.
3) Pengaku tersebut boleh ditinggal dalam beton jika terbuat
dari logam atau beton dan sudah disetujui Direksi/Kuasa
Pengguna Anggaran/konsultan pengawas.

4) Pengecoran beton pada elemen struktur yang ditumpu tidak


boleh dimulai sampai beton kolom dan dinding yang
sebelumnya dicor berumur paling sedikit dua jam.

5) Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang


terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat
pemindahan adukan didalam bekisting.

6) Air hujan tidak boleh meningkatkan kadar air campuran


beton ataupun merusakkan permukaan beton yang baru
dicor.

7) Suhu beton yang baru dicor tidak boleh terlalu tinggi yang
dapat menyebabkan timbulnya kesulitan akibat
berkurangnya slump, pengerasan yang terlalu cepat, atau
sambungan dingin dan tidak boleh melebihi 32 C. Jika suhu
beton melebihi 32 C, harus dilakukan tindakan pencegahan
yang disetujui Direksi / Kuasa Pengguna Anggaran /
konsultan pengawas.

8) Jika suhu baja lebih dari 49 C, bekisting baja dan tulangan


harus disemprot dengan air sebelum pengecoran beton
melakat.
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
D. Penyambungan Beton lama dengan Baru

1. Jika dipersyaratkan, permukaan sambungan harus disiapkan


menurut salah satu cara yang ditentukan
2. Beton yang mengeras pada sambungan pengecoran, pada
sambungan antara pondasi dan dinding atau kolom, antara
dinding atau kolom dan balok atau plat lantai yang
ditumpunya, sambungan pada dinding yang tidak diekspose
dan macam sambungan lain yang tidak tercantum dibawah
ini harus dibasahi tidak sampai jenuh sesaat sebelum
pengecoran beton.

3. Beton yang mengeras pada sambungan pengecoran


horisontal dalam pekerjaan ekspose, sambungan
pengecoran horisontal pada pertengahan balok anak, balok
induk, balok joint dan plat, dan sambungan pengecoran
horisontal pada pekerjaan yang direncanakan diisi air harus
dibasahi tidak sampai jenuh dan dilapis semen grouting
dengan campuran yang sama dengan mortar beton. Adukan
beton harus dicor sebelum semen grouting mengeras.

4. Sambungan yang memakai bahan perekat harus disiapkan


dan bahan perekat dipakai menurut petunjuk dari pabrik
sebelum pengecoran beton.

5. Permukaan sambungan yang sudah diperlakukan dengan


bahan kimia retarder harus disiapkan menurut petunjuk dari
pabrik sebelum pengecoran beton.
IV. PENUTUP

1. Spesifikasi teknis ini adalah dokumen teknis yang tidak dapat dipisahkan
antara gambar dan Bill Of Quantity (BQ) kesemua dokumen teknis
tersebut adalah satu kesatuan yang saling mengikat.

2. Apabila terdapat item pekerjaan yang belum diuraikan dalam Spesifikasi


Teknis ini, namun merupakan satu kesatuan dalam pekerjaan dimaksud,
maka item tersebut harus dilaksanakan oleh pihak pelaksana pekerjaan,
seolah-olah telah diuraikan dalam spesifikasi teknis ini, dengan mengikuti
ketentuan dan kaedah teknis yang berlaku.
Agar tercapai suatu hasil pekerjaan yang baik, sesuai dengan perencanaan
serta keinginan pihak pemberi tugas.

Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagai acuan
dasar teknis pelaksanaan pekerjaan sebagaimana tersebut diatas, dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Juli 2018

Kepala Suku Dinas Perhubungan


Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

ROBERT EDWARD. ST, MM


NIP. 196812181998031007
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

SPESIFIKASI TEKNIS

Jenis Bahan
No. Uraian Pekerjaan Sat. Spesifikasi Teknis Ket.
/Material

1 PEMBUATAN PAPAN NAMA Bh - Kayu kasau 5/7 - Kayu kelas III Uk. (5 x 7) cm
PROYEK - Triplek 9mm - Uk. (80x120) cm tebal 9mm
- Kayu Reng 2/3 - Kayu kelas III Uk. (2 x3) cm
(utk bingkai)
- Tulisan identitas - mencantumkan nama-nama
proyak digital Pemberi Tugas, Konsultan
printing Perencana, Konsultam
Pengawas, Kontraktor, Sub
Kontraktor, dan Kontraktor-
kontraktor untuk paket
pekerjaan lainnya yang terlibat

2 ANGKUTAN MATERIAL Ton - No Item - N/A


DENGAN KAPAL LAUT
JARAK LEBIH DARI 30
MILE

3 FOTO DOKUMENTASI Set - No Item - N/A


PEKERJAAN DENGAN
CAMERA DIGITAL TANPA
FILM

4 MOBILISASI/DEMOBILISA Trip - No Item - N/A


SI CRANE PANCANG 50
TON (Crane, Leader,
Diesel Hammer/Vibro
Hammer, Generator)

5 PEKERJAAN ANGKUTAN M³ - No Item - N/A


LOKAL MATERIAL SEJAUH
± 100 M

6 PENGUKURAN DAN M’ - Kayu kasau 5/7 - Kayu kelas III Uk. (5 x 7) cm


PEMASANGAN BOWPLANK - Papan Kayu 2/20 - Kayu kelas III Uk. (2 x 20) cm
- Benang Nylon -
- Bambu -
- Cat kayu/besi - Setara Glotex, Platon
- Pilox -

7 PEKERJAAN BEKISTING M² - Plywood - Uk. (120x240) cm tebal 12


BETON - Kayu kasau 5/7 mm
- Papan Kayu 2/20 - Kayu kelas III Uk. (5 x 7) cm
- Balok Kayu 6/12 - Kayu kelas III Uk. (2 x 20) cm
- Dolken - Kayu kelas II Uk. (6 x 12) cm
- Minyak Begisting - Ø 8-10 cm uk. 3,5 sd 4 M
- Tidak merusak/mengurangi
mutu beton hasil pengecoran

8 PEKERJAAN PEMBESIAN Kg
- IBD SNI polos Ø 10 P. 12 m (
- Besi Tulangan Ø 10
U-24)
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05
- Besi Tulangan Ø 12 - IBD SNI polos Ø 12 P. 12 m (
- Besi Tulangan D 13 U-24)
- Kawat - IBD SNI Ulir Dia. 13 P. 12 m (
Beton/Bendrat U-40)

9 PEKERJAAN BETON M³ - Beton K-275 - fc’ = 24,9 MPa (K-275), Slump


Campuran 1 : 1,5 : (12 ± 2) cm, w/c = 0,56
2,5
- Campuran 1 : 1,5 : 2,5
- Type II (NI-8) dan S.400
- Portland Cement
- Tes kubus semen min. K 275
Kg/cm²
- Aggregates Kasar
- Gradasi baik (kasar dan padat)
(batu pecah/split)
- Uk. Mak. < 3cm
- Pasir Beton
- Kadar lumpur < 5% berat
kering
- Bersih, tajam dan bebas dari
- Air
bahan-bahan organic lumpur,
- Adhesive
tanah dll
waterproofing
- Air tawar yg bersih
+ Anti korosive
- Tidak mengandung minyak dan
HPI*P (Hydrophobic
asam
Pore Blocking
- Water Absorbsi 1,7
Ingredients/
cementaid)

10 BESI PIPA HITAM Ø 2” Kg - Sch. 40 - tbl. 3,9 mm dan 5,5 mm

Dan Ø 3”

11 TIANG PANCANG SHEET M - Tiang pancang - Ukuran tiang pancang 220 x


uk.220 x 500 cm 500 cm
PILE TYPE FPC 220 X 500
- Tulangan 4 mm & 5,5mm;
P6M Mutu baja U-24

12 PEMANCANGAN TEGAK M - Crane pancang 50 - Crane 50 ton


TIANG PANCANG DI LAUT ton - Leader
- Diesel hammer K-50 Ton

13 PEMOTONGAN TIANG titik - No Item -


PANCANG DI LAUT

14 PENYAMBUNGAN TIANG Set - No Item -


PANCANG DI LAUT

15 PEKERJAAN ATAP Set - Duraskin Sealing - Coating : PVC with PVDF Fluor
MEMBRANE Technology Lacquer

- Bahan Membrane
TX A – 750 F

16 PEKERJAAN MATERIAL - Pipa Galvanized Pipe - Pipa Galvanized Pipe


STRUKTUR DAN
- Clamplate Stainless - Clamplate Stainless Steel
AKSESORIS MEMBRANE
Steel
- Earplate Steel Plate
- Earplate Steel Plate
- Jaws Stainless Steel
- Jaws Stainless Steel
- Edge Cable Galvanized Steel
- Edge Cable
Galvanized Steel
DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA
SUKU DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PEMBANGUNAN TANGGUL DAN KOLAM LABUH KELAPA 02 RW 05

17 PENGELASAN DENGAN Set - No Item -


LAS LISTRIK

Jakarta, Juli 2018

Kepala Suku Dinas Perhubungan


Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

ROBERT EDWARD. ST, MM


NIP. 196812181998031007

Anda mungkin juga menyukai